Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan
pengajar atau instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
pencapaian tujuan belajar tertentu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan subsistem dari
suatu penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan (Hamzah B.Uno, 2012:54). Belajar untuk
mengetahui dan melakukan diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif
dan kreatif. Belajar untuk menjadi diri sendiri diharapkan dapat menciptakan manusia percaya
diri pada kemampuan diri sendiri.
Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi,
analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara
lain aritmetika, aljabar, geometri dan analisis.
Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika, karena
ilmu matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis.
Di samping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses
kerja matematika dilalui secara berurut yang meliputi tahap observasi, menebak, menguji
hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema-teorema. Selain itu,
matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak menggunakan
simbol-simbol. Simbol-simbol matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara kerja
berpikir, karena simbol-simbol dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide, dengan
jalan memahami karakteristik matematika (Hamzah B.Uno, 2012:54).
Hakikat belajar matematika didasarkan pada pandangan konstruktivisme, yakni anak
yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi
pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha memecahkannya (Hamzah
B.Uno, 2012:54). Mengingat matematika memiliki beberapa unit yang satu sama lain saling
berhubungan, maka yang penting dalam belajar matematika adalah bagaimana kemampuan
seseorang dalam memecahkan masalah matematika.
Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan
merumuskannya. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 1


mereka pelajari dengan begaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau
diaplikasikan pada situasi baru.
Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan
mengingat lebih lama konsep tersebut. Maka dari itu, penulis bertujuan untuk menulis ide
baru khususnya pada salah satu materi yang sering dijumpai yaitu teorema Pythagoras ,
apabila peserta didik telah mampu menguasai konsep Pythagoras maka siswa akan lebih
mudah menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan teorema Pythagoras diantaranya yaitu
penyelesaian soal-soal bangun ruang sisi datar, baik itu mencari diagonal ruang dan diagonal
bidangnya, menentukan luas dan volumenya, jadi pada dasarnya teorema Pythagoras adalah
materi prasyarat untuk bisa menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan bangun ruang sisi
datar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengatasi hambatan pemahaman konseptual matematis siswa pada
materi teorema pythagoras?
2. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi teorema
pythagoras?
3. Apakah manfaat dari gagasan baru atau ide baru yang dimunculkan oleh penulis ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide pada salah satu mata kuliah yaitu Media
Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Syafari, M.Pd
2. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan pemahaman konseptual matematis siswa
pada materi teorema pythagoras.
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi
teorema pythagoras.
4. Untuk mengetahui manfaat dari gagasan baru atau ide baru yang dimunculkan oleh
penulis

