Ahmad Junaedi
(Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Email : junaedi8812@gmail.com
A. Pendahuluan
Kemajuan globalisasi mengancam dalam memutarbalikkan semua asumsi
konvensional tentang hubungan antara politik dan ekonomi yang dimana nantinya
ekonomi akan berkuasa atas politik. Ketika pemerintahan – pemerintahan
dimanapun tidak berdaya menghadapi tekanan – tekanan yang dimunculkan oleh
pasar – pasar global dan persaingan internasional yang semakin ketat. Maka
terdapat tiga bentuk globalisasi yang diantaranya, globalisasi ekonomi, globalisasi
kebudayaan, dan globalisasi politik sebagai bentuk dalam mempengaruhi ekonomi
politik yang terjadi di setiap pemerintahan.
Ketika kita memahami globalisasi sebagai sebuah konsep yang licin dan
tidak mudah dipahami. Maka fonemana globalisasi lebih banyak ketertarikan
sejak tahun 1980-an, dikarenakan istilah tersebut dijadikan sebagai dasar dari
sebuah proses untuk menunjuk apapun tentang kebijkan, strategi pemasaran,
sebuah permasalahan bahkan sampai ke sebuah ideologi. Globalisasi bahwasanya
bukanlah sebuah proses tunggal, melainkan sebuah proses – proses terikatan yang
rumit yang terkadang terjadi saling tumpang tindih dan memiliki keterkaitan. Hal
itu juga terkadang membuat globalisasi saling kontradiktif dan berlawanan. Oleh
karenanya sulit untuk mengartikan bahwa globalisasi sebagai tema tunggal.
1
Maka dalam periode ini, dengan munculnya globalisasi neoliberal sebagai
hal baru di era modern dengan pokok bahwasanya ekonomi berjalan paling baik
ketika lepas campur tangan dari pemerintah, dengan merefleksikan sebuah
keyakinan pada ekonomi pasar bebas dan individualisme atomistik. Sementara
dengan kapitalisme pasar yang tidak diatur dapat menghasilkan efisiensi,
pertumbuhan dan kemakmuran yang meluas, keterlambatan dari negara nantinya
dapat mengahalangi inisiatif dan menghambat usaha. Kebijakan-kebijakan
globalisasi neoliberal nantinya menghasilkan privatisasi, belanja publik rendah,
dan deregulasi, pemotongan pajak dan pengurangan dana kesejahteraan.
2
tidak suka, serta siap atau tidak siap setiap negara nantinya akan memasuki arus
globalisasi dunia, yang dapat menimbulkan tantangan serta peluangnya.
B. Pembahasan
3
3. Pembentukan pola-pola keragaman sosial dan kebudayaan bagi negara
berkembang dan negara maju.
Nasional Nasional
Lokal Lokal
a. Globalisasi Ekonomi
Hal ini menjadikan berkurangnya kapasitas pemerintahan nasional
dalam mengatur dan mengelola ekonomi – ekonomi pemerintahan tersebut
dan penolakan terhadap rekstruksi pemerintahan selaras dengan garis –
garis besar pasar bebas dalam perkembangan globalisasi ekonomi.
4
Sehingga tidak adanya ekonomi nasional yang terpisah maupun
menyendiri dikarenakan saling terkaitnya dalam ekonomi global.
Globalisasi ekonomi mencerminkan aliran – aliran modal dan barang
lintas negara, menghancurkan ide tentang kedaulatan ekonomi. Proses dari
globalisasi ekonomi sendiri ialah terjadinya suatu perubahahan
perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau secara terstruktur dan
berkembang dengan pesat yang mengikuti kemajuan teknologi dengan
proses yang semakin cepat. Perkembangan globalisasi ekonomi terlihat
dengan meningkatnya hubungan saling ketergantungan dan juga
memperkuat persaingan antar negara yang tidak hanya bergerak di
perdagangan internasional melainkan juga dalam investasi, finansial dan
produksi. Globalisasi ekonomi sendiri ditandai dengan semakin tipisnya
batas kegiatan ekonomi atau pasar baik dalam skala nasional maupun
regional, tetapi harus bergerak dalam skala internasional yang melibatkan
banyak negara. Globalisasi ekonomi pun dapat diartikan sebagai
pengaturan sosial untuk produksi, pertukaran, distribusi dan konsumsi lahan,
modal, barang dan layanan tenaga kerja.(Waters, 2011)
Berbagai alasan penyebab semakin menipisnya batas – batas kegiatan
ekonomi secara nasional maupun regional, seperti yang dikatakan oleh
(Halwani,2002) ialah komunikasi dan transportasi yang semakin canggih
dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas, ekonomi negara yang
semakin terbuka, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang
digunakan oleh berbagai negara, metode produksi dan perakitan dengan
