Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No.

1 April 2017
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG ANEMIA PADA REMAJA DI SMA
PABA BNJAI TAHUN 2015

NURHAFNI
DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI

ABSTRACT
Anemia can be defined as a condition in which a reduction of red blood cells
(erythrocytes) in the circulating blood or hemoglobin mass and is unable to fulfill its function as a
carrier of oxygen to all tissues (Tarwoto, 2012). In patients with anemia, more often called
anemia, red blood cell levels (hemoglobin / Hb) below normal values. In Indonesia, anemia is
generally caused by a lack of iron, so it is more known by the term iron deficiency anemia. This
study aims to determine descriptive Youth Knowledge Level About Anemia Teen In High School
PABA Bnjai Year 2015. The population in this study were all pregnant women who are in high
school PABA Binjai number of 85 respondents with a total sampling technique sampling. The
results showed that adolescent knowledge about anemia sense enough majority at 53%, about
the causes of anemia are less ie 70.58% majority, about the signs and symptoms of anemia is
58.7% majority enough knowledge about the prevention of anemia and the majority of that is
enough 65,9,4 %.. In adolescents are advised to eat nutritious foods to prevent anemia and
health care workers are advised to continue to provide counseling to adolescents on efforts to
prevent teen anemiapada.

Keywords: Knowledge adolescents, anemia in adolescents

PENDAHULUAN
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Penyebab tidak langsung dari tingginya AKI di Indonesia
adalah kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan rendahnya tingkat pengetahuan
ibu hamil dan keluarga tentang anemia selama kehamilan. Empat masalah gizi utama di
Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan
masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi dan asam folat dalam
tubuh. Terlihat dengan masih banyaknya kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil yaitu 63,5%.
Hal ini di pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pelaksanaan program
pencegahan anemia. Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia adalah
kurangnya pengetahuan tentang anemia, kurangnya pengetahuan di sini adalah ketidaktahuan
akan tanda-tanda dan gejala serta dampak yang timbul oleh anemia. (Mardiwiono, 2012).
Anemia dapat di definisikan sebagai kondisi di mana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2013). Pada penderita anemia, lebih
sering di sebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/ Hb) di bawah nilai normal.Di
Indonesia anemia umumnya di sebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih di kenal
dengan istilah anemia defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung di Negara
yang sedang berkembang dari pada Negara yang sudah maju. Secara umum, anemia defisiensi
zat besi lebih banyak di sebabkan oleh perdarahan kronik dan asupan makanan yang
mengandung zat besi yang tidak cukup. Namun asupan gizi yang tidak cukup lebih cenderung
sebagai penyebab anemia terutama pada ibu hamil (Arisman, 2013). WHO melaporkan
prevalensi Remaja yang mengalami Anemia defisiensi sekitar 40-75% pada tahun 2007. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2007, prevalensi anemia pada
Anak Remaja masih tinggi yaitu sekitar 42,1%. Menurut penyelidikan Hoo Swie Tjiong

12
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
frekuensi anemia pada remaja setinggi 19,5% dengan Hb rata-rata 10,3 gr%. Anemia pada
remaja di samping disebabkan karena kemiskinan dimana asupan gizi sangat kurang, juga
dapat di sebabkan karena ketimpangan gender dan adanya ketidak tahuan tentang pola
makanan yang benar. Masaa remaja adalah masa pertumbuhan yang memerlukan banyak zat
besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada dirinya. Kekurangan zat besi mengakibatkan
kekurangan hemoglobin (Hb), di mana zat besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.
Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat di butuhkan untuk metabolisme
sel. (Tarwoto, 2013). Anemia yang terjadi pada remaja memberikan dampak pada kegiatannya
sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil ide atau gagasan dan tahu setelah melakukan
sesuatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra, yakni panca penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui pendidikan,
pengalaman diri sendiri maupun media massa, serta lingkungan. (Notoatmodjo, 2013). Menurut
Notoatmdjo, pengetahuan dicakup dalam domain kognitif, terdiri dari 6 tingkatan antara lain:
Tahu (Know)kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di
pelajari atau rangsangan. Di artikan sebagai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat yang di terima.
Memahami (Comprehension) Memahami sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterfretasikan secara benar. Orang yang
paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
meramalkan terhadap objek atau materi yang di pelajari.
Aplikasi (Aplication) Aplikasi di artikan sebagai untuk menggunakan yang telah di pelajari
pada suatu situsi kondisi yang sebenarnya (rill).
Analisis (Analysis) Analisis di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (Syntesis) Sintesis
menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian 44
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun komunikasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi
(Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu
materi atau objek.

Anemia Pada Remaja


Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi
darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2013).
Anemia merupakan kekurangan dalam kualitas ataupun kuantitas sel darah merah yang
membawa oksigen disekitar tubuh dalam bentuk hemoglobin (Tiren, 2012).Pengertian
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin
dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem (Mohamad Sadikin, 2011) Hemoglobin
adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb
merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara
kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa
oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan
anemia (I Dewa Nyoman S, 2012) 2.4.2 Fungsi Hemoglobin Dalam sel darah merah
hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat
diikat dan dibawa oleh darah, dengan adanya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen
keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan

13
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
tercapai (Mohamad Sadikin, 2012). Pada remaja yang banyak terkena Anemia sebagian besar
adalah remaja putri, karena remaja putri merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap
anemia dengan prevalensi 20–30%. Remaja yang sedang aktif di sekolah, jika menderita
anemia akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Hasil evaluasi Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) kepada anak sekolah dengan
pemberian suplementasi zat besi masih belum maksimal, di antaranya karena rendahnya
kepatuhan minum suplemen akibat minimnya pengetahuan remaja tentang anemia pada
remaja.

Etiologi
Anemia dapat diakibatkan kerena kurangnya pengetahuan remaja tentang penyebab
anemia. Pengetahuan dapat di peroleh dari berbagai sumber informasi, pengalaman, dan
proses pendidikan seseorang (Mardiwiono, 2012). Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat
besi, asam folat, vitamin B12, yang semuanya berakar pada asupan yang adekuat. Dari tiga
penyebab diatas kasus anemia yang paling banyak ditemui adalah defisiensi zat besi.

Tanda dan gejala


Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia pada remaja adalah kurangnya
pengetahuan remaja dan ketidaktahuan remaja akan tanda-tanda, gejala, dan dampak yang
ditimbulkan oleh anemia, akibatnya individu tersebut akan terkena anemia (Mardiwiono, 2012).
Tanda dan gejala yang dialami penderita anemia defisiensi zat besi :Cepat kelelahan, hal ini
terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot
terganggu, nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan
oksigen,karena daya angkut hemoglobin kurang, kesulitan bernafas, terkadang sesak nafas
merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara
kompensasi pernapasan lebih di percepat, palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat
diikuti dengan peningkatan denyut nadi, pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran
mukosa mulut dan konjungtiva.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat menentukan penyebab khusus anemia, misalnya kadar
B12, folat, atau feritin dalam serum. Hasil Pemeriksaan laboratorium darah juga dapat
menunjukkan (Tarwoto, 2012). Pemeriksaan darah perifer menunjukkan keadaan sel makrostik
dan pucat, Penurunan Hb kurang dari 10,5 g%, Hemosiderin pada aspirasi sumsum tulang
belakang tidak ada, Serum besi < 50 mg (N: 50-150 mg/dl). Tetapi pemeriksaan yang paling
sensitive untuk kekurangan zat besi adalah pengukuran kadar feritin (protein yang menampung
zat besi). Kadar feritin yang rendah menunjukkan kekurangan zat besi. Untuk menentukan
diagnosis anemia dapat juga di lakukan dengan anamnese. Pada anamnese akan didapat
kelihatan cepat lelah, cepat pusing, mata berkunang-kunang tidak konsentrasi dalam mengikuti
pelajaran atau pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan. Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
pada remaja dapat digunakan dengan alat sahli .

Klasifikasi Anemia
Anemia defisiensi zat besi anemia defisensi zat besi adalah keadaan di mana kandungan
besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Kurangnya zat besi berpengaruh dalam
pembentukan hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini
akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh
(Tarwoto, 2012). Anemia Megaloblastik Penyebabnya adalah kekurangan asam folat.
Asam folat terkandung dalam vitamin B12. Anemia Hipoblastik anemia yang di
sebabkankarena tidak berfungsinya dengan baik organ sumsum tulang belakang untuk

14
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
membentuk sel darah merah baru. Anemia Hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian maka di buatlah kerangka konsep dengan “Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015”. Dari
uraian di atas, kerangka konsep penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut:

Pengetahuan Remaja

1. Pengertian Anemia

2. Penyebab
pppe Anemia

3. Tanda dan gejala anemia

4. Pencegahan Anemia
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer dimana data yang
diambil langsung dari sumber responden untuk mengetahui “Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015”.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan Di SMA PABA BINJAI.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan mulai pada bulan Januari-Juni 2015.

Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA PABA yaitu sejumlah 85 responden.
Sampel
Sampel pada penelitian seluruh siswa kelas X di SMA PABA Total sampling.

Definisi Operasional
Pengetahuan tentang definisi anemia adalah pemahaman remaja tentang arti/ definisi anemia
pada remaja.
Pengetahuan tentang penyebab adalah pemahaman remaja tentang faktor-faktor atau
keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya anemia pada remaja
Pengetahuan tentang tanda dan gejala adalah pemahaman remaja tentang tanda dan gejala
yang di timbulkan akibat anemia pada remaja.
Pengetahuan tentang pencegahan adalah pemahaman remaja tentang usaha untuk mencegah
suatu kejadian yang ditimbulkan oleh anemia pada remaja.

Aspek Pengukuran
Pengetahuan Remaja Tentang Anemia Pada Remaj dinilai dari sejauh mana Remaja
mengerti tentang anemia, dan diajukan sebanyak 20 pernyataan masing-masing variabel

15
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
mencakup 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Maka aspek kategori
pengukuran yang dipakaidalam setiap variabel (Arikunto, 2012) adalah :
Baik, apabila pertanyaan dapat dijawab benar 76%-100% yaitu respondendapat menjawab
pertanyaan 4-5 soal.
Cukup, apabila pertanyaan dapat dijawab benar 60%-75% yaitu responden dapat menjawab
pertanyaan 3 soal.
Kurang, apabila pertanyaan dapat dijawab dengan benar ≤ 60% yaitu responden dapat
menjawab pertanyaan 1-2 soal.
Aspek pengukuran pengetahuan secara keseluruhan adalah :
Baik : Skor nilai 76%-100 % yaitu responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar
sebanyak 16-20 soal. Skor satu jawaban yang benar untuk satu pertanyaan adalah 5
dan skor satu jawaban yang salah adalah 0.
Cukup : Skor nilai 65%-75 % yaitu responden dapat menjawab pertanyaan denganbenar
sebanyak 11-15 soal.
Kurang : Skor nilai ≤ 60 % yaitu responden dapat menjawab pertanyaan sebanyak
1-10 soal.

Tehnik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer yang datanya diambil langsung dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Prosesnya dengan membagikan kuesienor pada remaja dan
diberikan penjelasan tentang kuesioner bagaimana cara pengisiannya, serta menjelaskan hal-
hal yang tidak dimengerti oleh responden dengan jumlah kuesioner sebanyak 20 soal. Setelah
terisi, peneliti mengumpulkannya kembali.

Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkahsebagai berikut:
Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan
dalam pengumpulan data, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden.

Coding
Merupakan hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberikan kode responden di ubah kode
nomor responden sesuai dengan petunjuk.
Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan dalam bentuk tabel, distribusi
frekwensi dan tabulasi.

Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dengan cara deskriptif, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi
frekuensi dan persentase tersebut dibahas dengan hasil penelitian dengan menggunakan teori
dan sumber kepustakaan yang ada.

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Anemia Pada
Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

16
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Pengetahuan RemajaTentang Pengertian Anemia
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Pengertian
Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015
Frekuensi Persentase
No Karakteristik
(f) (%)
1 Baik 10 11,8
2 Cukup 45 53
3 Kurang 30 35,2
Total 85 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas remaja berpengetahuan


pengertian anemia pada remaja adalah cukup yaitu 45 responden (53%).

Pengetahuan RemajaTentang Penyebab Anemia


Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Penyebab
Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015
Frekuensi Persentase
No Karakteristik
(f) (%)
1 Baik 10 11,8
2 Cukup 15 17,62
3 Kurang 60 70,58
Total 85 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas berpengetahuan penyebab
anemia pada remaja adalah kurang yaitu 60 responden (70,58%).

Pengetahuan Remaja Tentang Tanda dan Gejala Anemia


Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Gejala
Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015
Frekuensi Persentase
No Karakteristik
(f) (%)
1 Baik 20 23,5
2 Cukup 50 58,7
3 Kurang 15 17,62
Total 85 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas remaja berpengetahuan


tentang tanda dan gejala anemia adalah cukup yaitu 50 responden (58,7%).

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan Anemia


Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan
Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015
Frekuensi Persentase
No Karakteristik
(f) (%)
1 Baik 14 16,48
2 Cukup 56 65,9
3 Kurang 15 17,62
Total 85 100

17
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas berpengetahuan tentang
pencegahan anemia cukup yaitu 56 responden (65,9%).

PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Anemia Pada
Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015, maka dapat dibuat pembahasan hasil sebagai
berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diketahui bahwa mayoritas remaja berpengetahuan
pengertian anemia pada remaja adalah cukup yaitu 45 responden (53%). Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas responden sudah mengerti dan memahami bahwa anemia adalah kurang
darah dalam tubuh yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan anemia pada
remaja dapat mengakibatkan menurunya minat belajar dan prestasi di sekolah.Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa dapat diketahui mayoritas berpengetahuan penyebab
anemia pada remaja adalah kurang yaitu 60 responden (70,58%). Kurangnya pengetahuan
remaja tentang penyebab anemia adalah disebabkan para remaja memang tidak memahami
apa yang menjadi penyebab anemia, mereka hanya beranggapan bahwa kurang makan (napsu
makan) dapat mengakibatkan anemia (kekurangan darah) padahal masih banyak penyebab lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia pada remaja. Anemia adalah kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin
sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
(Tarwoto, 2013). Anemia pada remaja adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11
gr% atau kurang dari 10,5 gr% pada trimester ke II (Sarwono 2013).Anemia dapat diakibatkan
kerena kurangnya pengetahuan remaja tentang penyebab anemia. Pengetahuan dapat di
peroleh dari berbagai sumber informasi, pengalaman, dan proses pendidikan seseorang
(Mardiwiono, 2012). Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12,
yang semuanya berakar pada asupan yang adekuat. Dari tiga penyebab diatas, defisiensi zat
besi adalah yang paling sering dijumpai. Pengetahuan remaja yang cukup disebabkan karena
adanya aktifitas dapat semakin memperbanyak informasi dari teman, keluarga dan tetangga.
Adanya berbagi pengalaman sesama remaja meningkatkan pengetahuan remaja tentang
kebutuhan mereka sehingga anemia pada remaja dapat dicegah. Pengetahuan remaja yang
cukup juga disebabkan karena remaja kepedulian remaja tentang pola hidup sehat yang dapat
menambah informasi khususnya tentang pencegahan anemia pada remaja yaitu dengan
mengkonsumsi makanan bergizi, minum susu dan menghindari stress pada masa
remaja.Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dapat diketahui mayoritas remaja
berpengetahuan tentang tanda dan gejala anemia adalah cukup yaitu 50 responden
(58,7%).Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah mengerti dan memahami
bahwa tanda dan gejala anemia adalah wajah pucat, sering pusing, daya tahan tubuh menurun.
Remaja juga sudah memahami bahwa pencegahan anemia pada remaja adalah dengan
mengkonsumsi makanan bergizi, pola hidup sehat dan menghindari stress serta mengatur pola
istirahat.Tanda dan gejala anemia adalah cepat kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan
oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu, Pucat pada muka,
telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan konjungtiva, Nyeri kepala dan pusing
merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen,karena daya angkut hemoglobin
kurang. Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas berpengetahuan tentang
pencegahan anemia cukup yaitu 56 responden (65,9%). Hal ini menunjukan bahwa responden
sudah mengerti dan memahami tentang cara pencegahan anemia pada remaja.Tindakan
pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan pemberian asam folat. Kebutuhan folat
sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayur dan buah-buahan,
gangguan pada pencernaan akoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat, masa pertumbuhan.
Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsorpsi. Pelaksanaan dan
pemberian asam folat. Pengobatan dengan besi per-oral harus di lanjutkan untuk 3-6 bulan. Ini

18
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
tidak hanya memperbaiki anemianya tetapi juga mengisi kembali cadangan besi di dalam tubuh
penderita. Respon pertama yang dapat diukur sebagai hasil terapi besi yang berhasil dapat
dilihat kurang dari seminggu. Terapi parenteral harus dicadangkan bagi pasien yang diketahui
mengalami defisiensi zat besi tetapi tidak dapat menerima atau mengabsorpsi besi per-entar
dan untuk pasien yang kehilangan darah kronis yang ekstensif yang tidak dapat diatasi hanya
dengan pemberian besi per-entral.Pengetahuan responden yang cukup tentang tanda dan
gejala anemia dapat terlihat dari kuesioner yang telah diberikan pada responden. Pengetahuan
remaja yang cukup tentang pencegahan anemia dapat terlihat dari kuesioner yang telah
diberikan. Mayoritas responden sudah memahami bahwa pencegahan anemia adalah dengan
mengkonsumsi makanan bergizi, minum vitamin dan menghindari stress. Hal ini diketahui oleh
remaja karena sumber informasi sering didapat dari teman di lingkungan sekitar dan dari
berbagai media informasi lainnya. Pengetahuan tentang pencegahan anemia juga didapat dari
keluarga atau teman melalui berbagi pengalamanlainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan tentang Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Anemia Pada Remaja Di SMA PABA Binjai Tahun 2015, maka dapat dibuat suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan remaja mayoritas berpengetahuan pengertian anemia pada remaja adalah
cukup yaitu 45 responden (53%). Para remaja sudah banayak yang mengerti dan
memahami tentang apa itu anemia pada remaja.
2. Pengetahuan remaja tentang penyebab anemia mayoritas berpengetahuan kurang yaitu
60 responden (70,58%). Para remaja tidak mengerti apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinnya anemia pada remaja sehingga banyak dari mereka yang perstasi belajarnya
menurun akibat dampak dari anemia.
3. Berdasarkan penelitian pada dapat diketahui bahwa mayoritas remaja berpengetahuan
tentang tanda dan gejala anemia adalah cukup yaitu 50 responden (58,7%). Tanda serta
gejala anemia sudah mulai di sadari para remaja, mereka sudah memahami tand-tanda
atau gejala yang dirasakan apabila terkena anemia.
4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dapat diketahui mayoritas
berpengetahuan tentang pencegahan anemia cukup yaitu 56 responden (65,9%). Karna
para remaja sudah mengerti tentang tanda gejala anemia pada remaja, kini mereka juga
sudah lebih pandai untuk melakukann pencegannya seperi mengatur pola istirahat dan
mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi.
Saran
1. Pada remaja disarankan agar mengkonsumsi makanan bergizi yang berguna untuk
menambah asupan energi, menjaga pola istirahat dan pola hidup yang lebih sehatagar
dapat menghindari terjadinya anemia.
2. Bagi Institusi Akademik Kebidanan Kharisma Husada Binjai
Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan sumbangan pemikiran di bidang
Kesehatan serta sebagai masukan bagi Mahasiswa Akbid Kharisma Husada Binjai serta
bagi peneliti selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Alimun azis, 2013, Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data,Salemba Medika,
Jakarta.
Arikunto, 2013, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arisman, 2012, Gizi dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta.
Evawani, 2012, Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, IPB PressTaman Kencana, Bogor.
Mardiwiono, 2013, Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia, Trans Info Media, Jakarta.

19
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Notoadmojo Soekidjo, 2012, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.
Nugraheny Esti, 2009, (Asuhan Kebidanan Patologis), Pustaka Rihama, Yokyakarta.
Prawihardjo Sarwono, 2013, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Pujiningsih sri, 2012, Permasalahan Kehamilan Yang Sering Terjadi, Oryza, Jakarta.
Tarwoto, 2013, Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, dan Penatalaksanaannya, Trans Info
Media, Jakarta.
Tiran Denise, 2013, Kamus Saku Bidan Edisi10, EGC Jakarta
Yeyeh, 2012, Asuhan Kebidanan IV (Patologis Kebidanan), CV, Trans Info Media, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai