Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Antropologi Kesehatan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan
Dosen :
Aini Alifatin. S.Kep, M.Kep.

Disusun Oleh :

Qurrotul A’yun (201710300511039)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran,
cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi
kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu
sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang hubungan
ilmu Antropologi kesehatan dan penerapannya dalam ilmu keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tradisi Mayangi di Lamongan, Jawa Timur


Mayangi atau yang mempunyai makna lain yaitu (ngeruwat atau ruwatan), mayangi atau
ngeruwat ini sobat mempunyai arti teknik (cara, metode) membuat suatu kebiasaan menjadi suci.
Artinya tradisi ini dalam kepercayaan orang Jawa dilakukan sebagai sarana pembebasan dan
pensucian manusia atas dosanya atau kesalahannya yang berdampak kesialan di dalam hidupnya.
Dalam tradisi Jawa orang yang keberadaannya dianggap mengalami nandang sikerto atau berada
dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali perlu mengadakan ritual tersebut. tradisi mayangi
ini berupa bacaan-bacaan do’a yang dikemas dengan berbahasa jawa yang kemudian biasanya di
iringi dengan musik gamelan yang kemudian dilanjut dengan pertunjukan wayang semalam
suntuk.
Orang jawa terutama Lamongan sangat percaya dengan mitos-mitos jawa (kejawen), mereka
mempercayai bahwa anak yang belum di mayangi atau dalam arti belum tersucikan maka akan
menjadi mangsa dewa jahat yaitu “Bhatara kala”. Dan mereka juga beranggapan bahwa
kebudayaan nenek moyang selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. So, jika tidak
melakukan hal tersebut maka akan berdampak kesialan dikemudian hari.
Dalam mitos tersebut bagi orang dewasa yang khususnya mempunyai anak tunggal baik laki-laki
maupun perempuan, mempunyai dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan, mempunyai
anak tiga (anak yang pertama perempuan, anak yang kedua laki-laki anak yang ketiga
perempuan), sebaliknya kalau anak pertama laki-laki anak ke dua perempuan dan anak ke tiga
laki-laki, ini harus melakukan proses Mayangi , tetapi selebih mempunyai anak dari tiga maka
tidak diadakan Tradisi Mayangi.
untuk tradisi mayangi ini tidak lepas dengan pertujukan wayang kulitnya. Biasanya sih untuk
melaksanakan mayangi ada ritual-ritual tertentu yang harus dilakukan dan ada syarat yang harus
dipenuhi.
Pertama, penggunaan kain putih (mori) yang dipakai oleh peserta mayangi. Kedua,ritual potong
rambut. Ketiga,adanya sedekah (sesaji). keempat, Tatacara mayangi dengan menggelar wayang
semalaman dengan judul Murwakala (Bhatara Kala).
Gambar 2 (sembur : google)
Untuk sesajen sendiri berupa kemenyan, pisang raja, taburan bunga mawar dan sebagainya,
karena peralatan begitu banyak jadi saya tidak bisa menyebutkan satu persatu yaa.
Dan kemudian untuk prosesinya diawali dengan memandikan anak yang diruwat tersebut dengan
air bungah oleh ibunya, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan do’a yang dilakukan oleh
dalang. Setelah melakukan ritual lainnya, selanjutnya melakukan ritual potong rambut dan
berakhir bagi si dalang untuk melanjutkan cerita wayangnya.

Gambar 3 (sumber : google)


Dan terakhir, karena modal yang dikeluarkan untuk melakukan mayangi ini lumayan besar dan
tradisi yang 4dentic dengan mendatangkan pertunjukan wayang kulit, untuk masyarakat
Lamongan biasanya tradisi mayangi ini dibarengi dengan hajatan khitanan ataupun pernikahan.
Untuk masyarakat yang memiliki ekonomi rendah masih bisa melakukan tradisi mayangi ini,
tetapi mengganti wayang dengan acara syukuran biasa dan upacara diahlikan kepada tokoh
keagamaan di Desa, seperti kyai.
Sekian sobat mediumers, sedikit tambahan pengetahuan dari saya mengenai Tradisi Mayangi di
Lamongan.

2. Gelang penolak Bala


Di Lamongan masih ada seorang memakai gelang atau kalung tetapi tujuannya tidak sekedar
untuk hiasan. Dia meyakini gelang atau kalung tersebut dapat menangkal atau menghilangkan
penyakit dan bahaya lainnya. Mudahnya memakainya sebagai jimat. Kadangkala bayi yang baru
lahir atau anak-anak kecil juga diberi ikatan atau gantungan, katanya untuk menolak mushibah.
Gelang dan kalung tersebut dipercaya orang-orang untuk menghindari penyakit dan gangguan
jin, biasanya gelang tersebut terbuat dari akar-akar atau batang tumbuhan tertentu.

3. Upacara Procotan
Upacara mrocoti dilaksanakan apabila kandungan sang calon ibu mencapai umur lebih kurang 9
bulan. Mrocoti berasal dari kata procot, dalam bahasa Jawa keluarnya segala sesuatu dari lobang
dengan cepat.
Sajian untuk upacara ini berupa : jenang sumsum (bubur dari tepung beras) yang diberi pisang
utuh yang telah dikuliti.
Sajian tersebut diletakkan dalam piring, dan dibagi – bagikan kepada tetangga.Tujuan dari
upacara procotan ini mengharap agar bayi yang akan lahir nantinya dapat keluar dengan mudah
dan selamat, tanpa gangguan apapun
Pantangan atau anjuran apabila wanita sedang mengandung.
Selama orang sedang megandung, kepadanya berlaku beberapa larangan atau pantangan dan
anjuran, yang harus dipatuhi. Pelanggaran terhadapnya dapat mengakibatkan hal-hal yang buruk,
baik bagi si ibu maupun bagi anak yang dikandungnya.Larangan, pantangan maupun anjuran itu
adalah sebagai berikut :
1. Dilarang makan buah nanas, durian, daging kambing karena makanan ini panas sehingga
mengakibatkan keguguran.
2. Dilarang makan ikan laut karena mengakibatkan keguguran.
3. Dilarang makan terung, karena bayinya terlalu banyak lemak.
4. Dilarang makan udang karena kalau melahirkan maju- mundur.
5. Dilarang makan tuntut karena bayinya akan mengecil (kerdil).
6. Dilarang makan buah kuweni karena mengakibatkan keguguran.
7. Dilarang makan telur karena kalau akan melahirkan memeti seperti ayam yang akan
kawin.
8. Dilarang makan makanan yang gatal karena anaknya nanti akan banyak tingkah.
9. Tidak boleh terlalu banyak minum es karena bayinya akan terlalu besar sehingga sukar
dalam melahirkan.
10. Tidak boleh terlalu banyak makan daun kemangi karena mengakibatkan keguguran.
11. Tidak boleh makan tumpi (peyek kacang hijau) karena anaknya nanti akan banyak tahi
lalatnya.
12. Tidak boleh makan labu merah karena anaknya nanti buah pelirnya terlalu besar.
13. Tidak boleh makan makanan yang bergetah karena anaknya nanti akan malas.
14. Tidak boleh makan buah salak terlalu banyak karena nanti kalau melahirkan akan sukar.
15. Dilarang makan buah pace karena kepala anaknya nanti akan benjol-benjol seperti buah
pace.
16. Dilarang makan buah pisang gandeng karena bayinya nanti akan kembar.
17. Dilarang makan siwalan karena kepala anaknya nanti akan seperti buah siwalan.
18. Dilarang makan tebu karena kalau melahirkan terlalu banyak mengeluarkan darah (uwat
kidang).
19. Dilarang makan kelapa kopyor karena mengakibatkan keguguran.
20. Dilarang makan kecambah karena bayinya nanti lekas punya adik lagi (Jawa :
kesundulan).
21. Tidak boleh makan daging menjangan karena mengakibatkan keguguran.
22. Tidak boleh makan ikan sembilangan agar tidak menemui halangan

3. Upacara mendhem ari-ari


Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing.
Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu
ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat penanaman ari-ari tersebut
diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan simbol pepadhang
bagi bayi. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga
dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu.
· Tata Cara/Adat
Ari-ari setelah dicuci bersih dimasukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah (kendhil). Di
beberapa tempat, periuk dari tanah ini dapat diganti dengan tempurung kelapa dan tabonan
kelapa. Sebelumnya kendhil diberi alas daun senthe yang di atasnya diletakkan beberapa barang
yang merupakan syarat.
· Syarat yang dimaksud di beberapa daerah berlainan jenisnya, yaitu:
kembang boreh, lenga wangi, kunir bekas alas untuk memotong tali pusat, welat (pisau yang
terbuat dari potongan bambu tipis) yang dipakai untuk memotong tali pusat, garam, jarum,
benang, gereh pethek, gantal dua kenyoh, kemiri gepak jendhul, tulisan huruf Jawa (ha na ca ra
ka, ...), tulisan huruf Arab, tulisan huruf latin (a, b, c, ...), dan uang sagobang; biji kemiri gepak
jendhul, jarum, gereh, beras merah, kunyit, garam, dan kertas tulisan Arab,pensil, buku, kertas
tulisan Arab, tulisan Jawa, dan tulisan latin. Selain itu, bagi bayi perempuan ke dalam kendhil
dimasukkan juga empon-empon seperti temu ireng, kunir, dlingo bengle, bawang merah, bawang
putih, benang, dan jarum. Bagi bayi laki-laki, dimasukkan juga uang logam Rp 100,00 .
Setelah beberapa syarat itu dimasukkan disusul kemudian dengan ari-ari, kendhil ditutup
dengan lemper yang masih baru lalu dibungkus dengan kain mori yang juga masih baru.
Pelaku atau orang yang menanam ari-ari haruslah ayah kandung si bayi dengan
mengenakan pakaian tradisi lengkap, yaitu: bebedan dan mengenakan blangkon. Kendhil berisi
ari-ari digendhong dan dibawanya ke tempat penguburan dengan dipayungi. Timbunan tanah
untuk mengubur ari-ari dipagari dan di atasnya ditaburi kembang setaman (bunga mawar, melati,
dan kenanga). Di atasnya dipasang lampu yang dinyalakan setiap malam selama selapan (35
hari). Tempat penguburan ari-ari ini biasanya terletak di samping kanan pintu masuk.

4. Upacara Selapanan
Bila bayi sudah mencapai umur selapan atau 35 hari perlu juga diselamati. Bila
kemampuan mengizinkan biasanya mendatangkan tamu dengan disertai keramaian misalnya
klenengan, ketoprak, pentas wayang dan sebagainya.
Selamatan yang diperlukan adalah nasi tumpeng beserta sayur-sayuran, jenang merah
putih, jajan pasar, telur ayam yang telah direbus secukupnya. Di dekat tempat tidur bayi
diletakkan sesaji intuk-intuk. Intuk-intuk yaitu tumpeng kecil yang dibalut dengan daun pisang
(Jawa: diconthongi), di puncaknya dicoblosi bawang merah, cabe merah (lombok abang). Di
samping dan sekitarnya dihiasi dengan bermacam-macam warna bunga (sekar mancawarna).
Tumpeng berlubang atau bermata (bathok bolu), dilengkapi dengan telur ayam mentah,
kemiri dan kluwak. Bayi yang telah berumur selapan atau 35 hari rambutnya dicukur, kukunya
dipotong. Menurut kepercayaan, rambut cukuran pertama, potongan kuku pertama dan puser
yang telah terlepas dijadikan satu, dicampur dengan kembang telon(tiga macam bunga) yang
kemudian dibungkus menjadi satu. Bila bayi itu telah dewasa kelak isi bungkusan tadi ditelan
bersama-sama dengan pisang mas. Hal tersebut bermanfaat untuk tulak balak artinya tidak akan
terkena guna-guna dan terlepas dari segala macam bahaya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia
melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi
berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan
logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis
antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.
Antropologi kesehatan didefinisikan sebagai aktivitas formal antropologi yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit.
Tradisi-tradisi yang ada di suku jawa dan khususnya di daerah lamongan sudah banyak yang
tergerus. dan tradisi tersebut hanyalah sebuah budaya.
Daftar Pustaka

Koertjaningrat. 1990. Antropologi sosial. Jakarta: PT. Dia Rakyat


http://www.google.com/rnc.org/info.konsep dasar transculturalnursing”
http://www.google.com/rnc.org/sosial budaya dan proyeksinya”
https://ahmatsugianto89.wordpress.com/2013/05/07/kebudayaan-yang-ada-di-daerah-lamongan/

Anda mungkin juga menyukai