organisasi manajemen yang semakin efisien, dan pesatnya perkembangan
perusahaan multinasional di sebagian negara. (Zaroni, 2015)
b. Globalisasi Kebudayaan
5
biasanya digambarkan dengan suatu proses komoditas – komoditas global
dan praktek perdagangan terkait pemasaran. Munculnya istilah revolusi
informasi didasari dengan dorongan globalisasi kebudayaan. Akan tetapi,
kekuatan globalisasi kebudayaan dapat dibatasi dan diloloskan karena
penyebaran sebuah perdagangan memerlukan kepekaan terhadap
kebudayaan dan praktek sosial pribumi suatu bangsa. Maka globalisasi
kebudayaan merupakan sebuah kekuatan yang mampu meloloskan dan
membatasi kekuatan – kekuatan globalisasi. Lain halnya ketika globalisasi
budaya diartikan dalam pengaturan sosial untuk produksi, pertukaran dan
ekspresi simbol (tanda-tanda) yang mewakili fakta, mempengaruhi,
makna, keyakinan, komitmen, preferensi, selera dan nilai-nilai. (Waters,
2011)
Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa globalisasi kebudayaan dapat
dikaitkan dengan gaya hidup yang ada disuatu wilayah berkembang
sehingga diikuti oleh masyarakat diwilayah yang berbeda. Seperti
masyarakat yang menikmati McDonald, Coca Cola, Kintucky Fried
Chicken, serta mode pakaian dan bergaya yang beredar disuatu wilayah
dan diikuti masyarakat luar sesuai trendnya (Siswanto,2010
dalam(Yuniarto, 2014)
Untuk membendung globalisasi kebudayaan yang semakin marak
masuk ke kebudayaan lokal, maka perlunya mempertahankan nilai – nilai
kebudayaan lokal, dengan cara (Annafie & Nurmandi, 2016):
1. Pilar Regulatif, yakni dengan adanya Peraturan pemerintah
setempat yang berkaitan dengan nilai kebudayaan, sanksi, dan
monitoring. Sehingga menjadi pendukung pelaksanaan nilai – nilai
budaya yang mampu mendorong dan mengaplikasikannya kepada
masyrakat tentang nilai – nilai kebudayaan yang dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pilar Normatif, yakni setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah
setempat perlu dilakukannya evaluasi dan kewajiban serta
tanggung jawab.
6
3. Pilar cultural, yakni melihat dari sisi budaya lokal, kategori,
tipikasi dan skema lembaga dengan mempertahankan kebudayaan
yang ada di wilayah tersebut agar tetap dilestarikan dan dijalankan
agar tidak hilang seiring jalannya arus globalisasi.
c. Globalisasi Politik
7
Bangkitnya Globalisasi Neoliberal
8
tekanan yang begitu kuat terhadap penurunan belanja publik dan meningktakan
anggaran – anggaran kesejahteraan.
9
keunggulannya ekspansi besar – besaran pada sektor finansial dari sisi ekonomi.
Dalam prosesnya menjadikan kapitalisme berubah menjadi kapitalisme turbo,
yang manfaatnya diambil dari aliran uang yang sangat luas dengan penanaman
investasi semakin meningkat serta konsumsi ekonomi yang jauh lebh tinggi. Hal
lain, yakni keyakinan yang kuat terhadap pasar-pasar terbuka dan perdagangan
yang bebas menjadi pendorong dalam ciri-ciri lain kemajuan globalisasi
neoliberal. Sehingga dalam organisasi internasional khususnya World Trade
Organization (WTO) telah didominasi dengan azas neoliberalisme dimana praktek
dari WTO sendiri telah menjadi wasit dalam proses globalisasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan pengimplementasian aturan WTO yang disebut dari jargon
WTO ialah “the borderless world” yakni dalam pengartiannya disebut dunia tanpa
batas. Berbagai negara yang telah mengadopsi perjanjian internasional yang
tercantum dalam WTO, diantaranya bahwa semua negara harus menghilangkan
semua hambatan perdaganang baik dengan tarif maupun non-tarif beserta
pelaksaannya yang begitu ketat disertai dengan sanksi yang keras bagi negara
yang tidak mentaati aturan tersebut.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program di Bank Dunia dan IMF ini,
maka program neo-liberal, mengambil bentuk sebagai berikut (Arif, 1998 : 360) :
Paket kebijakan Structural Adjustment (Penyesuaian Struktural), terdiri dari
komponen-komponen: (a) Liberalisasi impor dan pelaksanaan aliran uang yang
bebas; (b) Devaluasi; (c) Kebijakan moneter dan fiskal dalam bentuk: pembatasan
kredit, peningkatan suku bunga kredit, penghapusan subsidi, peningkatan pajak,
kenaikan harga public utilities, dan penekanan untuk tidak menaikkan upah dan
gaji.
