Anda di halaman 1dari 6

Identifikasi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan Upaya Pencegahan

Kecelakaan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001


(Studi Kasus di PT. Vopak Terminal Merak)

Siska Sastika Dewi1, Yayan Harry Yadi2, Wahyu Susihono3


Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
siskadewi90@gmail.com 1, yayan@ft-untirta.ac.id 2, pmy_wahyu@yahoo.co.id

ABSTRAK

PT. Vopak Terminal Merak (PT. VTM) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa penimbunan
sementara dan pembongkaran bahan kimia cair langsung dari kapal tanker dan disimpan di tanki penimbunan
sementara, yang kemudian akan dikirimkan kepemiliknya. Berdasarkan data kecelakaan dari divisi safety
health and environment PT. Vopak Terminal Merak, terdapat 36 kejadian yang berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Kurangnya komitmen karyawan terhadap penggunaan alat pelindung diri
dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Penggunaan APD merupakan salah satu cara untuk menghindari
bahaya kerja yang akan mempengaruhi produktivitas kerja operator. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi potensi bahaya dan juga mengetahui kategori resiko yang berhubungan keselamatan dan
kesehatan kerja operator dan lingkungan, menganalisa penyebab terjadinya kecelakaan kerja, dan mengetahui
pencegahan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada PT. VTM. Penelitian ini menggunakan pendekatan
HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control) untuk mengidentifikasi bahaya dan
menganalisa tingkat resiko yang terjadi, dan juga mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja dengan
Fault Tree Analysis (FTA). Hasil dari penelitian adalah diketahui potensi bahaya yang teridentifikasi adalah
operator jatuh kelaut, operator kehujanan, operator terkena bahan kimia, operator terpeleset, tali yang
digunakan melenting, terjadi tumpahan atau ceceran bahan kimia cair, kesalahan posisi dalam mengangkat
benda berat, operator terkilir, operator terkena angin laut, operator tertimpa peralatan, operator menghirup
serat asbes, dan terjadinya emisi gas buang kendaraan. Adapun penyebab terjadinya kejadian di PT. VTM
adalah adanya badai dan gelombang laut, kurang diperhatikannya SOP pada saat bekerja dan tidak adanya
waktu pemeriksaan sebelum dilakukannya proses, dan adanya miss comunication pada saat bekerja.

Kata kunci: OHSAS 18001, Identifikasi Bahaya,Kategori Bahaya, HIRARC, FTA

PENDAHULUAN diantaranya adalah 22 kasus tumpahan dibawah 200 kg,


10 kejadian near misses, 3 kejadian kerusakan
Dalam melakukan suatu pekerjaan, terdapat beberapa (damage) dan 1 kasus restricted work case ata kasus
faktor penting yang dibutuhkan oleh operator pekerjaan. yang mengakibatkan kerja terbatas.
Masalah keselamatan dan keamanan kerja operator Salah satu standar untuk mengelola dan mengendalikan
merupakan fakor penting yang tidak boleh diabaikan. resiko K3 adalah dengan diterapkannya OHSAS 18001.
