Anda di halaman 1dari 26

SAMBUTAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BATANG

Assalamualaikum Wr. Wb.


Bismillahirrohmanirrohim. Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya
“Modul Bantuan Hidup Dasar” di RSUD Kabupaten Batang
ini dapat terwujud. Modul ini sangatlah penting sebagai acuan
standar pelaksanaan bantuan hidup dasar bagi seluruh
pegawai dan peserta didik yang berada di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Batang di dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat.
Sesuai amanat Undang Undang no. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah
sakit harus selalu meningkatkan pelayanannya, menerapkan prinsip keselamatan
pasien, bersikap profesional, menjaga mutu pelayanan dan terbuka kepada masyarakat.

Semoga Modul Bantuan Hidup dasar ini bermanfaat dan digunakan dengan baik
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien,
serta terwujudnya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Batang yang optimal.

Penghargaan kami berikan kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan Modul
Bantuan Hidup Dasar ini dengan sebaik-baiknya.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Batang, Juni 2016


DIREKTURRUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BATANG

dr. Bekti Mastiadji, Sp.PK.


KATA PENGANTAR

Akreditasi bagi Rumah Sakit merupakan kewajiban, hal ini sesuai dengan amanat
Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Akreditasi Rumah Sakit
merupakan pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai
bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.

Adapun sasaran penting dari akreditasi tersebut adalah Keamanan dan


Keselamatan Pasien. Oleh karena itu, seluruh Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Batang dan Peserta Didik yang berada di lingkungan Rumah Sakit memiliki
kemampuan tentang penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar pada kegawatdaruratan
sehingga akan menjamin keamanan dan keselamatan pasien dan pengunjung.

Akhir kata, semoga Modul Bantuan Hidup Dasar ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya, sehingga bermanfaat bagi seluruh Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Batang dan Peserta Didik dalam memberikan pelayanan yang aman dan
bermutu untuk pasien dan pengunjung di RSUD Kabupaten Batang. Kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk menambah kesempurnaan penyusunan Modul Pelatihan ini
dimasa mendatang.

Batang, Juni 2016

Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.


Bismillahirrohmanirrohim. Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga Tim BHD RSUD Kabupaten Batang dapat
menyelesaikan “Modul Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)” ini.
Modul ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan BHD di RSUD Kabupaten Batang.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut
membantu dalam penyelesaian modul ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :

Sumino, SH Dr. Agung Rumihadi


Selaku Kepala Bagian TU dan Ketua Diklat Selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis
RSUD Kabupaten Batang RSUD Kabupaten Batang

Yuli Suryandaru, S.Mn., S.Kep. Samuri, S.Kep.,MH


Selaku Kepala Bidang Keperawatan dan Selaku Kasie Bidang Pelayanan
Sekretaris Diklat RSUD Kabupaten Batang Keperawatan dan Diklat Seksi
Keperawatan / Ketua Proyek Perubahan

Ayu Indira Utarini, Amd.


Selaku design creator dalam penyusunan modul ini
TIM PENYUSUN

WAKIL KETUA TIM


KETUA TIM BHD
BHD

Dr. Diah Anissa O, Sp.An. Samuri, S.Kep.,MH


ANGGOTA TIM BHD

Dr. Fathur Rofi K.

Sri Sukowati, S.Kep Ari Wijayanto, S.Kep Irawan, AMK


Feri Andilala, AMd.Kep. Yuli Aditama, SST Harry Mukti, AMd.Kep.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA SAMBUTAN DIREKTUR ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
TIM PENYUSUN............................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. iv
TIM PENYUSUN ............................................................................................. v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
MODUL BANTUAN HIDUP DASAR .................................................................... 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM .............................................................. 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ........................................................... 1
ULASAN MATERI ............................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
MODUL BANTUAN HIDUP DASAR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BATANG

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Peserta didik mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar pada pasien yang
mengalami henti jantung dan atau henti nafas dengan pedoman AHA ( American
Heart Association) 2015.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Peserta didik mampu :


 Menjelaskan definisi henti jantung
 Menyebutkan penyebab henti jantung
 Menjelaskan tanda-tanda henti jantung
 Mengidentifikasi langkah-langkah penatalaksanaan henti jantung
 Menjelaskan Chain of Survival
 Mengidentifikasi Bantuan Hidup Dasar pada dewasa dan anak
 Mengidentifikasi Bantuan Hidup Dasar pada anak

Pada modul ini, anda akan mempelajari mengenai konsep Bantuan Hidup Dasar,
yang akan membantu anda memberikan bantuan segera pada korban yang mengalami
henti nafas dan henti jantung. Materi mengenai Triage yang harus anda pahami adalah:
Anda harus mempelajari henti jantung, kemudian penyebab dari henti jantung. Dan
yang terakhir anda akan mempelajari mengenai penatalaksanaan henti jantung dan
atau henti nafas.

