Anda di halaman 1dari 4

A.

Judul Percobaan : Titrasi Asam Basa


B. Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2016
C. Tujuan Percobaan :
- Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.
- Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan baku NaOH.

D. Dasar Teori

Titrasi eruppakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dala
laboratorium. Untuk menentukan konsentrrasi dan reaktan.
(id.wikipedia.org/wiki/Titrasi)

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakkan di
dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketauhi konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Titer maupun titrant berupa larutan.

Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
(tepat habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan yang disertai perubahan warna indikator.

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam
atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan
basa atau sebaliknya sampai larutan (asam dan basa) diketahui, maka molaritas yang
satunya dapat diketahui (ditentukan). (Michael,1997)

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka ph larutan akan naik. Grafik yang
menyatakan perubahan ph pada penetesan asam atau basa disebut kurva titrasi. Titrasi
asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajamm dan titik untuk itu
digunakan indikator bilangan ph pada titik ekuivalen 4-110. Demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalaah basa atau
asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 ph berubah
secara drastis. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari 1 molekul ke moleku lain.
Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. ph
dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada teperatur.
Indikator yang digunakan harus sejenis yaitu phenoptalein (pp) dan metilorange (mo).

Titrasi Asidimetri-Alkalietri.

 Asidimetri : Menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk


menentukan basa. Asam yang biasa digunakan adalah adaah HCl, asam cuka,
asam oksalat, asam borat.
 Alkalimetri : Larutan yang biasa digunakan untuk menentukan asam adalah
basa.
Tabel Karakteristik dari indikator phenolptalein (pp)

Ph <0 0 - 8,2 8,2 - 12 >12


Asam atau
Kondisi Sangat Asam mendekati Basa Sangat Basa
netral

Warna Jingga Tidak berwarna Pink keunguan Tidak berwarna

Untuk memperoleh ketetapan hasi titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memiliki indikator dan sesuai dengan titrasi
yang dilakukan.

Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator.

Cara menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam dan basa sebagai berikut :

1. Memakai ph meter perubahan ph selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot


antara ph dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa indikatr ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
inilah titrasi kita hentikan.

Indikator yang dipakai dala titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh ph. Penambahan indikator diusahakan sedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Titrasi asamm basa terdiri dari :


1. Asam kuat - Basa Kuat
2. Asam kuat - Basa Lemah
3. Asam lemah – Basa kuat
4. Asam kuat – Garam dari asam lemah
5. Basa kuat – Garam dari basa lemah

1. Titrasi Asam kuat – Basa kuat


Contoh : asam kuat HCl, basa kuat NaOH
Persamaan Reasksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi Ion : H+ + OH- → H2O
2. Titrasi asam kuat – basa lemah
Contoh
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan reaksi : HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi Ion : H+ + NH4OH → H2O + NH4+

3. Titrasi Asam lemah – Basa kuat


Contoh
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persaaan reaksi : CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi Ion : H+ + OH- → H2O

4. Titrasi Asam kuat - Garam dari asam lemah


Contoh
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan reaksi : HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi Ion : H+ + BO2- → HBO2

5. Titrasi Basa kuat - Garam dari Basa lemah


Contoh
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari Basa lemah : CH3COONH4
Persamaan reaksi : NaOH + CH3CooNH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi Ion : OH- + NH4- → NH4OH

Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol ekuivalen
basa maka dapat ditulis sebagai berikut :

Mol ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa

mol ekuivalen dapat diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume,
maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :

Nasam x Vasam = Nbasa x Vbasa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH- pada basa sehingga rumus diatas menjadi

( n x Masam ) x Vasam = ( n x Mbasa ) x Vbasa

Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H+ ( pada asam ) atau OH- ( pada basa )

Syarat – syarat agar titrasi yang dilakukan berhasil sebagai berikut :


1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisa harus diketahui
3. Titik stokiometri atau titik ekuivalen harus diketahui indikatoor yang memberikan
perubahan warna, atau sangat dekat dengan titik ekuivalen yang sering digunakan.
Titik pada saat indikator berubah warna adalah titik akhir.
4. Volume titran dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus diketahui setepat
mungkin

Anda mungkin juga menyukai