Faktor keselamatan dan keamanan operator dari suatu Dan pada saat ini PT. VTM sedang menerapkan
perusahaan menjadi sangat penting, karena jika faktor OHSAS 18001, beserta program dan peraturan lainnya
tersebut terjamin maka perusahaan dapat mengurangi untuk mengendalikan resiko terhadap kesehatan dan
biaya operasional pekerjaannya. PT. VTM merupakan keselamatan kerja dalam pencegahan terjadinya
perusahaan yang bergerak dibidang jasa penimbunan kecelakaan kerja, namun pada praktiknya tidak semua
sementara dan pembongkaran bahan kimia cair program dan peraturan yang telah ditetapkan tersebut
langsung dari kapal tanker dan disimpan di tanki berjalan dengan baik dan hal tersebut masih
penimbunan sementara, yang kemudian akan mengakibatkan timbulnya beberapa kejadian
dikirimkan kepemiliknya. Perusahaan yang bergerak di kecelakaan di tempat kerja. OHSAS 18001 merupakan
bidang penyimpanan sementara bahan kimia memiliki standar penerapan sistem manajemen kesehatan dan
beberapa kemungkinan resiko bahaya potensial yang keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah
mungkin dapat terjadi, baik itu berasal dari operator kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta untuk
pekerjaan maupun dari bahan kimia yang disimpan itu meningkatkan kinerja K3 di suatu perusahaan. Menurut
sendiri. Kusumaningrum (2009), dengan pelaksanaan
Berdasarkan data kecelakaan Safety Health and implementasi OHSAS 18001 yang dilakukan secara
Environment Performance Indicators pada divisi Safety efektif dapat melindungi tenaga kerja dari resiko K3
Health and Environment PT. VTM pada tahun 2012, yang terdapat di lingkungan kerja, sehingga tercapai
terdapat beberapa kasus yang terjadi di tahun 2012, tenaga kerja yang sehat, selamat, dan diikuti dengan
peningkatan produktivitas kerja. Organisasi yang kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. VTM pada
mengimplementasikan OHSAS 18001:2007 memiliki periode Januari – Desember 2012 dapat dilihat pada
struktur manajemen yang teroganisir dengan wewenang tabel 1 dibawah ini :
dan tanggung jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang Tabel 1 Data Kecelakaan Kerja Periode Januari-Desember
2012
jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan
pendekatan yang terstruktur untuk penilaian resiko.
Menurut Setyaningsih (2010), untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan di tempat kerja diperlukan manajemen
resiko yang kegiatannya meliputi identifikasi bahaya,
analisis potensi bahaya, dan pengendalian resiko
bahaya. Pada penelitian ini digunakan metode HIRARC
(Hazard Identification Risk Assessment and Risk
Control) untuk mengidentifikasi potensi bahaya, dan
Fault Tree Analysis untuk mengetahui penyebab
terjadinya kecelakaan kerja di area kerja. Menurut
Nikmah (2009), HIRARC merupakan tahapan awal
dalam manajemen resiko, yang menjadi salah satu
klausul dalam penerapan sistem manajemen HIRARC
keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001. Setelah mendapatkan data mengenai kejadian yang
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi terjadi pada PT. VTM yang berhubungan dengan
potensi bahaya dan juga mengetahui kategori resiko kesehatan dan keselamatan kerja, selanjutnya dilakukan
yang berhubungan keselamatan dan kesehatan kerja identifikasi menggunakan HIRARC. Proses identifikasi
operator dan lingkungan, menganalisa penyebab bahaya ini dilakukan bersama-sama dengan pengawas
terjadinya kecelakaan kerja, dan mengetahui pekerjaan dan divisi SHE. HIRARC merupakan suatu
pencegahan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi metode atau proses untuk mengidentifikasi potensi
pada PT. VTM. bahaya kerja, mengukur, mengevaluasi resiko-resiko
yang muncul dari sebuah bahaya, lalu menghitung
METODE PENELITIAN kecukupan dari tindakan pengendalian yang ada dan
memutuskan apakah resiko yang ada dapat diterima
Metode penelitian ini dimulai dengan melakukan atau tidak. (Ghautama, 2009).
