Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Harga Jual


Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga
produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang
maksimal.

Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang
dijual atau diserahkan”.

Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh
ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan
perusahaan, oleh karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu
cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga
yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan
kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen.

 Tujuan Penentuan Harga Jual

Tujuan penentuan harga jual ada bermacam-macam. Tujuan penentuan harga jual yang
dilakukan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut (Kotler,
1996:356) :

1. Kelangsungan hidup perusahaan

Perusahaan menetapkan tujuan ini apabila menghadapi kelebihan kapasitas produksi,


persaingan yang ketat atau perubahan selera konsumen. Dalam hal ini, bertahan hidup lebih
utama daripada menghasilkan keuntungan. Demi kelangsungan hidup perusahaan, disusun
strategi dengan menetapkan harga jual yang rendah.

2. Peningkatan arus keuntungan

Perusahaan dapat memaksimalkan laba jangka pendek apabila perusahaan lebih mementingkan
prestasi keuangan jangka pendeknya dibandingkan jangka panjang. Perusahaan mempunyai
keuntungan untuk menetapkan harga yang dapat memaksimalkan laba jangka pendek dengan
anggapan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dan biaya dengan tingkatan harga yang
akan menghasilkan laba maksimum yang ingin dicapai.

3. Kepemimpinan kualitas produk


Dalam hal ini, perusahaan menetaphakan harga yang tinggi supaya kualitas produksi tetap
terjamin. Ada kemungkinan perusahaan mempunyai keinginan untuk memasarkan produk
dengan kualitas tinggi atau ingin menjadi pemimpin dalam kualitas produk di pasarnya. Pada
umumnya perusahaan semacam ini menetapkan harga yang tinggi dengan tujuan agar dapat
menutup tingginya dalam menghasilkan mutu produk yang tinggi.

4. Meningkatkan penjualan

Peningkatan penjualan akan mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah produksi dan laba
perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan jumlah penjualan yang tinggi untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Peningkatan penjualan dapat dilakukan melalui bauran pemasaran
yang agresif. Pengembangan produk dengan memperbarui atau menawarkan produk-poduk
baru dapat meningkatkan penjualan. Pada satu sisi, perusahaan dapat meningkatkan volume
penjualan dengan tetap mempertahankan tingkat labanya. Sedangkan di sisi lain, manajemen
dapat memutuskan untuk meningkatkan volume penjualan melalui strategi pemotongan harga
atau penetapan harga yang agresif dengan menanggung resiko.

5. Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar

Salah satu strategi yang dapat di tempuh perusahaan adalah mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar. Banyak perusahaan menetapkan harga yang rendah untuk
mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar.

6. Menstabilkan harga

Perusahaan berupaya menstabilkan harga dengan tujuan untuk menghindari adanya perang
harga pada waktu permintaan meningkat atau menurun (tidak stabil).

Oleh karena itu perusahaan perlu menentukan tujuan utama agar fokus perusahaan menjadi
lebih jelas. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada sub bab di bawah ini.

 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi harga jual produk, yaitu:

 Customers atau pelanggan, pelanggan dapat mempengaruhi harga berdasarkan


fitur yang terdapat pada produk tersebut serta kualitasnya.
 Competitors atau pesaing, perusahaan harus memperhatikan apa yang dilakukan
oleh pesaingnya, termasuk harga jual produk mereka, yang bisa menjadi
substitusi produk tersebut.
 Costs atau biaya, semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin
mahal produk tersebut dijual.
1.4 Hal – Hal yang Mempengaruhi Harga Jual

1. Biaya penuh untuk memproduksi produk/jasa.Biaya penuh tidak boleh lebih


besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan kerugian. Manfaat biaya penuh
adalah sebagai berikut:

 Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang


dihadapi oleh pengambil keputusan: dalam pengambilan keputusan satu-
satunya informasi yang memberikan kepastian relatif tinggi adalah biaya. Dengan
informasi biaya manajer penentu harga jual memiliki dasar untuk menetapkan
kebijakan penentuan harga jual dengan aman.
 Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan
dari kemungkinan kerugian:untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah
dengan berusaha memperoleh pendapatan yang paling tidak tidak dapat
menutup biaya penuh.
 Biaya penuh memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga
jual melihat struktur biaya perusahaan lain: dengan informasi biaya penuh,
manajer penentu harga jual akan mampu memahami atau paling tidak menduga
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan pesaing bila perusah aan pesaing
melakukan perubahan harga jual produk atau jasanya.
 Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan
memasuki pasar:berdasarkan perbandingan harga jual yang terbentuk di pasar
dengan biaya penuh produk atau jasa, manajer penentu harga jual akan
menghadapi tiga kemungkinan berikut ini :
 Jika biaya penuh produk atau jasa perusahaan melebihi harga jual yang terbentuk
di pasar tertentu, perusahaan tidak mungkin memasuki pasar tersebut, karena
kerugian akan terjadi.
 Jika biaya penuh produk atau jasa dapat di tutup dengan harga jual yang
terbentuk di pasar, namun harga jual tersebut belum mampu menghasilkan laba
yang memadai jika dibandingkan dengan investasi, maka perusahaan tidak
mungkin memasuki pasar tersebut.
 Jika kemungkinan pertama dan kedua tersebut di atas akan dihadapi, perusahaan
dapat merancang program untuk mengubah proses produksi dan kegiatan
pemasaran agar biaya penuh untuk memproduksi dan memasarkan produk atau
jasa, yang dengan harga jual tertentu yang terbentuk di pasar, perusahaan akan
menutup seluruh biaya penuh dan mampu menghasilkan laba yang sepadan
dengan investasi.

2. Aspek di luar biaya :

 Selera konsumen
 Demand dan suplai
 Jumlah pesaing yang memasuki pasar
 Harga jual produk pesaing

 Penyusunan Harga Berdasarkan Jenis Pasar yang Dihadapi Perusahaan

Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa harga jual yang paling baik atas barang atau jasa
adalah harga jual yang menghasilkan perbedaan paling besar antara total pendapatan dengan
total biaya. Pada model ekonomi, harga jual disusun berdasarkan tipe pasar yang dihadapi oleh
perusahaan. Beberapa tipe pasar yang penting adalah sebagai berikut (Supriyono, 2001:315):

1. Persaingan Sempurna

Pada pasar persaingan sempurna produk yang diperdagangkan bersifat homogen. Selain itu
penjual maupun pembeli tidak mampu mempengaruhi harga pasar barang atau jasa. Perusahaan
yang bergerak di pasar yang sangat bersaing, di mana barang tidak dapat dibedakan, harus
menerima harga seperti yang ditentukan oleh kekuatan pasar (Horngren, 1988). Pengaruh
persaingan sempurna terhadap terhadap penentuan harga jual barang atau jasa adalah sebagai
berikut:

 Harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan.


 Semakin tinggi harga jual maka semakin banyak barang atau jasa yang
ditawarkan oleh penjual.
 Semakin rendah harga jual maka semakin banyak barang atau jasa yang diminta
oleh pembeli.

2. Persaingan Monopolistik

Dalam persaingan monopolistik setiap penjual mencoba untuk membuat produknya berbeda
dibandingkan dengan produk yang dijual oleh penjual lainnya. Pengaruh persaingan
monopolistik terhadap terhadap penentuan harga jual barang atau jasa adalah sebagai berikut:

 Kemungkinan terdapat differensiasi harga namun tidak ada penjual secara


individual yang mempengaruhi secara nyata terhadap produk yang serupa.
 Kemungkinan terjadi suatu rentang harga dalam persaingan monopolistik.
 Jika harga yang ditentukan lebih tinggi dibandingkan dengan produk pesaing,
kemungkinan perusahaan tersebut kehilangan pelanggan atau penurunan
kuantitas yang dijual.
 Penurunan harga mungkin dapat menambah pelanggan atau jumlah yang dijual.