Selamat Belajar…..!!!!!!
ULASANMATERI

Tidak sulit bagi anda untuk belajar dan memahami Bantuan Hidup Dasar sesuai
pedoman AHA 2015.Kematian akibat serangan jantung yang tiba-tiba ( Sudden Cardiac
Death) merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada klinik dan masyarakat
pada hampir semua negara.
Di Amerika Serikat sebagai negara yang sudah maju masih terjadi kurang lebih
400.000 kasus sudden cardiac death
setiap tahunnya.Pada pasien dengan
sudden cardiac death menunjukkan 80%
disebabkan oleh penyakit jantung
koroner.Angka harapan hidup pada
pasien yang mengalami sudden cardiac
death di luar Rumah Sakit masih sangat
rendah sekitar 2 – 25%.Pasien yang
dapat tertolong masih mempunyai resiko
tinggi serangan ulang.
Di Indonesia kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah masih
menduduki urutan pertama.Angka kematian akibat serangan jantung dan pembuluh
darah masih menduduki urutan pertama.Angka kematian akibat serangan jantung yang
tiba-tiba masih belum diketahui secara pasti.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 prevalensi penyakit jantung di Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan wawancara 7,2% dan berdasarkan diagnostik menunjukkan angka 0,9%.
Dengan asumsi penduduk Indonesia 228.523.342 orang (Biro Pusat Statistik, 2008),
maka terdapat 16.453.680 orang yang mengalami penyakit jantung dan mempunyai
resiko terjadinya sudden cardiac death.
Anda sebagai tenaga kesehatan harus mampu menolong pasien henti jantung dan
atau henti nafas yang terjadi di dalam dan di luar Rumah Sakit sehingga akan
meningkatkan angka harapan hidup pada pasien henti jantung dan atau henti nafas.
Sebelum melakukan Bantuan Hidup Dasar, anda harus memahami tentang henti
jantung.
Henti Jantung
Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif yang
mengakibatkan penghentian sirkulasi. Dengan berhentinya sirkulasi akan menyebabkan
kematian dalam waktu yang singkat. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak
dapat diperbaiki lagi hanya terjadi kurang lebih 4 menit setelah tanda-tanda kematian
klinis.Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi karotis dan femoralis, terhentinya
denyut jantung dan atau pernafasan serta terjadinya penurunan/hilangnyakesadaran.

Penyebab henti jantung


Keadaan henti jantung dan paru dapat terjadi secara sendiri–sendiriatau bersama-
sama.
Penyebab henti jantung sebagai berikut :
1. Penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung iskemik, infark miokard akut aritmia lain,
emboli paru.
2. Kekurangan oksigen : sumbatan benda asing, henti nafas.
3. Kelebihan dosis obat : digitals, quinidin, anti depresan trisiklik.
4. Gangguan asam basa/elektrolit: asidosis, hiperkalemi, hiperkalsemi,
hipomagnesium.
5. Kecelakaan : tenggelam, tersengat listrik.
6. Refleks vagal.
7. Syok

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien henti jantung dan nafas adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).RJP adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan henti nafas dan atau henti jantung ke fungsi optimal untuk mencegah
kematian bologis.Oktober 2010 American Heart Association (AHA) mengumumkan
perubahan prosedur RJP/CPR yang sudah dipakai dalam 40 tahun terakhir.
PENTING UNTUK DIINGAT SISTEMATIKA RJP : C–A-B

Terdapat perubahan sistematika dari A-B-C (Airway-Chest Compressions) menjadi


C-A-B (Chest compression-Airway-Breathing), kecuali pada neonatus. Alasan perubahan
adalah pada sistematika A-B-C, seringkali chest compression tertunda karena proses
Airway. Dengan mengganti langkah C-A-B maka kompresi dada akan dilakukan lebih
awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kompresi dada
secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).
Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi dan koordinasi dari kegiatan yang
ada dalam Chain of Survival.

