PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata yang benar dan tepat dalam
berbahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata yang benar setelah mendapatkan
imbuhan.
3. Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata depan yang benar.
4. Untuk menganalisis penulisan partikel.
5. Untuk menemukan pemahaman dalam penulisan singkatan dan akronim
dalam bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mendapat penambahan imbuhan. Kata
dasar mempunyai makna leksikal atau makna sesuai dengan makna kamus.
Kata dasar harus ditulis sebagai satu satuan, misalnya: makan, duduk, tidur,
meja, manusia, hewan, dll.
Contoh : - Saya pergi kuliah
- Dia belajar statika
- Dia makan nasi
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang sudah mendapat imbuhan. Kata
berimbuhan harus ditulis sebagai satu satuan, maksudnya bentuk dasar atau
kata dasarnya harus ditulis serangkai dengan imbuhan yang melekat
3
dengannya. Kata berimbuhan memiliki makna gramatikal bukan leksikal.
Contoh: berjalan, belajar, diperlebar, dipermainkan, melihat, dll.
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh : dicabut, membangun, pegangan.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan atau
akhiran), ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Contoh : bertahan-tahan, berpuas diri.
c. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat imbuhan (awalan dan
akhiran sekaligus) unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh : perkembangbiakan, keputusasaan.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai kombinasi,
gabungan kata ditulis serangkai.
Contoh : geologi, tataniaga, geofisika.
3. Kata Majemuk
Sejalan dengan kaidah, gabungan kata atau yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis secara terpisah.
Akan tetapi, bila gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya, manakah bentukan kata
yang benar, pertanggung jawab atau pertanggungjawaban? Bentukan kata
pertanggung jawab dan pertanggungjawaban pada dasarnya berasal dari
bentuk dasar yang sama, yaitu tanggung jawab. Sejalan dengan kaidah, bentuk
tanggung jawab, dalam hal ini harus ditulis serangkai kalau mendapat awalan
sekaligus dengan akhiran. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah
pertanggungjawaban, bukan pertanggung jawab.
Beberapa gabungan kata yang serupa juga harus ditulis serangkai jika
mendapat awalan sekaligus dengan akhiran, misalnya:
Gabungan kata Bentukan baku Bentukan tidak baku
anak tiri => dianaktirikan dianak tirikan
menganaktirikan menganak tirikan
penganaktirian penganak tirian
4
atas nama => diatasnamakan diatas namakan
mengatasnamakan mengatas namakan
pengatasnamaan pengatas namaan
Namun, apabila bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu hanya
mendapat awalan, yang ditulis serangkai hanya awalan tersebut dengan unsur
langsung yang mengikutinya. Misalnya:
Pemberian tanda hubung pada gabungan kata yang mendapat awalan dan
akhiran boleh dilakukan jika gabungan kata itu masih relatif baru (belum
banyak digunakan orang) dan istilah khusus. Kemungkinan dapat
menimbulkan salah tafsir atau salah pengertian, untuk menegaskan pertalian
5
antarunsur yang bersangkutan. Tetapi jika bentukan itu tidak memungkinkan
timbulnya salah pengertian tanda hubung itu tidak perlu digunakan. Misalnya:
tumbuh kembang => ditumbuh-kembangkan
menumbuh-kembangkan
daya guna => didaya-gunakan
mendaya-gunakan
6
Namun, gabungan kata yang sudah padu unsur-unsurnya harus ditulis
serangkai, misalnya:
Bentukan baku Bentukan tidak baku
acapkali acap kali
adakalanya ada kalanya
astagfirullah astag firullah
alhamdulillah alhamdu lillah
akhirullillah akhirul lillah
bagaimana bagai mana
barangkali barang kali
bilamana bila mana
belasungkawa bela sungkawa
daripada dari pada
4. Frasa
Frasa atau sekelompok kata, ditulis serangkai jika mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, misalnya:
Frasa Bentukan baku Bentukan tidak baku
tidak adil => ketidakadilan ketidak adilan
tidak mungkin => ketidakmungkinan ketidak mungkinan
tidak pasti => ketidakpastian ketidak pastian
tidak hadir => ketidakhadiran ketidak hadiran
tidak yakin => ketidakyakinan ketidak yakinan
5. Unsur Terikat
Unsur terikat di sini bukan merupakan awalan atau akhiran melainkan
unsur-unsur terikat yang ada dalam bahasa Indonesia, atau bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti inter, non, dan pasca bukan
merupakan unsur bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
unsur bebas atau kata yang dapat berdiri sendiri jika bergabung dengan unsur
lain. Sejalan dengan kaidah, gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa
7
unsur terikat harus ditulis serangkai dengan unsur yang mengikutinya.
Misalnya, unsur terikat yang diserap dari bahasa asing di bawah ini.
Unsur terikat Bentukan baku Bentukan tidak baku
inter => interseksi inter seksi
internasional inter nasional
interkontinental inter kontinental
Berikut ini diberikan beberapa contoh unsur terikat yang terdapat dalam
bahasa Indonesia.
Unsur terikat Bentukan baku Bentukan tidak baku
a- => amoral a moral
asusila a susila
adi- => adikuasa adi kuasa
adimarga adi marga
antar- => antarkota antar kota
antarbangsa antar bangsa
anti- => antibodi anti bodi
antibiotik anti biotik
bio- => biokimia bio kimia
biodata bio data
8
Unsur terikat Bentukan baku Bentukan tidak baku
eka- => ekasila eka sila
ekasuku eka suku
dwi- => dwiwarna dwi warna
dwifungsi dwi fungsi
tri- => tridarma tri darma
trisila tri sila
panca- => pancasila panca sila
pancawarna panca warna
dasa- => dasadarma dasa darma
dasasila dasa sila
Namun, ada yang perlu dipahami dalam penulisan unsur terikat tertantu
apabila unsur lain yang berhuruf awal kapital harus diberi tanda hubung di
antara kedua unsur tersebut, misalnya:
Non-Islam, bukan non Islam, nonislam
Pro-Iraq, bukan pro Iraq, proiraq
Pengecualian
Khusus unsur terikat maha ditulis terpisah jika diikuti oleh kata esa atau
kata sudah berimbuhan (khusus kata-kata yang berhubungan dengan ALLAH
SWT).
Maha- + Esa Maha Esa, bukan maha esa,
Maha- + Penyayang Maha Penyayang,
Maha- + Pengasih Maha Pengasih,
Maha- + Pengampun Maha Pengampun,
Maha- + Kuasa Maha Kuasa.
6. Kata Ulang
Menurut Ejaan yang Disempurnakan (EyD), angka dua sebagai penanda
perulangan tidak boleh digunakan. Dalam hal ini kata atau bagian-bagian kata
yang diulang ditulis kembali secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung
di antara unsur yang diulang. Dengan demikian, tulisan-tulisan yang bersifat
9
resmi, seperti: buku pelajaran, karya tulis, skripsi, laporan ilmiah, dan
sebagainya haruslah mengikuti kaidah EyD. Berikut diberikan beberapa contoh
penulisan kata ulang:
Perulangan baku Perulangan tidak baku
gadis-gadis seksi gadis2 seksi
dua-dua dua-dua
macam-macam macam2
mencari-cari mencari2
sayur-sayuran sayur2an
Penulisan kata ulang yang mengalami perubahan fonem juga sama dengan
yang di atas. Misalnya: sayur-mayur, muda-mudi, lauk-pauk, dan sebagainya,
namun, penulisan kata ulang pada gabungan kata atau kata majemuk, jika akan
diulang, tidak perlu seluruh unsurnya ditulis ulang, karena, jika seluruh
unsurnyaditulis ulang, kita akan menghadapi masalah yang cukup rumit,
khususnya pada gabungan kata yang bentuknya cukup panjang.
