BAB II Dua
BAB II Dua
A. Kajian Pustaka
1. Lahan
a. Pengertian Lahan
8
9
spesifik. Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan
yang paling sesuai dengan sifat fisiknya serta dikelola agar mampu menampung
kegiatan masyarakat yang terus berkembang (Dardak, 2005) dalam Muta’ali
(2012: 93). Pemanfaatan lahan yang tidak tepat dapat menyebabkan kualitas lahan
menurun, bahkan menyebabkan lahan menjadi kritis yang tidak produktif.
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau attribute yang bersifat kompleks dari satu
bidang lahan (Rayes, 2007: 164).
Lahan memiliki berbagai fungsi, menurut FAO (1995) dalam Rayes
(2007: 2) fungsi lahan antara lain :
1) Fungsi Produksi
Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui
produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan
bakarkayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara
langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan
tambak ikan.
2) Fungsi Lingkungan Biotik
Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terestrial) yang
menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan
jasad mikro diatas dan di bawah permukaan tanah.
3) Fungsi Pengatur Iklim
Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink)
gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan,
serapan dan transformasi dari energi radiasi dan daur hidrologi global.
4) Fungsi Hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.
5) Fungsi Penyimpanan
Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral
untuk dimanfaatkan oleh manusia.
10
b. Penggunaan Lahan
hidup terbata pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan
dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhanakan lahan dan air
dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung
pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan
daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu:
1) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat
tanah (fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain.
Metode kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang menjelaskan cara
mengetahui alokasi pemanfaatan ruang yang tepat berdasarkan kemampuan
lahan untuk pertanian yang dikategorikan dalam bentuk kela, subkelas dan
unit pengelolaan. Dengan metode kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaat
ruang dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pertanian, lahan yang harus
dilindungi, dan lahan yang dapat digunakan untuk maanfaat lain.
2) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
Metode mengetahui daya dukung lahan berdasarkan perbandingan
antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu
wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya
dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit.
Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di
suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di
wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa
ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan
produksi hayati di wilayah tersebut.
3) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air
Metode ini menunjukan cara penghitungan daya dukung air di suatu
wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan akan
sumber daya air bagi penduduk yang hidup di wilayah itu. Dengan metode
ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya air di suatu wilayah
dalam keadaan surplus atau defisit.
14
∑(𝑃𝑖 𝑋 𝐻𝑖 ) 1
𝑠𝐿 = X
𝐻𝑏 𝑃𝑡𝑣𝑏
𝐷𝐿 = 𝑁 𝑥 𝐾𝐻𝐿𝐿
1) Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras
lokal.
2) Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/ tahun.
3) Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat
menggunaan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2400
kg/ha/tahun.
Penentuan daya dukung lahan berdasarkan Ketersediaan lahan dan
kebutuhan lahan yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan kebutuhan lahan
(DL) dan ketersediaan lahan (SL). Daya dukung lahan dapat diketahui apabila SL
lebih besar daripada DL maka daya dukung lahan dinyatakan surplus, sedangkan
SL lebih kecil daripada DL maka daya dukung lahan dinyatakan defisit atau
terlampaui.
3. Produktivitas Padi
a. Produksi Pertanian
maupun skala besar, biasanya dalam satuan kilogram atau ton (Tim penyusun
kamus, 2003: 402).
Menurut Mubyarto (1991) dalam Khoirunisa (2013: 29), “pertanian
mempunyai arti luas dan sempit.” menurut arti luas, pertanian mencakup pertanian
rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit, perkebunan (perkebunan rakyat
dan perkebunan besar) kehutanan, peternakan dan perikanan (darat dan laut).
Sedangkan menurut arti sempit pertanian mencakup pertanian rakyat, yaitu usaha
pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras,
palawija (jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian dan tanaman hortikultura (sayur-
sayuran dan buah-buahan). Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah,
ladang dan pekarangan.
Menurut Tati Nur Mala dalam Fuad,dkk (2016: 256) Produksi atau hasil
pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik dan varietas yang di
tanam, lingkungan termasuk anatara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai.
Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varietas tanaman, tanah, iklim dan faktor-
faktor non-teknis seperti ketrampilan petani, biaya atau sarana produksi dan alat-
alat yang digunakan.
Darwanto (2010: 49) menuliskan faktor produksi yang digunakan untuk
usaha tani meliputi: tanah (land), modal (capital), tenaga kerja (labour), dan
managemen (management) yang berfungsi mengkoordinir ketiga faktor produksi
untuk memperoleh hasil produksi optimal.
a. Tanah sebagai faktor produksi.
Salah satu faktor yang memiliki tingkat produktifitas adalah lahan
garapan. Hal ini menyebabkan usaha pertanian yang mempunyai tanah
sedikit di daerah tertentu produksinya atau pendapatan yang diperoleh juga
sedikit (Mubyarto, 1985).
b. Modal sebagai faktor produksi.
Dalam konteks usaha tani, modal dimaksudkan sebagai barang
ekonomi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dan
mempertahankan pendapatan yang telah diperolehnya. Mubyarto (1985)
menyatakan bahwa modal adalah barang atau uang yang bersama-sama
19
b. Produktivitas Padi
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑜𝑛)
Produktivitas = ℎ𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 ( )
𝑡ℎ
B. Kerangka Berpikir
Lahan Penduduk
Tekanan Penduduk
Terhadap Lahan
Produktivitas Lahan