Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dunia yang mempengaruhi
negara maju dan negara berkembang. Anemia memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan
masyarakat, begitu juga pada perkembangan sosial dan ekonomi. Anemia terjadi di setiap tahap
siklus hidup manusia, di mana satu dari empat orang di dunia menderita anemia. Risiko tertinggi
anemia terdapat pada anak-anak yang belum bersekolah (0-4,99 tahun) dan ibu hamil (World
Health Organization, 2008).
Menurut World Health Organization (2008), seorang ibu hamil dinyatakan anemia bila
kadar hemoglobin < 11,0 g/dl. Prevalensi anemia saat kehamilan tahun 1993-2005 mencakup
41,8% populasi penderita anemia di dunia (95% CI: 39,9-43,8%), yaitu sebanyak 56 juta jiwa
penduduk dunia (95% CI: 54-59 juta). Di Indonesia, proporsi populasi anemia saat kehamilan
mencakup 44,3% (95% CI: 17,3-75,2%), yaitu sebanyak 1.950.000 jiwa (95% CI: 761.000-
3.308.000).
Pada tahun 2002, anemia defisiensi besi telah dipertimbangkan sebagai faktor kontribusi
beban penyakit dunia yang paling penting (World Health Organization, 2008). Anemia defisiensi
besi merupakan tipe anemia paling umum pada kehamilan, terutama di negara berkembang.
Menurut Scholl dkk. (1992), ibu dengan anemia defisiensi besi memiliki resiko tiga kali lebih
besar untuk melahiran BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Selain itu, Sakande dkk. (2004)
menyatakan bahwa keadaan defisiensi besi yang berat pada ibu telah menunjukkan dampak
buruk pada kadar besi bayi baru lahir, dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya (Emamghorashi dan Heidari, 2004).
1.2 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Salah satu pemenuhan tugas Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I), kelas B
angkatan 2017 di Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2. Tujuan Khusus
a. Mengedintifikasi karakteristik respon (umur dan tingkat pendidikan )
b. Mengidentifikasi hubungan asupan protein, vitamin A, zat besi dan status gizi
terhadap kejadan Anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis
1. DEFINISI
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011). Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume
eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel
darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
2. ETIOLOGI
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

3. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab
lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu
anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

4. Tanda Dan Gejala


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

5. KLASIFIKASI
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
a. Anemia Hipropropilatif
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di
sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia
aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara
marfologis, sel darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah
atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut “ pungsi kering”
dengan hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan lemak.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun dibawah
tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama anemia didunia, dan tetutama
seringdijumpai pada wanita usia subur, disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi
dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan kadar Hb berkurang.
Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis
jumlah retikulosis dapat normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas
mengikat besi serum total meningkat.
3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam volat
menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi, karena kedua vitamin
tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum
tulang, precursor eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami multinukleasi.
Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang
meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut
Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung trombosit kurang dari
50000/ml3.

b. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Untuk
mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel darah merah baru 3x/ lebih
disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan jumlah
retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok globin biasanya rendah.
2. Anemia hemolitika turunan
 Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah
kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa (spenomegali). Merupakan kelainan yang
jarang, diturunkan secara dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak,
namun dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penangananya
berupa pengambilan limpa secara bedah.
 Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan
disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini merupakan ganggaun genetika resesif
auto somal yaitu individu memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien
dengan anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena mereka nampak
anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit pada usia 1-2 tahun.

6. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,
dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah,
letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah,
1998).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
 MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan. Pansitopenia (aplastik).
 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah /hemolisis).Pewarna sel darah merah : mendeteksi
perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
 LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan
sel darah merah :atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam
membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah
mempunyai waktu hidup lebih pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
 Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi (hemolitik)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
 Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi.
Besi serum : tak ada; tinggi (hemolitik)
BC serum : meningkat
Feritin serum : meningkat
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis.
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas.
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).

8. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darahmerah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi
1. Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat ,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan).
pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara.
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus,
menipis,tumbuh uban secara premature.
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfuse darah.
Tanda :depresi.
4. EliminasiGejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare ataukonstipasi. Penurunan haluara
nurine.
Tanda :distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau
peka terhadap es, kotoran ,tepung jagung,dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah.
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan
dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan
posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri kepala
8. Pernapasanan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas : pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : takipnea , ortopnea dan dispnea.
9. Keamanan
gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan pada radiasi ; baik
terhadap pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas . transfusi darah sebelumnya . gangguan pengelihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi
tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum, ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10.Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore . hilang libidp
(priadan wanita ). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

b. Diagnosa keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
h. Keletihan b.d anemia

c. Implementasi
Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah ditetapkan
untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam memecahkan masalah
yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan cara menilai tujuan yang ditetapkan
BAB III

STUDI KASUS

Format Pengkajian Ruang Interna II

No. RM : 069348

Tanggal : 25/01/2019

Tempat : Interna II

3.1 Triase Awal

I. DATA UMUM
Nama : Tn R
Tgl lahir : 10-01-1968
Jenis kelamin : laki laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : islam
Tgl masuk : 25/01/2019
Jam masuk : 15:30
Jam diperiksa : 15:35
Transportasi ke UGD : pribadi

II. RIWAYAT KESEHATAN


Diagnosa medis : Anemia
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Batuk (+) sejak 1 bulan sebelum masuk
RS, dahak (+), demam (-), keringat malam (+), penurunan
berat badan(+), batuk darah (-), nyeri perut (+), BAB
dengan BAK normal. DM (-), dan asma (-).
Riwayat kesehatan masa lalu :Pasien memiliki riwayat TB dengan pengobatan 6 bulan,
tahun lalu dan Pengobatan lengkap

III. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPRITUAL

Hubungan status psikososial : cemas

Status mental : sadar dan orientasi baik

Tempat tinggal : rumah

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tekanan darah : 150/80 mmHg
Pernafasan : 28x/menit
Nadi : 80x/menit
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Skrining nutrisi dengan MST (malnutrition screening tools):
Berat badan : Menurun
Nafsu makan : Menurun

3.2 Pemeriksaan penunjang

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan EKG
Nama Haasil
Vent. Rate 100 bpm
QRS duration 80 ms
QT/QTC 336/433 ms
PR interval 128 ms
P duration 84 ms
RR interval 600 ms
P-R-T axes -3 86 63
MAC600 1.02 12SLTMv239
b. Radiologi : Thoraks PA

c. Laboratorium : DL, LED, GDS, Ur Cr, Na K Cl, Hb : 4,7

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 4,7 g/Dl 11 - 17
Leukosit 7,74 103/µL 4,0 - 12,0
Eritrosit 2,81 106/ µL 4,00 - 6,20
Hematokrit 17,1 % 35,0 – 55,0
Trombosit 400 103/µL 150 – 400
LED 96,0 mm/jam <15
Golongan darah
Waktu menit 1-3
pendarahan
Waktu pembekan menit <10

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN


KIMIA DARAH
Gula darah sewaktu 83 mg/dL 70 - 140
Ureum 24 mg/dL 10 - 43
Kreatinin 1,21 mg/dL 0,50 – 1,30
Natrium 134 mmol/L 136 - 145
Kaliun 4,0 mmol/L 3,5 – 5,1
Chlorida 9 mmol/L 98 - 106
3.3 CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)

1. CPPT (catatan SOAP dan terapi cairan, obat-obatan)

HASIL PEMERIKSAAN ANALISA DAN TINDAK LANJUT


Tgl/ Profesi/
CATATAN PERKEMBANGAN
Jam Bagian
S (Subjektif) O (Objektive) Instruksi
A (Assesment) P (Planning)

26/01/2019 Dokter S: - batuk


08:00 - lemah
O: KU sakit sedang
Kep mata normal
ekstremitas akral hangat normal

A: TB lama + anemia
P: - IVFD NaCl 0,9% 16Tpm
- Inj ranitidine 2x1/iv
- Abroksol 3x1 tablet
- Salbutamol 3x1 tablet
Perawat - Nebulizer NaCl + combirun KP
- Ceptriation 2x1 tablet

S: batuk
O: Ku lemah
s/IVFD NaCL 0,9% 16 Tpm
A: bersihan jalan nafas tidak efektif
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Ajarkan batuk efektif
27/01/2019 Perawat S: batuk
08:00 O: - Ku lemah
- IVFD NaCL 0,9% 16Tpm
A: bersihan jalan tidak efektif
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Kolaborasi

28/01/2019 Perawat S: Batuk


08:00 O: KU lemah
IVFD NaCl 0,9% 16Tpm
Ma/Mi(+)
A: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P: L/i
1. Kaji karakteristik batuk
2. Ajarkan batuk efektif
3. Kolaborasi

08:15 Nutrisionist S: Nafsu makan (-)


O: IMT 25,4 Kg/m2 ( Status gizi
normal)
A: Asupan nutrisi cukup
KH (+) Protein (+) Sayur buah (-)
P: Diet NCTP Makanan lunak

29/01/2019 Dokter S: batuk (+) Terapi Cairan :


Sesak nafas (-) - Tranfusi PRC 1
O: KU sakit sedang unit/hari
Kep mata normal
ekstremitas akral hangat normal Obat-obatan :
A: tb lama + anemia - IVFD NaCl
P: - IVFD NaCl 0,9% /20 Tpm 0,9% 16Tpm
- Ceptriation 2x1/ 12 jam g/iv - Ambroxad 30
- ranitidine 2x1/ 12 jam g/iv mg/8 jam/po
- ambroksol 3x1/ 8 jam/ tablet - Ranitidin 50
- codein 3x1 / 8 jam / oral mg/12 jam/po
- azitromizin 1x500 mg/24 jam/tablet - O2 3 Liter/menit

3. 4 Lembar Konsul

lembar konsul : Persetujuan tranfusi darah


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi triage, Prinsip dan tipe triage

A. Definisi triage

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan pemberdaya manusuia, peralatan serta pasilitass yang paling efesin
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penaganannya (Kathleen dkk, 2008)

Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat


kegawatdaruratan trauma atau penyakit trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.

Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam
bahassa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cidera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah
tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, Peralatan
serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan diUGD
setiap tahunnya. ( Pusponegoro,2010)

B. Prinsip dan tipe triage

Dirumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala.


Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi,serta warna kulit, Kelembaban,suhu,nadi,respirasi,tingkat kesadaran dan inspeksi fisual
untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan
kepada pasien diruang gawat darurat. perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien
gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki
kesulitan bernafas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan
pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan
pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak
sumber daya medis. ( Bagus,2007).

Menurut Brooker,2008. Dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas, Prioritas


adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan : 1.)
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2.) Dapat mati dalam hitungan jam.
3.) Trauma ringan. 4.) Sudah meninggal. Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat
dilakukan dengan :

1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban

2. Menilai kebutuhan medis

3. Menilai kemungkinan bertahan hidup

4. Menilai bantuan yang memungkinkan

5. Memprioritaskan penanganan defitive

6. Tage Warna

4.2. pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan penunjang
harus ada alasan dan tujuanya.

Tujuan dilakukan pemeriksaan penunjang adalah :

1.Menegakan diagnosis kerja

2. Menyingkirkan differential diagnosis

3. Petunjuk tatalaksana

4. Mengetahui komplikasi penyakit


5. Petunjuk prognosis

6. Memantau efek samping

Terdapat beberapa tipe pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan sesuai dengan
kondisi klinis pasien. Setiap pemeriksaan mempunyai indikasinya tersendiri.

Pemeriksaan penunjang terdiri dari :


1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Ultrasonografi
4. Elektrokardiografi (EKG)
5. Dll

4.3 (CPPT) Catatan Perkembangan Pasien terintegras


I. Catatan Perkembangan Pasien terintegras (CPPT)
Adalah proses asuhan pasien yang dilkukan oleh petugas kesehatan dari berbagai unit
kerja/pelayanan dan terkoordinasi satu dengan lainya agar menghasilkan asuhan yang efektif dan
pasien.
II. Ruang lingkup
Pencatatan perkembangan pasien terintegrasi dilaksanakan diunit gawat darurat, kamar
bersalin, unit rawat jalan dan unit rawat inap selain kondisi perkembangan pasien, catatan
terintegrasi juga meliputi nutrisi/gizi psien dengan pormatnya sendiri
III. Tata Laksana
S-O-A-P dilakukan pada saat dokter menuli penilaian ulang terhadap pasien rawat inap
atau saat fisit pasien. S-O-A-P ditulis dicatatan terintegrasi paada status rekam medis pasien
rawat inap, sedangkan untuk pasien rawat jalan S-O-A-P ditulis didalam status rawat jalan pasien
Cara menulis metode S-O-A-P adalah sebagai berik:
Subjective (S) :
Lakukan anemesa untuk mendapatkan keluhan pasien saat ini riwayat penyakit
yang lalu, riwayat penyakit keluar.
Objective (O) :
Lakuan pemeriksaan dan kalau perlu pemeriksaan penunjang terhadap pasien,
tulis
Assessment (A) :
Buat kesimpulan dalam bentuk suatu diagnosis kerja, diagnosis dipperensial, atau
suatu penilaian keadaan berdasarkan hasil S dan O
Planning (P) :
Tuliskan rencana diagnostic, rencana terapi/tindakan, rencana monitoring, dan
rencana edukasi
IV. Dokumentasi
Catatan dakter dengan S-O-A-P terdokumentasi dalam status rekam medis pasien baik
rawat inap (didalam catatan terintegrasi) dan rawat jalan distatus rekam medis rawat jalan.
Semua catatan ini akan dievalusi secara periodic

4.4 Lembar Konsul


a. Pengertian
Menjelaskan proses penyampaian keadaan atau kondisi pasien rawat inap
b. Tujuan
Untuk memastikan bahwa setiap konsultasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
c. Kebijakan
 mengacu pada surat keputusan direktur tentang prosedur pelayanan pasien RS
 konsultasi dilaksanakan sesegerah mungkin bila dookter memerlukan tingkat lanjut dari
dokter lain
 dokter wajib mengisi lembar konsultasi dan jawaban konsultasi dengan lengkap
d. prosedur
 dokter yang mengajukan konsultasi mengisi lembar konsul yang di tujukan kepada dokter
spesialis lain yang di tuju
 Dokter yang di konsulkan memeriksa pasien
 Dokter yang di konsulkan memberikana jawaban konsultasi berupa instruksi terapi atau
tindakan untuk pasien dengan menctat jawabn konsultasi padal embar konsul
e. Unit terkait : Dokter spesialis
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang
dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.

B. Saran

Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

Kesimpulan
Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.

B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha
Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih baik
mencegah.

Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan

Anda mungkin juga menyukai