Atas dasar pertimbangan itu, pengulangan gabungan kata tidak perlu ditulis
ulang seluruhya, tetapi cukup dengan mengulang unsur yang pertama saja,
misalnya:
Tepat Tidak tepat
Rumah-rumah sakit rumah sakit-rumah sakit
Papan-papan nama papan nama-papan nama
Suku-suku bangsa suku bangsa-suku bangsa
7. Kata Depan
a. Penulisan kata depan di-
Penulisan bentuk di- menyatakan dua hal, yakni menyatakan bentuk
pasif (awalan) dan menyatakan tempat. Bentuk di- yang merupakan awalan
membentuk kata kerja dan mempunyai pasangan bentuk dengan kaata kerja
yang berawalan men-, misalnya menulis, memukul, menyambut, dan
sebagainya. Jika kata-kata tersebut ditulis dengan awalan di- makahasilnya
adalah: ditulis, dipukul, dan disambut.
10
Sedangkan di yang merupakan kata depan tidak membentuk kata kerja,
tetapi menyatakan makna tempat, misalnya: di rumah, di toko, di kantor, di
Binjai, dan sebagainya. Jadi, sebagai kata depan, ditulis terpisah dari unsur
yang menyertainya.
c. Kata depan ke
Kata depan ke sama halnya dengan di dan pada ditulis terpisah dari
unsur yang menyertainya. Sebagai kata depan, ke juga menyatakan tempat,
seperti kata depan di. Akan tetapi, tempat yang dinyatakan oleh kata depan
ke bukan tempat yang (telah) dituju, melainkan tempat yang (akan) dituju.
Sebagai jawaban atas pertanyaan ke mana, kata depan ke selalu
berpasangan dengan kata depan di dan dari, dan sebaliknya. Misalnya:
11
di dalam ke dalam dari dalam
di luar ke luar dari luar
di samping ke samping dari samping
di Binjai ke Binjai dari Binjai
Selain sebagai kata depan, bentuk ke juga ada yang merupakan awalan
atau bagian dari gabungan imbuhan (konfiks ke-an), maka ke harus ditulis
serangkai dengan unsur yang mengikutinya. Misalnya:
Bentukan baku Bentukan tidak baku
keyakinan ke yakinan
ketiga ke tiga
ke curian ke curian
ketahuan ke tahuan
kecanduan ke canduan
Keterangan:
Penulisan judul buku, karya tulis, atau karangan, kata depan di, ke, dari, dan
pada huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang
terletak pada awal judul. Misalnya: Buanglah Sampah di Tempatnya, Di
Bawah Lindungan Kakbah, Merantau ke Deli, Pada Sebuah Kapal, dan
sebagainya.
Beberapa kata depan lainnya jika tidak terletak pada awal judul huruf
pertamanya juga tidak ditulis dengan huruf kapital, misalnya: mengenai,
tentang, dengan, dalam, untuk, dan sebagainya.
8. Partikel
a. Perbedaan pun yang ditulis terpisah dan yang diserangkaikan
Bentuk partikel pun ada yang ditulis terpisah dan ada pula yang ditulis
serangkai. Bentuk pun yang berpadanan dengan kata juga dan saja ditulis
terpisah, sedangkan partikel pun yang ditulis serangkai adalah partikel pun
juga tidak berpadanan dengan kata juga dan saja yang telah membentuk
satu kesatuan yang padu dengan unsur yang mendahuluinya.
12
Bentuk pun yang sudah dianggap padu dan harus ditulis serangkai
seperti adapun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, maupun,
meskipun, kalaupun, kendatipun, walaupun, sekalipun, dan sungguhpun.
Kata sekalipun, di sini dapat ditulis serangkai dan terpisah tergantung
kepada konteksnya, maksudnya apakah partikel pun itu berpadanan dengan
saja. Contoh:
Dia sering berkunjung ke rumahku, tetapi sekalipun belum pernah
mengutarakan isi hatinya.
Ø Bentuk sekalipun berarti sekali saja (satu kali saja), berpadanan kata saja.
