Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

TYPHOID DAN GASTROENTERITIS

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

oleh :
Kelompok 8
Kelas A 2016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes.

oleh :
Diwali Sukma Alyani NIM 162310101004
Febria Savitry Arum Melati NIM 162310101019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah
memberikan anugrah serta kesehatan dan kemampuan penyusun sehingga mampu
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Sindrome Nefrotik
matakuliah Keperawatan Anak di Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber informasi. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini atas nama penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini., S.Kep., M.Kes. selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing terkait sistematika
pembuatan makalah tugas ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas.
3. Teman-teman yang telah memberikan masukan berupa kritikdan saran
demi kesempurnaan tugas yang penulis buat.
Semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat, terutama untuk
mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Saya selaku penyusun
mengharap kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan pada masa yang akan
datang.

Jember, 30 November 2018

Penyusun
BAB 1. STUDI KASUS

1.1 Latar Belakang


Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit paing umum pada bayi
dan anak-anak. Angka rawat inap akibat gastroenteritis untuk anak-anak
dibawah 5 tahun dilaporkan sebanyak 9 per-1000 dan di Amerika Serikat
setiap tahun, sedangkan di Inggris sebanyak 12 per-1000 dan di Australia
sebanyak 15 per-1000. Pada negara berkembang angka rawat inap akibat diare
pada anak-anak sebesar 26 per-1000, misalnya di negara Cina.
Di Indonesia sendiri, penyakit ini merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB
diare yang tersebar di 3 Provinsi, 3 Kabupaten, dengan jumlah penderita 198
orang dan kematian 6 orang (Kemenkes RI, 2017).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gastroenteritis adalah penyakit yang terjadi akibat peradangan pada


saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejala terutama
muntah, dehidrasi, diare (Cakrawardi.dkk,2011).

Menurut Depkes RI (2005) diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda


adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang
encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB


dimana frekuensinya kebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih 200-250
gram (Syaiful Noer, 1996).

2.2 Etiologi

1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal adalah infeksi sauran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibro,
E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb)
b. Infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,dll)
c. Infeksi parasit (E. Hystolytica, G. Lamblia, T. Hominis) dan jamur
(C.albicans)
d. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah


satu penelitian, mual (93%), muntah (81%), diare (89%) dan nyeri abdomen
(76%) adalah gejala yang paling sering dialami oleh pasien (Setiati, 2015).

a. Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan), tanda-tandanya: berak 1-2 kali


sehari, muntah(-), haus(-), napsu makan tidak berkurang, masih ada
keinginan untuk bermain
b. Diare dengan dehidrasi ringat/sedang. Tanda-tandanya: berak cair 4-9 kali
sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat,
haus, tidak ada napsu makan, badan lesu lemas
c. Diare dengan dehidrasi berat. Tanda-tandanya: berak cair terus-menerus,
muntah terus-menerus, haus, mata cekung, bibir kering dan biru, tangan
dan kaki dingin, sangat lemah, tidak ada napsu makan. Tidak ada
keinginan untuk bermain, tidak BAK selama 6 jam atau lebih, kadang-
kadang dengan kejang dan panas tinggi.

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,


tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, ubun-ubun
dan mata cekung, membran mukosa kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun) serta suara menjadi
serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam.

2.4 Patofisiologi

Penyebab utama gastroenteritis adalah bakteri, virus, parasit (jamur,


cacing, protozoa). Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,
isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbuk diare. Kedua akibat rangsangan tertenu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.

Ketika gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan


mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorgaisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis


yang tepat sehingga tepat juga dalam penanganannya. Adapun pemeriksaan
yang perlu dilakukan menurut Suratmaja (2007) adalah:

1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, pembiakan
kuman untuk mengetahui kuman apa, tes resistensi terhadap berbagai
antibiotik serta untuk mengetahui kadar pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi glukosa
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, analisis darah dan elektrolit terutama Na, Ca,
K, P, dan serum pada diare yang disertai kejang
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium, dan Bikarbona
4. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik

2.6 Penatalaksanaan

1. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)


Tindakan:
a. Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya
b. ASI ( Air Susu Ibu) diteruskan- makanan diberikan seperti
biasanya
c. Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat
2. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
a. Berikan oralit
b. ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
c. Teruskan pemberian makanan
d. Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
e. Bila tidak ada perubaha segera bawa kembali ke Puskesmas
terdekat
3. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
a. Segera bawa ke Rumah Sakit/ Puskesmas dengan fasilitas
perawatan
b. Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
4. Takaran pemberian oralit
a. Dibawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas
setiap kali mencret
b. Dibawah 5 tahun (anak balita): 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya
1 gelas setiap kali mencret
c. Anak diatas 5 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas
setiap kali mencret
d. Anak diatas 12 tahun dan dewasa: 3 jam pertama 12 gelas,
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas: 200 cc)
2.7 Pathway
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah
menentukan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman
yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian klien melputi:
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi golongan
darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan
diagnosa medis. Dengan fokus meliputi nama, umur, berat badan, jenis
kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama dan orang tua.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari pertolongan kesehatan
adalah mengeluh berak encer dengan disertai atau tanpa lendir dan disertai
darah lebih dari tiga kali sehari. Anak menjadi rewel dan gelisah, badan
menjadi lemah dan aktivitas berkurang.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011) adalah
sebagai berikut,
a. Dengan keluhan Diare
b. Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan menentukan
intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala gastroenteritis dengan
keterlibatan bagian proksimal intestinal respons dan inflamasi khususnya
dari neurotoksin yang diproduksi oleh agen infeksi.
c. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons sistemik dari
ainvasi agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan volume cairan
tubuh yang terjadi secara akut juga merangsang hipotalamus dalam
meningkatkan suhu tubuh. Keluhan demam sering didapatkan pada pasien
gastroenteritis.
d. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan PQRST.
1. P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/
muntah dan keinginan untuk melakukan BAB.
2. Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya pada
pasien anak-anak. Ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik akut
atau perut seperti dikocok-kocok akibat mules.

3. R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada


pengiriman respons nyeri ke organ lain.

4. S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri


ringan sampai nyeri tak tertahankan)
5. T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri
pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules dan keinginan
untuk BAB yang tinggi.
e. Kondisi feses
Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada pasien GE. Keluhan yang
lazim adalah konsistensi feses yang encer, sedangkan beberapa pasien lain
mengeluh feses dengan lendir dan darah.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak
maupun keluarga dalam hal ini orang tua.
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan.
Mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan sesudah
lahir.
6. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus,
perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial dan kemandirian.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit pada keluarga, baik yang berhubungan dengan
penyakit yang di alami saat ini atau yang lain. Tujuan dari pengkajian riwayat
kesehatan keluarga ini adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan
kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk
menentukan apakah klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik
atau familial (Potter dan Perry, 2005).
8. Pola Fungsi Kesehatan
Kaji pola fungsional kesehatan pasien menurut pola Gordon yang berjumlah
11 poin, yaitu:
a. Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien dan orang tua tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana mereka mengatur dan peduli untuk menjaga
kesehatan.
b.Pola Metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit), termasuk pola individu sehari - hari, perubahan atau gangguan, dan
metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
d.Pola Aktivitas – Olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan
rekreasi; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas
olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti
otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi)
e. Pola Tidur - Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan untuk
merubah pola tersebut.
f. Pola Persepsi – Kognitif
Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan pembauan), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
g.Pola Persepsi Diri - Konsep Diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
h.Pola Hubungan Peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas;
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu
membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.

j. Pola Koping - Toleransi Stress

Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping


dalam mentoleransi stress.

