Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI

Disusun oleh :
Galuh Ambariandi
P27220018113

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN BERLANJUT PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala /
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya ( Azis,2014).
Nyeri adalah perasaan kurang senang,lega dan sempurna dalam dimensi
fisik,psikospiritual,lingkungan dan sosial (SDKI,2016).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlansgung kurang dari 3 bulan
(SDKI,2016).

B. Klasifikasi
1. Berdasarkan Sumbernya
a. Cutaneus/Superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan sub cuttan.
Contoh : terkena ujung pisau/gunting.
b. Deep Somatic/Nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligamet,pembuluh
darah,teridon dan syaraf. Contoh : sprain sendi.
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,
cranium dan thoraks. Biasanya terjadi karena spasme otot,iskemia regangan
jaringan.
2. Berdasarkan Penyebabnya
a. Fisik, bisa terjadi karena stimulus fisik. Contoh : fraktur femur.
b. Psycogenic, terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi,bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari.
3. Berdasarkan lama/durasinya
a. Nyeri akut, nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau intervensi
bedah dan memiliki intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Nyeri ini
terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis.
b. Nyeri kronis, nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode tertentu, berlansung lama,intensitas bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini bisa juga berlangsung sampai
kematian.
( Potter & Perry,2014)

C. Etiologi
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakan jaringan akibat bedah atau cidera.
2. Iskemik jaringan
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot
yang kelelahan dan bekerja berlebihan. Khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
juga karena pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.
( Manuaba, 2010)

D. Anatomi dan Fisiologi


Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosireseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielin dan ada
juga yang tidak dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya , nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh, yaitu pada kulit (kutaneus),somatik dalam (deep somatic) dan pada
daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda. Nosireseptor kutanesu berasal dari kulit dan sub cuttan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefenisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam 2 komponen, yaitu :
1. Reseptor A Delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30
m/det) uang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C, ,merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan
sulit dialokasi.
( Sumantri, 2011).

E. Faktor Resiko
1. Kondisi Pembedahan
2. Cedera Traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom Koroner Akut
5. Glaukoma
(SDKI, 2016)

F. Patofisiologi
Rangsangan nyeri diterima oleh nosireseptor pada kulit bisa intensitas tinggi maupun
rendah seperti perenggangan dan suhu oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik
akan merilis K+ dan protein intraseluller. Peningkatkan kadar K+ ekstraseluller akan
menyebabkan depolarisasi nosireseptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan
akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan keradangan/inflamasi.
Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,prostaglandin E2 dan histamin
yang akan merangsang nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya & tidak berbahaya
dapat menyebaban nyeri (hiperaglesia dan allodynia).
( Khumaira, 2012)

G. Manisfestasi Klinis
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi, frustasi
(Nanda, 2015)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
( Nanda, 2015)

I. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
a. Distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu. Contoh : membaca,
menonton TV, mendengarkan musik dan lain-lain.
b. Stimulasi kulit, seperti kompres dingin, counteriritan (plester hangat),
contralateral stimulation/massage kulit pada area yang berlawanan dengan area
nyeri.
2. Farmakologi, pemberian obat-obatan dan injeksi.
( Andarmoyo,2013).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : identitas pasien dan identitas penanggung jawab
2. Riwayat penyakit : a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Pola Pengkajian Fungsionl Gordon
a. Pola persepsi dan memejemen kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola kognitif dan persepsi
f. Pola konsep diri
g. Pola istirahat tidur
h. Pola hubungan dan peran
i. Pola seksual reproduksi
j. Pola penanganan masalah stress
k. Pola keyakinan dan nilai – nilai
4. Pengkajian PQRST
a. P (Profokatif / pemicu )
b. Q ( Quality )
c. R ( Region )
d. S ( Severity / skala )
E. T ( Time )
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Ttv
b. pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala : ada tidaknya lesi, distribusi rambut, kesimetrisan wajah
2) Mata : bentuk simetris / tidak, konjungtiva anemis/tidak
3) Hidung : bentuk simetris / tidak, ada tidaknya secret
4) Telingga : bentuk muut simetris / todak, ada tidaknya les
5) Mulut : kesimetrisan bibir, kebersihan mulut
6) Leher : ada tidaknya pembekakan kelenjar tiroid
7) Abdomen : ada tidaknya lesi,suara bsing usus
8) Integument : elasitas kuli, ada tidaknya lesi
9) Ekstermitas
( Ramadhan 2016 )

B. Diagnosa Kperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi pembedahan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
(SDKI,2016)

C. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
DX
1 Setelah dilakukan 1.Kaji nyeri secara 1.Mengetahui
tindakan keperawatan komprehensif karakteristik nyeri yang
selama 3x24 jam 2.Observasi reaksi non diderita pasien
diharapkan nyeri pasien verbal dan ketidak 2.Mengetahui respon
berkurang dengan nyamanan. pasien terhadap nyeri
kriteria hasil : 3.Monitor TTV dan 3.Mengetahui keadaan
a.mampu mengontrol keadaan umum pasien umum pasien
nyeri 4.Ajarkan teknik relaksasi 4.Meningkatkan
b.melaporkan bahwa nafas dalam kemampuan koping
nyeri berkurang 5.Berikan informasi pasien terhadap nyeri
c.menyatakan rasa tentang nyeri 5.Menambah informasi
nyaman setelah nyeri 6.Kolaborasi dengan mengenai nyeri yang
berkurang dokter pemberian progam diderita pasien
terapi 6.Mempercepat proses
penyembuhan
2 Setelah dilakukan 1.Ciptakan lingkungan 1.Meningkatkan
tindakan keperawatan yang aman kenyamanan tidur
selama 3x24 jam 2.Ajarkan teknik relaksasi pasien saat tidur
diharapkan pola tidur napas dalam 2.Meningkatkan kualitas
pasien adekuat, dengan 3.Fasilitas untuk tidur pasien
kriteria hasil : mempertahankan 3.Menambah tingkat
a.Jumlah tidur pasien aktivitas sebelum tidur kenyamanan psien
dalam batas normal ( 4.Jelaskan mengenai 4.Menambah informs
6-8 jam/hari ) pentinya tidur yang pasien
b.Pola tidur, kualitas adekuat 5.Meningkatkan pola
dalam batas normal 5.Kolaborasi dengan tidur pasien
c.Perasaan segar dokter pemberian obat
sesudah tidur tidur jika perlu

D. Implementasi
-

E. Evaluasi
S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada pasien
A : Assegment
Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau menambah rencana tindakan keperawatan
( PPKC, 2014 )
DAFTAR PUSTAKA

Azis, A. Hidayat Alimul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Ar-
Ruzzmedia

Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka

Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jilid I. Yogyakarta : Mediaction

Manyaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Potter, P.A dan A.G Perry. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC

Pusat Pendidikan Keperawatan Carolus (KPKC). 2014. Modul Pelatihan Manajemen Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai