Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat setiap tahunnya, otomatis kebutuhan pendudukpun akan semakin banyak,
selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin meningkat pesat
dan berbanding lurus dengan pembangunan industri guna untuk memenuhi semua
kebutuhan penduduk yang dinamis dan untuk mendukung keberlangsungan hidup serta
kepuasan penduduk.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri yang telah
dibangun di Indonesia guna untuk memenuhi semua kebutuhan penduduk sangat
banyak sekali, mulai dari industri makanan dan minuman, industri properti, industri
peralatan elektronik, sampai industri kebutuhan sehari-hari seperti industri sabun, pasta
gigi, termasuk industri tekstil.
Dalam pembangunan dan pendirian industri, tidak pernah terlepas dari aturan
pemerintah mengenai industri, agar semua berjalan selaras dengan meminimalisir
semua risiko akibat operasi industri dan untuk mengurangi serta mengendalikan faktor-
faktor lingkungan kerja yang merugikan, maka dari itu harus dilaksanakannya sanitasi
industri dan Sistem Manajement Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) pada semua
industri, karena kegiatan industri memerlukan pekerja yang sehat dan produktif dengan
suasana kerja yang aman dan nyaman. Kecelakaan, kebakaran, pencemaran lingkungan
dan penyakit akibat kerja dapat timbul karena potensi-potensi berbahaya yang dapat
membahayakan,dan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit dan bahkan
dapat menyebabkan kerugian jiwa. Oleh karena itu setiap industri harus melakukan
program sanitasi industri guna untuk melakukan upaya pencegahan atau preventif
terhadap penyakit akibat kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja, dan hal ini harus diterapkan disemua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : tenaga kerja dari semua

1
jenis dan jenjangkeahlian, peralatan dan bahan yang dipergunakan, Faktor-faktor
lingkungan fisik, biologi, kimiawi, sosial, proses produksi dan sifat pekerjaan serta
teknologi dan metodologi kerja. Semua aspek ini merupakan tugas dari tenaga ahli K3
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja termasuk mensosialisasikan bagaimana
bekerja secara aman kepada para pekerja, misalnya mensosialisasikan pentingnya
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Karena jika hal ini tidak dilakukan akan
berdampak buruk sekali bagi industri, terutama bagi tenaga kerja yang merupakan
tulang punggung dari industri.
Catatan International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa tiap
tahun ada 2 juta orang meninggal dan 270 juta orang cidera akibat kecelakaan kerja
yang terjadi diseluruh dunia, dan kecelakaan kerja di negara berkembang semakin
tinggi, hal ini terjadi karena banyak industri padat karya sehingga lebih banyak
karyawan yang terpapar pada potensi bahaya, selain itu banyak perusahaan yang dinilai
kurang mampu dalam mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja (ILO,2003) serta
penilaian Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia mengenai
kurangnya pembinaan bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) oleh perusahaan,
dan hal inipun terjadi pada industri air minum.

B. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah melakukan kegiatan pembelajaran praktek lapangan di industri,
Mahasiswa mampu memahami :
a. Mengetahui konsep dasar sanitasi industri dan K3di PT. Passi Trita agung
b. Mengetahui alur produksi air minum kemasan di PT. Passi Trita agung
c. Mengetahui potensi bahaya serta faktor risiko lingkungan kerja dan dampak
terhadap kesehatan disetiap tahapan produksi di PT. Passi Trita agung
d. Mengetahui cara melakukan analisis epidemiologi kerja
e. Mengetahui cara pencegahan, pemantauan, dan pengendalian pada potensi bahaya
disetiap tahapan produksi berkaitan dengan faal kerja, ergonomi, dan produktivitas
kerja di PT. Passi Trita agung
f. Mengetahui Alat Pelindung Diri (APD) apas
g. aja yang harus digunakan pada tahapan produksi
h. Mengetahui hasil dari pengawasan dan pemeriksaan sanitasi industri di PT. Passi
Trita agung
i. Mengetahui cara melakukan monitoring lingkungan kerja
j. Mengetahui Sistem Manajement Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT.
Bratatex
k. Mengetahui cara melakukan audit K3

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu melakukan observasi dan dapat menggunakan kuesioner.
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan dalam proses sanitasi dilapangan
secara professional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Paragraf 5
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi:
“Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperolah perlindungan atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi
dengan Sistem Manajemen Perusahaan”.
Malayu S.P. Hasibuan( 2003 : 188 ), mengatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan
yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini harus ditanamkan pada
diri masing-masing individu karyawan, yang hal ini dapat dilakukan dengan
penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan
kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Chris Rowley & Keith Jackson ( 2012 : 177 ), mengatakan bahwa :“ Kesehatan dan
keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko
tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang
buruk ”.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja dalam
kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja yang
menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi pekerja
merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.

B. Pengertian Keselamatan Kerja


Undang-undang yang telah mengatur tentang Keselamatan Kerja yaitu Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak
untuk memperoleh perlindungan atas:
A. Keselamatan dan kesehatan kerja
B. Moral dan kesusilaan
Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan (Malthis dan
Jackson, 2002). Sedangkan menurut Ridley (2004), keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta caracara melakukan
pekerjaan. Keselamatan kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja
adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang mencakup
lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalamai cedera menurut
Mangkunegara dalam Sayuti (2013:195).

C. Pengertian Kesehatan Kerja


Menurut Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah hal yang menyangkut
kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang yang bekerja pada sesuatu
tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang normal. Sayuti (2013:196) pengertian
kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan kerja adalah bagian
dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental maupun social. Menurut peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Kesehatan Kerja bertujuan untuk
memberi bantuan kepada tenaga kerja, melindungi tenaga kerja dari gangguan
kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja, meningkatkan kesehatan,
memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto
(2012).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 1 menjelaskan
bahwa Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Selanjutnya Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 2 menjelaskan
sebagai berikut: 111
1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara
cuma-cuma.

D. Pengertian Kecelakaan Kerja


Menurut Sayuti (2013: 196) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan
tidak diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun yang termasuk
kecelakaan kerja adalah celaka akibat langsung pekerjaan, saat atu waktu kerja,
perjalanan (dari rumah ke tempat kerja, melalaui jalan atau sarana yang wajar), dan
penyakit akibat kerja.
Menurut Suryadi dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan dan keselamatan
kerja adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan
keselamatan keryawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan
lancar.
Sayuti (2013:196) mengemukakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah
segala yang menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan mesin-mesin
atau perlatan.
2. Segala perawatan, perbaikan perlatan produksi.
3. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.

E. Penyebab Kecelakaan Kerja


Sesungguhnya gangguan dan terjadinya kecelakaan dapat dilihat dari 3 (tiga) faktor
utama yang menjadi penyebabnya, yaitu:
1. Lingkungan kerja, maksudnya tempat di mana pekerja melakukan pekerjaanya
dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondisi membahayakan. Kondisiyang
tidak aman ini dapat terjadi karena tidak teraturnya suasana, perlengkapan dan
peralatan kerja.
2. Manusia atau karyawan, faktor ini banyak disebabkan oleh beberapa hal:
a. Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar, contohnya: karyawan yang
rabun, penerangan kurang, otot lemah, reaksi mental lambat, syaraf yang tidak
stabil dan lainya. Bagi yang memiliki sifat dan kondisi seperti ini sering mnjadi
penyebab kecelakaan dan gangguan kerja.
b. Pengetahuan dan keterampilan, karena kurangnya pengetahuan maka kurang
memperhatikan metode kerja yang aman dan baik, memiliki kebiasaan yang
salah, dan kurang pengalaman.
c. Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurang perhatian, kurang
teliti, malas dan sombong (mengabaikan peraturan dan petunjuk), tidak peduli
akan suatu akibat, hubungan yang kurang baik dengan pihak lain, sifat ceroboh
dan perbuatan yang berbahaya.
3. Mesin dan alat, jika pada lingkungn kerja menyangkut pengaturan peralatan dan
konstruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat ini adalah penggunaan mesin-
mesin dan perlatan yang tidak memenuhi standar.Faktor-faktor sebagaimana
dikemukakan di atas mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan sistem
kerja, yang bersumber pada kesalahan manusianya. Sehingga faktor manusia yang
mengakibatkan kecelakaan tersebut, adalah:
a. Menggunakan peralatan yang tidak aman
b. Menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya
c. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi lingkungan yang
mengakibatkan perlawanan arus
d. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik
e. Salah menggunakan alat kerja
f. Karena gangguan orang lain.

F. Strategi Keselamatan Kerja


Strategi keselamatan kerja sangat berhubungan erat dengan pengenalan dan
pengendalian bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kelelahan, tekanan batin (stres),
kebisingan, radiasi maupun zat-zat beracun lainnya, terhadap kondisi fisik manusia,
pikiran dan sikap tingkah laku para pegawai. Pendekatan yang perlu dilakukan dalam
strategis kesehatan mencakup langkah-langkah:
1. Mengenal zat-zat, keadaan atau proses yang benar-benar atau mempunyai potensi
yang membahayakan para pekerja
2. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul dengan mempelajari sifat
sesuatu zat atau kondisi dan keadaan di mana bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut
juga memperhitungkan kondisi lingkungan dalam keadaan yang bisa berbahaya
bentuk intensitas dan lamanya pengaruh terhadap pekerjaan
3. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk memperkecil risiko
dengan melakukan pengendalian pengawasan atas penggunaan bahan-bahan yang
berbahaya atau pada lingkungn – lingkungan di mana bahaya bisa terjadi. Upaya
yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai pengawasan keselamatandan
kesehatan kerja pegawai mencakup kegiatan di antaranya:
a. Mempersiapkan dan menyesuaikan sarana dan prasarana yang dapat melindungi,
tetapi tidak mengubah bentuk, proses atau spesifikasi. Perubahan-perubahan
tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan bahaya yang bisa terjadi di luar
kemampuan.
b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya, melalui rancangan
dan rekayasa pengelolaan degna memastikan bahwa, misalnya zat beracun yang
berbahaya tersebut tidak mencemari para pekerja
c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para
pekerja tidak berhubungan dan harus menggunakan alat tertentu sebagai
pencegahan
d. Mengubah proses dan metode kerj atau mengganti bahan-bahan untuk
mendapatkan pelindung yang lebih baik atau dapat menghilangkan risiko dari
bahaya yang kemungkinan bisa berpengaruh
e. Mengadakan pelatihan para pekerja untuk mencegah risiko dengan membatasi
bahaya atau risiko dengan mamakai alat keselamatan kerja yang tersedia
f. Adakan pengawaasan secara teratur untuk dapat memastikan bahwa faktor-
faktor yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
terdeteksi setiap saat
g. Memelihara kantor dan peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan timbulnya bahaya bagi lingkungn kerja maupun para pekerja
h. Mengadakan cek sehatan secara teratur bagi pekerja sebagai pencegahan.

G. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Pepatah yang umum kita dengar dalam dunia kesehatan yaitu “mencegah lebih baik
dari pada mengobat”. Pepatah tersebut erat kaitannya tentang K3 dalam suatu
perusahaan, maksudnya pihak yang berkompeten membuat kebijaksanaan dalam
mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan keamanan kerja untuk meminimalkan
risiko tersebut.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan tentang K3 adalah
menerapkan konsep Triple E yang merupakan singkatan dari kata “Engineering,
Education, and Enforcement”, penjelasan konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teknik Engineering, adalah pihak manajemen perusahaan harus melengkapi
semua perkakas, mesin-mesin, dan peralatan kerja yang digunakan oleh para
karyawan dengan alat-alat atau perlengkapan yang dapat mencegah atau
menghentikan kecelakaan dan gangguan keamanan kerja.
2. Pendidikan (Education), langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja untuk menanamkan
kebiasaan bekerja dan, cara bekerja yang aman guna mencapai hasil yang
maksimum secara aman. Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada semua
karyawan sebelum mereka memulai bekerja atau program ini harus menjadi
kegiatan wajib yang terjadwal bagi perusahaan yang diberikan kepada karyawan
yang merupakan bagian dari acara orientasi bagi karyawan baru, sehingga
pemahaman dan kesadaran atau kepedulian karyawan terhadap K3 dapat
membudaya sejak awal.
3. Pelaksanaan (Enforcement), maksudnya kegiatan perusahaan untuk memberi
jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan atau program K3 dapat
dijalankan. Menjamin langkah ini dapat berjalan, perusahaan dapat melakukan
konsep reward and punishment, artinya perusahaan mengamati dan membuat
rekam jejak karyawan baik secara perorangan ataupun kelompok tentang tindakan
dan kepedulian mereka terhadap program K3, demi mencegah terjadinya
kecelakaan dan gangguan kerja dalam Sayuti (2013:202). Pencegahan yang harus
dilakukan untuk menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:
a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja.
b. Melakukan pengawasan yang teratur.
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian
d. Melaksanakan program Diklat keselamatan kerja dan menghindari cara
kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan. Selain
langkah teknis di atas, perusahaan dapat pula melakukan tindakan
peningkatan kesadaran K3 melalui kegiatan berikit ini:
1) Memberikan pengertian kepada petugas/karyawan mengenai cara
bagaimana mereka harus bekerja dengan benar, tepat , cepat, dan selamat
2) Memberi contoh cara kerja yang benar, dan mudah di tiru dan diikuti
3) Memberi teladan kerja dengan mengadakan percobaan yang harus
dilakukan
4) Meyakinkan petugas/karyawan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan
kerja mempunyai dasar yang sama pentingnya dengan kualitas/mutu dan
target kerja
5) Memberikan pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan
pengamanan kerja yang dipaksakan tanpa disertai pelanggaran suatu
peraturan
6) Mengusahakan agar seluruh isi progtam K3 dapat menjadi tanggung
jawab setiap karyawan demi kepentingan bersama
7) Menanamkan kesadaran diri sendiri beserta segenap anak buah, bahwa
kecelakaan kerja yang mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dengan
mudah dapat dihindarkan dan di cegah, jika karyawan yang lebih dahulu
mengetahuinya mau mencegah atau menanggulanginya segera
8) Melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja dan
lingkungan kerja denga baik, sehingga dapat dipastikan bahwa setiap
karyawan telah dapat membebaskan diri dan bekerja dengan perilaku
sebaik-baiknya
9) Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman sebenarnya
merupakan kebiasaan saja, dan hal itu hanya bisa dikembangkan dengan
kesadaran serta pengertian yang cukup.
Perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan kelengkapan K3, baik
menyangkut perlengkapan yang terpasang pada berbagai aspek kerja dalalm
perusahaan, seperti terpasang pada dinding, terpasang pada mesin, dan terpasang pada
kendaraan, juga perlengkapan dan peralatan yang langsung digunakan oleh karyawan
saat mereka menunaikan tugas-tugas yang disebut dengan alat perlindungan diri
karyawan.Sedangkan alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri, fungsi dan jenis alat pelindung diri yang sering dipakai adalah:
1. Alat pelindung kepala
a. Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam
atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan
suhu yang ekstrim.
b. Jenis Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet),
topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
a. Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda
kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda
keras atau benda tajam.
3. Jenis pelindung mata
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker).
4. Alat pelindung telinga
a. Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
b. Jenis Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
penutup telinga (ear muff).
5. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
a. Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,
mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/
fume, dan sebagainya.
b. Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker,
respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air
Supply Machine Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-
Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained
Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus.
6. Alat pelindung tangan
a. Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad
renik.
b. Jenis Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam,
kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan
bahan kimia.
7. Alat pelindung kaki
a. Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
b. Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi
bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia
dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
8. Pakaian pelindung
a. Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan
logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,
tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
b. Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek
(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian badan. Untuk dapat melakukan pencegahan terhadap kecelakaan
kerja sebaiknya menetapkan sumber potensi penyebab utama terjadinya
kecelakaan. Ini dimaksudkan untuk mengambil langkah-langjkah preventif
upaya dalam menentukan penyebab kecelakaan, yang harus dilakukan dengan
mengadakan diagnosis, pencegahan dan penyelidikan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
CHEKLIST SURVEI LINGKUNGAN KERJA

1. Nama Perusahaan :PT.PASSI TRITA AGUNG


2. Alamat :JL Th. Pendirian :1996
3. Bidang Usaha :swasta
4. Hasil Produksi : perhari
5. Jml. Tenga Kerja :208 orang
Lak-laki : orang
Wanita :67 orang

Pertanyaan:
1. Bahan baku apa sajakah yang digunakan dalam proses produksi?
Jawab :Karet
2. Bahan tambahan apa sajakah yang digunakan dalam proses produksi?
Jawab :-
3. Dampak atau permasalahan apa saja yang bisa timbul dari bahan bahan tersebut?
Jawab :-
4. Apakah hasil utama dari proses produksi?
Jawab :Ban
5. Apakah hasil samping dari proses produksi?
Jawab :-
6. Bagaimanakah prosedur tetap,proses produksi?
Jawab :-

Petunjuk:
1. Berikan tanda ( √ ) untuk perlayanan yang bisa dijawab pada kotak yanag nilainya
sesuai.
2. Beri tanda (√ ) pada kolom T/T = tidak terpakai untuk pertanyaan yang Tidak Bisa
dijawab karena tidak diterapkan di perusahaan.

Keterangan:
A = Baik Sekali
B = Baik (Sudah berjalan baik dan masih harus dipantau terus-menerus)
C = Cukup (Sudah berjalan dan perlu ditingkatkan)
D = Kurang (Belum ada/belum dilaksanan)

No KOMPONEN PERTANYAAN A B C D KETERANGAN

A. MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


1 Apakah telah terdapat kebijakan umum tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan
V Baik Sekali
oleh pimpinan secara tertulis?

2 Apakah telah terdapat ketentuan umum keselamatan


dan kesehatan kerja yang disusun dan ditetapkan
V Baik Sekali
perusahaan yang bersangkutan?

3 Apakah ada petugas K3 mempunyai sertifikat dalam


bidang K3?
V Baik Sekali

4 Apakah ada dukungan/fasilitas dari pihak manajemen


di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
V Baik Sekali
kerja?

5 Apakah petugas K3 telah memahami peraturan


Perundang-undangan di bidang K3 sesuai dengan
V Baik Sekali
tempat kerjanya?

6 Apakah perusahaan telah ikutserta dalam program


jamsostek?
V Baik Sekali

7 Apakah ada prosedur tatap keselamatan dan kesehatan


kerja?
V Cukup
8 Apakah ada petunjuk-petunjuk teknis untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berbahaya?
V Baik

9 Apakah dilakukan analisis resiko terhadap operasi


perusahaan?
V Cukup

10 Apakah perusahaan mengasuransikan


kebakaran,peledakan dan ganti rugi lainya?
V Baik

11 Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat


berbahaya?
V Baik Sekali

B. PENDIDIKAN DAN LATIHAN


1 Apakah para pekerja dilibatkan dalam regu pemadam
kebakaran?
V Baik Sekali

2 Apakah perusahaan mengadakan pelatihan


pedenteksian dini dan pengendalian bahaya
V Baik Sekali
kecelakaan/kebakaran/peledakan dan lain-lain?

3 Jika perusahaan menggunakan bahan kimia,apakah


pekerja yang bersangkutan telah di didik dan dilatih
V Baik Sekali
serta mengetahui cara-cara menanganinya?

C. PELAKSANAAN K3
1 Apakah ada ahli higiene dan kesehatan kerja dalam
perusahaan?
V Baik Sekali

2 Apakah ada program pengukuran dan pengendalian


kebisingan?
V Baik Sekali

3 Apakah para pekerja diberikan penyuluhan mengenai


pentingnya higiene dan kesehatan kerja?
V Baik Sekali
4 Apakah di sediakan alat pelindung diri yang sesuai
dengan bahaya kerja dan terpelihara dalam keadaan
V Baik Sekali
baik untuk digunakan?

5 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan?

V Baik Sekali

6 Apakah sarana ventilasi untuk pengendalian


bau,asap,debu,dan uap telah memenuhi syarat?
V Baik Sekali

7 Apakah bagian-bagian dari mesin yang


terputar/bergerak diberi pelindung yang baik?
V Baik Sekali

8 Apakah semua tombol-tombol “Stop” berfungsi


dengan baik dan diberi label dengan jelas?
V Baik Sekali

9 Apakah setiap mesin dan peralatan bisa


dihentikan/dimatikan dan diisolasi untuk
V Baik Sekali
pemeliharaan?

10 Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang


bergerak berputar tidak berpengaman?
V Baik Sekali

D. TEMPAT DAN CARA PENYIMPANAN MATERIAL


1 Apakah tersedia secara khusus tempat penyimpanan
barang-barang yang tidak terpakai?
V Baik Sekali

2 Apakah semua bahaya-bahaya bahan kimia yang di


simpan telah diketahui dan di catat?
V Cukup

3 Apakah dipasang tanda bahan kimia berbahaya?


V Baik Sekali

4 Apakah disediakan tempat penyimpanan yang


aman/pemberian label dan prosedur penggunaan
V Baik Sekali
bahan berbahaya?

5 Apakah tersedia dan digunakan alat perlindung diri


yang sesuai dan aman?
V Cukup

6 Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan


bahan berbahaya memadai?
V Baik Sekali

7 Bila terdapat resiko kebakaran khusus,apakah tersedia


peralatan khusus untuk pemadamannya?
V Baik Sekali

8 Apakah terdapat sistem peringatan kebakaran (alarm)


yang baik terdengar dan atau terlihat dengan jelas?
V Baik Sekali

9 Apakah terdapat prosedur evakuasi/penyelamatan


secara tertulis dan terpajang secara tepat?
V Baik Sekali

10 Apakah tanda-tanda “dilarang merokok” dipajang V


ditempat kerja yang memiliki resiko bahaya
Baik Sekali
kebakaran?

11 Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor


telepon dalam keadaan bahaya?
V Baik Sekali

E. LINGKUNGAN KERJA DAN KEBERSIHAN


1 Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan
kerapiannya?
V Baik Sekali

2 Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang


memadai?
V Baik Sekali
3 Apakah tersedia tempat pembuagan sampah dan
bahan yang tidak terpakai lagi?
V Baik Sekali

4 Apakah dilakukan pemeliharaan halaman,jalan-jalan


kendaraan,pagar pembatas dan lain sebagainya?
V Baik Sekali

5 Jika terdapat tangga permanen,apakah dalam keadaan


baik dan dilengkapi dengan pengaman tangga dan
V Baik
sebagainya?

6 Apakah peraturan ditegakkan dalam hal cara


berpakaian antara lain: pakaian lengan
V Cukup
panjang,rambut panjang,untaian perhiasan,cincin dan
sebagainya?

7 Apakah alat perlindung diri dipelihara sesuai


ketentuan?
V Cukup

Petunjuk: berikan tanda chek (√) pada kolom jawaban yang sesuai

F. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
No. KOMPONEN PENILAIAN SKOR KETERANGAN

1. Apakah terdapat alat pemadam kebakaran


ringan (APAR) pada masing-masing unit ya Baik Sekali
kerja?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah terdapat petunjuk pengoperasian
alat pemadam kebakaran ringan? ya Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah petugas yang menangani masalah
kebakaran di lingkungan kerja tersebut Baik Sekali
ya
dibagi menjadi beberapa sektor menurut
tingkat kerawanannya?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah petugas pada setiap, sektor
terdapat pembagian tugas dan tanggung Baik Sekali
jawab terhadap penanganan kejadian Ya
kebakaran di perusahaan tersebut?
a. Ya
b. Tidak

G. FASILITAS SANITASI
No. KOMPONEN PENILAIAN SKOR KETERANGAN

1. Apakah terdapat Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL)? Tidak Tidak memiliki IPAL
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dilakukan penanganan terhadap Baik Sekali
limbah padat? Ya
a. Ya
b. Tidak
3. Bagaimana penanganan limbah padat?
a. Penyaringan dengan plat/saringan Baik Sekali
serbuk Baik
b. Disimpan dalam tempat
pengolahan limbah berbahaya
c. Ditebarkan di atas tanah
4. Apakah ada tempat sampah dalam setiap
ruang ? Baik Sekali
a. Ada Ada
b. Tidak
5. Bagaimana sistem pembuangan sampah
yang berlaku di perusahaan tersebut? baik BaikSekali
a. Diangkut oleh dinas kebersihan
kota dengan teratur dan tertib
b. Dikumpulkan dalam TPS dan
dilakukan pembakaran sendiri
6. Sumber air bersih berasal dari mana?
a. SGL cukup cukup
b. PMA
c. PAM

H. UPAYA KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN KERJA

No. KOMPONEN PENILAIAN SKOR

1. Ada sertifikasi kelaikanperalatan disertai program


pemeliharaan
a. Tidak ada sertifikasi dan program pemeliharaan
b. Tidak ada sertifikasi, tidak ada program
pemeliharaan peralatan ada jika ada permintaan Baik
c. Tidak ada sertifikasi, program pemeliharaan ada
tetapi program pelaksanaan tidak teratur
d. Tidak ada sertifikasi, program pemeliharaan ada,
pelaksanaannya teratur
e. Ada sertifikasi mayor, program pemeliharaan
ada, pelaksanaannya teratur
f. Ada sertifikasi semua alat, program
pemeliharaan ada, pelaksanaannya teratur
2. Tersedia peralatan pelindung diri yang digunakan secara
benar disertai prosedur tertulis cara penggunaannya
serta dipelihara dalam kondisi layak pakai
a. Tidak ada peralatan pelindung diri, tidak ada
prosedur tertulis
b. Ada peralatan pelindung diri, tidak lengkap, Baik
tidak digunakan secara benar, tidak ada prosedur
tertulis
c. Ada peralatan pelindung diri, tidak lengkap,
digunakan secara benar, tidak ada prosedur
tertulis
d. Ada peralatan pelindung diri, lengkap,
digunakan secara benar, tidak ada prosedur
tertulis
e. Ada peralatan pelindung diri, lengkap,
digunakan secara benar, ada prosedur tertulis
f. Ada peralatan pelindung diri, lengkap,
terpelihara baik dan digunakan secara benar, ada
prosedur tertulis lengkap

3. Tersedia tempat-tempat penyimpanan bahan berbahaya Baik


dan prosedur tertulis cara penyimpannya
a. Tidak ada tempat prosedur
b. Ada tempat, terbatas, tidak aman, tidak ada
prosedur
c. Ada tempat, terbatas, cukup aman, tidak ada
prosedur
d. Ada tempat, terbatas, aman, tidak ada prosedur
e. Ada tempat, lengkap, aman, ada prosedur
f. Ada tempat, lengkap, aman, ada prosedur
disertai rambu jelas

4. Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus jalan keluar


untuk evakuasi jika terjadi bahaya
a. Tidak ada
b. Ada rambu-rambu tidak jelas
c. Ada rambu-rambu terbatas cukup jelas Baik Sekali
d. Ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas
e. Ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas,
disertai sistem kewaspadaan dan denah yang
jelas
f. Ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas
dilengkapi dengan sistem kewaspadaan dan
denah yang jelas, dilengkapi alat
penyelunjuknya.amatan jiwa khusus yang jelas
pet

I. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

No. KOMPONEN PENILAIAN SKOR

1. Ada ketentuan tertulis tentang larangan/peringatan yang


berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
a. Tidak ada
b. Ada ketentuan tidak tertulis
c. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan unit kerja Cukup
sendiri-sendiri
d. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebarluaskan
e. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebarluaskan dan
dilaksanakn oleh semua staf
f. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebarluaskan dan
dilaksanakn oleh semua staf, dilakukan evakuasi
dan tindak lanjut
2. Adanya program dan jadwal pelatihan dan atau simulasi
untuk semua pekerja perusahaan di bidang keselamatan
kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana dan
kesehatan lingkungan
a. Tidak ada Baik
b. Ada program, tidak ada pelatihan
c. Ada program, ada pelatihan oleh masing-masing
unit kerja, tidak terjadwal teratur
d. Ada program, ada pelatihan oleh masing-masing
unit kerja, terjadwal teratur
e. Ada program, ada pelatihan untuk sebagian
besar pegawai rumah sakit
f. Ada program, pelaksanaan lengkap, ada jadwal
untuk semua pegawai, dievaluasi dan
ditindaklanjuti

J. PENGENDALIAN DAMPAK DARI LINGKUNGAN KERJA


No. KOMPONEN PENILAIAN SKOR

A. PENGENDALIAN TEKNIK
1. Apakah dilakukan penggunaan bahan pengganti?
a. Ya Tidak
b. Tidak
2. Apakah dilakukan perubahan proses?
a. Ya Ya
b. Tidak
3. Apakah dilakukan pemeliharaan alat?
a. Ya Ya
b. Tidak
B. PENGENDALIAN ADMINISTRASI
1. Apakah dilakukan pencatutan “jam kerja”?
a. Ya Ya
b. Tidak
2. Apakah penempatan tenaga kerja sudah sesuai?
a. Ya Ya
b. Tidak
C. APD
1. Apakah setiap tenaga kerja sudah memakai APD?
a. Ya Tidak
b. Tidak
2. Apakah APD tersedia dalam jumlah cukup?
a. Ya Tidak
b. Tidak
3. Apakah APD yang tersedia sudah sesuai dengan bahaya
kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan? Ya
a. Ya
b. Tidak

PENYESUAIAN LINGKUNGAN KERJA

I. PENERANGAN YA TIDAK KETERANGAN

1 Cukupkah penerangan pada siang hari?

V Iya

2 Apakah penerangan dengan lampu-


lampu mencukupi
V Iya

3 Apakah dilihat cukup kontrass pada


seluruh pandangan yang banyak
V Iya
dipakai?

4 Apakah banyak pemantulan cahaya-


cahaya di tempat kerja?
V Iya

5 Cukup baikah penempatan lampu?

V Iya
6 Apakah ada gangguan dari warna Iya
ditempat kerja?
V

7 Apakah warna keseluruhan ruang


tempat kerja cukup menerangkan dan
V Iya
menyenangkan?

II. IKLIM RUANG KERJA


1 Suhu udara di ruang kerja cukup
nyaman?
V Ya

2 Adakah angin?

V Tidak

3 Kelembaban faal apakah sesuai dengan


syarat faal?
V Iya

4 Mesin-mesin pemanas baikah


penempatannya?
V Iya

5 Cukupkahpertukaran udara?

V Iya

III. KEBISINGAN
1 Adakah gangguan kebisingan pada
konsentrasi pada pekerjaan otak?
V Iya

2 Adakah kebisingan yang dapat


menyebabkan ketulian?
V Iya

3 Adakah alat-alat peredam ketulian?

V Iya
4 Mengganggukan kebisingan pada
pembicaraan?
V Iya

IV. VIBRASI
1 Adakah getaran-getaran berfrekuensi
rendah pada tangan/lengan?
V Iya

2 Adakah getaran-getaran frekuensi


rendah pada seluruh tubuh?
V Iya

Mengetahui ..........................,..............20.............
Pengusaha/ Penanggung jawab Pemeriksa,
B. Pembahasan

Pada tanggal 26 april 2019 M/ahasiswa POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


melakuakn Sanitasi Inpeksi
Dalam praktikum kali ini kami melakukan observasi di singkawang lebih tepat
nya itu di pabrik PT.PASSI TRITA AGUNG di situlah kami melakukan observasi K3 dan di
pabrik tersebut kami juga melihat atau mengobservasi mata air nya, prosesnya, dan
pembungkusan produk air mineral PT.PASSI TRITA AGUNG ini, di sana mata air nya itu
langsung dari pegunungan yang berjarak kurang lebih dari pabrik nya itu kemudian air itu
di simpan seperti penambung khusus pembilasan, penetralan dan pengiriman air tersebut.
Dari hasil observasi kami atau praktikum kami K3 pabrik ini sangat sudah baik
sekali dan terjamin kualitas nya karna mereka mensterilkan atau memproses air tersebut
dengan mruni dan tidak tercampur bahan-bahan yang membuat keracunan konsumennya,
akan tetapi ada sedikit kendala dengan penampungan air nya yang sedikit bocor atau
merembes ke bawah yang dapat mengakibatkan air gunung tersebut tercemar oleh tanah
yang ada di sekitar penampungan tersebut dan dapat mengakibatkan air keruh, bau, dan
membuatnya tercemar bakteri, jadi dari pembahssan kami ini, kami melihat dengan kasat
mata karna di dalam pabrik itu di larang dengan adanya dokumentasi atau foto-foto
prosesnya dan pembungkusan nya. Dan juga dengan pembuatan botol nya mereka yang
membuat sendiri botol plastic, akan tetapi mereka yang bekerja di pembuatan botol tersebut
tidak menggunakan APD lengkap, karna kesbisingan, pencahayaan, dan pemansan di
pembuatan botol tersebut cukup tinggi.
Sarannya soal penampung segera lah membuat atau menempel dinding
penampungan itu dengan secepatnya, bila terus di biarkan akan berdampak buruk bagi
konsumen dan orang sekitar pabriknya. Dan juga dengan pekerja pembuatan botol tolong
dilengkapi dengan APD yang seharusnya, agar tidak terjadi apa-apa dengan pekerja
pembuatan botol tersebut. Dan harus dilengkapi APD semua pekerja
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil observasi yang kami lakukan dan Tanya jawab kuesioner ada beberapa item di
dalam varibel tersebut belum memenuhi syarat dalam artian masih mendapatkan nilai
cukup dan selebihnya sudah mendapatkan nilai baik sekali. PT.PASSI TRITA AGUNG
suudah memiliki sanitasi yang baik dari pengelolaan air nya, pensteril airnya, dan
pembilasan airnya, bahkan prosesnya, akan tetapi hanya saja ada juga yang tidak benar-
benar memnuhi syarat K3 atau di disepelekan yaitu APD nya atau K3 kurang melengkapi
yang seharusnya dalam bekerja oleh beberapa karyawan nya.

B. Saran

1. Segera meningkatkan dan mempertahankan apa saja yang sudah baik sekali dari
hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa.
2. Segera memperbaiki dan mebenahi apa saja yang masih kurang dari hasil
observasi yang dilakukan oleh mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Paragraf 5
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87.

Malayu S.P. Hasibuan, 2003. Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan
dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang lebih baik
(UGM),Yogyakarta

Chris Rowley & Keith Jackson, 2012. Tentang kerja (K3) memperhatikan mengenai
masalah manajemen risiko di tempat kerja.

Ridley, (2004) keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan.

Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah hal yang menyangkut


kemungkinan ancaman terhadap kesehatan(Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), Jakarta
(Skripsi).

PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto
(2012) .ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELUHAN GANGGUA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT XYZ. Pontianak
:Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. (Skripsi)

Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto
(2012).

Anda mungkin juga menyukai