Disusun oleh :
dr. Saifullah
Pembimbing :
PUSKESMAS BONTOMATENE
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
PERIODE FEBRUARI 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan disertakannya lembar pengesahan ini, laporan mini project yang berjudul
“ Penyuluhan Hipertensi dan Pembagian Buku Kontrol Tekanan Darah bagi
Penderita Hipertensi sebagai Upaya Peningkatan Program Pencegahan Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar,
Sulawesi Selatan Tahun 2017” adalah benar disusun oleh dokter internsip
Kabupaten Kepulauan Selayar periode Februari 2017
dr. Saifullah
Ketua Rombongan Dokter Internsip Kab. Kep. Selayar
Periode Februari 2017
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, dimana tidak ada gejala
yang muncul sehingga tekanan darah yang tinggi sering tidak disadari oleh pasien
hingga muncul komplikasi. Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5
juta kematian, yang merupakan 12.8% dari seluruh kematian. Selain itu, hipertensi
menyebabkan 57 juta disability-adjusted-life-years (DALY), yang merupakan
3.7% dari seluruh DALY di dunia. Menurut Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, hipertensi dengan komplikasi merupakan penyebab kematian kelima
terbesar di Indonesia pada semua umur.2
Hipertensi tidak hanya menjadi beban medis, tetapi juga merupakan sebuah
beban pada ekonomi negara dan dunia. Sebuah studi oleh Eric Finkelstein
menemukan bahwa hipertensi menyebabkan beban ekonomi sebesar 1.36 miliar
rupiah pada tahun 2010, yang terdiri dari biaya dari pasien sendiri (out-of-pocket)
dan beban tidak langsung; jumlah ini menyebabkan hipertensi menjadi penyakit
tidak menular dengan beban ekonomi terbesar kedua di Indonesia setelah penyakit
jantung. Pada tahun 2020, jumlah ini diperkirakan akan meningkat 46.1% menjadi
1
1.99 miliar rupiah.3
Hipertensi berhubungan dengan faktor risiko yang beragam. Berdasarkan studi
yang menggunakan dari Riskesdas menemukan faktor risiko yang memiliki
hubungan bermakna dengan hipertensi di Indonesia antara lain adalah usia tua,
merokok, kurangnya perilaku hidup sehat seperti aktivitas fisik, rendahnya
pendidikan dan pengetahuan, dan obesitas.4 Faktor lain yang telah diidentifikasi
mempengaruhi hipertensi adalah akses ke layanan kesehatan5, akses jaminan
kesehatan6, dan keadaan ekonomi keluarga7. Berbagai penelitian telah
menunjukkan bahwa pendidikan dan literasi memiliki hubungan yang kuat dengan
kesadaran terhadap kesehatan. Analisis oleh Pandit et al menemukan literasi dan
pengetahuan mengenai kesehatan merupakan suatu faktor prediksi kontrol tekanan
darah.8 Di Indonesia, angka literasi masih mengkhawatirkan; Indonesia
menempati tempat ke-60 dari 61 negara yang dinilai literasinya dalam penelitian
oleh Central Connecticut State University, Amerika Serikat. 9 Rendahnya
pendidikan dan literasi dapat menjadi suatu penghambat dalam edukasi kesehatan,
yang dapat berkontribusi pada tingkat pengetahuan penyakit dan kontrol penyakit,
terutama penyakit tidak menular yang kronis.10 Berikutnya, faktor sosioekonomi
seperti akses jaminan kesehatan, akses ke layanan kesehatan, dan status ekonomi
juga perlu diperhatikan. Studi oleh Li di Amerika Serikat menemukan
peningkatan cakupan asuransi kesehatan nasional untuk orang dewasa dengan
hipertensi dapat meningkatkan treatment rate sebesar 5.1%, mengurangi kejadian
penyakit jantung koroner sebesar 111.000 kejadian, dan mengurangi kejadian
stroke sebesar 63.000 kejadian.6 Data dari The National Healthcare Quality
Reports tahun 2012 menemukan asuransi kesehatan adalah faktor terpenting
dalam akses kesehatan.5 Kesulitan masyarakat dalam mengakses layanan
kesehatan dapat menyebabkan menurunnya kepatuhan untuk kontrol ke dokter
dan mendapatkan pelayanan. Biaya transportasi yang tinggi untuk mengunjungi
fasilitas kesehatan berhubungan bermakna dengan apakah pasien tersebut
mengunjungi dokternya untuk kontrol rutin.5 Christiani melaporkan bahwa di
Indonesia, status ekonomi yang rendah memiliki hubungan yang signifikan
dengan risiko yang lebih tinggi untuk hipertensi. 7 Faktor-faktor di atas sangat
mungkin memiliki korelasi antara satu dan yang lain, seperti rendahnya status
2
ekonomi akan berkontribusi kepada rendahnya pendidikan, dan dengan
memperbaiki status pendidikan, status ekonomi masyarakat akan dapat diperbaiki
sehingga masyarakat lebih mampu menjaga kesehatan.7
Berdasarkan daftar 10 penyakit terbanyak UPTD Puskesmas Bontomatene