Gambar. Chain of Survival HCA


Keterangan :
1. Pengawasan dan Pencegahan
2. Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggap darurat
3. CPR berkualitas tinggi secepatnya
4. Defibrilasi cepat
5. Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca-serangan jantung
Yang akan dibahas dalam modul ini adalah rantai pertama, rantai kedua dan
ketiga.
PENTING INTUK DI INGAT SEBELUM RJP !!!

1. DON’T BE THE NEXT VICTIM


(Jangan jadi korban selanjutnya)
2. FIRST, DO NO HARM
(Jangan memperparah keadaan)

Rantai 1 : Pengawasan dan Pencegahan


Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan harus memiliki standar sistem
kegawatdaruratan. Dukungan fasilitas dan sumber daya manusia yang berkualitas
sangat diperlukan dalam fungsi pengawasan dan pencegahan terhadap kejadian
kegawatdaruratan terutama dalam pertolongan pada pasien beresiko henti jantung dan
atau henti nafas. Seluruh pegawai di rumah sakit dan peserta didik yang berada di
lingkup rumah sakit harus mampu memberikan pertolongan RJP yang
berkualitas.Rumah Sakit membentuk Tim Multidisipliner penanganan kegawatdaruratan
yang terdiri dari dokter dan perawat terlatih yang tergabung dalam Tim Code Blue. Di
Rumah Sakit, pasien-pasien yang beresiko tinggi mengalami henti jantung dan atau
henti nafas ditempatkan di tempat yang nyaman, tenang dengan pembatasan
pengunjung dan dekat dengan petugas sehingga pengawasan bisa lebih
intens.Peralatan standar penanganan kegawatdaruratan disediakan di semua unit
pelayanan.
Rantai 2 : Pengenalan dan Pengaktifan Sistem Tanggap Darurat
Sebelum penolong melakukan pertolongan pada pasien henti jantung, perhatikan
lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik, kebakaran,
kemungkinan ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun. Pastikan tempat
tersebut aman untuk melakukan pertolongan.
Setelah penolong yakin bahwa lingkungan telah aman, penolong harus memeriksa
kesadaran korban. Cara melakukan penilaian kesadaran, tepuk atau goyangkan korban
pada bahunya sambil berkata “Apakah anda baik-baik saja?”. Apabila korban ternyata
bereaksi tetapi dalam keadaan terluka atau perlu pertolongan medis, segera mencari
bantuan, kemudian kembali sesegera mungkin dan selalu menilai kondisi korban.
Apabila klien tidak berespon, segera aktifkan sistem kegawatdaruratan medis
(code blue) dengan cara meminta bantuan orang lain untuk menghubungi nomor
ekstensi ‘119’, beri informasi tentang kondisi “code blue” dan lokasi kejadianklien.
(contoh : “code blue, di koridor depan ruang laboratorium”, bila lokasi kejadian
di depan ruang laboratorium). Penolong segera melakukan prosedur Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
Rantai 3 : Resusitasi Jantung Paru Berkualitas Tinggi Segera
Setiap melakukan RJP selalu diingat sistematika C-A-B. Dalam unsur C terdiri dari 2
(dua) tindakan yaitu Cek Nadi dan Kompresi dada.

Cek Denyut Nadi

PENTING UNTUK DI INGAT DALAM CEK NADI !!!

1. Dewasa
a. Dilakukan di Arteri Karotis
b. Dilakukan kurang dari 10 detik
2. Anak-anak
a. Dilakukan di Arteri Brachialis/Femoralis
b. Dilakukan kurang dari 10 detik

Kompresi Dada
Kompresi dada merupakan tindakan berirama berupa penekanan pada tulang
sternum bagian setengah bawah (2-3 jari diatas Prosesus Xypoideus). Kompresi dada
dapat menimbulkan aliran darah karena adanya peningkatan tekanan darah intrathorak
dan kompresi langsung pada jantung. Aliran darah yan ditimbulkan oleh kompresi dada
sangatlah kecil, tetapi sangat penting untuk dapat membawa oksigen ke otak dan
jantung.
PENTING DIINGAT KOMPRESI JANTUNG LUAR YANG BAIK

 Tempatkan tangan di tulang sternum bagian setengah bawah (2-3 jari diatas
Prosessus Xipoideus).
 Kunci jari-jari dengan tangan dominan berada di atas.
 Pertahankan tangan tetap lurus (sudut 90 0).

PENTING DIINGAT KOMPRESI PADA ANAK

1. Tempatkan korban pada papan yang


datar
2. Tempatkan 1 telapak tangan
(dominan) di dada dibawah garis
putting susu dan telapak tangan yang
lain untuk menekan dahi (head tilt)
3. Tangan yang dominan menekan kuat
dan cepat

PENTING UNTUK DI INGAT KOMPRESI PADA BAYI

1 Penolong 2 Penolong
PENTING UNTUK DIINGAT KOMPRESI DADA YANG BERKUALITAS !!

1. Mulai kompresi < 10 detik setelah mengenali henti jantung


2. Rasio kompresi : ventiLasi
Anak-anak dan bayi
Dewasa
(kecuali bayi baru lahir)
( 1 penolong ) = 30 : 2
(1 atau 2 penolong ) = 30 : 2
( 2 penolong ) = 15 : 2
3. Kompresi dada dengan kecepatan 100-120 x/menit
4. Kompresi dada dengan kedalaman
Dewasa/Remaja : Minimum 2 inchi ( 5 cm ) maksimum 2,4 inchi (6cm)
Anak-anak : Minimum 1/3 dari diameter AP dada atausekitar 2 inci (5
cm)
Bayi : Minimum 1/3 dari diameter AP dada atau sekitar 1,5 inci
( 4 cm )
Lakukan rekoil penuh dada diantara kompresi
5. Minimalkan interupsi ( kurang dari 10 detik )
6. Memberikan bantuan nafas yang efektif
7. Menghindari ventilasi yang berlebihan

Airway : Buka Jalan Nafas


Anda harus membuka jalan nafas dengan manuver tekan dahi dan angkat dagu
(head tilt&chin lift maneuver) untuk korban cedera dan tidak cedera. Jaw Thrust tidak
direkomendasikan untuk penolong awam. Anda menggunakan head tily &chin
liftmaneufer untuk membuka jalan nafas pada korban yang tidak mengalami cedera
kepala dan leher seperti pada gambar.

Head Tilt& Chin Lift Jaw Thrust


Pastikan bersihan jalan nafas dengan melihat rongga mulut, jika mulut tetutup
mulut dibuka dengan tekhnik cross finger (jari menyilang). Apabila setelah terlihat
rongga mulut dan terdapat sumbatan jalan nafas segera dilakukan bersihan jalan nafas
dengan tekhnik finger swap (sapuan jari).

Lihat rongga mulut Cross Finger

Finger Swap
Breathing : Periksa Pernapasan
Pemeriksaan Breathing dilakukan dengan tekhnik “LOOK, LISTEN, and FEEL”.
Look untuk melihat pergerakan naik turun dada, Listen untuk mendengarkan suara
nafas dan Feel untuk merasakan hembusan nafas. Waktu peme-riksaan kurang dari 10
detik.
Berikut ini anda akan mempelajari cara memberikan bantuan pernafasan, dapat
dilakukan dengan bantuan dari mulut ke mulut, dari mulut ke alat pelindung
pernafasan, dari mulut ke hidung dan ventilasi bagging-sungkup.

Bantuan nafas dari mulut ke mulut


Pada saat anda memberikan bantuan nafas dari mulut ke mulut, buka jalan nafas
korban, tutup cuping hidung korban dan mulut penolong menutup seluruh mulut
korban. Berikan 1 kali pernapasan dalam waktu 1 detik dan berikan bantuan
pernapasan ke dua dalam waktu 1 detik.

Bantuan nafas dari mulut ke alat pelindung pernapasan


Walaupun aman, beberapa petugas
kesehatan dan penolong awam ragu-ragu
untuk melakukan bantuan pernapasan dari
mulut ke mulut dan lebih suka
menggunakan alat pelindung. Alat pelindung
ada 2 (dua) jenis, yaitu pelindung wajah
dan sungkup wajah.

Pelindung wajah bebentuk selembar plastik


bening atau lembaran silikon yang dapat
mengurangi sentuhan antara korban dan
penolong tetapi tidak dapat mencegah
terjadinya kontaminasi bagi penolong.
Sungkup wajah ada yang sudah dilengkapi
dengan lubang untuk memasukkan oksigen.
Ventilasi Bagging-Sungkup
Ventilasi Bagging-sungkup memerlukan ketrampilan untuk dapat melakukannya.
Apabila Anda seorang diri menggunakan alat Bagging-Sungkup harus dapat
mempertahankan terbukanya jalan napas dengan mengangkat rahang bawah, tekan
sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras Bagging.
Anda harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap
pernapasan. Bagging sungkup sangat efektif bila dilakukan oleh 2 penolong dan
berpengalaman. Salah satu penolong membuka jalan napas dan menempelkan sungkup
ke wajah korban sambil penolong lain memeras bagging. Keduanya harus
memperhatikan pengembangan dada korban. Petugas kesehatan dapat
mempergunakan tambahan oksigen (10-12 liter/menit) jika tersedia.