pengambilan data kasus atau kejadian yang Tabel 2. Tingkat Peluang
Likelihood (L) Deskripsi Rating
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di
PT. VTM. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap Hampir pasti akan terjadi Terjadi hampir pada semua
A
potensi bahaya, nilai resiko dan kategori bahaya yang (Almost Certain) keadaan
terdapat di lingkungan kerja berdasarkan data Cenderung untuk terjadi Sangat mungkin terjadi
B
kecelakaan kerja dan informasi yang didapat dari (Likely) pada semua keadaan
pekerja dan pihak manajemen K3. Setelah dilakukan Mungkin dapat terjadi Dapat terjadi sewaktu-
C
identifikasi potensi bahaya di area kerja, kemudian (Moderate) waktu
dilakukan identifikasi terhadap penyebab terjadinya Kecil kemungkinan Mungkin terjadi sewaktu-
D
kecelakaan atau kejadian yang terjadi di PT. VTM. terjadi (Unlikely) waktu
Langkah berikutnya adalah dengan mengevaluasi Jarang sekali terjadi Hanya dapat terjadi pada
E
penerapan sistem manajemen keselamatan dan (Rare) keadaan tertentu
kesehatan kerja pada PT. VTM berdasarkan OHSAS (Sumber : Ghautama, 2009)
18001 dengan pendekatan Plan-Do-Check-Action Tabel 3. Tingkat Keparahan
(PDCA). Severity (S) Deskripsi Rating
Bencana
Menyebabkan kematian, kerugian sangat besar 5
(Catastrophic)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cidera mengakibatkan cacat atau hilang fungsi
Besar (Major) tubuh secara total, kerugin material sangat 4
Safety Health and Environment (SHE) bertanggung
besar
jawab dalam mengkoordinasikan seluruh aspek Sedang Hilang hari kerja, memerlukan perawatan
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. 3
(Moderate) medis, kerugian materi cukup besar
Berdasarkan data jenis kecelakaan yang diperoleh dari Cidera ringan, memerlukan perawatan P3K,
bagian SHE dapat dilihat bahwa masih terdapat Kecil (Minor) langsung dapat ditangani dilokasi kejadian, 2
beberapa kecelakaan yang terjadi pada perusahaan kerugian materi sedang
tersebut. Data yang diperoleh pada langkah ini Tidak
merupakan data sekunder yang didapat dari divisi bermakna Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil 1
Safety Health and Environment (SHE). Adapun (Insignificant)
(Sumber : Ghautama, 2009)
Tabel 4. Matrik Penilaian Resiko 2. Proses pengambilan initial tangki darat
SEVERITY (S) a. Potensi bahaya operator jatuh kelaut memiliki
LIKELIHOOD dampak tenggelam dan meninggalnya
1 2 3 4 5 operator. Kategori resiko untuk potensi
(L)
tersebut adalah ekstrim dengan nilai resiko D5.
A H H E E E b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia
B M H H E E cair dampaknya adalah operator cidera.
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
C L M H E E moderat dengan nilai resiko C3.
D L L M H E c. Potensi bahaya operator terkena petir
dampaknya adalah kebakaran dan meninggal.
E L L M H H
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
ekstrim dengan nilai resiko D5.
Keterangan : 3. Pemasangan selang cargo
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut
= Ekstrim (Memerlukan penanggulangan segera) memiliki dampak tenggelam dan
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk
= High (memerlukan pihak pelatihan oleh
potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai
manajemen) resiko D5.
b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia
= Moderate (Penanganan oleh manajemen terkait)
cair dampaknya adalah operator cidera.
= Low (Pengendalian dengan prosedur rutin) Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
moderat dengan nilai resiko C3.
c. Potensi bahaya kesalahan teknis pada saat
Identifikasi potensi bahaya yang dilakukan pada mengangkat selang cargo memiliki dampak
penelitian ini dilakukan secara umum pada proses keseleo pada operator. Kategori resiko untuk
loading dan unloading. Berdasarkan proses identifikasi potensi tersebut adalah tinggi dengan nilai
bahaya yang dilakukan teridentifikasi sebanyak 17 jenis resiko A2.
potensi bahaya yang terjadi dengan 12 aktifitas. d. Potensi bahaya bahan kimia tercecer
Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya, dampaknya adalah timbulnya polusi laut dan
diketahui bahwa bahaya yang teridentifikasi adalah : polusi udara. Kategori resiko untuk potensi
1. Proses sandar kapal dan lepas sandar : tersebut adalah tinggi dengan nilai resiko D4.
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut 4. Tes kebocoran selang cargo
memiliki dampak tenggelam dan a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk memiliki dampak tenggelam dan
potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai meninggalnya operator. Kategori resiko untuk
resiko D5. potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai
b. Potensi bahaya operator terpelesetdampaknya resiko D5.
adalah cidera. Kategori resiko untuk potensi b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia
tersebut adalah ekstrim dengan nilai resiko B4. cair dampaknya adalah operator cidera.
