Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal (Smeltzer, 2014)
Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan
laki-laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun.
Dibedakan hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme
klinik ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada
hipotiroidisme subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal,
tanpa gejala atau ada gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan
kumpulan tanda dan gejala yang manifestasinya tergantung pada: usia pasien,
cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).
Komplikasi yang terjadi apabila hipotiroidisme tidak diatasi dapat
menyebabkan koma miksedema (Engram, 2010).
Penggantian hormone-hormon tiroid seperti natrium levotiroksin
(Synthroid), natrium liotironin (Cytomel), dan diet rendah kalori merupakan
penatalaksanaan dari hipotiroidisme (Engram, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari hypothyroidisme ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari hypothyroidisme ?

2.1 Tujuan
1. Mendeskripsikan konsep medis dari hypothyroidisme.
2. Mendeskripsikan konsep keperawatan dari hypothyroidisme.

1
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Hipertiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal. (Smeltzer, 2014).
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan
pelambatan semua fungsi tubuh dan mental secara umum. (Engram, 2010).

2.2 Etiologi
1. Hipotiroidisme pada dewasa
a. Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah
tiroidektomi atau terapi radiasi (terutama dengan preparat I131) atau
akibat inflamasi, tiroiditis autoimun yang kronis (penyakit Hashimoto)
atau keadaan seperti amyloidosis serta sarkoidosis (jarang).
b. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus
memproduksi TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan
bawaan sintetis hormone tiroid, defisiensi yodium (biasanya dari
makanan), atau pemakaian obat-obat antitiroid, seperti propiltiourasil.
2. Hipotiroidisme pada anak
a. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering)
sehingga timbul kelainan konginital, yakni kelenjar tiroid tidak
terdapat atau tidak berkembang (kretinisme pada bayi)
b. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin
(penyebab paling sering berikiutnya).
c. Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan
menyebabkan kretinisme pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai).

2
d. Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2
tahun).
e. Defisiensi yodum selama kehamilan.

2.3 Prognosis
Prognosis pada Hipotiroidisme Kongenital. Dengan adanya program
skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiroidisme congenital, prognosis untuk
bayi yang terkena telah baik secara dramatis. Diagnosis awal dan pengobatan
yang cukup sejak umur minggu pertama memungkinkaan pertumbuhan linear
yang normal dan intelegensianya setingkat dengan saudara kandung yang tidak
terkena. Beberapa program skrening melaporkan bahwa kebanyakan bayi yang
terkena berat, seperti yang terlihat pada kadar T4 terendah dan maturasi
skeleton yang retardasi, mengalami sedikit pengurangan IQ dan skuele
neuropsikologis lain. Tanpa pengobatan, bayi yang terkena menjadi cebol
dengan defisiensi mental.hormon tiroid penting untuk perkembangan otak
normal pada bulan-bulan awal pasca lahir, diagnosis biokimia harus dibuat
segera dimulai untuk mencegah kerusakan otak irreversible. Penangguhan
diagnosis, pengobatan yang tidak cukup, dan ketaatan yang jelek
mengakibatkan berbagai tingkat kerusakan otak. Bila mulainya hipotiroidisme
terjadi setelah umur 2 tahun, ramalan untuk perkembangan normal juah lebih
baik walaupun diagnosis dan pengobatannya terlambat menunjukan betapa
pentingnya hormone tiroid untuk kecepatan perkembangan otak bayi.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Kelambanan berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
2. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung.
3. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki.
4. Intoleransi terhadap suhu dingin.

3
5. Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan absorpsi zat gizi yang melewati usus.
6. Konstipasi.
7. Perubahan fungsi reproduksi.
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis
dan rapuh.

2.5 Klasifikasi/Stage
Ada beberapa pembagian dari hipotirodisme :
a. Hipotiroidisme primer (tiroidal)
Hipotiroidisme primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer
tiroid itu sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami
hipotiroidisme tipe ini.
b. Hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder/pituitaria)
Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis,
hipolatamus, atau keduanya.
c. Hipotiroidisme tertier (hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH
tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
d. Kretinisme
Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu
mungkin juga menderita difisiensi tiroid.
e. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan
intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang
sudah berlangsung lama dan berat.

