Pemeriksaan Sinar-X Abdomen. Pemeriksaan sinar X abdomen dapat dilakukan jika
terdapat kecurigaan akan penyakit kandung empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain. Namun demikian, hanya 15% hingga 20% batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-x. Ultrasonografi. Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebgai prosedur dignostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi dan ikterus. Di samping itu,pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi ionisasi prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadaan distensi. Penggunaan ultrasound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksaam USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledukus yang mengalami dlatasi.Dilaporkan bahwa USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%. Pemeriksaan Penciuman Radionuklida atau Koleskintografi. Koleskintografi telah berhasil dalam membantu menegakkan diagnosis kolesistitis. Dalam prosedur ini, praparat radioaktif disuntikkan secara intravena . preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan ke dalam sistem bilier. Selanjutnya dilakukan pemindahan saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG , memerlukan waktu yang lebih mengerjakannya, membuat pasien terpajan sinar radiasi, dan tidak dapat mendeteksi batu empedu. Pengunaannya USG, diagnosisnya masih belumdapat disimpulkan. Kolesistografi . Meskipun sudah digantikan dengan USG sebgai pemeriksaan pilihan, kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia atau bila hasilUSG meragukan . Kolangiografioral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemamapuan kandung emepedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosogkan isinya. Mdia kontras yang mengandung iodium yang diekskresikan oleh hati dan dipekatkan dalam kandung empedu diberikan kepada pasien. Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu , byangannya aka tampak pada foto rontgen. Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mencakup asam iopanoat (Telepaque), iodiparnide meglumine (cholografin) dan sodium ipodate (Oragrafin). Semua preparat ini diberikan dalam dosis oral, 10 hingga 12 jam sebelu dilakukan pemeriksaan sinar-x. Sesudah diberikan preparat kontras,pasien tidak boleh mengkonsumsi apa pun untuk mencegah kontraksi dan untuk pengosongan kandung empedu. Kepada pasien harus ditanyakan apakah ia mempunyai riwayat alergi terhadap yodium atau makanan laut. Jika tidak ada riwayat alergi, pasien mendapat preparat kontras oral pada malam harinya sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan. Foto rontgen mula-mula dibuat pada abdomen kuadran kanan-atas. Apabila kandung empedu tampak terisi dan dapat mengosongkan isinya secara normal serta tidak mengandung batu, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi penyakit kandung empedu.Apabila terjadi penyakit kandung empedu, maka kandung empedu tersebut mungkin tidak terlihat karena adanya obstruksi oleh batu empedu . Pengulangan pembuatan kolesistogram oral dengan pemberian ptreparatkontras yang kedua mungkin diperlukan jika kandung empedu pada pemeriksaan pertama tidak tampak . Kolesistigrafi pada pasien yang jelas tampak ikterik tidak akan memberikan hasil yang bermanfaat karena hati tidak dapat mengekskresikan bahan kontras radiopaque kedalam kandung empedu pada pasien ikterik. Pemeriksaan kolesistografi oral kemungkinan besar akan diteruskan sebagai bagian dari evaluasi terhadap pasien yang telah mendapatkan terapi pelarutan batu empedu atau litotripsi. Kolangeopankreatografi retrogad endoskopik (ERCP; Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Pemeriksaan ERCP atau cholangeopancreatografi retrogad endoskopik memungkinkan visulisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat melakukan laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum oars desendens (gbr.3-14). Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koledokus serta duktus pankreatikus,kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier .atografi retrogad endoskopik memungkinkan visulisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat melakukan laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat- optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum oars desendens (gbr.3-14). Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koledokus serta duktus pankreatikus,kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier .ERCP juga memungkinkan visualisasi langsung struktur ini dan memudahkan akses ke dalam dukus koledokus bagian distal untuk mengambil batu empedu. Intervensi Keperwatan, Pemeriksaan ERCP memerlukan kejasama pasien untuk memungkinkan insersi endoskop tanpa merusak struktur traktus gastrointestinal yang mencakup percabangan bilier. Sebelum pemeriksaan dilakukan, kepada pasien dijelaskan tentang prosedur. Pemeriksaan da peranan pasien dalam pemeriksaan tersebut. Preparata sedatif diberikan sesaat sebelum pemeriksaan dilakuakan. Selama pemeriksaan ERCP dilakukan, perawat harus memantau cairan infus yang diberikan, memberikan obat-obatan dan mengatur posisi pasien. Setelah pemeriksaan selesai dikerjakan ,perawat harus memantau kondisi pasien, mangobservasi tanda-tanda vital dan memantau tanda-tanda perforasi atau infeksi. Perawat juga perlu melakukan pemantauan tanda-tanda perforasi atau infeksi.Perawat juga perlu melakukan pemantauan terhadap efek samping setiap obat yang diberikan selama prosedur pemeriksaan dan terhadap pemulihan refleks muntah (gag reflex) sesudah penggunaan anastesi lokal. Kalangiografi Transhepatik perkutan. Pemeriksaan kolongiografi ini meliputi penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier . Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikkan itu relatif besar , maka semua kompenen pada sistem bilier tersebut, yang mencakup duktus hepatikus dalam hati,keseluruhan panjang duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung empedu, dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas. Prosedur pemeriksaan ini dapat dilaksanakan bahkan Pada keadaan terdapatnya disfungsi hati dan ikterus. ERCP berguna untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler) dengan ikterus yang disebabkan oleh obstruksi bilier; untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat; untuk menentukan lokasi batu dalam saluran empedu; dan untuk menegakkan diagnosis penyakit kanker yang mengenai sistem bilier. Prosedur. Pasien yang berpuasa dan sudah dalam keadaan yang baik dibaringkan telentang pada meja sinar-x . Tempat penyuntikan, yang biasanya pada linea midklavikularis tepat di bawah tepi kosta kanan, didisinfeksi dan dianestesi dengan lidokain (Xylocaine). Sebuah insisi yang kecil dibuatnpada titik ini dan jarum fleksibel yang tipis dengan silet ditusukkan ke posterior dengan sudut 45 derajat dan sejajar garis tengah. Ketika jarum tersebut sudah mencapai kedalaman kurang lebih 10 cm (4 inchi), stilet dicabut dan digantikan oleh selang konektor plastik yang terpasang spuit 50ml. sementara jarum ditarik perlahan-lahan , pengisapan dilakukan dengan hati –hati sampai getah empedu tampak dalam tabung spuit. Setelah sebanyak mungkin getah empedu diisap keluar, bahan kontras radiopaque disuntikkan dan kemudian dibuat foto sinar-x. Sebelum jarum dilepas , bahan kontras dan getah empedu diaspirasi sebanyak mungkin untuk mengantisipasi kebocoran lewat lintasan jarum yang dapat memasuki rongga perotoneal. Dengan demikian, aspirasi ini dilakukan untuk memperkecil risiko peritonitis bilier. Intervensi Keperawatan. Meskipun angka komplikasi setelah prosedur pemeriksaan ini cukup rendah, pasien harus diobservasi dengan ketat akan adanya gejala perdarahan, peritonitis dan septikemia. Rasa nyeri dan tanda-tanda yang menunjukkan komplikasiini harus segera dilaporkan . Antibiotik harus diberikan seperti yang diresepkan untuk memperkecil risiko sepsis dan syok septik.