c. Potensi bahaya terputusnya tali atau sling Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
dampaknya adalah operator cidera dan tinggi dengan nilai resiko C3.
meninggal. Kategori resiko untuk potensi 5. Start Unloading
tersebut adalah ekstrim dengan nilai resiko D5. a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut
d. Potensi bahaya yang terjadi adalah operator memiliki dampak tenggelam dan meninggalnya
tertimpa tangga. Dampak dari potensi bahaya operator. Kategori resiko untuk potensi
tersebut meninggalnya operator. Kategori tersebut adalah ekstrim dengan nilai resiko D5.
resiko untuk potensi tersebut adalah ekstrim b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia
dengan nilai resiko D5. cair dampaknya adalah operator cidera.
e. Potensi bahaya operator terkena petir Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
dampaknya adalah kebakaran dan meninggal. tinggi dengan nilai resiko C3.
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah c. Potensi bahaya terjadinya kebocoran
ekstrim dengan nilai resiko C5. dampaknya adalah timbulnya polusi udara.
f. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
cair dampaknya adalah operator cidera. ekstrim dengan nilai resiko C4.
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
moderat dengan nilai resiko D3.
d. Potensi bahaya tumpahan ceceran bahan kimia potensi tersebut adalah tinggi dengan nilai
dampaknya adalah timbulnya polusi. Kategori resiko D4.
resiko untuk potensi tersebut adalah tinggi b. Potensi bahaya terkilir memiliki dampak cidera
dengan nilai resiko D4. bagi operator. Kategori resiko untuk potensi
6. Loading dan Unloading tersebut adalah rendah dengan nilai resiko D2.
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut c. Dampak dari potensi bahaya operator tertimpa
memiliki dampak tenggelam dan meninggalnya peralatan adalah cidera pada operator. Kategori
operator. Kategori resiko untuk potensi tersebut resiko untuk potensi tersebut adalah rendah
adalah ekstrim dengan nilai resiko D5. dengan nilai resiko D2.
b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia d. Potensi bahaya yang terjadi adalah operator
cair dampaknya adalah operator cidera. terkena angin laut. Dampak dari potensi
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah bahaya tersebut operator menjadi sakit.
moderat dengan nilai resiko D3. Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah
c. Potensi bahaya tumpahan ceceran bahan kimia tinggi dengan nilai resiko A2.
dampaknya adalah timbulnya polusi air. 11. Proses monitoring loading dan unloading
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah a. Potensi bahaya serat asbes terhirup paru-paru
tinggi dengan nilai resiko D4. memiliki dampak kanker paru-paru dan
7. Estimasi dan gauging meninggalnya operator. Kategori resiko untuk
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai
memiliki dampak tenggelam dan resiko A5.
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk b. Dampak dari potensi bahaya terkena petir
potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai adalah kebakaran. Kategori resiko untuk
resiko D5. potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai
b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia resiko D5.
dampaknya adalah operator cidera. Kategori 12. Kendaraan jemputan kru kapal
resiko untuk potensi tersebut adalah moderat a. Potensi bahaya terjadinya tumpahan atau
dengan nilai resiko D3. ceceran pada aktifitas kendaraan jemputan kru
c. Dampak dari potensi bahaya operator terkena kapal adalah polusi tanah. Kategori resiko
petir adalah kebakaran dan meninggal. untuk potensi tersebut adalah tinggi dengan
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah nilai resiko C3.
ekstrim dengan nilai resiko D5.