2.6 Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis,
atau kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme
umpan balik negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan

4
hipofisis jarang menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang
merupakan gangguan kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi
ketika autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis
autoimun kronis yang disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis
Hashimoto. Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas
memainkan peranan dan subtype antigen leukosit manusia yang spesifik
dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.
Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid
melalui dua cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-
Stimulating Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody
antitiroid yang sitotoksik dapat menyerang sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa
kemungkinan akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per
tahun.

5
Pathway Gangguan Fungsi Hipotalamus & Hipofisis

Produksi TRH

Produksi TSH

Penekanan Hormon Tiroid

Hipotirodisme

Hormon T3(Triiodothyronin) & T4(tetraiodothyronin

Tiroksin Hyperplasia Fungsi Metabolisme


Kelenjar Tiroid
Hipofisis
Anterior Metabolisme Laju Metabolisme
Pembesaran ATP, ADP,
Terangsang Karbohidrat, Metabolisme
Kelenjar Tiroid Elektrolit
Lemak,
Protein Produksi
Fungsi Terganggu Kalor
Menekan Suplai Na Ca
Termogulasi
Struktur dileher ke Jantung
Fungsi Sistem Suhu Tubuh
Intoleransi Pencernaan
Venilasi Terganggu TD & Nadi
Dingin Menurun Jarang
Berkeringat
Kesulitan bernapas Bradikardi
Kedinginan, Peristaltik
menggigil Usus Kulit Kering,
Sesak napas Kasar, Bersisik Dx :
Penurunan
Dx: Dx : Curah Jantung
Ketidakefektifan Dx : Konstipas Dx: Gangguan
Termogulasi ketidakefektifan i Integritas Kulit
Pola Napas

6
2.7 Komplikasi
Wahyu, Purwaningsih 2015:
1) Kelambanan, perlambatan daya pikir dan gerakan yang canggung lambat
2) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
3) Pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata dan pergelangan
kaki
4) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna
5) Konstipasi
6) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011), penanganan meliputi :
1. Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4
dan kadang-kadang dengan T3.
2. Pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar
tiroid.

Menurut (Smeltzer, 2014) :


1. Modifikasi Aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi
sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat
imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan
dan berperan dalam berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan
pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat
hipotiroidisme.
2. Pemantauan yang berkelanjutan

7
Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat
selama penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi:
kemunduran status fisik serta mental, tanda-tanda serta gejala yang
menunjukan peningkatan laju metabilik akibat terapi yang melampaui
kemapuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernafasan, dan ketarbatasan
atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
3. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang
ekstrim terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan nersuhu
nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien
harus dilindungi terhadap hembusan angin. Jika pasien ingin menggunakan
bantal pemanas atau selimut listrik untuk mengurangi gangguan rasa
nyaman dan gejala menggigil tersebut, perawat harus menjelaskan bahwa
penggunaan alat ini harus dihindari karena beresiko menyebabkan
vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang lebih lanjut dan kolabs
vaskuler.
4. Dukungan emosional
Setelah kondisi hopotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah
berkurang, pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai
akibat dari progresifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan
keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta
ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan bagian
dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluarganya mungkin memerlukan
bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional
yang muncul.
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter
meskipun gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk
menigkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk
menpercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses
mental pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan

8
dijelasakan tentang tujuan terapi, progra pengobatan serta efek samping
yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan
pedonan ini harus disamapaikan pula secar tetulis kepada pasien, keluarga,
dan perawat kunjungan rumah.

9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identifikasi Kebutuhan Dasar Yang Mengalami Gangguan

Kategori
dan Subkategori Masalah Normal

Bayi : 24-30x/menit
Sakit tenggorokan,
Anak : 2024x/menit
Respirasi sesak napas dengan
Remaja: 12-18x/menit
latihan ringan
Dewasa : 8-12x/menit

Sirkulasi lancer,tidak
ada penyempitan
Sirkulasi Hipoventilasi maupun pembengkak
an pada bagian sistem
respirasi
Fisiologis Nutrisi normal :
Karbohidrat 60-75%
Nutrisi Peningkatan berat Protein 10-15%
dan cairan badan yang tidak jelas, Lemak 10-12%
anoreksia, asites. Cairan normal :
Cairan intraseluler
terdiri dari 40% dari
BB orang dewasa atau
70% total dari cairan
tubuh.
Ciran Ekstraseluler
Terdiri dari 20% dari
BB orang dewasa atau

10
30% total dari cairan
tubuh

BAB ≤ 3x sehari dan


fesesnya keras
Eliminasi Konstipasi, distensi menyakitkan bisa
abdomen. dianggap sebagai
sembelit .
BAB ≥ 3x sehari dan
fesesnya cair bisa
menunjukan diare
1 ons kotoran/5 kg
BB
Anak : 8-
12jam/malam tanpa
Aktivitas dan Sangat malas tidur siang
istirahat beraktivitas, dan ingin Remaja :8-10 jam
tidur sepanjang hari. waktu tidur setiap
malam
Dewasa muda : 7-8
jam
Dewasa usia
pertengahan : 6-8
jam/malam
Lansia : 6 jam setiap
malam

Penurunan reflex Mampu merasakan,


tendon, kelemahan, mengintegrasikan dan
somnolen, bicara berespon terhadap
lambat dan tenang, tanda-tanda eksternal

11
Neurosensori apatis, depresi dan internal.
paranoid, ingataan
jangka pendek
terganggu, letargi
Perempuan :
menoragia, mesntruasi Menstruasi normal 28
Reproduksi non regular, penurunan hari, tidak ada
dan libido. penurunan libido
Seksualitas Laki-laki : penurunan untuk pria dan wanita.
libido, inpotensi

Tidak ada
Nyeri dan Pembengkakan dan
pembengkakan, tidak
Kenyamanan rasa nyeri pada leher,
ada tanda inflamasi,
sulit menelan.
tidak ada sensasi
Psikologis
nyeri ketika menelan

Sangat sulit membina Mampu bersosialisasi


Integritas ego hubungan sosial dengan baik,
dengan beradaptasi dan
lingkungannya, mampu mengontrol
mengurung diri, diri
depresi, apatis, agitasi,
paranoid, menarik diri

Perkembangan mental
terbelakang, Perkembangan
keterlambatan mental, psikomotor,
perkembangan daya ingat, serta
psikomotor, pertumbuhan tubuh
kehilangan daya ingat normal sesuai usia.

12
inisiatif, retardasi
dalam segala aspek
Pertumbuhan intelektual, terlambat
dan duduk dan berdiri serta
perkembangan tidak mampu belajar
bicara pada anak-
anaka, terjadi
gangguan
pertumbuhan berupa
perawakan pendek,
gangguan
pertumbuhan tulang
dan gangguan
pertumbuhan sekunder
dan reproduksi.

Tidak tahan terhadap


Menjaga kebersihan
Kebersihan pajanan dingin dan
diri, mandi min 2 kali
diri kurang melakukan
dalam sehari.
kebersihan dan mandi.
Perilaku

Mengetahui
Penyuluhan Defisit pengetahuan kandungan zat dan
dan tentang kandungan nutrisi yang masuk
pembelajaran yodium. kedalam tubuh, serta
pengetahuan terkait
zat-zat yang
diperlukan tubuh.