3. Persaingan Oligopoli

Dalam suatu pasar oligopolistik terdapat satu penjual tunggal yang cukup besar untuk
mempengaruhi harga pasar. Pada pasar ini terdapat pemimpin harga (price leader) dan pengikut
harga (price follower). Masalah yang dihadapi oleh pemimpin harga adalah bagaimana
menentukan harga jual agar labanya maksimal dan agar harga yang ditentukan tersebut juga
diikuti oleh pengikut harga.
4. Persaingan Monopoli

Karena hanya terdapat satu produsen maka produsen tersebut memegang kendali harga barang
atau jasa yang bersangkutan. Dalam pasar monopoli terdapat pemasok tunggal dan tidak ada
persaingan, namun pemegang monopoli biasanya menghadapi pembatasan – pembatasan yang
dilakukan oleh pemerintah.

 Metode Penentuan Harga Jual

1. Harga Jual Normal (manufaktur dan penjual jasa)

Secara normal : Harga jual harus dapat menutupi biaya penuh dan menghasilkan laba. Laba
yang dimaksud adalah laba yang sepadan dengan investasi yang ditanam untuk menghasilkan
produk/jasa.

Harga Jual = Taksiran Biaya penuh + Laba yang diharapkan

Unsur pertama yang diperhitungkan dalam harga jual adalah taksiran biaya penuh. Taksiran
biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan : Full Costing dan Variable Costing.

Perbedaan Full Costing dan Variable Costing adalah sebagai berikut :

PENDEKATAN UNSUR BIAYA UNSUR MARK UP

Ekspektasi laba + Biaya


Full Costing Biaya Produksi
non Produksi

Ekspektasi laba + Biaya


Biaya Produksi dan non Produksi
Variable Costing Produksi + non Produksi
yang bersifat variabel
yang bersifat tetap

Total Costing Biaya Produksi + non Produksi Ekspektasi laba


Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan. Cost-plus
pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas
biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Laba yang
diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau
jasa. Untuk memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer penentu harga jual
perlu mempertimbangkan :

 Cost of Capital, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan
dalam perusahaan. Contoh : Perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan
usaha dengan kredit bank, yang bunganya 24%p.a dan tax dari laba yang
dihasilkan 25%. Maka : Cost of Capital = (100% – 25%) x 0.24 = 18%, dimana
semakin besar biaya modalnya, semakin besar pula laba yang diharapkan
dapat diterima oleh perusahaan.
 Resiko Bisnis, semakin besar risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin
besar persentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam
memperhitungkan laba ynag diharapkan.
 Capital Employed, Besarnya Capital Employed / jumlah investasi (atau capital
employed) yang ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau
jasa merupakan faktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yang
diperhitungkan dalam harga jual.

2. Harga Jual untuk pesanan khusus

Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan regular
perusahaan. Dalam keadaan seperti ini, yang perlu dipertimbangkan oleh manajer penentu
harga jual adalah:

 Pesanan Regular

Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya tetap yang
akan terjadi dalam setahun anggaran. Dengan demikian jika manajer penentu harga jual yakin
bahwa seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran akan dapat ditutup oleh pesanan yang regular,
maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan kontribusi dalam
menutup biaya tetap.

Jika misalnya dengan penerimaan khusus, perusahaan diperkiran tidak hanya akan
meregularkan biaya variable saja, namun memerlukan biaya tetap, karena harus beroperasi di
atas kapasitas yang tersedia, maka harga jual pesanan khusus harus di atas biaya variable
dengan kenaikan biaya tetap karena pesanan khusus tersebut.

Dalam mempertimbangkan penerimaan pesanan khusus, informasi akuntansi diferensial


merupakan dasar yang dipakai sebagai landasan penentu harga jual.

3. Harga jual dengan Cost type contract

 Cost – type Contract

Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju
untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen dengan laba yang dihitung sebesar persentase
tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Jika dalam keadaan normal, harga jual produk
atau jasa yang akan dijual di masa yang akan datang ditentukan dengan metode cost-plus
pricing, berdasarkan taksiran biaya penuh sebagai dasar, dalam cost-type contract harga jual
yang dibebankan kepada konsumen dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang
telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.

Rumusan Menghitung Harga Jual Per Unit (Manufaktur)


Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini :
Harga Jual / unit = BIAYA* + % Mark-up

Persentase markup dihitung dengan rumus :

Persentase Mark-up = Expectasi Laba + BIAYA**

Keterangan:

* Biaya = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume (perunit)

** Biaya = Biaya yang tidak berhubungan langsung oleh volume produk (non produksi)

Terdapat perbedaan konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan volume antara
metode full costing dengan metode variable costing. Konsep biaya yang berhubungan
langsung dengan volume menurut metode full costing adalah berupa biaya produksi,
sedangkan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume adalah berupa biaya
nonproduksi.

Variable costing memandang dengan cara yang berbeda terhadap biaya yang dipengaruhi
secara langsung oleh volume produk bila dibandingkan dengan full costing. Dalam
pendekatan variable costing, biaya penuh yang dipengaruhi secara langsung oleh volume
produk terdiri dari biaya variabel, sedangkan biaya penuh yang tidak dipengaruhi secara
langsung oleh volume produk terdiri dari biaya tetap.

Contoh soal :
Manajer Pemasaran PT. GLORY sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk
ASTREX untuk tahun anggaran yang akan datang. Menurut anggaran, perusahaan
direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 kg dengan taksiran
biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan datang sbb :

Biaya Variabel :

Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000

Biaya adm & umum variable Rp. 50.000.000

Biaya pemasaran variable Rp. 50.000.000

————————– +

Total biaya variable Rp. 2.100.000.000

Biaya Tetap :

Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000

Biaya adm. & umum tetap Rp. 150.000.000

BIaya pemasaran tetap Rp. 250.000.000

————————– +
Total biaya tetap Rp. 1.400.000.000

————————– +

Total biaya penuh Rp. 3.500.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 4.000.000.000 dan laba yang
diharapkan dinyatakan dalam tarif kembalian investasi (ROI) 25%

Penyelesaian :

Menggunakan pendekatan Full Costing


Unsur biaya :

Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000

Biaya produksi Rp. 1.000.000.000

————————— +

Total Rp. 3.000.000.000

Unsur mark-up :

Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000

Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000

Ekspektasi laba25% X rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000

————————– +

TOTAL unsur Mark-up Rp. 1.500.000.000

Rp. 1.500.000.000

Persentase Mark-up = ———————— x 100% = 50%

Rp. 3.000.000.000

Perhitungan Harga Jual :

Biaya produksi Rp. 3.000.000.000

Mar-up 50% x Rp. 3.000.000.000 Rp. 1.500.000.000

————————— +

Total harga jual Rp. 4.500.000.000

Volume produksi 1.000.000 kg


————————— :

Harga jual produk / kg Rp. 4.500,-

Menggunakan pendekatan Variabel Costing


Unsur biaya :

Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000

Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000

Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000

————————– +

Rp. 3.100.000.000

Unsur mark-up :

Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000

Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000

Ekspektasi laba25% X Rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000

————————– +

TOTAL Unsur Mark-up Rp. 2.400.000.000

Rp. 2.400.000.000

Persentase Mark-up = ———————— x 100% = 77,4%

Rp. 3.100.000.000

Perhitungan Harga Jualnya :

Biaya produksi Rp. 3.000.000.000

Mar-up 77,4% x Rp. 3.000.000.000 Rp. 2.322.000.000

————————— +

Total harga jual Rp. 5.322.000.000

Volume produksi 1.000.000 kg

————————— :

Harga jual produk / kg Rp. 5.322,-


Menggunakan pendekatan Total Costing
Unsur biaya :

Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000

Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000

Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000

Biaya non produksi


variabel Rp. 100.000.000
————————— +

Rp. 3.500.000.000

Unsur mark-up :

Ekspektasi laba 25% X Rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000

Rp. 1.000.000.000

Persentase Mark-up = ———————— x 100% = 28,57%

Rp. 3.500.000.000

Perhitungan Harga Jualnya :

Biaya produksi Rp. 3.000.000.000

Mar-up 28,57% x Rp. 3.000.000.000 Rp. 857.100.000

————————— +

Total harga jual Rp. 3.857.100.000

Volume produksi 1.000.000 kg

————————— :

Harga jual produk / kg Rp. 3.857,-

Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time And Material Pricing)
Biasanya digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dok kapal dan perusahaan-perusahaan
penjual jasa reparasi, bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa.

Dalam perusahaan jasa volumenya dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
melayani konsumen bukan harga jual/unit tetapi harga jual per satuan waktu yang dinikmati
konsumen.

Harga Jual = Biaya Penuh + Ekspetasi Laba


Dalam sebuah bengkel yang menjual jasa perbaikan mobil, maka :

1. Biaya yang berhubungan dengan produk adalah biaya tenaga mekanik dan ahli
listrik.
2. Biaya yang tidak berhubungan dengan produk adalah biaya tenaga kerja tidak
langsung, listrik, depresiasi, asuransi dll

Contoh Soal :

1. GLORIA berusaha di usaha bengkel mobil. Manajer pemasaran PT GLORIA sedang


mempertimbangkan penetuan harga jual jasa reparasi untuk tahun angaran yang
akan datang. Perusahaan memiliki dua departemen : BENGKEL dan TOKO SUKU
CADANG. Perusahaan mempekerjakan 6 orang tenaga mekanik dan 4 orang ahli
listrik dalam departemen BENGKEL

 Menurut anggaran, perusahaan direncanakan akan beroperasi pada kapasitas


normal sebanyak 300 hari @ 7 jam kerja/hari
 Aktiva yang digunakan di departemen BENGKEL sebesar 60 juta
 Aktiva yang ditanam dalam departemen TOKO SUKU CADANG sebesar 28 juta.
 Tarif kembalian investasi (ROI) yang diharapkan dalam tahun anggaran adalah
sebesar 25%

Tafsiran jam kerja tenaga kerja langsung untuk tahun anggaran yad sbb :

Upah tenaga kerja langsung :

21.000 jam @ Rp. 1.500 perjam Rp. 31.500.000

Biaya kesejahteraan tenga kerja langsung :

Tunjangan kesehatan 10 org x 12 bln x Rp. 50.000 Rp. 6.000.000

Tunjangan kesejahteraaan 10 org x 12 bln x Rp. 25.000 Rp. 3.000.000

——————— +

Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp. 40.500.000

Jam tenaga kerja langsung 10 org x 300 hari x 7 jam/hr 21.000 jam

———————-
:

Biaya tenaga kerja langsung perjam Rp. 1.929

Biaya tidak langsung bengkel dianggarakan sbb :


Gaji pengawas & TK tidak langsung lain Rp. 11.600.000
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp. 2.200.000

Biaya asuransi Rp. 650.000

Biaya listrik Rp. 800.000

Biaya air Rp. 400.000

Biaya depresiasi aktiva tetap Rp. 350.000

Biaya umum Rp. 500.000

——————— +

Jumlah biaya tidak langsung Dept.BENGKEL Rp. 16.500.000

Biaya tidak langsung toko suku cadangdianggarkan sbb:


Gaji tenaga kerja Rp. 9.000.000

Biaya listrik Rp. 700.000

Biaya kantor Rp. 300.000

——————– +

Jumlah BTK tidak langsung dept. TOKO Rp. 10.000.000

Perhitungan Mark-up Dept. BENGKEL :


Biaya tidak langsung dept. BENGKEL Rp. 16.500.000

Expectasi laba 25% x Rp. 60 juta Rp. 15.000.000

———————+

Jumlah Rp. 31.500.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 40.500.000

———————-:

Persentase mark-up dari BTKL 78%

Perhitungan Mark-up Dept. TOKO SUKU CADANG


Biaya tidak langsung toko suku cadang dianggarkan sbb:

Gaji tenaga kerja Rp. 9.000.000

Biaya listrik Rp. 700.000

Biaya kantor Rp. 300.000


——————– +

Jumlah BTK tidak langsung dept. TOKO Rp. 10.000.000

Ekspektasi Laba 25% x Rp. 28 juta Rp. 7.000.000

——————- +

Jumlah Rp. 17.000.000

Mis. Taksiran harga beli bahan & suku cadang Rp. 23.800.000

——————– :

Persentase mark-up dari harga bahan & suku cadang 40%

Menentukan Harga Jual Dept. BENGKEL


Dimisalkan : Untuk service mesin terdiri dari pekerjaan ga nti oli dan tune-up mesin yang
memerlukan 2 orang tenaga mekanik dan 1 orang tenaga ahli listrik, yang masing-masing
bekerja sbb :

Mekanik 1 jam orang

Ahli listrik 1,5 jam orang

Sehingga perhitungan harga jual dept. BENGKEL :

Biaya tenaga kerja langsung 2,5 jam x @1.929 Rp. 4.823

Mark-up : 78% x Rp. 4.823 Rp. 3.762

————- +

Harga jual jasa service mesin Rp. 8.585

Menentukan Harga Jual Dept. TOKO BAHAN dan SUKU CADANG


Dimisalkan : Seorang pelanggan memerlukan jasa service mesin dan memelukan 1 kaleng oli
mesin yang harga fakturnya Rp. 10.000 dan saringan oki (oli filter) yang harga fakturnya Rp.
8.000

Sehingga perhitungan harga jual dept. TOKO BAHAN :

Harga jual jasa service mesin Rp. 8.585

Harga bahan dan suku cadang Rp. 18.000

Mark-up dari harga bahan & suku cadang Rp. 7.200

————— +

Harga jual bahan dan suku cadang Rp. 25.200


—————- +

Jumlah hasil penjualan jasa service + bahan Rp. 33.785

4. Harga Jual Produk Perusahaan yang Diatur Peraturan Pemerintah

Perusahaan yang mengatur hajat hidup orang banyak, sehingga dalam penetapan harga jual
produk dibutuhkan pedoman :

1. Unsur-unsur biaya produksi dan non produksi


2. Cara pengukurannya

Dengan adanya pedoman tsb, diharapkan didapatkan harga yang wajar. Tiap kenaikan harga
diatur peraturan pemerintah yang harus dapat dipertanggungjawabkan (dilihat dari biaya penuh
yang digunakan sebagai dasar dan kewajaran labanya).

Harga Jual = Tafsiran Biaya penuh masa yad + Expectasi Laba

Contoh Soal :
Misalnya untuk menghasilakan listrik diperlukan investasi sebesar Rp. 3.200.000.000 untuk
pembelian mesin dan ekupment serta modal kerja. Taksiran biaya produksi listrik pada volume
produksi 100.000.000 kwh per tahun adalah sbb :

Biaya bahan baku Rp. 4.000.000.000

Biaya TK langsung Rp. 3.000.000.000

BOP (variable + tetap) Rp. 8.000.000.000

————————– +

Jumlah taksiran biaya produksi Rp. 15.000.000.000

Taksiran biaya non produksi setahun terdiri dari :

Biaya pemasaran Rp. 1.500.000.000

Biaya administrasi & umum Rp. 700.000.000

————————- +

Jumlah taksiraan biaya nonproduksi Rp. 2.200.000.000

Diputuskan laba wajar untuk perusahaan listrik : 25% dari investasi

Penyelesaian : Menghitung harga jual listrik per kwh?

Diketatui :

Taksiran biaya penuh :


Biaya produksi Rp. 15.000.000.000

Biaya non produksi Rp. 2.200.000.000

Taksiran aktiva penuh yang digunakan Rp. 3.200.000.000

Hitung Mark-up

Biaya non produksi Rp. 2.200.000.000

Ekspektasi laba 25% x Rp. 3.200.000.000 Rp. 800.000.000

————————– +

Jumlah biaya tidak langsung (non prod) Rp. 3.000.000.000

Jumlah biaya langsung (produksi) Rp. 15.000.000.000

————————— :

Persentase mark-up dari biaya produksi 20%

Tafsiran biaya produksi Rp. 15.000.000.000

Mark-up 20% x Rp. 15.000.000.0000 Rp. 3.000.000.000

————————– +

Total harga jual Rp. 18.000.000.000

Volume produk (dalam kwh) Rp. 100.000.000

————————– :

Harga jual listrik per kwh Rp. 180

Anda mungkin juga menyukai