Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Hasil Pengolahan

IV.1.2 Hasil Pengolahan Resistivitas 1D

Gambar 4.1 Hasil Pengolahan Data Resistivitas 1D Konfigurasi Sclumberger

IV.1.2 Hasil Pengolahan Resistivitas 2D


IV.2 Pembahasan

1D

Pengolahan data geolistrik resistivitas sounding (konfigurasi schlumberger)


dilakukan dengan metode pencocokan kurva (curve matching). Teknik interpretasi
yang digunakan untuk mendapatkan gambaran model perlapisan bumi di bawah
permukaan dilakukan dengan cara memplot data dan mencocokkan kurva data hasil
pengukuran dengan kurva standart. Metoda ini secara prinsip berpedoman pada
pencarian nilai error minimum.

Dengan menerapkan metoda tersebut, akhirnya diperoleh jumlah lapisan bumi


sebanyak 9 lapisan dengan nilai error sebesar 5.31%. Hasil inversi ini menghasilkan
penampang satu dimensi di sepanjang lintasan dengan nilai-nilai resistivitas yang
mendekati keadaan lithologi sebenarnya, ketebalan dan kedalaman untuk masing-
masing lapisan dapat dilihat pada tabel.

Lithologi batuan penyusunnya dapat diketahui setelah melakukan korelasi antara


nilai resistivitas yang diperoleh dengan peta geologi setempat. Secara rinci
perlapisan yang bersesuaian dengan dugaan lithologi batuan penyusunnya dapat
dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. Korelasi Nilai Resistivitas dan Lithologi

Kedalaman Ketebalan Tahanan Jenis


No (m) Lithologi
(em)
1 0.641
(m) 0.641 52.9 Alluvium

2 0.485 1.13 24.9 Clay

3 0.819 1.94 73.1 Alluvium

4 1.45 3.39 25.2 Clay

5 5.14 8.53 66 Alluvium

6 4.94 13.5 16.5 Clay

7 13.1 26.6 158 Limestone

8 4.5 31.1 9.94 Clay


9 27.6 58.7 10.6 Ground Water
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa di lapisan teratas (kedalaman 0.641
m) memiliki lithology Alluvium dengan nilai tahanan jenis 52.9 ohm m. Hal ini bisa
jadi diakibatkan oleh kondisi geografis kelurahan dekat dengan daerah pantai
sehingga material berupa Alluvium mendominasi permukaan atau lapisan atas dari
wilayah kajian. Selanjutnya, pada lapisan di bawahnya terdapat perselingan antara
clay dengan alluvium pada kedalaman masing-masing 0.485 m dan 0.819 m.
sementara itu, potensi ground water atau air tanah pada wilyah kajian terdapat pada
kedalaman 27.6 m dengan resistivitas 10.6 ohm m.

IV.2.1 Geolistrik Resistivitas 2D

Pengolahan data geolistrik resistivitas (konfigurasi wenner alfa) dilakukan dengan


menggunakan inversi least square. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
model perlapisan bumi di bawah permukaan dengan RMS terkecil.

Dengan menerapkan metoda tersebut, akhirnya diperoleh jumlah lapisan bumi


sebanyak 4 lapisan dengan nilai RMS sebesar 16.2%. Hasil inversi ini menghasilkan
penampang dua dimensi dengan nilai-nilai resistivitas yang mendekati keadaan
lithologi sebenarnya, ketebalan dan kedalaman untuk masing-masing lapisan dapat
dilihat pada tabel.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu mengidentifikasi bawah permukaan di


Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea. Berdasarkan hasil interpretasi dari penampang
bawah permukaan menunjukkan rentang nilai resistivitas 2.54-91.8 Ω𝑚 di kedalaman
2.5-24.9 meter menandakan adanya lapisan limestone (gamping) pada daerah tersebut.
Adanya limestone ini merupakan ciri dari daerah yang dekat dengan pantai yang
merupakan hasil dari selingan batuan sedimen dan gunung api. Serta pada kedalaman
7.5-18.5 m dengan nilai resistivitas 2.54-7.08Ω𝑚 pada konfigurasi wenner alfa
mengidentifikasi adanya potensi ground water pada daerah tersebut.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.1.1 Kesimpulan Umum

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan umum yang di dapatkan
yaitu :

1. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan


tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan
arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam
tanah.
2. Metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah
elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah,
yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan
(MN) di bagian dalam. Geolistrik bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang
yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan
bawahnya.
3. Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah
elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN
yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Konfigurasi metode geolistrik yaitu : konfigurasi wenner,
sclumberger, dipole-dipole, dan Wenner dan Schlumberger.
4. Metode geolistrik terdiri dari beberapa jenis yaitu: metode potensial diri, IP
(Induced polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan sebagainya.
5. Alat-alat geolistrik terdiri dari G-sound twin probe, soil box, IPMGEO-4100, dan
lain-lain. Setiap pengukuran geolistrik ada noise atau gangguan yang mungkin
terjadi yang disebabkan oleh gejala-gejala alam dan perbuatan manusia itu
sendiri.

V.1.2 Kesimpulan Khusus

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan khusus yang di dapatkan
yaitu :

1. Pengukuran yang dilakukan di Kelurahan Bira dengan menggunakan metode


resistivitas tahanan jenis 1D dihasilkan interpretasi bawah permukaan yaitu pada
kedalaman 0.641 dengan ketebalan 0.641, kedalaman 0.891 dengan ketebalan
1.94 dan kedalaman 5.14 dengan ketebalan 8.53 terindentifikasi lithologi
Alluvium, kedalaman 0.485 dengan ketebalan 1.13, kedalaman 1.45 dengan
ketebalan 3.39, kedalaman 4.94 dengan ketebalan 13.5, dan kedalaman 4.5
dengan ketebalan 31.1 terindentifikasi lithologi Clay, kedalaman 13.1 dengan
ketebalan 26.6 teridentifikasi lithology Limestone dan kedalaman 27.6 dengan
ketebalan 58.7 m terindentifikasi lithologi Ground Water.
2. Pengukuran yang dilakukan di Kelurahan Bira dengan menggunakan metode
resistivitas tahanan jenis 2D dihasilkan interpretasi bawah permukaan yaitu pada
kedalaman 7.5-18.5 dengan nilai resistivitas 2.54-7.08Ω𝑚 pada konfigurasi
wenner alfa mengidentifikasi adanya potensi ground water pada daerah tersebut.
Serta pada permukaan diperkirakan merupakan batuan dari gunung api yang
trbawa akibat gaya-gaya geologi.

V.2 Saran

V.2.1 Saran Untuk Praktikum

1. Ada baiknya bila praktikum yang akan datang dilakukan di lokasi dan dalam
kondisi yang memungkinkan, mengingat waktu pengukuran dan aktivitas
meteorologis seperti hujan akan sangat mempengaruhi hasil pembacaan
resistivity meter.
2. Ada baiknya sebelum praktikum dilakukan agar mengecek alat yang akan
digunakan.
3. Sebaiknya sebelum praktikum dilakukan, ada baiknya jika diadakan terlebih
dahulu kuliah umum mengenai geologi regional daerah praktikum.

V.2.2 Saran Untuk Asisten

Secara umum asisten, telah berhasil membimbing praktikan selama pengukuran di


lapangan hingga proses penyelesaian laporan. Namun, ada baiknya bila kegiatan
asistensi lebih terarah dan disiplin waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Loke, M.H, Dr. 2004. Electrical Immaging Surveys for Environmental and Engineering
Studies; A Practical Guide to 2-D and 3-D Surveys.

Reynolds, J.M., 2011. An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics 2nd


ed. John Wiley and Sons Ltd., England.

Syamsuddin. 2012. Metode Geolistrik Tahanan Jenis 2-D. Universitas Hasanuddin:


Makassar

Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P. 1979. Applied Geophysics 2nd ed.
Cambridge University Pres: Cambridge.
Lampiran 1

BIODATA PRAKTIKAN

Nama : Diky Prayudi Anggara

NIM : H22115011

TTL : Lamuru, 03 Maret 1997

Agama : Islam

Alamat : Sekretariat Himafi FMIPA Unhas LFD 107

Kampus Unhas Tamalanrea

No.HP : 085395992545

E-mail : dikyprayudi@gmail.com

Motto : Hidup yah seperti “itu”.

Pesan : Semoga praktikum selanjutnya lebih berkesan

Kesan : Mantapppp

Anda mungkin juga menyukai