13
Relasional Interaksi Sulit membina Mampu bersosialisasi
social hubungan sosial dengan baik, serta
dengan lingkungan. mampu hidup dalam
lingkungan sosial

Lingkungan Keamanan Keamanan dan


dan proteksi perlindungan diri lebih
baik

b. Pemeriksaan Penunjang
No Tes Definisi/Nilai normal Kelainan yang ditemukan
1. Tes TSH  Definisi : Adalah  Hipotiroidisme
(Thyroid menguji fungsi tiroid Primer : Tingkat
stimulating dengan mengukur TSH yang tinggi
hormone) tingkat TSH dalam menunjukkan bahwa
sampel darah. kelenjar tiroid rusak
 Nilai normal : 0,3 – 5,0 karna masalah yang
m IU / L langsung
mempengaruhi tiroid.
 Hipotiroidisme
sekunder : Namun
beberapa keadaan
hasil TSH yang
rendah
memungkinkan
adanya kelainan pada
kelenjar hipofisis
yang gagal
memproduksi TSH
 Pada Hypotiroidisme

14
akan naik menjadi (
>5,0 mU/ l )

2. Tes T3  Definisi : Pemeriksaan  Pada Hypotiroidisme


T3 adalah untuk hormone tiroid akan
mengetahui kadar turun dibawBah nilai
konsentrasi hormone T3 normal seperti 0,6
dalam darah sebagai ng/dl
bentuk pemantauan
pengobatan penyakit
tiroid.
 Nilai normal : 0,8 -1,8
ng/ mL
3. T4  Defenisi : Pemeriksaan  Pada Hypotiroidisme
T3 adalah untuk hormone tiroid total
mengetahui kadar turun dibawah nilai
konsentrasi hormone T3 normal seperti 3,9
dalam darah sebagai ng/dl
bentuk pemantauan
pengobatan penyakit
tiroid.
 Nilai normal : 4,5 – 11,7
ng / dL
4. Tes BMR  Definisi : Adalah untuk  Pada Hypotiroidisme
(Basal menentukan keperluan kadar BMR rendah
Metabolic kalori basal dan biasanya 40 – 50%
Rate ) pemantauan pengobatan dibawah normal.
penyakit tiroid.

15
 Nilai normal :
Umur pria wanita
14-16 46 43
16-18 43 40
18-20 41 38
5. Tes Kadar  Definisi : Adalah untuk  Pada Hypotiroidisme
kolesterol menentukan kadar kadar kolesterolnya
serum kolesterol dalam darah tinggi biasanya 280
dan pemantauan mg/dl
pengobatan tiroid
 Nilai normal : 79,3 -
107,5 mg/dl
6. Tes Kadar  Definisi : Adalah untuk  Pada Hypotiroidisme
fosfatase menguji fungsi hati kadar fosfatase alkali
alkali seperti mengukur tingkat rendah
enzim fosfatase dalam
darah dan pemantauan
pengobatan tiroid.
 Nilai normal : - Pria :
61- 232 U/L
- Wanita :
49 -232 U/L
7. Tes Kadar  Defenisi : Adalah untuk  Pada Hypotiroidisme
gula puasa mengetahui konsentrasi kadar gula puasa
glukosa yang terdapat rendah biasanya 80
dalam darah dan mg/dl
memantau pengobatan
tiroid
 Nilai normal : < 90 mg
/dl

16
8. RT3U  Definisi : Adalah untuk  Pada Hypotiroidisme
mengetahui kadar RT3U akan turun
 Nilai normal : 24 – 33 %
9. Pemeriksaan  Definisi : Adalah  Pada penyakit
Scanning persentase uptake dan hipotiroidisme maka
Tiroid distribusi yodium kenjar tiroid akan
radioaktif J131 dalam mengalami
kelenjar tiroid.Yang pembengkakan
dapat dilihat dari (gondok )
pemeriksaan ini adalah
besar,bentuk,dan letak
kelenjar tiroid
 Nilai normal :
- Bentuk : yang
menonjol biasa disebut
jakun
- Letak : Di anterior
leher dibawah tulang
rawan tiroid .
- Besar : 2 inci

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Konstipasi
2. Penurunan Curah Jantung
3. Ketidakefektifan Pola Napas
4. Kerusakan Integritas Kulit
5. Ketidakefektifan Termoregulasi

