Anda di halaman 1dari 25

PEMBUATAN ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA

I. Prinsip Percobaan
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat
menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam hingga terjadi
kesetimbangan.

II. Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui cara pembuatan etil asetat dari alcohol dan asam cuka
b. Untuk memurnikan etil asetat dengan cara destilasi
c. Untuk mengetahui sfat fisika dan kimia dari etil asetat
d. Untuk mengetahui refraksi dari etil asetat praktis

III. Reaksi Percobaan

IV. Teori Percobaan


1. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi
pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi
dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan
sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil
asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan
etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4).
Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung
gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan
dengan sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa
gugus alkil sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin
benzen seperti fenil.
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol
danasam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan
daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR
adalah alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat.
Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama
tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate.
Ester yang paling lazim adalah etil asetat, CH3CO2CH2CH3, suatu
pelarut cat dan cat kuku maupun pelarut untuk perekat. Etil asetat dan ester
lain dengan sepuluh karbon atau kurang merupakan suatu cairan yang mudah
menguap dengan bau enak yang mirip dengan buah-buahan dan sering
dijumpai dalam buah-buahan dan bunga-bungaan. Banyak ester, baik yang
dari alam maupun dibuat oleh manusia, yang digunakan sebagai bahan penyedap
(flavoring agent). Bau dan citarasa dari buah-buahan tertentu dapat disebabkan
oleh beberapa ester. Misalnya etil asetat, n-butil asetat, dan n-pentil asetat
semuanya merupakan citarasa dari pisang-pisang.Ester yang terdapat dari
alam yang terbuat dari asam karbiksilat berantai-panjang dan alkohol
berantai-panjang disebut lilin (janganlah dikacaukan lilin dengan bermacam
hidrokarbon,seperti lilin parafin). Kebanyakan bahan yangdisebut lilin
biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat lain. Campuran
semacam itu merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangka leleh yang

lebar (40-90 C). bila dicampur dengan pelarut organik tertentu,dapatlah


mudah dioleskan sebagai larutan pelindung. Misalnya, carnauba wax
digunakan secara meluas sebagai pemoles mobil dan lantai
Ester dari asam karboksilat rendah berat molekulyang tidak
berwarna,cairan mudah menguap dengan bau yang menyenangkan, sedikit
larut dalam air. Banyak yang bertanggung jawab atas aroma dan rasa bunga
dan buah-buahan misalnya, asetat isopentyl hadir dalampisang, metil
salisilat dalam wintergreen, dan etil butirat dalam nanas. Ini dan lainnya ester
volatile dengan bau khas digunakan dalam rasa sintetis, parfum, dan
kosmetik. Ester volatile tertentu digunakan sebagai pelarut untuk lacquers,
cat, danpernis; untuk tujuan ini, jumlah besar dan butil asetat etil asetat
diproduksi secara komersial. Wax disekresi oleh hewan dan tumbuhan ester
terbentuk dari rantai panjang asam karboksilat dan alkohol rantai panjang.
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk mendapatkan hasil ester
yang tinggi, kita harus menggeser kesetimbangan ke sisi ester. Satu teknik
untuk mencapai ini menggunakan kelebihan reaktan (yang lebih murah).
Teknik lain adalah untuk menghilangkan salah satu produk dari campuran
reaksi (misalnya, oleh destilasi azeotropik air). Sebagai jumlah hambatan
sterik di antara meningkat, tingkat pembentukan ester turun. Hasil ester juga
menurun. Alasannya adalah esterifikasi itu adalah reaksi reversibel dan
spesies yang kurang terhalang (reaktan) disukai. Jika ester dalm jumlah besar
harus disiapkan, lebih baik menggunakan jenis sintesis lain, seperti reaksi
alkohol dengan anhidrida asam atau asam klorida, yang lebih reaktif daripada
asam karboksilat dan menjalani reaksi ireversibel dengan alkohol.

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada


halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kekuatan asam dari
asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester.
Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah
metanol > alkohol 1o (primer) > alkohol 2o (sekunder) > alkohol 3o (tersier).
Macam – macam reaksi esterifikasi antara lain :

a. Reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol


b. Reaksi anara asil klorida dengan alkohol atau fenol
c. Reaksi antara suatu anhidrida asam dengan fenol

Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat


mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita
hanya akan melihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus -COOH
digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti
dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen).

Minyak lemak dan ester dari rantai panjang asam karboksilat dan
gliserol. Ester cair volatilitas rendah pelunakan berfungsi sebagai agen untuk
resindan plastik. Ester juga mencakup banyak industri polimer penting.
Polimetil metakrilat adalah pengganti kaca dijual di bawah nama Lucite dan
kaca, polietilen tereftalat digunakan sebagai film (Mylar) dan sebagai serat
tekstil dijual sebagai Terylene, Fortrel, dan Dacron. (Suparno, 2006 )
Adapun minyak dan lemak hewani dan nabati merupakan ester yang
besar dan rumit. Perbedaan antara sebuah lemak (seperti mentega) dengan
sebuah minyak (seperti miyak bunga matahari) hanya pada titik leleh
campuran ester yang dikandungnya. Jika titik leleh dibawah suhu kamar,
maka ester akan berwujud cair – yakni minyak. Jika titik leleh diatas suhu
kamar, ester akan berwujud padatan – yakni lemak.
Mekanisme Reaksi Esterifikasi Fischer

Esterifikasi Fischer berasal dari serangan nukleofilik alkohol pada


karbonil terprotonasi gugus asam karboksilat untuk membentuk zat antara
tetrahedral. Runtuhnya tetrahedral intermediate meregenerasi gugus karbonil
dan menghasilkan ester dan air. Urutan keseluruhan diuraikan di sini:

Dalam esterifikasi Fischer dengan alkohol primer, produknya hanya


sedikit disukai oleh keseimbangan dan, oleh karena itu, untuk memperoleh
hasil yang substansial dari ester, keseimbangan harus bergeser ke arah produk.
Hasil ini dapat dicapai dengan beberapa cara. Misalnya, kelebihan dari awal
alkohol dapat digunakan untuk menggeser posisi kesetimbangan ke arah
produk. Teknik ini digunakan dalam persiapan etil laurat. Alternatif analog
adalah dengan menggunakan kelebihan asam karboksilat. Pilihan ketiga untuk
mendorong reaksi adalah penghapusan satu atau kedua produk (ester atau air)
yang terbentuk selama reaksi.
Persiapan isopentyl asetat, tergantung pada dua di antaranya strategi:

1. reaksi dijalankan dalam asam karboksilat berlebih (berlipat ganda sebagai


pelarut) dan

2. air yang dihasilkan sebagai salah satu produk dihilangkan oleh agen
pengeringan.

Katalis asam yang digunakan dalam esterifikasi Fischer umumnya


hidrogen klorida kering, asam sulfat pekat, atau asam organik kuat, seperti
asam p-toluenesulfonic. Ketika gugus karboksil dan gugus hidroksil hadir
dalam yang sama molekul, esterifikasi intramolekul dapat terjadi dan ester
siklik (disebut lakton) dapat dibentuk. Laktonisasi membutuhkan konformasi
yang dapat diterima. kedua kelompok harus dekat dan diposisikan secara
spasial untuk bereaksi. Penutupan cincin terutama menguntungkan jika
pembentukan lakton menghasilkan lima atau enam anggota (stabil) dan sistem
cincin yang terbentuk dengan cepat.