tahun 2016, hipertensi menduduki tingkat ke 3 penyakit terbanyak. Dan
berdasarkan wawancara dengan pasien pada saat pelayanan kesehatan di
Puskesmas didapatkan gambaran bahwa masih rendahnya tingkat kepatuhan
pasien dalam pengobatan hipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
terkontrol. Dalam program puskesmas keliling didapatkan tidak adanya catatan
medis berkelanjutan setiap pasien, sehingga untuk mengetahui data tekanan darah
pasien sebelumnya sulit didapatkan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu kami
melakukan sebuah mini project dengan tema hipertensi yang terdiri dari kegiatan
penyuluhan hipertensi serta pembagian buku kontrol tekanan darah yang
didalamnya terdapat edukasi serta kolom catatan tekanan darah dan pengobatan
yang didapat oleh pasien guna membantu memantau keterkontrolan tekanan darah
pasien.
Jangka Pendek
1. Masyarakat mengetahui bahayanya hipertensi jika tidak terkontrol dan
pentingnya kepatuhan dalam berobat hipertensi
2. Masyarakat bersedia mengikuti pemantauan dengan menggunakan
buku kontrol tekanan darah
3. Terdapat media cetak informasi mengenai hipertensi dan buku
pemantauan tekanan darah untuk masyarakat penderita hipertensi
1. 3 Manfaat Kegiatan
1. Penggunaan buku kontrol diharapkan dapat menjadi data acuan untuk
tenaga kesehatan dalam melakukan pengobatan kepada penderita
hipertensi yang berkelanjutan
3
2. Selama penggunaan buku kontrol, masyarakat khususnya penderita
semakin paham pentingnya pemantauan tekanan darah untuk mencapai
kondisi tekanan darah terkontrol
3. Sebagai bahan masukan bagi berbagai instansi atau pihak terkait lainnya
dalam mengaplikasikan tindakan pendidikan kesehatan berupa tindakan
preventif terhadap penyakit kardiovaskuler khususnya hipertensi.
4. Sebagai media pembelajaran dan pengalaman berharga bagi kami dokter
internship dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta
pengembangan diri khususnya dalam usaha kesehatan masyarakat
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan persisten tekanan darah lebih dari atau sama
dengan 140/90 mmHg.11 Peningkatan bukanlah bersifat transien atau hanya karena
peningkatan diurnal dari tekanan darah normal sesuai sirkadian(pagi sampai siang
tekanan darah meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi masih dalam
variasi normal), melainkan peningkatan yang menetap minimal 2 kali
pemeriksaan dalam 2 kali kunjungan berbeda.11.12 Berdasarkan The Eight Report of
The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-8), tekanan darah orang dewasa dibagi
sebagai berikut.13
Apabila tekanan darah sistolik mencapai lebih dari 180 mmHg dan
tekanan darah diastolic mencapai lebih dari 120 mmHg, maka disebut dengan
keadaan krisis hipertensi. Krisis hipertensi dibagi menjadi dua berdasarkan ada
atau tidaknya kerusakan organ target, yakni hipertensi urgensi (tanpa kerusakan
organ target) dan hipertensi emergensi (dengan kerusakan organ target). Gangguan
organ target yang dimaksud antara lain adalah gangguan jantung, ginjal, mata, dan
neurologi. Krisis hipertensi termasuk dalam kondisi kegawatdaruratan medis dan
membutuhkan penatalaksanaan segera.14
5
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI atau
IFLS) yang ke 4 pada tahun 2007-2008, dari sejumlah 9755 responden didapatkan
prevalensi hipertensi sebanyak 47,8%, dengan 70% diantaranya tidak
terdiagnosis. Prevalensinya lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki,
dengan perbandingan 52,3% dan 43,1%. Pada studi tersebut juga dinyatakan
bahwa prevalensi hipertensi dan tingginya tekanan darah pada pengukuran
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Didapatkan angka
hipertensi pada individu yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibandingkan
pedesaan (49,8% dibandingkan dengan 46,4%). Di negara dengan pendapatan
menengah kebawah ditemukan bahwa kewaspadaan dan kepedulian terhadap
tekanan darah di masyarakat hanya sekitar 37%. Hampir 50% dari penduduk
berusia 40 tahun ke atas di Indonesia memiliki hipertensi. Pada populasi yang
telah terdiagnosis dan menjalani pengobatan, presentase hipertensi yang terkontrol
masih rendah, berkisar pada angka 25-40%.15
2.1.3 Etiologi
Penyakit hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi
faktor-faktor tertentu seperti di bawah ini.11
a. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti diet, asupan garam, obesitas,
stress, merokok; faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti ras dan
genetik.