17
3.3 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. KONSTIPASI (00011) NOC : NIC :
Domain 3 : Eliminasi dan Fungsi Gastrointestinal Manejemen Konstipasi / Impaksi
pertukaran
Kelas 2 : Fungsi Kriteria Hasil : Observasi : Observasi
Gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda dan
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam konstipasi gejala konstipasi agar dapat
penurunan frekuensi normal masalah konstipasi teratasi dengan 2. Monitor (hasil produksi ) melakukan intervensi
defekasi yang disertai kesulitan indicator : pergerakan usus (feses), selanjutnya
atau pengeluaran feses tidak 1. Nafsu makan (3) meliputi frekuensi, konsistensi, 2. Agar dapat memantau hasil
tuntas dan/feses yang keras, 2. Frekuensi BAB (4) bentuk, volume, dan warna, produksi klien, pergerakan
kering, dan banyak. 3. Warna feses (4) dengan cara yang tepat. usus(feses), meliputi
4. Jumlah feses (4) frekuensi, konsistensi,
Batasan Karakteristik: bentuk volume, dan warna,
Keterangan : dengan cara yang tepat
1. Darah merah pada feses 1. Sangat terganggu sehingga dapat membantu
2. Distensi abdomen 2. Banyak terganggu dalam melakukan intervensi
3. Feses keras dan 3. Cukup terganggu
berbentuk 4. Sedikit terganggu Mandiri : Mandiri
4. Keletihan umum 5. Tidak terganggu 3. Dukung peningkatan asupan 3. Bertujuan untuk melunakkan
5. Mengejan pada saat cairan, jika ada kontak indikasi eliminasi feses serta
defekasi 4. Timbang berat badan pasien meningkatkan daya tan tubuh
6. Tidak dapat makan secara teratur klien
7. Tidak dapat 4. untuk megetahui
mengeluarkan feses keseimbangan nutrisi dan
pengeluaran asupan makanan
Faktor yang berhubungan :

18
fungsional : klien
1. Kebiasaan defekasi
yang tidak teratur Kolaborasi : Kolaborasi
- -
Mekanis
1. Abses retal Health Education : Health Education
2. Ketidakseimbangan 5. Ajarkan pasien atau keluarga 5. Agar klien dan keluarga
elektrolit mengenai proses pencernaan mengetahui proses
3. Obesitas normal pencernaan normal sehinnga
6. Ajarkan pasien atau keluarga dapat memantau proses
mengenai kurun waktu dalam pencernaan normal pada
fisiologis menyelesaikan terjadinya klien sehingga dapat
1. Asupan cairan tidak konstipasi mencegah hal-hal yang tidak
cukup diinginkan
2. Asupan serat tidak 6. Agar klien dan keluarga
cukup mengetahui kurun waktu
3. Kebiasaan makan buruk dalam menyelesaikan
4. Ketidakadekuatan terjadinya konstipasi
hygiene oral sehingga dapat mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan
Psikologis
1. Depresi
2. Stress emosi

19
2. PENURUNAN CURAH NOC : NIC :
JANTUNG(00029) Status Sirkulasi Pengaturan Hemodinamik
Domain 4 : Aktifitas atau
Istirahat Kriteria Hasil : Obsevasi : Observasi :
Kelas 4 : Respons Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dan catat tekanan darah, 1. Untuk memantau tekanan
kardiovaskuler atau hormonal keperawatan selama 3x24 jam denyut jantung, irama, dan darah, denyut jantung,irama
Definisi: masalah status sirkulasi dengan denyut jantung jantung sehingga mencegah
ketidakadekuatan darah yang indicator: klien tidak jatuh pada kondisi
dipompa jantung untuk 1. Tekanan darah sistol(4) yang lebih parah
memenuhi kebutuhan 2. Tekanan diastole(4)
metabolik tubuh. 3. Tekanan nadi(3) Mandiri : Mandiri :
4. Tekanan darah rata-rata(4) 2. Lakukan penilaian komprehensif 2. Bertujuan untuk mencegah
Batasan Karakteristik: terhadap status hemodinamik klien tidak jatuh pada kondisi
Perubahan frekuensi atau irama Keterangan : (yaitu, memeriksa tekanan darah, yang lebih parah serta
janntung: 1. Deviasi veart darai kisaran denyut jantung, denyut jantung, mempermudah intervensi
1. Bradikardia normal tekanan vena jugularis, tekanan selanjutnya
2. Palpitasi jantung 2. Deviasi yang cukup besar vena sentral, atrium kiri dan 3. Mencegah terjadinya
3. Perubahan dari kisaran normal kanan, tekanan ventrikel dan tachycardi serta untuk
elektrokardiogram/EK 3. Deviasi sedang dari tekanan arteri pulmonalis), mengkompensasi penurunan
G kisaran normal dengan tepat kontraksi jantung
4. Takikardai 4. Deviasi kisaran ringan dari 3. Lakukan auskultasi pada jantung 4. Untuk memberi rasa nyaman
kisaran normal 4. Tinggikan kepala tempat tidur pada klien
Perubahan preload: 5. Tidak ada deviasi noramal 5. Tinggikan kaki tempat tidur 5. Untuk memberi rasa nyaman
1. Distensi vena jugular pada klien
2. Edeme
3. Keletihan Kolaborasi : Kolaborasi :
4. Murmur jantung 6. Berkolaborasi dengan dokter, 6. Agar mendapat perawatan
5. Peningkatan berat sesuai indikasi lanjutan
badan

20
6. Peningkatan CVP Health Education : Health Education :
7. Peningkatan PAWP 7. Jelaskan tujuan perawatan dan 7. Agar pasien meengetahui
8. Penurunan pulmonary bagaimana kemajuan akan diukur tujuan perawatan serta
arteri wedge bagaimana kemajuan dalam
pressure(PAWP) selama perawatan
9. Penurunan tekanan
vena sentral(sentral
venous pressure,CVP)

Perubahan after load:


1. Dispnea vena jugular
2. Kulit lembab
3. Oliguria
4. Pengisian kapiler
memanjang
5. Penigkatan PVR
6. Peningkatan SVR
7. Penurunan nadi perifer
8. Penurunan resistansi
vaskuler paru(PVR)
9. Penurunan resistensi
vaskuler sistemik(SVR)
10. Perubahan tekanan
darah
11. Perubahan warna kulit

Perubahan kontratilitas:
1. Batuk
2. Bunyi napas tambahan

21
3. Bunyi S3
4. Bunyi s4
5. Dispnea paroksismal
nokturnal
6. Ortopnea
7. Penurunan fraksi ejeksi
8. Penuruan indeks
jantung
9. Penurunan left
ventricular stroke work
indeks(LVSWI)
10. Penurunan stroke
volume indeks(SVI)

Perilaku atau emosi:


1. Anseitas
2. Gelisah

Faktor yang berhubungan:


1. Perubahan afterload
2. Perubahan frekuensi
jantung
3. Perubahan irama
jantung
4. Perubahan
kontraktilitas
5. Perubahan preload
6. Perubahan sekuncup

22
3 KETIDAKEFEKTIFAN NOC : NIC :
POLA NAPAS (00032) Status Pernapasan Bantuan Ventilasi
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 4 : respons Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
kardiovaskular/pulmonal Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor efek-efek perubahan 1. Untuk mengetahui
keperawatan 3x24 jam masalah pada posisi pada oksigenasi. perkembangan status
Definisi : ketidakefektifan pola napas 2. Monitor pernapasan dan status kesehatan klien dan
Inspirasi dan/atau ekspirasi teratasi dengan indicator : oksigenasi mencegah komplikasi
yang tidak memberi ventilasi 1. Frekuensi pernapasan (4) lanjutan
adekuat. 2. Irama pernapasan (4) 2. Untuk mengetahui
Batasan karakteristik 3. Saturasi oksigen (4) perkembangan status
1. Bradipnea kesehatan klien dan
2. Dispnea Keterangan : mencegah komplikasi
3. Fase ekspirasi 1. Devisiasi berat dari lanjutan
memanjang kisaran normal
4. Ortopnea 2. Devisiasi yang cukup berat Mandiri : Mandiri :
5. Penggunaan otot bantu dari kisaran normal 3. Pertahankan kepatenan jalan 3. Untuk meningkatkan
pernapasan 3. Devisiasi sedang dari napas efektifitas jalan napas dan
6. Penggunaan posisi 3- kisaran normal 4. Posisikan untuk memfasilitasi mencegah komplikasi
titik 4. Devisiasi ringan dari pencocokan ventilasi/perfusi lanjutan
7. Peningkatan diameter kisaran normal dengan tepat 4. Yang bertujuan untuk
anterior-posterior 5. Tidak ada devisiasi dari 5. Posisikan untuk meminimalkan meringankan sesak napas
8. Penurunan kapasitas kisaran normal upaya bernapas dan mencegah komplikasi
pital lanjutan
9. Penurunan tekanan 5. Dengan posisi semi fowler
ekspirasi dapat meminimalisir sesak
10. Penurunan tekana napas
inspirasi
11. Penurunan ventilasi