k. Pola Nilai dan Keyakinan

Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk


kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Terkait dengan keadaan klien secara umum terlihat.
b. Tanda-tanda vital
TTV klien biasanya mengalami kenaikan suhu, tekanan darah, nadi dan
frekuensi napas akibat proses infeksi, kemungkinan Bb menurun akibat
eliminasi berlebihan yang tidak diimbangi dengan intake yang adekuat.
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut : meliputi bentuk kepala dan keadaan kulit kepala
2. Rambut: bagaimana keadaan rambut terkait kebersihan, warna dan
persebaran
3. Wajah: bagaimana warna kulit di wajah, dan bagaimana bentuk wajah
4. Mata: meliputi kelengkapan dan kesimetrisan, keadaan dan fungsi
masing – masing bagian mata, apakah ada kelainan atau tidak
5. Hidung: terkait keadaan hidung dan lubang hidung, adakah pergerakan
cuping hidung
6. Telinga: bentuk dan ukuran telinga, ketajaman pendengaran
7. Mulut dan faring: mukosa bibir biasanya terlihat kering karena
kekurangan cairan, periksa juga keadaan lidah, gigi dan gusi
8. Leher: periksa keadaan leher, adakah massa di daerah leher, periksa
adanya pembengkakan kelenjar limfe dan bagaimana suara yang
dikeluarkan anak, apakah ada kelainan atau tidak
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Terkait dengan keadaan klien secara umum terlihat.
b. Tanda-tanda vital
TTV klien biasanya mengalami kenaikan suhu, tekanan darah, nadi dan
frekuensi napas akibat proses infeksi, kemungkinan Bb menurun akibat
eliminasi berlebihan yang tidak diimbangi dengan intake yang adekuat.
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut : meliputi bentuk kepala dan keadaan kulit kepala
2. Rambut: bagaimana keadaan rambut terkait kebersihan, warna dan
persebaran
3. Wajah: bagaimana warna kulit di wajah, dan bagaimana bentuk wajah
4. Mata: meliputi kelengkapan dan kesimetrisan, keadaan dan fungsi
masing – masing bagian mata, apakah ada kelainan atau tidak
5. Hidung: terkait keadaan hidung dan lubang hidung, adakah pergerakan
cuping hidung
6. Telinga: bentuk dan ukuran telinga, ketajaman pendengaran
7. Mulut dan faring: mukosa bibir biasanya terlihat kering karena
kekurangan cairan, periksa juga keadaan lidah, gigi dan gusi
8. Leher: periksa keadaan leher, adakah massa di daerah leher, periksa
adanya pembengkakan kelenjar limfe dan bagaimana suara yang
dikeluarkan anak, apakah ada kelainan atau tidak

9. Pemeriksaan integument: lihat warna kulit klien, periksa juga


kehangatan, kelembaban, dan turgor kulit
10. Pemeriksaan payudara dan ketiak: periksa ukuran, bentuk, warna,
adanya pembengkakan, periksa kesimetrisan aksila dan clavicula
11. Pemeriksaan thoraks/dada: meliputi inspeksi secara umum, bagaimana
pernapasannya, adakah tanda kesulitan bernapas atau tidak
12. Pemeriksaan paru: pemeriksaan meliputi palpasi, perkusi bagaimana
resonansinya dan auskultasi untuk memeriksa adakah suara tambahan
napas atau tidak
13. Pemeriksaan jantung: meliputi palpasi untuk memeriksa adakah
pembengkakan, perkusi untuk menentukan ukuran jantung, dan
auskultasi untuk memeriksa bunyi jantung normal
14. Pemeriksaan abdomen: meliputi inspeksi secara umum terkait
kesimetrisan, auskultasi untuk mendengarkan gerakan peristaltik yang
biasanya meningkat dalam kasus ini, palpasi adanya nyeri tekan,
benjolan dan ascites, dan perkusi
15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya: periksa keadaan genetalia,
anus dan perineum
16. Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,
edema)

3.2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional
lain, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
Dari kasus gastroenteritis dapat diangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diare berhubungan dengan adanya infeksi yang menyebabkan penyerapan
dalam usus berkurang dan meningkatkan peristaltic usus
2. Defisien volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
dengan intake yang kurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan output
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Mual berhubungan dengan proses inflamasi di dalam saluran pencernaan
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan anak dan orang tua
akan kondisi anak
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan meningkatnya frekuensi buang
air besar
8. Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala,
proses, komplikasi, dan cara penanganan diare pada anak
9. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
meningkatnya frekuensi buang air besar
10. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kurangnya
nutrisi yang dikonsumsi anak
Menggambarkan pola pemahaman klien dan orang tua tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana mereka mengatur dan peduli untuk menjaga
kesehatan.
d.Pola Metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
e. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit), termasuk pola individu sehari - hari, perubahan atau gangguan, dan
metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
f. Pola Aktivitas – Olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan
rekreasi; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas
olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti
otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi)
g.Pola Tidur - Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan untuk
merubah pola tersebut.
h.Pola Persepsi – Kognitif
Menggambaekan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, dan pembauan), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan
kemampuan fungsi kognitif.
i. Pola Persepsi Diri - Konsep Diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri;
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
j. Pola Hubungan Peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
Pola Reproduksi – Seksualitas Menggambarkan kepuasan atau
ketidakpuasan dalam seksualitas; termasuk status reproduksi wanita, pada
anak-anak bagaimana dia mampu membedakan jenis kelamin dan
mengetahui alat kelaminnya.
k.Pola Koping - Toleransi Stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping
dalam mentoleransi stress.
l. Pola Nilai dan Keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Terkait dengan keadaan klien secara umum terlihat.
b. Tanda-tanda vital
TTV klien biasanya mengalami kenaikan suhu, tekanan darah, nadi dan
frekuensi napas akibat proses infeksi, kemungkinan Bb menurun akibat
eliminasi berlebihan yang tidak diimbangi dengan intake yang adekuat.
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut : meliputi bentuk kepala dan keadaan kulit kepala
2. Rambut: bagaimana keadaan rambut terkait kebersihan, warna dan
persebaran
3. Wajah: bagaimana warna kulit di wajah, dan bagaimana bentuk wajah
4. Mata: meliputi kelengkapan dan kesimetrisan, keadaan dan fungsi
masing – masing bagian mata, apakah ada kelainan atau tidak
5. Hidung: terkait keadaan hidung dan lubang hidung, adakah pergerakan
cuping hidung
6. Telinga: bentuk dan ukuran telinga, ketajaman pendengaran
7. Mulut dan faring: mukosa bibir biasanya terlihat kering karena
kekurangan cairan, periksa juga keadaan lidah, gigi dan gusi
8. Leher: periksa keadaan leher, adakah massa di daerah leher, periksa
adanya pembengkakan kelenjar limfe dan bagaimana suara yang
dikeluarkan anak, apakah ada kelainan atau tidak
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas;
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu
membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.
d.Pola Koping - Toleransi Stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan koping
dalam mentoleransi stress.
e. Pola Nilai dan Keyakinan
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
12. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Terkait dengan keadaan klien secara umum terlihat.
b. Tanda-tanda vital
TTV klien biasanya mengalami kenaikan suhu, tekanan darah, nadi dan
frekuensi napas akibat proses infeksi, kemungkinan Bb menurun akibat
eliminasi berlebihan yang tidak diimbangi dengan intake yang adekuat.
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut : meliputi bentuk kepala dan keadaan kulit kepala
2. Rambut: bagaimana keadaan rambut terkait kebersihan, warna dan
persebaran
3. Wajah: bagaimana warna kulit di wajah, dan bagaimana bentuk wajah
4. Mata: meliputi kelengkapan dan kesimetrisan, keadaan dan fungsi
masing – masing bagian mata, apakah ada kelainan atau tidak
5. Hidung: terkait keadaan hidung dan lubang hidung, adakah pergerakan
cuping hidung
6. Telinga: bentuk dan ukuran telinga, ketajaman pendengaran
7. Mulut dan faring: mukosa bibir biasanya terlihat kering karena
kekurangan cairan, periksa juga keadaan lidah, gigi dan gusi

8. Leher: periksa keadaan leher, adakah massa di daerah leher, periksa


adanya pembengkakan kelenjar limfe dan bagaimana suara yang
dikeluarkan anak, apakah ada kelainan atau tidak

9. Pemeriksaan integument: lihat warna kulit klien, periksa juga


kehangatan, kelembaban, dan turgor kulit
10. Pemeriksaan payudara dan ketiak: periksa ukuran, bentuk, warna,
adanya pembengkakan, periksa kesimetrisan aksila dan clavicula
11. Pemeriksaan thoraks/dada: meliputi inspeksi secara umum, bagaimana
pernapasannya, adakah tanda kesulitan bernapas atau tidak
12. Pemeriksaan paru: pemeriksaan meliputi palpasi, perkusi bagaimana
resonansinya dan auskultasi untuk memeriksa adakah suara tambahan
napas atau tidak
13. Pemeriksaan jantung: meliputi palpasi untuk memeriksa adakah
pembengkakan, perkusi untuk menentukan ukuran jantung, dan
auskultasi untuk memeriksa bunyi jantung normal
14. Pemeriksaan abdomen: meliputi inspeksi secara umum terkait
kesimetrisan, auskultasi untuk mendengarkan gerakan peristaltik yang
biasanya meningkat dalam kasus ini, palpasi adanya nyeri tekan,
benjolan dan ascites, dan perkusi
15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya: periksa keadaan genetalia,
anus dan perineum
16. Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,
edema)

3.3. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional
lain, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
Dari kasus gastroenteritis dapat diangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Diare berhubungan dengan adanya infeksi yang menyebabkan penyerapan


dalam usus berkurang dan meningkatkan peristaltic usus
2. Defisien volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
dengan intake yang kurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan output
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

5. Mual berhubungan dengan proses inflamasi di dalam saluran pencernaan

6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan anak dan orang tua akan
kondisi anak
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar
8. Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala, proses,
komplikasi, dan cara penanganan diare pada anak
9. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
meningkatnya frekuensi buang air besar
10. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kurangnya
nutrisi yang dikonsumsi anak.
3.3 Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem

1 DS :
- Klien mengatakan BAB Infeksi saluran pencernaan Diare
berkali – kali dan fesesnya
cair Peristaltik usus
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian perut Diare
-
DO :
- Terdengar bising usus
meningkat
- Feses berbenuk cair
2 DS : Defisien volume
- Klien mengatakan BAB Infeksi saluran pencernaan cairan
berkali – kali dan fesesnya
cair Peristaltik usus
- Klien mengatakan lemas
DO : Diare
- Turgor kulit menurun
- Penurunan tekanan darah Peningkatan kehilangan
cairan dan elektrolit
- Peningkatan frekuensi nadi
- Kulit kering
Defisien volume cairan
- Suhu tubuh meningkat
3 DS :
Infeksi saluran pencernaan
- Klien tidak mau makan Ketidakseimbangan
Respon pada lambung
- Klien merasakan asam di Anoreksia nutrisi: kurang dari
dalam mulut Mual
kebutuhan tubuh
DO : Klien tidak mau makan
- BB klien turun drastis
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

4 DS:
Infeksi saluran pencernaan
- Klien rewel Hipertermi
DO:
- Frekuensi napas menurun Proses inflamasi
- Frekuensi nadi menurun
- Tekanan darah menurun Merangsang hipotalamus
- Kulit terlihat kemerahan meningkatkan suhu tubuh

- Pada keadaan parah dapat


terjadi kejang Suhu tubuh meningkat

5 DS :
Infeksi saluran pencernaan
- Klien tidak mau makan Mual
- Klien merasakan asam di
dalam mulut Respon pada lambung
DO :
- Klien terlihat sering menelan Anoreksia

Mual

6 DS:
- Klien dan Ibu klien Infeksi saluran pencernaan
Ansietas
mengatakan bingung dengan Peristaltik usus
yang harus dilakukan
DO: Diare
- Klien/orang tua klien terlihat
cemas Kurang terpajan informasi
mengenai diare

Ansietas (orang tua)


7 DS :
Infeksi saluran pencernaan
- Klien mengatakan BAB Gangguan pola
berkali – kali dan fesesnya tidur
cair Peristaltik usus
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian perut Diare
DO :
- Terdengar bising usus
meningkat
- Feses berbenuk cair
8 DS:
- Klien dan Ibu klien Infeksi saluran pencernaan
Defisien
mengatakan bingung dengan
pengetahuan
yang harus dilakukan Peristaltik usus
DO:
- Klien/orang tua klien terlihat
Diare
cemas

Kurang terpajan informasi


mengenai diare

Defisien pengetahuan

9 DS :
Infeksi saluran pencernaan
- Klien mengatakan nyeri Risiko
Peristaltik usus
dibagian anus kerusakan
DO : integritas kulit
Diare
- Klien nampak meringis
- Daerah anus klien terlihat
Frekuensi BAB meningkat
merah
Iritasi daerah anus
10 DS :
Infeksi saluran pencernaan
- Klien mengatakan BAB Risiko
berkali – kali dan fesesnya keterlambatan
cair Peristaltik usus perkembangan
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian perut Diare
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan Penyerapan nutrisi dalam
usus menurun
DO :
- Terdengar bising usus
meningkat Malnutrisi

- Feses berbenuk cair


- Klien terlihat kurus Resiko keterlambatan
perkembangan
3.4 Intervensi

INTERVENSI
NO DIAGNOSA
NOC NIC
1. DIARE Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare (0460)
Definisi : Pasase feses yang lunak dan selama 1x24 jam diharapkan kontinensi usus 1. Tentukan riwayat diare
tidak berbentuk (0500) klien dapat dipertahankan pada skala 2. Ajarkan klien dan keluarga cara penggunaan
obat antidiare secara tepat
3 dan ditingkatkan pada skala 5 dengan
3. Intruksikan klien dan keluarga untuk mencatat
Batasan karakteristik : indikator : warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
1. Nyeri abdomen 1. Klien dapat mengenali keinginan 4. Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
2. Ada dorongan untuk defekasi untuk defekasi dikonsumsi sebelumnya
3. Kram 2. Persarafan sfingter tetap fungsional 5. Identifikasi faktor yang menyebabkan diare
4. Bising usus hiperaktif 3. Klien tetap minum cairan secara 6. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi
sering, dan tingkatkan porsi secara bertahap
5. Defekasi cair >3 dalam 24 jam adekuat
7. Amati turgor kulit secara berkala
4. Klien dapat mengonsumsi serat secara
Faktor yang berhubungan : adekuat
Manajemen Cairan (4120)
Adanya infeksi (virus, bakteri, parasit) 5. Klien atau keluarga dapat memantau
1. Timbang berat badan setiap hari dan monitor
dalam saluran pencernaan jumlah dan kontinensi feses
status klien
2. Jaga intake dengan akurat dan catat output
(klien)
3. Monitor status hidrasi (misalnya: membran
mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan
tekanan darah ortostatik)
4. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori harian
5. Monitor TTV klien

6. Tingkatkan asupan oral (misalnya: memberikan


sedotan, menawarkan cairan diantara waktu
makan) yang sesuai
7. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
2. DEFISIEN VOLUME CAIRAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Elektrolit (2000)
Definisi : Penurunan cairan selama 1x24 jam kebutuhan volume cairan 1. Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal
intravaskular, interstisial, dan atau dapat dipertahankan pada skala 3 dan/atau
2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, ditingkatkan pada skala 5 dengan KH :
elektrolit
kehilangan cairan saja tanpa perubahan 1. Tanda-tanda dehidrasi tidak ada
3. Pertahankan kepatenan akses IV
kadar natrium 2. Mukosa mulut dan bibir lembab
4. Berikan cairan sesuai resep
3. Balance cairan seimbang
Batasan karakteristik : 5. Catat intake dan output klien
4. Turgor kulit elastis
1. Penurunan turgor kulit
6. Konsltasikan kepada dokter terkait pemberian
2. Penurunan tekanan darah 5. Klien dapat menyenangi makanan
elektrolit dengan sedikit obat – obatan.
3. Penurunan tekanan nadi
6. Intake makanan adekuat
Monitor cairan (4130)
4. Membran mukosa kering
7. Intake nutrisi 1. Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan
5. Kulit kering
cairan serta kebiasaan eliminasi
6. Peningkatan suhu tubuh 8. Intake cairan
2. Monitor berat badan
7. Kelelahan 9. Klien terangsang untuk makan
3. Monitor asupan dan pengeluaran
4. Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan
Faktor yang berhubungan : respon haus
Asupan cairan kurang
5. Berikan cairan dengan tepat
3. KETIDAKSEIMBANGAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Gangguan makan (1030)
NUTRISI : KURANG DARI selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi dapat 1. Tentukan pencapaian berat badan sesuai
KEBUTUHAN TUBUH dipertahankan pada skala 3 dan/atau keinginan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup ditingkatkan pada skala 5 dengan KH :
2. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik
1. Intake nutrisi meningkat yang disukai dengan tim ahli gizi

Batasan karakteristik: 2. Diet habis 1 porsi yang disediakan 3. Monitor intake atau asupan dan asupan cairan
secara tepat
1. Kram abdomen 3. Mual muntah tidak ada
4. Monitor asupan kalori makanan harian
2. Nyeri abdomen 4. Berat badan naik
5. Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk
3. Diare meningkatkan berat badan

4. Enggan makan
Monitor nutrisi (1160)
5. Asupan makanan kurang dari
1. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
RDA
2. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
3. Monitor turgor kulit dan mobilitas
Faktor yang berhubungan:
4. Identifikasi abnormalitas kulit
1. Faktor biologis
5. Monitor diet dan asupan kalori
3.5 Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan


adalah katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2005).

3.6 Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan menurut Potter & Perry (2005)
yaitu mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah pencapaian tujuan. Adapun tahapannya, yaitu :
1. Membandingkan respon klien dengan kriteria.
2. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi.
3. Memodifikasi rencana asuhan.
4. Syarat dokumentasi keperawatan
VI. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya kebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih 200-
250 gram (Syaiful Noer, 1996). Infeksi ini dapat disebabkan oleh bebarapa
faktor, yaitu infeksi (virus, bakteri, jamur) . malabsorpsi, makanan yang
basi, dan psikologis. Dari kasus gastroenterits dapat diambil diagnosa
keperawatan antara lain : diare berhubungan dengan adanya infeksi yang
menyebabkan penyerapan dalam usus berkurang dan meningkatkan
peristaltic usus, defisien volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan dengan intake yang kurang, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan
output, hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi , mual
berhubungan dengan proses inflamasi di dalam saluran pencernaan.

4.2 Saran

Penyakit gastroenteritis banyak terjadi di anak-anak. Adanya


penyakit gastroentritis menjadikan orang tua seharusnya lebih
memperhatikan kebersihan anak-anaknya. Dengan adanya makalah ini
penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya gastroenteritis
teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan khususnya penulis
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi


2.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kemenkes RI.

Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medikal

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan


keperawatan Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.

Nanda-1 Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi


11. 2018. NANDA International nursing diagnoses: definitions
and classification 2018-2020 (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta:
EGC

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.

Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I.
Jakarta : Salemba Medika.

Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. (2013). Nursing


Interventions Classification (Edisi Bahasa Indonesia). Indonesia.
ELSEVIER.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 6. (2013). Nursing Outcomes


Classification (Edisi Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai