OLEH :
125070201131017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1. DEFINISI
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat
antara rongga atrium kanan dan kiri atau lubang abnormal pada sekat yang memisahkan
kedua belah atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang bertekanan
secara sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
Menurut lokasi defek, ASD dikelompokkan menjadi:
a. Defek septum atrium sekundum
Defek terjadi pada fosa ovalis dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis.
b. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior
Defek terjadi dekat muara vena kava superior sehingga terjadi koneksi biatrial.Sering
vena pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami anomali.Dapat juga terjadi defek
sinus venosus tipe vena kava inferior,dengan lokasi di bawah foramen ovale dan
dengan DSA sekundum), defek pada tepi bawah septum (DSA primum) dan defek d
isekitar muara VCS (defek sinus venosus) yang seringkali disertai anomali
lubang patologis di tempat fossa ovalis. Akibatnya terjadi pirau dari atrium kiri ke
sebagai tabung hampa, kemudian partisi dalam tabung mengembangkan yang akhirnya
menjadi septa (atau dinding) membagi sisi kanan jantung dari kiri. Defek septum atrium
terjadi ketika proses partisi tidak terjadi sepenuhnya, meninggalkan sebuah lubang di
septum atrium.
Beberapa cacat jantung bawaan mungkin memiliki link genetik, baik yang terjadi
karena cacat pada gen, kelainan kromosom, atau paparan lingkungan, menyebabkan
masalah jantung lebih sering terjadi dalam keluarga tertentu. Defek septum atrium
Kebanyakan terjadi secara sporadis (secara kebetulan), tanpa alasan yang jelas bagi
perkembangan mereka.
4. PATOFISIOLOGI
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Gambaran dari kelainan ASD tergantung pada besarnya defek dan komplikasi
diafragma. Hilus melebar, arteri pulmonalis dan cabang-cabang dalam paru melebar.
Pembuluh darah di bagian perifer masih Nampak jelas. Vena pulmonalis tampak
melebar di daerah suprahilar dan sekitar hius, sehingga corakan pembuluh darah
menjadi kecil.
Pada foto lateral, daerah retrosternal terisi akibat pembesaran ventrikel kanan,
dilatasi atrium kanan, segmen pulmonal menonjol, serta corakan vaskuler paru
prominen.
Dalam keadaan hipertensi pulmonal,pada foto toraks posisi posteroanterior (PA)
tampak jantung yang membesar ke kiri dan juga ke kanan. Hilus sangat melebar di
bagian sentral dan menguncup menjadi kecil kearah tepi. Segmen arteri pulmonalis
menjadi menonjol sekali. Aorta Nampak kecil. Vena-vena sukar dilihat. Paru-paru
dibagian tepi menjadi lebih radiolusen karena pembuluh darah berkurang. Bentuk
toraks emfisematus (bentuk tong,barrel chest). Sedangkan pada foto toraks posisi
lateral tampak pembesaran dan ventrikel kanan yang menempel jauh ke atas sternum.
Tampak hilus yang terpotong ortograd dan berukuran besar. Kadang-kadang jantung
belakang bawah berhimpit dengan kolumna vertebralis. Hal ini disebabkan karena
ventrikel kanan begitu besar dan mendorong jantung ke belakang tanpa ada
arteri pulmonalis dengan gerakan septum ventrikel yang abnormal (paradox) karena
adanya kelebihan beban volume yang signifikan pada jantung kanan. Defek septum
Doppler berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran atrium dan
ventrikel kanan, keterlibatan katup mitral misalnya prolapse yang memang sering
sangat bermanfaat karena dapat dilakukan pengukuran defek secara presisi, sehingga
dapat membantu dalam tindakan penutupan ASD perkutan, juga kelainan yang
menyertai.
3. CT Scan
Ultrafast CT scan cukup akurat dalam menilai defek septum atrium. Tomografi
potongan axial memberikan pemisahan jarak yang jelas dari bagian inflow dan outflow
dari septum atrium dan ventrikel. Akibat dari tidak adanya struktur dasarnya yang
menutupi pada gambaran CT scan dan 3-dimensi (3D) ultrafast CT, ukuran atrium dan
dapat dievaluasi.
Memungkinkan pengukuran aliran dan kecepatan darah dalam aorta, arteri
darah dan secara noninvasive dapat menetapkan adanya anomaly vena paru
5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung dilakukan bila defek intraarterial pada ekokardiogram tidak jelas
terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan
arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian
oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru. Pada atrial septal defek
primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck appearance) pada kasus dengan
defek pada septum primum, hal ini akibat posisi katup mitral yang abnormal.
Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis PJB ASD ini yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan. Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk ke ahli
bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Dalam tahun pertama atau kedua, ada
beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan menutup secara
pernafasan).
d) Pada balita ditanyakan tentang ada tidaknya kesulitan saat menyusu.
e) Kaji pertumbuhan dan perkembangan pasien.
f) Riwayat penyakit keluarga (ASD dapat diturunkan).
g) Pengkajian tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan sangat
pasien ASD.
jantung (ASD)
9. TUJUAN RENCANA & INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Risiko penurunan curah Klien akan menunjukkan perbaikan curah 1. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan
jantung berhubungan dengan jantung. Dengan Kriteria Hasil : kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
defek struktur. Frekwensi jantung, tekanan darah, 2. Beri obat penurun afterload sesuai program.
gangguan sistem transport tambahan.Kriteria Hasil : 2. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
oksigen Anak menentukan dan melakukan 3. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia,
perkembangan berhubungan berat badan dan tinggi badan. pertumbuhan yang adekuat.
dengan ketidakadekuatan Anak mempunyai kesempatan untuk 2. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik
oksigen dan nutrien pada berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan
Anak melakukan aktivitas sesuai 5. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang
Anak tidak mengalami isolasi 6. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan
4. Risiko infeksi berhubungan Klien tidak menunjukkan tanda-tanda 1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
dengan status fisik yang infeksi Kriteria hasil :Anak bebas dari 2. Beri istirahat yang adekuat
berhubungan dengan kondisi komplikasi secara dini.Kriteria hasil : komplikasi,Gagal jantung kongestif :
jantung dan terapi Keluarga mengenali tanda-tanda o Takikardi, khususnya selama istirahat dan
o Distress pernapasan
o Toksisitas digoksin
o Mual
o Anoreksia
o Bradikardi.
o Disritmia
hipotonia.
serangan hipersianotik
o Tetap tenang.
ada.
o Hubungi praktisi
pembedahan.
berhubungan dengan takut dan ansietas tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung
mempunyai anak dengan Klien menunjukkan perilaku koping yang dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering
Keluarga mendiskusikan rasa takut 2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
dengan cara yang positif 3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam
mereka sendiri.
Faisal, Baraas. 2009. Pengantar Penyakit Jantung pada Anak. Jurnal Kardiologi
Markum.. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem
Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”.