b. Sistem saraf simpatis
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin dan aldosteron.
6
Gambar 1. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah1
2.1.4 Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi baik akibat
langsung maupun tidak langsung antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor AT1, angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitrit
oxide synthase, dll. Komplikasinya yakni kerusakan organ target sebagai berikut.11
a. Otak: stroke, transient ischemic attack
b. Jantung: hipertrofi ventrikel kiri,angina atau infark miokardium, gagal
jantung
c. Penyakit ginjal kronis
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor
kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang
mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan, mencari penyebab
7
kenaikan tekanan darah, dan menentukan ada tidaknya kerusakan organ target dan
penyakit kardiovaskular. Evaluasi pasien hipertensi dengan melakukan anamnesis
tentang keluhan pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan
penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang.11
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien hipertensi adalah sebagai berikut.11
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
8
Penatalaksanaan krisis hipertensi membutuhkan pendekatan yang lebih
agresif namun perlahan dibandingkan dengan penatalaksanaan hipertensi
umumnya. Penurunan tekanan darah yang diharapkan adalah penurunan secara
perlahan hingga 160/100 mmHg lalu dilanjutkan hingga ke batas normal dalam
beberapa hari dengan meneruskan pengobatan yang diresepkan, dan dapat
dilakukan pada seting poliklinik. Untuk hipertensi urgensi dapat digunakan
regimen antihipertensi oral dengan pemantauan tekanan darah selama 12 hingga
48 jam. Terapi antihipertensi oral pilihan yang digunakan antara lain adalah
labetolol, klonidin, dan kaptopril. Hindari penggunaan obat antihipertensi oral
dosis tinggi dan juga penggunaan antihipertensi parenteral yang terlalu agresif,
sebab dapat menyebabkan hipoperfusi pada otak, jantung, mata dan ginjal yang
dapat menyebabkan iskemia.
9
hipertensi urgensi, target penurunan tekanan darah bukanlah batas normal tekanan
darah, melainkan penurunan secara efisien dalam hitungan menit hingga jam
menuju kurang dari 20-25% pada jam pertama dan dilanjutkan hingga 160/110
mmHg pada jam ke 2-6 apabila keadaan pasien stabil, dan penurunan hingga batas
normal pada 24-48 jam berikutnya. Agen antihipertensi parenteral yang dapat
digunakan adalah golongan antihipertensi dengan kerja cepat, antara lain labetalol,
esmolol, fenoldopam, clevidipine, nitroprusida (dengan waspada), dan
nikardipin.14
BAB III
10
METODE KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan
Edukasi
BAB IV
12
GAMBARAN UMUM KOMUNITAS SASARAN KEGIATAN
1. Batangmata 12,52
2. Tamalanrea 9,21
3. Onto 12,35
6. Maharayya 13,25
13
a. Kepadatan Penduduk
Bantangmata
5. 498 530 1028 295
sapo
Barat
7. 484 523 1007 274
Lambongan
14
Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskemas Bontomatene yang banyak
7471 jiwa yang tersebar di 7 (tujuh) Desa / Kelurahan dengan kepadatan
yang berbeda-beda sebagian besar bermata pencaharian sebagai pegawai
negeri, pedagang, petani, peternak, nelayan, pertukangan, buruh harian,
dll.
Data Sarana fisik yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bontomatene
semuanya dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat. UPTD Puskemas
Bontomatene dalam Bontomatene dalam melaksanakan kegiatan baik
promotif, preventif, dan rehabilitatif ditunjang oleh sarana- sarana pelayanan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
15
Kualifikasi Jumlah Tenaga
Kepala Puskesmas 1
Dokter umum 1
Dokter gigi 1
Perawat gigi 1
Perawat 19
Bidan 29
Farmasi 1
Petugas Gizi 2
Sanitarian 3
Promkes 1
Laboratorium 2
Tenaga Administrasi 7
Loket 1
Cleaning Service 1
Sopir 2
Jumlah 72
Tabel 4.4 Sumber Daya Manusia Di UPTD Puskesmas Bontomatene
16
BAB V
17
yaitu : Desa Barat Lambongan, Maharraya, Onto, Batangmata Sapo,
Tamalanrea, Bontona Saluk. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung,
antusiasme masyarakat cukup tinggi yang ditandai dengan keaktifan para
peserta terutama pada sesi tanya – jawab seusai materi dipaparkan.
Penggunaan media berupa poster membantu memudahkan peserta memahami
materi yang disampaikan yaitu mengenai hipertensi.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
18
Kegiatan Mini Project tentang penyakit hipertensi ini mendapatkan
perhatian yang cukup tinggi dari masyarakat dan dukungan dari
Puskesmas Bontomatene. Penyuluhan yang dilaksanakan sebagai
rangkaian dari kegiatan puskesmas keliling menjadi sarana yang sangat
baik bagi para peserta untuk memperoleh informasi dan mengemukakan
pertanyaan seputar materi terkait. Pembagian poster dan buku kontrol
diharapkan dapat menjadi media promosi kesehatan upaya meningkatkan
program pencegahan hipertensi di Puskesmas Bontomatene dan guna
menyukseskan program pemerintah menuju Indonesia sehat
6.2 Saran
- Kegiatan penyuluhan seperti ini diharapkan untuk dapat dilaksanakan
secara berkala dan lebih terintegrasi dengan cakupan sasaran lebih luas
agar seluruh lapisan masyarakat dapat menjangkau informasi terkait
penyakit hipertensi
- Media promosi cetak seperti poster, leaflet, spanduk, flipchart dan
sebagainya agar diadakan dan disebarkan secara merata sebagai bentuk
promosi kesehatan
- Pemanfaatan buku kontrol yang sudah disebarkan kepada penderita
hipertensi dapat terus berjalan serta diharapkan program buku kontrol ini
dapat dikembangkan sehingga dapat mencakup seluruh penderita
hipertensi yang masuk ruang lingkup kerja Puskesmas Bontomatene.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
19
undiagnosed cardiovascular diseases and diabetes on indonesian household.
PLoS One 2014; 9(6): e99572.
4. Ekowati R, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009;59(12):580-7.
5. Fang J, Yang Q, Ayala C, Loustalot F. Disparities in access to care among
US adults with self-reported hypertension. Am J Hypertens.
2014;27(11):1377-86.
6. Li S, Bruen BK, Lantz PM, Mendez D. Impact of health insurance
expansions on nonelderly adults with hypertension. Prev Chronic Dis.
2015;12:E105.
7. Christiani Y, Byles JE, Tavener M, Dugdale P. Assessing socioeconomic
inequalities of hypertension among women in Indonesia’s major cities. J
Hum Hypertens. 2015;29(11):683-8.
8. Pandit A, Tang J, Bailey S, et al. Education, literacy and health: mediating
effects on hypertension knowledge and control. Patient Educ Couns 2009;
75(3): 381–5.
9. Central connecticut State University. World’s most literate nations ranked.
http://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data (accessed 10 September 2016).
10. Education Policy and Data Center. Indonesia core USAID education
profile.
https://www.epdc.org/sites/default/files/documents/Indonesia_coreusaid.pdf
(accessed 10 September 2017).
11. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Edisi ke-1. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016.
12. Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K. 2013 ESH/ESC Guidelines for the
management of arterial hypertension. Eur Heart J 2013; 34: 2159–219.
13. James P, Oparil S, Carter B. 2014 Evidence-Based Guideline for the
management of high blood pressure in adults report from the panel
members appointed to the eigth joint national committee (JNC 8). JAMA.
14. Rodriguez M, Kumar S, De Caro M. Hypertensive Crisis. Cardiol Rev
2010; 18(2): 102–7.
15. Hussain M, Mamun A, Huxley R. Prevalance, awareness, treatment and
control of hypertension in indonesian adults aged > 40 years: finding from
the indonesia family life survey. PLoS One; 11(8): e0160922.
16. Egan B, Lackland D, Cutler N. Awareness, knowledge and attitudes of
older americans about high blood pressure implications for health care
policy, education and research. Arch Intern Med 2003; 163(6): 681–7.
BAB VIII
LAMPIRAN
20
21
i