PENTING UNTUK DI INGAT TENTANG RESCUE BREATHING !!!

1. Pemberian dilakukan sesuai tidal volume


2. Jika nadi tidak teraba rasio kompresi dan ventilasi 30 : 2.
3. Jika nadi teraba tetapi napas tidak ada, berikan ventilasi 10-12 x/menit selama
2 menit kemudian evaluasi.
4. Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang penolong (Tim Code Blue) :
selama pemberian RJP, ventilasi diberikan tiap 6-8 detik (8-10 x/menit) tanpa
usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak
dihentikan untuk pemberian ventilasi.

Posisi Miring Mantap (Recovery Position)


Setelah anda selesai memberikan Bantuan Hidup Dasar tetapi Bantuan Hidup
Lanjut/Tim Code Blue belum datang dan dari hasil pemeriksaan, Anda dapatkan
sirkulasi, air way dan breathing baik, maka korban Anda posisikan miring mantap
(Recovery Position). Posisi miring mantap dipergunakan untuk korban dewasa yang
tidak sadar yang telah bernapas dengan normal dan sirkulasi efektif. Posisi ini dibuat
untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka dan mengurangi resiko sumbatan jalan
napas dan aspirasi. Sangat perlu dilakukan evaluasi tiap 2 menit mengenai sirkulasi, air
way dan breathing sampai Bantuan Hidup Lanjut/Tim Code Blue datang. Korban
diletakkan pada posisi miring pada salah satu sisi badan seperti pada gambar.
Langkah 1 Langkah 2

Langkah 3 Langkah 4

KOMPLIKASI RJP
Fraktur Iga dan Sternum
Sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun
terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah.
Pneumothorax
Hemothorax
Kontosio Paru
Laserasi Hati dan Limpa
Posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah
hepar/limpa
Emboli lemak
PENTING UNTUK DI INGAT KAPAN RJP DIHENTIKAN !!!

1. Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan


2. Ada penolong yang lebih bertanggung jawab (Tim Code Blue)
3. Penolong kelelahan atau sudah 30 menit tidak ada respon
4. Adanya DNR (Do Not Resuscitate)
5. Adanya tanda kematian Irreversible

PENTING UNTUK DI INGAT RJP TIDAK DILAKUKAN !!!

1. DNR (Do Not Resuscitate)


2. Tanda kematian : Rigor Mortis
3. Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal
4. Bila menolong korban akan membahayakan penolong

SUMBATAN JALAN NAPAS


S u m b a t
a n ja la n
G i n a f a s
g i
L id a h
Mp a y a n g
B a h a
al s n
ja t u h
ku m u n t
a h a n
a
n
a
n

 Pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran sampai dengan koma


mungkin bisa terjadi lidah terjatuh kebelakang.
 Pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan mengalami muntah bisa
kemungkinan bahan muntahan akan menyumbat saluran pernapasan
 Makan yang masuk ke saluran pernapasan juga menyebabkan penyumbatan
saluran napas
 Pada pasien yang menggunakan gigi palsu non permanen apabila terlepas bisa
menyebabkan penyumbatan jalan napas.
PENTING UNTUK DI INGAT TANDA SUMBATAN TOTAL JALAN NAFAS !!!

1. Klien tidak dapat bicara


2. Tidak dapat bernapas
3. Tidak dapat batuk
4. Dapat terjadi sianosis
5. Klien sering memegang lehernya diantara 6 ibu jari dan jari lainnya

Penatalaksanaan Obstruksi Jalan Napas Pada Dewasa


Heimlich Maneuver ( Abdominal Thrusts) merupakan hentakan sub diagfragma
yang dapat menye-babkan peningkatan tekanan pada diagfragma sehingga memaksa
udara yang ada di dalam paru untuk keluar dengan cepat dan men-dorong benda asing
keluar.
Tahapan Abdominal Thrusts:
Dilakukan pada pasien dewasa
1. Jika klien dalam posisi berdiri/duduk
a. Anda berdiri di belakang klien
b. Lingkarkan lengan kiri anda
dengan tangan kiri terkepal,
kemudian pegang lengan kiri
anda dengan tangan kanan anda.
Posisi lengan anda pada
abdomen pasien yakni di bawah
prosesus xipoideus dan di atas
pusat/umbilikus.
c. Dorong secara cepat (Thrust
quickly), dengan dorongan pada
abdomen ke arah dalam-atas
d. Jika diperlukan, ulangi abdominal
thrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan
napas

e. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini

2. Jika pasien dalam posisi supine/unconcious


a. Anda mengambil posisi berlutut
di atas pasien
b. Tempatkan lengan kanan anda di
atas lengan kiri yang menempel
di abdomen tepatnya di bawah
prosesus xipoideus dan di atas
pusat/umbilikus.

c. Dorong secara cepat (Thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke


arah dalam-atas
d. Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas
Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberha-silan tindakan ini

Tahapan Prosedur Chest Thrust


1. Jika posisi klien berdiri
a. Anda berdiri dibelakang klien
b. Lingkarkan lengan kedua
tangan anda dengantangan
kiri terkepal posisikan bagian
bawah lengan kanan anda
pada area midsternal di atas
prosessus xipoideus (sama
seperti pada saat kompresi
jantung luar)
c. Lakukan dorongan (thrust)
lurus ke bawah ke arah spinal.
Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan
napas
d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini

2. Jika posisi klien supine


a. Anda mengambil posisi
berlutut/mengangkangi paha
klien
b. Tempatkan lengan kanan di
atas lengan kiri anda dan
posisikan bagian bawah lengan
kiri anda pada area midsternal
di atas prosessus xipoideus
(sama seperti padasaat
kompresi jantung luar)
c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas
d. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini

Penatalaksanaan Sumbatan Jalan Napas Bayi


Pada bayi yang masih sadar, bisa dilakukan back blowssebanyak 5 kali yang diikuti
dengan 5 x chest thrust berulang-ulang sampai benda keluar atau jatuh tidak sadar.
Jika bayi tidak sadar dan nadi tidak teraba, maka lakukan resusitasi jantung paru (RJP).
Dan saat melakukan ventilasi, pastikan bendanya sudah tidak menyumbat jalan napas.
Sapuan jari tidak direkomendasikan jika benda tidak tampak pada faring karena hal ini
akan mendorong benda tersebut masuk kedalam orofaring dan menyebabkan
kerusakan pada organ tersebut.

Caranya back blows dan chest thrust pada bayi adalah: bayi posisi pronasi diatas
lengan bawah tangan kanan kita. Pegang rahang bayi untuk menopang kepala bayi
dengan tangan kanan. Lakukan back blow dengan tumit tangan kiri kita dengan kuat di
antara tulang belikat korban sebanyak 5 kali. Kemudian posisi bayi dirubah ke posisi
supinasi, dengan tangan kiri menopang kepala dan leher bayi yang ditempatkan diatas
paha kita. Lakukan chest thrust dengan posisi jari setingkat dibawah nipple bayi dan jari
tengah dan manis disternum bayi untuk memberikan tekanan saat chest trust.
Dilakukan sampai benda asing keluar.

Selamat !!!
Anda telah menyelesaikan materi Sistem Kegawatdaruratan RSUD Kabupaten Batang
yang di dalamnya berisi tentang Bantuan Hidup Dasar dan pengaktifan Sistem Code
Blue RSUD Kabupaten Batang.
Dari materi tersebut Anda harus mengingat hal penting jika Anda berada di lokasi RSUD
Kabupaten Batang, yaitu :
1. Resusitasi Jantung Paru adalah serangkaian upaya penyelamatan hidup pada
pasien henti jantung dan atau henti napas.
2. RSUD Batang mengacu pada pedoman American Heart Association (AHA) 2015
yaitu D-R-H-C-A-B
3. Pengaktifan Sistem Code Blue di RSUD Batang dengan cara menghubungi telepon
line intra Rumah Sakit dengan menekan nomor ‘119’, menginformasikan kondisi
“code blue” dan lokasi kejadian korban kepada information center yang kemudian
akan di umumkan lewat public paging.

Terima Kasih…

DAFTAR PUSTAKA
Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan ECC.
https://eccguidelines.heart.org/wp-content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian. diakses tanggal 10-06-2016.

Rudi Harmano, dkk. 2015. Modul Keperawatan Kegawat Daruratan. Pusdiknakes


BPPSDM. Jakarta.

Pokja PP. 2016.Panduan Sistem Code Blue Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Batang.

Anda mungkin juga menyukai