Seperti disebutkan sebelumnya, esterifikasi Fischer adalah reaksi


kesetimbangan dan karenanya reversibel. Jadi, memanaskan ester dalam
larutan air, di hadapan asam katalis, meregenerasi asam karboksilat dan
alkohol yang sesuai. Yang terakhir ini Reaksi ini disebut hidrolisis asam ester.
Langkah penentuan tingkat di keduanya reaksi esterifikasi maju dan reaksi
sebaliknya, hidrolisis asam, adalah pembentukan perantara tetrahedral. Oleh
karena itu, jelas bahwa laju reaksi akan ditentukan oleh kemudahan nukleofil
(alkohol pada esterifikasi dan air pada hidrolisis) mendekati karbonil
kelompok. Faktor sterik dan elektronik telah terbukti memiliki efek besar
pada tingkat esterifikasi. Peningkatan jumlah substitusi besar diganti pada dan
posisi senyawa yang mengandung karbonil menurunkan rate (efek sterik).
Gugus penarik elektron dekat gugus karbonil, pada sebaliknya, cenderung
meningkatkan laju dengan meningkatkan elektrofilisitas (parsial muatan
positif) karbonil karbonil (efek elektronik). Sebaliknya, electrondonating
kelompok bertindak untuk memperlambat laju esterifikasi (efek elektronik).

Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul


reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju
reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya,
sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan. Laju esterifikaasi asam karboksilattergantung pada halangan
sterik dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam
karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan
ester. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan
paling lambat alkohol tersier.
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai
batas konversi yang tinggi
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak
terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.
Manfaat reaksi esterifikasi dalam dunia industri antara lain :
1. Industri pakaian
Reaksi esterifikasi antara etilen glikol dengan asam bensen 1,4
dikarboksilat menghasilkan senyawa ester, yaitu polyester. Polyester dapat
digunakan sebagai bahan pembuat kain.
2. Industri farmasi
Aspirin (asam asetil asetat) merupakan senyawa ester yang dihasilkan
dari reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan anhidrida asam asetat.
Aspirin dapat digunakan untuk mengatasi rasa sakit, demam, peradangan
tulang dan sendi, serta serangan jantung dan stroke.
3. Industri makanan dan minuman
Reaksi esterifikasi antara asam karboksilat suku rendah dan alkohol
suku rendah menghasilkan senyawa ester dengan rantai pendek. Senyawa
ester seperti ini banyak terdapat dalam buah-buahan yang menimbulkan
aroma dari buah tersebut, sehingga disebut ester buah-buahan.
4. Reaksi esterifikasi
Antara amil alkohol dengan asam asetat menghasilkan senyawa ester,
yaitu amil asetat. Amil asetat memiliki banyak kegunaan dalam bidang
industri, antara lain :Sebagai pelarut dalam pembuatan selulosa nitrat, etil
selulosa, dan polivinil asetat. Digunakan untuk proses eksraksi dan pemurnian
pada pembuatan penicilin.

Sifat fisika dan kimia ester


Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester
yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester
berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa
polar yang mempunyai dipol-dipol yang saling berinteraksi di mana interaksi
ini menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan
ester memilki titik didih yang lebih tinggi dari senyawa hidrokarbon lain yang
memiliki bentuk molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun
dibandingkan dengansenyawa alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan
molekulrelatifnya mirip titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester
tidak memiliki gugus OH- sehingga interaksi antar molekul ester tidak
membentuk ikatan hidrogen. Senyawa – senyawa ester antara lain mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-
buahan. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat
polar. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau
alcohol pembentuknya. Ester merupakan senyawa karbon yang netral. Ester dapat
mengalami reaksi hidrolisis.
Contoh : R– COOR1 + H2O ------> R– COOH + R1 – OH
(Ester) (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol)
Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan
dihasilkan dua buah senyawa alkohol.
Contoh : R –COOR1 + 2H2 → R– CH2 – OH + R1 – OH
Ester Alkohol Alkohol
Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk
garam (sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi
safonifikasi penyabunan.

2. Etil Asetat
Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus
molekul CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak
kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi
rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan
pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam
industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri
farmasi, dan sebagainya. Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi
fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai katalis asam seperti
asam sulfat.
Reaksinya :
Etanol + Asam Asetat Etil Asetat + Air

C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu


kesetimbangan kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau
basa menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat
dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan
hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
2. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
3. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu kamar.
4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor
ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu
hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen,
dan nitrogen.
5. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.

A. Pembuatan Etil Asetat


Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
1. Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan
dalam suasana asam.
2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui
pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan OAg dan
reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus alkil yang
bercabang.Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya
biaya.
3. Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol. (aliprat, 2011 )
B. Sifat fisika dan kimia Etil Asetat
Sifat Fisis Etil Asetat

1. Merupakan cairan yang tidak bewarna dan mudah terbakar


2. Pada suhu tinggi berubah bentuk minyak dan lemak
3. Berbau khas
4. Titik didihnya 77°C dan titik beku -84°C

Sifat Kimia Etil Asetat

1. Dapat dihidrolisa dengan air membentuk asam dan alkohol


2. Tidak bereaksi dengan logam dan PCl3
3. Bereaksi dengan basa membentuk glisentida

3.Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa


kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,


setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting.
Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari
hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimiamaupun dari
sumber hayati

a. Sifat Fisika
- Bentuk: Cairan
- Warna: Tidak berwarna
- Bau: Tajam
- Nilai pH (50g/l H2O): (20oC) 2,5
- Kekentalan Dinamik: (20oC) 1,22 mm2/s
- Kekentalan Kinematik: (20oC) 1,77
- Titik lebur: (17oC)
- Titik didih: 116-118
- Suhu penyalaan: 485oC
- Titik nyala: 39oC
- Batas ledakan: Lebih rendah 4 Vol%, leboh tinggi 19,9 Vol%
- Tekanan uap: (20oC) 1,54 hPa
- Densitas uap relatif: 2,07
- Densitas; (20oC) 1,05 g/cm3
- Kelarutan dalam air: (20oC) Dapat larut
- Log Pow: -0,17
- Faktor Biokonsentrasi: 1
- Indeks Refraksi: (20oC) 1,37
b. Sifat Kimia
- Dapat dihidroksi dengan hidrogen
- Dengan fenil hidroksi amin
- Jika direduksi membentuk anilin.
- Tidak dapat dioksidasi dalam larutan KMn seperti alkena.
- Tidak dapat diadisi oleh Br2, H2O dan KMnO4, bisa terjadi bila ada
UV.
- Mengalami reasi alkilasi dengan katalisator AlCl3
c. Penyimpanan Asam Asetat
- Jauhkan bahan dari nyala api.
- Tutup wadah dengan rapat dan hati-hati bila membuka tutup wadah.
- Simpan dalam wadah yang kuat dan tahan bocor dalam ruangan yang
berventilasi pada suhu diatas 16oC (titik beku).
- Jauhkan dari bahan inkompatibel: Oksidator (Kromat, Permanganat,
Perklorat, basa kuat seperti NaOH dan logam).
- Simpan dalam area terpisah dan disetujui.
- Simpan wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap untuk
digunakan.
- Hindari semua sumber-sumber pengapian (percikan atau api)
d. MSDS
No. Parameter Penjelasan
1. Identifikasi Bahaya
Potensi Bahaya Kesehatan Dapat terbakar.
Mengakibatkan luka bakar yang parah.
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan.
Kadar yang tinggi dapat menyebabkan
peradangan saluran pernafasan dan akumulasi
cairan pada paru-paru.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
kerusakan mata permanen.
Bila tertelan dapat menyebabkan gangguan
saluran usus.
2. Pertolongan Pertama
Jika terkena mata Segera siram dengan air bersih yang banyak
dan mengalir sekurang-kurangnya selama 10
menit. kemudian hubungi petugas medis
segera.
Jika terkena kulit segera basuh kulit dengan air yang banyak dan
mengalir sedikitnya selama 15 menit. Olesi
dengan Polyethylene Glycol atau dapat
menghubungi perawatan medis dengan segera.
Jika terkena pakaian, segera lepaskan pakaian
yang terkontaminasi
Jika terhirup segera cari tempat yang mengandung udara
bersih dan segar. Jika pingsan, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan medis perhatian segera.
Jika tertelan Diusahakan untuk tidak memuntahkannya
kecuali bila diarahkan oleh petugas medis.
Berikan air minum yang banyak. Jangan
pernah memberikan apapun melalui mulut
kepada orang yang pingsan. Longgarkan
pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan
bantuan medis jika gejala muncul.

4. Asam Sulfat (H2SO4)


Asam Sulfat adalah asam sulfat yang komponenya utama adalah
Belerang. Belerang adalah zat padat yang pada temperature kamar
melebur pada 119, berwarna kuning rapuh. Kristal belerang berbentuk
rombik dengan rumus S. Asam sulfat banyak diperlukan dalam berbagai
industry penting.Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua
perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan
salah satu produk utama industri kimia. Kegunaan utamanya termasuk
pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. Reaksi hidrasi dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Karena asam sulfat bersifat mengeringkan dalam
pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Diatmosfer, zat ini
termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam.
 Sifat Fisika dan Kimia :
a. Keadaan fisik dan penampilan: Cairan. (Cairan berminyak tebal.)
b. Bau: berbau, namun memiliki bau tersedak ketika panas.
c. Rasa: rasa asam Ditandai. (Strong.)
d. Berat Molekul: 98,08 g / mol
e. Warna: tak berwarna.
f. pH (1% soln / air): Asam.
g. Titik Didih:
h. 270 ° C (518 ° F) - 340 deg. C terurai pada 340 deg. C
i. Melting Point: -35 ° C (-31 ° F) menjadi 10,36 deg. C (93% sampai
100% kemurnian)
j. Spesifik Gravity: 1,84 (Air = 1)
k. Densitas Uap: 3.4 (Air = 1)
l. Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air.
m. Kelarutan: Mudah larut dalam air dingin. Sulfat larut dalam air dengan
pembebasan banyak panas. Larut dalam etil alkohol.
n. Merupakan Asam Kuat
o. Merupakan Oksidator dan zat pendehidrasi.
p. Jika bereaksi dengan air akan menghasilkan panas (Eksoterm)
 Kegunaan Asam Sulfat
 Bahan pemuatan pupuk Amonium Sulfat dan Asam Sulfat
 Kilang minyak
 Serabut buatan
 Bahan kimia industry
 Plastik
 Pharmasi
 Baterai
 Bahan ledak
 Air aki/accu
 Industry organic : insektisida, selofan, zat warna
 Memurnikan minyak tanah

Identifikasi Bahaya : Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar. Berbahaya


jika teroles. Hindariuap ataupun asapnya. Gunakan dalam ventilasi yang
cukup. Hindari kontak dengan mata, kulit atau baju. Cuci tangan dengan
bersih setelah memegang dan simpan dengan rapat-rapat.

Penanganan : Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak.
Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-
kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis
dengan segera. Kontak Kulit : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian
yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu
melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum
digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali.
Dapatkan perawatan medis dengan segera. Kulit Serius : Cuci dengan sabun
desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri.
Mencari medis segera
Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera
perhatian medis. Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman
secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang
atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak
bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.

5. Etil Alkohol (C2H5OH)

Sifat Fisika :

a. Merupakan cairan yang tidak bewarna.


b. Mudah terbakar oleh udara.
c. Titik didih dan titik cairnya semakin tinggi jika bobot molekulnya
semakin besar.
d. Makin banyak atom karbonnya makin tinggi bobot jenisnya.
e. Pada suhu kamar alkohol bersuhu rendah berbentuk cairan yang bersifat
mobile suhu sedang serupa cairan kental sedangkan suhu berbentuk
padatan.
f. Kelarutan dalam air beerkurang seiring dengan bertambahnya panjang
rantai karbon. Kelarutan alkohol berkaitan dengan gugus OH yang bersifat
polar sementara gugus alkil (R) non polar.
Sifat Kimia :
a. Dapat dioksidasi, alkohol primer dioksidasi membentuk aldehid dan bila
dioksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat, alkohol sekunder bila
dioksidasi membentuk keton, alkohol tersier jika dioksidasi maka tidak
teroksidasi.
b. Reaksi esterifikasi dengan asam membentuk ester.
c. Mengalami reaksi subtitusi dan eliminasi.
Identifikasi Bahaya : Dapat menyebabkan iritasi mata & kulit, berbahaya
jika tertelan atau terhirup. Dapat membahayakan kesuburan dan janin. Dapat
menyebabkan gangguan saluran pernapasan. Dapat menyebabkan kerusakan
hati, ginjal dan jantungMudah terbakar dan menguap.

Penanganan : Jika terkena mata, bilas se!ara hati"hati dengan air selama 15
menit tanpa menggosok,lepas lensa kontak jika ada. Hubungi dokter jika
iritasi berlanjut; Jika terkena kulit, bilas kulit dengan sabun dan air. segera
melepas semua pakaian yangterkontaminasi, cuci pakaian sebelum digunakan
kembali; Jika terhirup, hindari area paparan dan pindah ke tempat dengan
udara segar. Jika tertelan, jangan dimuntahkan, segera berkumur dengan air
bersih.Dapatkan bantuan medis segera

6. CaCl2 Exiciatus
Sifat Fisika dan Kimia :

a. Bentuk : padat e. Titik didih > 1600˚C


b. Warna : putih f. Suhu penyalaan tidak mudah terbakar
c. Bau : tidak berbau g. Titik nyala tidak mudah menyala
d. Titik lebur 772˚C h. Densitas (20 ˚C)2.15g/cm3
Penanganan : Setelah menghirup : hirup udara segar.Setelah kontak
dengan kulit: cuci dengan air yang banyak. Lepaskan pakaian yang
terkontaminasi.Setelah kontak dengan mata: bilas dengan air yang banyak
dengan kelopak mata terbuka lebar.Hubungi dokter mata.Setelah menelan:
segera beri korban air minum yang banyak.Hubungi dokter.
7. ALKOHOL

Alkohol merupakan cairan jernih tidak berwarna dan berbau khas.


Alkohol suku tinggi (jumlah atom C banyak) dan alkohol polivalen (alkohol
yang memiliki banyak gugus hidroksil (-OH) dalam senyawanya) merupakan
cairan kental dengan titik didih relatif tinggi.

Kebanyakan alkohol dengan jumlah atom karbon sampai dengan 11 atau


12 berwujud cair pada suhu kamar. Metanol dan etanol berupa cairan yang
mudah menguap. Jenis – jenis alkohol yang lebih tinggi (butanol – dekanol)
berwujud cairan kental dan beberapa isomer yang bercabang berwujud padat
pada suhu kamar.

Perbedaan titik didih menunjukan bahwa interaksi antarmolekul etanol


lebih kuat daripada interaksi antarmolekul dimetil eter. Etanol dan eter
keduanya bersifat polar. Titik didih etanol yang lebih tinggi ini ditentukan
oleh adanya ikatan hidrogen, walaupun gaya dipol – dipol juga dapat terjadi.
Eter tidak memiliki gugus –OH sehingga tidak membentuk ikatan hidrogen.
Ikatan antarmolekul eter adalah gaya tarik dipol – dipol . Ikatan hidrogen jauh
lebih kuat daripada gaya dipol – dipol. Oleh karena itu, titik diddih dimetil
eter dan dietil eter lebih 100oC lebih rendah daripada titik didih alkohol
dengan berat molekul yang sama dengan kedua eter tersebut. Propana
memiliki titik didih yang terendah karena propana bersifat nonpolar sehingga
interaksi antarmolekul yang terjadi hanya gaya London.

Air dan alkohol mengandung gugus –OH sehingga keduanya dapat


membentuk ikatan hidrogen. Alkohol dapat larut dalam air karena membentuk
ikatan hidrogen dengan air. Selain itu, antarmolekul alkohol sendiri juga
membentuk ikatan hidrogen. Karena sifat alkohol adalah polar, maka alkohol
menjadi pelarut yang lebih baik untuk molekul – molekul polar daripada
hidrokarbon. Senyawa – senyawa seperti natrium klorida juga larut dalam
alkohol.
Gugus alkil (nonpolar) pada alkohol bersifat hidrofobik (takut air). Makin
panjang gugus alkilmakin rendah kelarutannya sehingga alkohol kurang larut
dalam air. Oleh karena itu, alkohol juga dapat larut madlam pelarut organik
nonpolar. Kelarutan alkohol dalam air berkurang dengan bertambah
panjangnya rantai alkil. Sebagai contoh, kelarutan etanol lebih rendah
daripada metanol, kelarutan 1-pentanol lebih rendah daripada 1-butanol.

Sifat Alkohol yang memiliki rantai pendek mudah larut dalam air pada
berbagai perbandingan. Etanol jika dilarutkan dalam air akan mengalami
penyusutan volume.

a. Sifat Fisika
- Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa
cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala
perbandingan.
- Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya
makin panjang.
- Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya.
- Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat
yang tidak berwarna.
- Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan
kesan panas dalam mulut.
b. Sifat Kimia
- Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan
asam sulfat akan menghasilkan suatu aldehida dan air.
- Oksidasi alkohol sekunder
Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan
asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air.
Contoh :
- Oksidasi alkohol tersier
Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran
asam karboksilat, keton, karbondioksida dan air.
Contoh :

- Reaksi dengan natrium


Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu
alkoksida. Hasil samping berupa gas hidrogen.
Contoh :

- Reaksi dengan asam halida


Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan
air.
Contoh :

- Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan
produk samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
kesetimbangan
Contoh :

- Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena
dan air.
Contoh :
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Labu destilasi
2. Pendingin
3. Gelas Piala
4. Corong Pemisah
5. Batang Pengaduk
6. Erlenmayer
B. Bahan
1. Etil Alkohol
2. Kalium
3. Asam asetat
4. Alcohol
5. Ester cuka
6. 𝐶𝑎𝐶𝑙2

7. Air
8. Asam Sulfat
VI. Rangkaian Alat
Proses Distilasi Pertama

Keterangan gambar :
1. Statif 8. Bunsen
2. Termometer 9. Kaki tiga
3. Klem 10. Kasa
4. Corong pemisah 11. Cooler
5. Tutup gabus 12. Labu Erlenmeyer
6. Labu destilasi 13. Alas gabus
7. Oil bath 14. Lab Jack
Proses Distilasi Kedua

Keterangan gambar
1. Statif 6. Heater
2. Klem 7. Cooler
3. Termometer 8. Labu Erlenmeyer
4. Tutup gabus 9. Alas gabus
5. Labu distilasi 10. Lab Jack
VII. Prosedur Percobaan
1. Suatu labu alas bulat bervolume 0,5 L diberi tutup gabus yang berlubang
dua
2. Dalam lubang pertama dimasukan corong pemisah, sedang yang lainnya
dimasukan sebuah pipa yang berhubungan dengan alat pendingin
3. Labu diisi campuran 17 cc alcohol dan 17 cc asam sulfat kuat (dicampur
dengan hati-hati)
4. Kemudian labu dipanaskan dalam pemanas minyak (oil bath) pada
temperature 140̊C (thermometer dimasukan dalam minyak)
5. Jika temperature ini sudah dicaoai maka diteteskan perlahan-palan suatu
campuran 80 cc alcohol dan 67 cc asam cuka murni yang sudah diisikan
dalam corong pemisah
6. Kecepatan tetesan tersebut harus sesuai dengan kecepatan tetesan hasil
sulingan (destilat)
7. Hasil sulingan ini mengandung ester asam cuka, alcohol, asam cuka, dan air
8. Dari hasil sulingan diatas asam cuka harus dihilangkan dahulu dengan
dikocok didalam labu terbuka memakai larutan soda 10% sedemikian
hingga lapisan atas dari cairan tidak lahgi memerahkan kertas lakmus biru
9. Kemudian kedua lapisan cairan yang terjadi dipisahkan memakai corong
pemisah
10. Lapisan yang atas (yang mengandung ester cuka) dikocok dengan 𝐶𝑎𝐶𝑙2

exiatus untuk memisahkan alcohol yang masih ada


11. Kedua lapisan yang terjadi dipisahkan lagi dengan corong pemisah
12. Lapisan atas dimurnikan dengan jalan destilasi
13. Fraksi yang diambil antara 77˚C-78˚C
14. Hitung presentasi hasil praktis dan teoritis’
15. Hitung praktis yang didapatkan ±43 gram

Anda mungkin juga menyukai