10
memperlancar arus masuk investasi asing dengan fasilitas-fasilitas yang lebih luas
dan longgar. (Zaroni, 2015)
Pergeseran peta kekuasaan ekonomi global yang terjadi dari barat ke timur
secara umum, yang secara khusunya pergesaran peta kekuasaan ekonomi global
dari Amerika Serikat ke China. Karenanya china yang mampu memproduksi
barang yang berfaktur lebih murah mampu menutupi kecacatan – kecacatan
ekonomi yang ada dimasyarakat menimbulkan masuknya barang produksi negara
china ke negara-negara lain. Kebangkitan globalisasi China didasari dengan peran
negara dalam mengontrol privat sector sebagai faktor produksi yang dianggap
11
strategis bagi negara, dan sector yang menjadi dominan bagi keduanya. Bahkan
disaat China menjadi anggota WTO, negara tidak melepaskan perannya sebagai
bentuk utama kompetisi produk China diluar negeri yang disebut sistem kurs
fixed exchange. Berkat kebangkitan China tersebut membantu perkembangan
krisis ekonomi Asia ditahun 1998. (Kusumawardhana & Zulkarnain, 2016)
Tabel 1
Krisis Globalisasi Neoliberal : dari pinggiran ke pusat
Akan tetapi sebelum memasuki krisis global ditahun 2007 – 2009 tersebut,
sebelumnya telah mengalami krisis globalisasi neoliberal yang disebut krisis di
daerah semi pinggiran yang dimulai dengan guncangan keuangan Turki dan
Meksiko pada tahun 1994, dilanjutkan dengan krisis keuangan Asia tahun 1997,
dan kebocoran yang terjadi di Rusia dan Brasil pada tahun 1998 – 1999, serta
runtuhnya ekonomi Turki dan Argentina pada tahun 2001. Krisis yang terjadi
hampir sama dengan yang dialami dimasa krisis neoliberal yang terjadi
dikarenakan integrasi akibat perdagangan bebas sehingga terjadinya
ketidakseimbangan dalam pengelolaan ekonomi di negara tersebut. Bencana yang
terjadi saaat ini dengan krisis globalisasi neoliberal pada intinya terjadi akibat
12
ketidakseimbangan global antara ekonomi surplus seperti Jerman dan China dan
negara-negara defisit seperti Amerika Serikat dan Inggris. (Οηιs & Burák, 2018)
Akan tetapi, pergeseran ekonomi yang terjadi hanya berada pada negara
yang telah saling berketerkaitan dan saling bergantung satu sama lainnya.
Sehingga dapat kita petik bahwasanya ekonomi negara yang telah mengglobal tak
mampu berkembang dan berjuang secara sendirinya. Sehingga pada era sekarang
globalisasi lebih konstentrasi kepada modal dan investasi bagi negara maju.
Menyebabkan negara memiliki peranan yang signifikan dalam mengatur batas-
batas teritorialnya baik dalam bagian politik maupun ekonomi melalui power
negara, membuat negara masih memliki legitimate power dalam memegang alur
kendali globalisasi sebagai sumber pendanaan. (Kusumawardhana & Zulkarnain,
2016).
C. Kesimpulan
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan sejarah yang dimana pesatnya
perdagangan lintas benua maupun ekonomi industri sebagai idelogi
perkembangan ekonomi. Masalah mendasar yang dihadapi globalisasi sendiri
seperti, kompetisi (persaingan ekonomi) dan ancaman persatuan bangsa.
Pengaruh arus globalisasi pada dasarnya sulit untuk dapat dicegah dan
memerlukan adanya perhatian dalam berbagai kemungkinan - kemungkinan
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang ada serta kebijakan dan
strategi untuk menanggulanginya. Tentu saja di harapkan bagi setiap negara
untuk menjadi lebih sadar akan pentingnya mewaspadai berbagai
kemungkinan tantangan globalisasi. Sehingga dengan bentuk globalisasi yang
telah dijelaskan yakni globalisasi ekonomi, globalisasi kebudayaan dan
globalisasi politik mampu memberi dampak terhadap perkembangan arus
globalisasi yang terjadi.
Globalisasi ekonomi sendiri terjadi dikarenakan perubahahan
perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau secara terstruktur dan
berkembang dengan pesat yang mengikuti kemajuan teknologi dengan proses
yang semakin cepat. Kemudian globalisasi kebudayaan dengan mengikuti
13
gaya hidup yang ada disuatu wilayah berkembang sehingga diikuti oleh
masyarakat diwilayah yang berbeda sesuai trendnya, tapi perlu untuk tetap
mempertahankan kebudayaan tradisional di wilayah tersebut. Serta
globalisasi politik sangat memerlukan peran organisasi internasional dalam
mengembangkan perekonomian di suatu wilayah yang ada.
14
Daftar Pustaka
Οηιs, Z., & Burák, G. A. (2018). The Global Economic Crisis and the Future of
Neoliberal Globalization : Rupture Versus Continuity Author ( s ): Ziya Öniş
and Ali Burak Güven Published by : Lynne Rienner Publishers Stable URL :
http://www.jstor.org/stable/23104287 REFERENCES Linked refer, 17(4),
469–488.
15