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 2


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pendidikan adalah salah satu faktor penunjang berkembangnya sebuah bangsa.
Kualitas pendidikan tentu akan berdampak baik atau buruk terhadap suatu bangsa. Salah satu
penunjang keberhasilan pendidikan berada ditangan guru, orang tua, dan pemerintah dalam
hal ini menteri pendidikan. Sasaran utama sebuah pendidikan adalah manusia. Pendidikan itu
merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan kita akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang, kita ingin agar terus berusaha meningkatkan, mengembangkan
dan memperbaiki nilai-nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya, yang
menetapkan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan bersifat abstrak sampai pada rumusan-
rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih
tinggi, begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan
manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang menjadi masalah pokok dalam sebuah
pendidkan adalah memilih arah yang ingin dicapai. Pendidikan yang dilaksanakan tanpa
tujuan akan berakhir dengan kegagalan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan telah ditetapkan
dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang disebutkan bahwa pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hudiono (dalam Jamiah, 2008: 192) mengemukakan bahwa dalam belajar matematika
terdapat tiga komponen utama kemampuan matematika, satu di antaranya adalah pemahaman
konseptual. Pemahaman konseptual menurut Kilpatrick, Swaford, dan Findel (2001: 116)
adalah pemahaman konsep-konsep matematika, operasi, dan relasi dalam matematika.
Dengan pemahaman konseptual membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan
permasalahan matematika karena siswa akan mampu mengaitkan dengan berbagai konsep
yang sudah dipahaminya. Pemahaman konseptual juga dapat membantu proses mengingat dan
membuat siswa lebih mudah mengerjakan soal-soal matematika yang memerlukan banyak
rumus. Pemahaman terbentuk tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan dari guru,
menghafal rumus-rumus matematika, dan menghafal langkah-langkah penyelesaian soal
melainkan dengan memahami makna dari konsep yang dipelajari. Zulkardi (2003: 7) juga
menambahkan bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam
mempelajari matematika siswa harus memahami konsep matematika dengan baik agar dapat
menyelesaikan masalah matematika. Untuk itu, pemahaman konseptual matematis merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari pemecahan masalah matematika.
Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 3
Bruner (dalam Suratman, 2010: 1) mengemukakan bahwa belajar matematika akan
lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep belajar matematika dan struktur-
struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait
antara konsep-konsep dan struktur-struktur yang tercakup dalam bahan yang diajarkan, anak
akan memahami materi yang harus dikuasainya. Pemahaman konseptual matematis juga
sangat penting untuk dimiliki seorang siswa. Dengan adanya pemahaman konseptual
matematis, siswa akan mampu melihat hubungan antara konsep dan prosedur serta dapat
memberikan argumen untuk menjelaskan mengapa beberapa fakta merupakan akibat dari
fakta yang lain (Suratman, 2010: 3).
Pemahamaan konseptual matematis juga dapat membantu siswa dalam hal mengingat
materi pelajaran yang diberikan, sehingga siswa tidak akan mudah lupa terhadap materi
tersebut. Apalagi konsep-konsep dalam matematika saling berkaitan, sehingga sangat
diperlukan pemahaman dalam mempelajari konsep matematika. Berdasarkan pengalaman
peneliti pada saat SMA, pemahaman konseptual matematis kurang diperhatikan dalam
pembelajaran. Contoh yang diberikan guru dalam pembelajaran matematika sangatlah terbatas
dan kurang beragam, sehingga hal ini belum cukup untuk memberikan pengalaman belajar
yang banyak pada siswa. Akibatnya secara alamiah siswa mengalami situasi yang disebut
hambatan belajar (learning obstacle).
Hambatan belajar merupakan faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami
materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudrajat (2008) yang
menyatakan bahwa kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya
berada di bawah semestinya. Menurut Brousseau (dalam Suryadi, 2010) bahwa terdapat tiga
faktor penyebab munculnya hambatan belajar, yaitu hambatan ontogeni (terkait kesiapan
mental belajar), hambatan didaktis (terkait pengajaran guru) dan hambatan epistimologis
(terkait pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi yang terbatas).

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 4


BAB III
IDE BARU/IDE KREATIF

Pada masa sekarang banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar pada
materi tertentu. Kebanyakan siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami materi
teorema pythagoraas, hal ini disebabkan karena siswa mengalami hambatan belajar dalam
menyelesaikan permasalahan pada perumusan teorema Pythagoras yang melibatkan variabel
dalam perhitungannya, yaitu dalam menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku. Pada
umumnya siswa memiliki hambatan dalam proses pembelajaran karena siswa mengalami
kesulitan disebabkan oleh siswa belum mampu menerapkan teorema Pythagoras dalam
perhitungan mencari panjang garis singgung dalam dan garis singgung luar. Dengan kata lain,
siswa mengalami hambatan belajar ketika menyelesaikan masalah garis singgung lingkaran
yaitu dalam menentukan panjang gradien atau satu diantara sisi pada segitiga siku-siku.
Kesulitan-kesulitan siswa yang terjadi secara berulang tersebut, akan terus ada dalam
materi selanjutnya apabila tidak diatasi dengan benar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah matematika tentunya memiliki penyebab kenapa siswa tersebut
mengalami kesulitan. Penyebabnya yaitu berupa hambatan-hambatan yang dialami siswa pada
saat menyelesaikan masalah matematika yang berkenaan dengan pemahaman konseptual
matematis. Oleh karena itu adapun ide kami untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
dengan cara mengatasi hambatan pemahaman konseptual matematis siswa khususnya dalam
materi dalil Pythagoras melalui pendekatan yaitu dengan pendekatan antisipasi didaktis.
Pemilihan pendekatan didaktis ini dianggap penting karena dengan adanya antisipasi
sebelum pembelajaran dilakukan, seorang guru dapat merancang alternatif tanggapan atas
respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Antisipasi ini muncul sebagai suatu
hubungan antara guru dan materi karena selama ini yang menjadi perhatian adalah hubungan
pedagogis antara guru dengan siswa dan hubungan didaktis antara siswa dengan materi.
Dengan adanya antisipasi sebagian respon siswa atas situasi didaktik di luar jangkauan
pemikiran guru atau tidak tereksplor pada proses pembelajaran yang menyebabkan
munculnya kesulitan belajar yang beragam dapat direspon guru secara tepat akibatnya proses
belajar bisa berjalan sesuai dengan pemikiran guru.
Untuk mengatasi hambatan pemahaman konseptual matematis siswa melalui antisipasi
didaktis dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
1. Menggali hambatan pemahaman konseptual matematis yang dialami siswa.
2. Merencanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada cara mengatasi hambatan
belajar
Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 5
3. Pemberian intervensi berupa pendekatan antisipasi didaktis melalui wawancara klinis;
dan
4. merefleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara spesifik hasilnya
adalah sebagai berikut:
(1) Terlebih dahulu guru harus memberikan penjelasan mengenai syarat berlakunya
dalil Pythagoras;
(2) Pemahaman dalam menemukan dan menentukan hubungan dalil Pythagoras yang
berlaku pada panjang sisi-sisi suatu segitiga;
(3) Guru harus membimbing siswa dalam menemukan dan menentukan panjang satu
diantara sisi pada segitiga siku-siku dengan menggunakan hubungan dalil
Pythagoras yang berlaku;
(4) Guru harus memberikan pemahaman materi dalil pythagoras agar siswa dapat
menemukan dan menentukan hubungan yang diketahui dari soal kedalam bentuk
yang mudah dipahami; dan
(5) Siswa harus memahami dan menentukan hubungan dalil Pythagoras yang berlaku
dalam soal cerita yang diberikan oleh guru.

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 6


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rekayasa ide yang telah kami maka dapat kami simpulkan bahwa untuk
mengatasi hambatan siswa dalam memahami dalil pythagoras dapat dilakukan melalui
pendekatan antisipasi dikdatis karena melalui pendekatan ini ssiswa tidak akan merasa
monoton dalam belajar dan siswa dirangsang untuk menemukan rumusan masalah itu sendiri
sehingga siswa akan tahu apa yang menjadi hambatan siswa dalam memahami konsep dalil
pythagoras. Tugas rekayasa ide ini juga memberikan manfaat yaitu mahasiswa dibimbing
untuk menemukan suatu gagasan baru, dimana didalam gagasan tersebut harus memiliki
solusi untuk menyelesaikan masalah yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal dalam
dalil pythagoras.

4.2 Saran
Saran kami sebagai penulis sebaiknya siswa dalam proses pembelajaran agar lebih aktif
lagi sehingga siswa dapat memahami permasalahan dalam dalil pythagoras. Dan semoga
tugas rekayasa ide kami ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 7


DAFTAR PUSTAKA
Kilpatrictk, J., Swaford, J., dan Findel, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn
Mathematics. Washington, DC National Academy Press.
Mardiyati, Siti, dkk. (1994). Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Penerbit UNS.
Robbiana, Djaka Firmansyah. (2013). Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk
Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP.
Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Sunanto, Juang, dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. University of
Tsukuba: CRICED.
Suratman, Dede. (2010). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Materi
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII SMP. Pontianak: Penelitian
Dosen.
Suryadi, Didi. (2010). Didactical Design Research (DDR) dalam pengembangan
pembelajaran matematika. Makalah pada Seminar Nasional Matematika UNNES.
Susanti, Debby Dwi. (2013). Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Menggunakan Media Berbasis Komputer pada Materi Bola. Surabaya:
Skripsi Universitas Negeri Surabaya.
Trisulawati, D. (2009). Proses Terjadinya Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Berkaitan Dengan Garis Singgung Lingkaran. (Online): (http://library.um.ac.id/free-
contents/index.php/pub/detail/proses-terjadinya-kesalahan-siswa-dalam-memecahkan-
masalah-berkaitan-dengan-garis-singgung-lingkaran-devy-eka-trisulawati-39863.html,
dikunjungi 13 April 2016).
Zulkardi. (2003). Pendidikan Matematika di Indonesia : Beberapa Permasalahan dan Upaya
Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.

Rekayasa Ide Media Pembelajaran| 8

Anda mungkin juga menyukai