23
semenit Kolaborasi : Kolaborasi :
12. Pernapasan bibir 6. Beri obat yang meningkatkan 6. Bertujuan untuk membantu
13. Pernapasan cuping potensi jalan napas dan obat yang mamaksimalkan ventilasi
hidung meningkatkan potensi jalan napas sehingga meringankan sesak
14. Perubahan ekskursi dan pertukaran gas dan mencegah komplikasi
dada lanjutan pada klien
15. Pola napas abnormal
(misalnya irama, Health Education : Health Education :
frekuensi, kedalaman) 7. Ajarkan teknik pernapasan 7. Agar klien dapat mandiri
16. Takipnea dengan tepat meminimalisir sesak.
Faktor yang berhubungan
1. Ansietas
2. Cedera medula spinalis
3. Deformitas diding dada
4. Deformitas tulang
5. Disfungsi
neuromuskular
6. Gangguan
muskuloskeletal
7. Gangguan neurologis
(misalnya
elektroensefalogram
[EEG] positif, trauma
kepala, gangguan
kejang)
8. Hiperventilasi
9. Imaturitas neurologis
10. Keletihan
11. Keletihan untuk

24
pernapasan
12. Nyeri
13. Obesitas
14. Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi
paru
15. Sindrom hipoventilasi

4 KERUSAKAN NOC : NIC :


INTEGRITAS KULIT Termoregulasi Pengecekan Kulit
(00046)
Domain 11 : Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
Keamanan/Perlindungan Setelah dilakukan tindakan 1. Amati warna, kehangatan, 1. Agar mengetahui tanda dan
Kelas 2 : Cedera Fisik keperawatan selama 3x24 jam bengkak, fulsasi, tekstur, edema, gejala integritas kulit
masalah keperawatan Kerusakan dan ulserasi pada ekstremitas. sehingga mempermudah
Definisi : integritas kulit teratasi dengan 2. Monitor warna dan suhu kulit. intervensi yang dilakukan
Kerusakan pada epidermis dan indicator : 3. Monitor kulit untk adanya 2. Untuk mempermudah
atau dermis 1. Merasa merinding saat kekringan yang berlebihan dan intervensi yang dilakukan
Batasan Karakteristik : dingin (4) kelembaban. 3. Untuk menghindari
1. Benda asing menusuk 2. Menggigil saat dingin (4) kerusakan jaringan dan
permukaan kulit 3. Tingkat pernapasan (4) mempermudah intervensi
2. Kerusakan integritas 4. Melaporkan kenyamanan lanjutan
kulit suhu (3)
Faktor yang berhubungan : 5. Penurunan suhu kulit (4)
Eksternal :

25
1. Agens farmaseutikal Keterangan : Mandiri : Mandiri :
2. Cedera kimiawi kulit 1. Sangat terganggu 4. Lakukan langkah-langkah untk 4. Bertujuan untuk
(misalnya, luka bakar, 2. Banyak terganggu mencegah kerusakan lebih lanjut mempertahankan keutuhan
kapsaisin, metilen 3. Cukup terganggu (misalnya, melapisi kasur, kulit.
klorida, agen mustar) 4. Sedikit terganggu menjadwalkan reposisi )
3. Faktor mekanik 5. Tidak terganggu
(misalnya, daya gesek, Kolaborasi : Kolaborasi :
tekanan, imobilitas - -
fisik)
4. Hipertermia Health Education : Health Education :
5. Hipotermia 5. Ajarkan anggota keluarga/ 5. Agar anggota keluarga
6. Kelembapan pemberi asuhan mengenai tanda- mengetahui mengenai tanda-
7. Lembab tanda kerusakan kulit dengan tanda kerusakan kulit dan
8. Terapi radiasi tepat segera malaporkan pada tim
9. Usia ekstrim kesehatan.
Internal :
1. Gangguan metabolism
2. Gangguan pigmentasi
3. Gangguan sensasi
(akibat cedera medulla
spinalis, diabetes
mellitus, dll)
4. Gangguan sirkulasi
5. Gangguan turgor kulit
6. Gangguan volume
cairan
7. Imunodefisiensi
8. Nutrisi tidak adekuat
9. Perubahan hormonal

26
10. Tekanan pada tonjolan
tulang

5 KETIDAKEFEKTIFAN NOC : NIC :


TERMOREGULASI (00008) Termoregulasi Pengaturan suhu
DOMAIN 11 :
Keamanan/Perlindungan Kriteria Hasil : Observasi : Observasi :
Kelas 6 : Termogulasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu paling tidak setiap 1. Untuk mengetahui perubahan
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam 2 jam, sesuai kebutuhan suhu tubu klien dan
Fluktuasi tubuh diantara masalah keperawatan Kerusakan 2. Monitor suhu dan warna kulit mempermudah dalam
hipotermia dan hipertermia integritas kulit teratasi dengan menentukan intervensi
Batasan karakteristik : indicator : 2. Untuk mengetahui warna dan
1. Dasar kukus sianotik 1. Merasa merinding saat suhu kulit klien serta
2. Fluktuasi suhu tubuh dingin (4) memudahkan dalam
diatas dan dibawah 2. Menggigil saat dingin (4) menentukan intervensi
kisaran normal 3. Tingkat pernapasan (4)
3. Hipertensi 4. Melaporkan kenyamanan Mandiri : Mandiri :
4. Kejang suhu (3) 3. Gunakan matras penghangat, 3. Untuk menjaga suhu tubuh
5. Kulit dingin 5. Penurunan suhu kulit (4) selimut hangat, dan hangatkan klien dan mencegah
6. Kulit hangat lingkungan sekitar untuk komplikasi lanjutan

27
7. Kemerahan Keterangan : meningkatkan suhu tubuh, sesuai 4. Untuk Menjaga suhu tubuh
8. Menggigil dingin 1. Sangat terganggu kebutuhan klien dan mencegah
9. Pengisian ulang kapiler 2. Banyak terganggu 4. Sesuaikan suhu lingkungan untuk komplikasi lanjutan
yang lambat 3. Cukup terganggu kebutuhan pasien 5. Untuk mencegah komplikasi
10. Peningkatan frekuensi 4. Sedikit terganggu 5. Berikan medikasi yang tepat lanjutan
pernapasan 5. Tidak terganggu untuk mencegah atau
11. Peningkatan suhu tubuh mengkontrol menggigil
diatas normal
12. Penurunan suhu tubuh Kolaborasi : Kolaborasi :
dibawah kisaran normal - -
13. Pileorexi
14. Pucat sedang Health Education : Health Education :
15. Takikardia 6. Informasikan mengenai indikasi 6. Agar klien dan keluarga
Faktor yang berhubungan : adanya hipotermia dan mengetahui bagaimana
1. Fluktuasi suhu penanganan emergency yang penanganan hipotermia saat
lingkungan tepat, sesuai kebutuhan emergency dengan tepat
2. Penyakit
3. Trauma
4. Usia yang ekstrim

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, 2014. Dalam


Engram, 2010. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009. Dalam
Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011. Dalam
Hardiyanto, Hade. 2017. Dalam BAB II Tinjauan Pustaka Hipotiroid
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Elsevier Inc.
International Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Bulechek Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia:
Elsevier Inc.

30

Anda mungkin juga menyukai