Sekalipun jarang berkunjung, aku tetap menantinya.
Ø Bentuk sekalipun membentuk satu kesatuan yang padu, dan kata
sekalupun dapat diganti dengan walaupun, meskipun, dan sebagainya.
9. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata dalam ragam tulis diperlukan untuk memisahkan bagian-
bagian suku dalam pergantian baris dengan tanda hubung dan tidak didahului
dengan spasi. Perhatikan beberapa contoh dan cara pemenggalan kata pada
kalimat berikut!
a. Jika di tengah kata terdapat dua buah vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua vokal itu, misalnya:
13
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
kain ...…………ka-in ……….kai-n
b. Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan yang diapit oleh vokal, maka
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan, misalnya:
Kata Pemenggalan Baku Tidak Baku
pepaya …………pe-paya ……….pepay-a
14
jalan-jalan ……….jalan-jalan ……….ja-lan-jalan
Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf penulisannya harus diikuti
dengan tanda titik pada masing-masing huruf itu; sedangkan singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih masing-masing hurufnya tidak
diikuti tanda titik. Misalnya:
d.a. (dengan alamat) ybs. (yang bersangkutan)
a.n. (atas nama) hlm. (halaman)
u.p. (untuk perhatian) sda. (sama dengan yang di atas)
d.u. (dengan ucapan) tgl. (tanggal)
dst. (dan seterusnya) spb. (surat pengiriman barang)
15
Penulisan singkatan lambang dan penandaannya pada umumnya
disesuaikan dengan peraturan internasional. Dalam hal ini singkatan
lambang penulisannya tidak diikuti dengan tanda titik. Yang dimaksud
dengan singkatan lambang di sini ialah singkatan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah, seperti
kuantitas, satuan, dan unsur. Bukan singkatan umum atau singkatan nama
diri. Misalnya:
Rp rupiah
kVA kilovolt-ampera
m meter dan lain-lain
b. Akronim
Akronim ialah kependekan yag berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata, yang
ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa. Contohnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
Diklitbang Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan
Bakin Badan Koordinasi Intelijen Negara
16
suatu karya tulis, penomoran table, bagan, peta, daftar kecuali daftar pustaka
yang disajikan secara alfabetis, dan lampiran.
Angka Arab juga digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas,
isi, satuan waktu, jumlah, dan nilai uang, misalnya: 30 cm, 10 liter, Rp
15.000,00,-
b. Lambang bilangan
Lambang bilangan adalah huruf atau tanda yang digunakan untuk
menyatakan satuan bilangan atau jumlah. Lambang bilangan ini ditulis
dengan huruf atau dengan angka. Perhatikan beberapa contoh berikut ini!
§ sepuluh (10)
§ lima ratus (500)
§ Selama sebulan saya dikirimi uang sebesar Rp 5.000.000,00,-
Angka atau lambang bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus, kecuali angka tersebut terdapat pada dokumen resmi, seperti akta
dan kuitansi. Misalnya:
Rp 1.545.000,00,- (satu juta lima ratus empat puluh lima ribu rupiah)
dan sebagainya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas bahwa
dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan yang termasuk
dalam penulisan kata yaitu: kata dasar, kata berimbuhan, majemuk, frasa, unsur
terikat, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata, singkatan dan
akronim, serta angka dan lambang bilangan. Semuanya memiliki fungsi dan cara-
cara untuk menjadikan penulisan kata yang benar dan baik. Untuk penulisan kata
yang benar, kita dapat berpedoman pada EyD (ejaan yang disempurnakan) dalam
berbahasa Indonesia.
3.2 Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat
adalah untuk panduan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau
karangan, oleh karena itu dalam menulis harus disesuaikan dengan ejaan yang
disempurnakan (EyD). Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita
menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf dan penulisan kata, misalnya
dalam menulis surat, membuat karya tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya.
Cintai bahasa Indonesia, pelajari bahasa asing, dan lestarikan bahasa daerah.
18