d. Dampak dari potensi bahaya tumpahan bahan FTA
kimia adalah timbulnya polusi tanah. Kategori Berdasarkan diagram FTA, diketahui bahwa terdapat 4
resiko untuk potensi tersebut adalah tinggi kejadian puncak yaitu kejadian kerusakan (damage),
dengan nilai resiko D4. tumpahan <200 kg, kejadian yang mendekati kesalahan
8. Inspeksi pengeringan tangki kapal (near misses), dan kejadian kerja terbatas. Penyebab
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut dasar potensi kejadian kerusakan (damage) adalah
memiliki dampak tenggelam dan adanya badai dan gelombang laut. Penyebab dasar
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk kejadian terjadinya tumpahan adalah kurang
potensi tersebut adalah ekstrim dengan nilai diperhatikannya SOP pada saat bekerja dan tidak
resiko D5. adanya waktu pemeriksaan sebelum dilakukannya
b. Potensi bahaya operator terkena bahan kimia proses. Penyebab utama terjadinya kasus yang
cair dampaknya adalah operator cidera. mendekati kesalahan (near misses) adalah tali yang
Kategori resiko untuk potensi tersebut adalah digunakan sudah lama, adanya miss comunication pada
moderat dengan nilai resiko D3. saat bekerja, dan juga tidak melakukan pemeriksaan
9. Pelepasan Selang sebelum proses. Penyebab utama terjadinya kejadian
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut kerja terbatas adalah kurang waspadanya operator pada
memiliki dampak tenggelam dan saat bekerja, operator kurang memperhatikan SOP pada
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk saat bekerja dan tidak melakukan pemeriksaan
potensi tersebut adalah tinggi dengan nilai sebelum proses.
resiko D4.
b. Potensi bahaya terkilir pada saat aktifitas GAMBARAN PENERAPAN OHSAS 18001 PT.
pelepasan selang memiliki dampak cidera bagi VTM
operator. Kategori resiko untuk potensi Komitmen dan Kebijakan Perusahaan
tersebut adalah rendah dengan nilai resiko D2. PT. VTM merupkan perusahaan yang sangat menaruh
10. Pengembalian peralatan dan sampling perhatian terhadap komitmen terhadap penerapan
a. Potensi bahaya operator terjatuh kelaut sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di
memiliki dampak tenggelam dan perusahaannya. Oleh karena itu, PT. VTM telah
meninggalnya operator. Kategori resiko untuk membuat pedoman kesehatan dan keselamatan kerja
bagi para pekerjanya. Menurut Syartini (2010), berjalannya program dengan baik. Pihak perusahaan
kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dibuat juga melakukan penjelasan mengenai kebijakan K3
sebagai bentuk komitmen untuk memenuhi peraturan kepada seluruh tenaga kerja, terutama mengenai alarm
dan persyaratan lingkungan serta kesehatan dan peringatan yang wajib diperhatikan setiap saat oleh
keselamatan kerja yang terkait sesuai dengan semua pekerja. Selain itu, PT. VTM rutin untuk
Permenaker PER. 05/MEN/1996 tentang SMK3. Pihak melakukan toolbox meeting, identifikasi bahaya beserta
manajemen PT. VTM telah membuat pedoman penilaian resiko dan langkah pengendaliannya dan juga
kesehatan dan keselamatan kerja yang dituliskan dalam prosedur dalam menghadapi keadaan darurat yang
kebijakan K3 perusahaan, daftar prosedur kerja yang mungkin dapat terjadi setiap saat.
aman, instruksi kerja kesehatan dan keselamatan kerja,
dan juga peraturan izin kerja yang dituliskan dalam Pemeriksaan, Pengukuran, dan Evaluasi (Check)
beberapa form izin kerja (permit work). Adapun Pada tahap perencanaan telah dibuat pengendalian
kebijakan K3 yang dibuat oleh perusahaan ini untuk terhadap resiko yang mungkin dapat terjadi, kemudian
mencegah dan menangani terjadinya insiden pengendalian resiko yang telah disusun tersebut
kecelakaan yang dapat merugikan perusahaan. diterapkan pada proses kerja. Setelah perusahaan
menerapkan pengendalian resiko pada saat proses
Perundang-undangan kerja, yang dilakukan kemudian adalah PT. VTM
Pada perencanaan kebijakan yang dibuat oleh PT. mengevaluasi program-program tersebut untuk
VTM, telah dirumuskan beberapa perundang-undangan mengetahui keberhasilan tindakan perbaikan yang telah
yang telah dicantumkan pula pada tahap identifikasi dirancang sebelumnya. Penilaian kinerja adalah proses
bahaya dan dapat digunakan sebagai acuan. Acuan melalui mana organisasi mendapatkan informasi
tersebut antara lain adalah : UU No. 1 Tahun 1970 tentang seberapa baik karyawan melaksanakan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja, Permen 08- pekerjaannya (Jalil, 2013).
MEN-VII-2010 tentang alat pelindung diri, PP No. 19 Pihak K3 pada PT. VTM melakukan audit sistem
Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan atau manajemen K3 yang bertujuan untuk memantau apakah
perusakan laut, PP N0. 61 Tahun 2009 tentang program berjalan dengan baik atau tidak. Semua hasil
kepelabuhan, Kepmenaker RI No. Kep. 186/MEN/1989 audit yang telah dilakukan kemudian diidentifikasi
tentang penanggulangan bahaya kebakaran di tempat kembali untuk tindakan perbaikan dan pencegahan
kerja, PP No. 85 Tahun 1999 tentang pengolahan yang harus dilakukan oleh pihak manajemen secara
limbah, Kepmenaker No. Kep. 187/MEN/1999, PP No. terus menerus agar sistem manajemen K3 dapat
18 dan 85 Tahun 1999 tentang pengendalian limbah, berjalan terus-menerus dan memberikan peningkatan
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang secara berkala.
menyangkut K3, Kepres No. 22 Tahun 1993, Surat
Edaran Menaker No. 1 Tahun 1997, Permenaker RI Tinjauan Ulang Manajemen (Review)
No. Per. 03/MEN/1985 tentang kesehatan dan Pada tahap ini, pimpinan puncak harus meninjau rutin
keselamatan kerja pemakaian asbes, Peraturan Menteri secara sistem kesehatan dan keselamatan kerja
Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006, PP No. 18 perusahaan. Hal ini dilakukan untuk memastikan
Tahun 1999 mengenai pengolahan limbah B3, dan UU kesesuaian dan keefektifan secara berkelanjutan.
No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas. PT. VTM melakukan evaluasi terhadap penerapan
kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara rutin
Penerapan (Plan) dengan turun langsung dan melihat kondisi di area
Pada tahap perencanaan penerapan keselamatan dan kerja. Keefektifan pelaksanaan program kesehatan dan
kesehatan kerja berdasarkan OHSAS 18001, terdapat keselamatan kerja kemudian dituliskan kedalam
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh dokumen tertulis yang berisi mengenai laporan angka
perusahaan. Perusahaan diharuskan untuk melakukan kejadian yang terjadi dan program-program K3 yang
identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian diterapkan perusahaan sesuai dengan kebijakan K3
resiko secara terus menerus. Setelah dilakukan perusahaan. Evaluasi kinerja merupakan proses
identifikasi bahaya beserta penilaian resiko, perusahaan dinamis dengan penekanan pada pengembangan diri,
harus menetapkan persyaratan perundang-undangan pendirian standar-standar kinerja dan pemberian serta
dan persyaratan lainnya. penerimaan umpan balik (Jalil, 2013).
Pada tahap perencanaan, yang telah dilakukan oleh PT.
VTM yaitu proses identifikasi bahaya dan penilaian KESIMPULAN DAN SARAN
resiko, penetapan persyaratan perundang-undangan dan Kesimpulan
persyaratan lainnya, penetapan tujuan dan program Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
perusahaan. disimpulkan bahwa, potensi bahaya yang teridentifikasi
di PT. VTM adalah operator terjatuh kelaut, tangki
Penerapan (Do) kapal bocor, operator kehujanan, operator terpeleset, tali
Pada penerapan sistem manajemen K3, PT. VTM atau sling putus dan melenting, operator tertimpa tangga
melibatkan seluruh tenaga kerja untuk mendukung
atau peralatan lainnya, terkena petir, operator terkena DAFTAR PUSTAKA
bahan kimia cair, terjadi tumpahan atau ceceran bahan
kimia, kesalahan posisi badan pada saat mengangkat Ghautama, H. 2009. Hazard Identification Risk Assessment
selang atau benda berat lainnya, terjadi kebocoran and determining Control. Sidoarjo : PT. ECCO.
bahan kimia, operator terkilir pada saat pelepasan
selang, operator terkena angin laut, operator menghirup Heni, Y. 2011. Improving Our Safety Culture. Jakarta : PT.
serat asbes pada saat proses monitoring, adanya emisi Gramedia Pustaka Utama
gas buangan, ceceran minyak atau oli kendaraan, dan
Himpunan Peraturan Perundangan. 2005. Peraturan
juga tabrakan pada proses kendaraan menjemput kru Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
kapal. Republik Indonesia
Adapun faktor penyebab terjadinya kejadian yang ada
di PT. VTM adalah pada kejadian kerusakan (damage) Mayasari, I. 2007. Penerapan Integrated Management System
penyebab utamanya adalah adanya badai dan (ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001) Studi Kasus
gelombang laut. Pada kasus tumpahan <200 kg pada Produksi Kopi Instan di PT. Nestle Indonesia.
penyebab utamanya adalah kurang diperhatikannya Tugas Akhir. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor
SOP pada saat bekerja dan tidak adanya waktu (Tidak Publikasi)
pemeriksaan sebelum dilakukannya proses. Pada kasus
Menteri Perindustrian Republik Indonesia. 2009. Sistem
yang mendekati kesalahan (near misses) penyebab Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label pada Bahan
utamanya adalah tali yang digunakan sudah lama, Kimia.
adanya miss comunication pada saat bekerja, dan juga
tidak melakukan pemeriksaan sebelum proses. Pada Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
kejadian kerja terbatas, penyebab utamanya adalah Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta
kurang waspadanya operator pada saat bekerja, operator
kurang memperhatikan SOP pada saat bekerja dan Sayuti, J. 2012. Pentingnya Standar Operasional Prosedur
tidak melakukan pemeriksaan sebelum proses. Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan dalam
Perusahaan. Jurnal. Ilmiah. Volume IV No. 3.
Pencegahan kecelakaan kerja pada PT. VTM terkait
Administrasi Bisnis Polsri. Palembang
dengan kejadian yang terjadi adalah dengan
pemasangan handrail, pembersihan dan pemeliharaan Sudrajat, A. 2011. Aplikasi Asesmen Resiko Dalam Sistem
area kerja secara rutin, pemeriksaaan tali / sling Maintenance Studi Kasus pada Sistem Bahan Bakar
sebelum digunakan, operator wajib memperhatikan Generator Set Caterpillar type 3306. Jurnal. Metrik
SOP selama bekerja, melakukan koordinasi antar Polban. Vol. 5, No. 1, 41-47. Politeknik Negeri
sesama pekerja atau operator, melakukan sistem Bandung. Bandung
penyimpanan yng baik terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar, melakukan pengawasan terhadap Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja. PPM, Jakarta.
kemungkinan timbulnya kebakaran, pemberian label
pada tempat bahan atau lembaran data keselamatan Susihono, W., Akbar, F R. 2013. Penerapan Manajemen
bahan (MSDS) pada seluruh bahan kimia yang ada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi
untuk diketahui seluruh pekerja, perhatikan posisi tubuh Potensi Bahaya. Jurnal Spektrum Industri. Vol. 11, No.
pada saaat mengangkat beban berat, menyediakan spill 2, 117-242. Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan
box, meminum obat anti mabuk sebelum bekerja bila Ageng Tirtayasa. Cilegon
perlu, mematuhi pemakaian alat pelindung diri secara
lengkap sesuai area bekerja, dan penyediaan APAR
pada area bekerja yang rawan kebakaran.

Saran
Adapun saran yang diberikan adalah dengan tetap
melakukan identifikasi bahaya secara rutin dan berkala,
adanya penerapan ”punishment dan reward” yang
sesuai agar pekerja termotivasi dalam pelaksanaan
program K3 di perusahaan, dilakukan penerapan
pedoman 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seitsuke, dan
Shitsuke) pada seluruh pekerja pada saat bekerja dan
memakai peralatan sehingga potensi bahaya dapat
diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai