Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
net/publication/322696880
DASAR-DASAR MATEMATIKA
CITATION READS
1 13,311
4 authors, including:
Hendra Cipta
State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
15 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hendra Cipta on 25 January 2018.
Oleh:
Hendra Cipta, M.Si
Medan,
Hendra Cipta
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan 1
B. Cara Menyatakan Himpunan dan Keanggotaannya 1
C. Keanggotaan Himpunan 4
ii
BAB VII RELASI ANTARA DUA HIMPUNAN
A. Pengertian Relasi 48
B. Representasi Relasi 49
C. Mengkombinasikan Relasi 50
D. Komposisi Relasi 52
53
E. Sifat-sifat Relasi
ii
BAB I
HIMPUNAN
A. PENGERTIAN HIMPUNAN
Dalam matematika konsep himpunan termasuk konsep yang tidak
didefinisikan (konsep dasar). Konsep himpunan mendasari hampir semua cabang
matematika. Perkataan himpunan digunakan di dalam matematika untuk
menyatakan kumpulan benda-benda atau objek-objek yang didefinisikan dengan
jelas. lstilah didefinisikan dengan jelas dimaksudkan agar orang dapat
menentukan apakah suatu benda merupakan anggota himpunan yang dimaksud
tadi atau tidak. Benda-benda atau objek-objek yang termasuk dalam sebuah
himpunan disebut anggota atau elemen himpunan tersebut.
Contoh 1
Kumpulan yang bukan merupakan himpunan
a. Kumpulan makanan lezat
b. Kumpulan batu-batu besar
c. Kumpulan lukisan indah
Ketiga contoh kumpulan di atas bukan merupakan himpunan sebab anggota-
anggotanya tidak didefinisikan dengan jelas.
Contoh 2
Kumpulan yang merupakan himpunan
a. Kumpulan negara-negara Asean
b. Kumpulan sungai-sungai di Indonesia
c. Kumpulan bilangan asli genap
d. Penduduk Sumatera Utara
Contoh 3
Nyatakan himpunan berikut dengan Cara Pendaftaran.
A = himpunan bilangan asli
B = himpunan bilangan ganjil kurang dari 30.
C = himpunan bilangan bulat
D = himpunan bilangan prima kurang dari 10.
E = himpunan hari dalam sepekan
Jawab:
A = 1, 2, 3,...
B = 1,3,5,..., 29
D = 2, 3, 5, 7
Keterangan:
1) Himpunan A, B, dan C adalah himpunan yang anggotanya banyak, dan
penulisanya dua kali tiga titik “…”.
2) Himpunan D dan E anggotanya dapat ditulis semua karena anggotanya sedikit.
disebut cara menyatakan himpunan dengan sifat keanggotaan juga disebut notasi
pembentuk himpunan.
Contoh 4
Nyatakan himpunan berikut dengan notasi pembentukan himpunan.
A = a, e, i, o, u
Jawab:
A = huruf hidup alfabet
Contoh 5
Berapakah bilangan kardinal dari himpunan di bawah ini?
A = a, b, c, d , e, f
C = x x bilangan asli
D = x x bilangan prima
Jawab:
A = a, b, c, d , e, f , maka kardinal A adalah n(A) = 6
adalah n(B) = 7
adalah n(C) = ~.
D adalah n(D) = ~.
Himpunan C dan D adalah himpunan yang tidak dapat ditentukan banyak
anggotanya. ”~” melambangkan bilangan kardinal tak terhingga.
b. q B
c. r B
d. s B
b. B x | x 4 8
b. G 2,3,5, 7,11
c. H 3,6,9,12,...
A. HIMPUNAN KOSONG
Himpunan A dikatakan himpunan kosong bila bilangan kardinal dari
himpunan A = 0 atau n(A) = 0. Himpunan kosong dinotasikan dengan atau
1. B = x x 2 0, x bilangan bulat
2. C = x 1 x 2, x bilangan asli
4. E = dan F =
B. HIMPUNAN SEMESTA
Himpunan semesta biasanya dilambangkan dengan U (universum) yang
berarti himpunan yang memuat semua anggota yang dibicarakan atau kata lainya
himpunan dari objek yang sedang dibicarakan. Biasanya hinpunan semesta
ditetapkan sebelum kita membicarakan suatu himpunan dengan demikian seluruh
himpunan lain dalam pembicaraan tersebut merupakan bagian dari himpunan
pembicaraan.
U = x x bilangan cacah
U = x x bilangan prima
U = x
x bilangan bulat positif atau himpunan lain yang memuat A.
B = x x mahasiswa wanita S1 Matematika kelas A UINSU ,
Maka yang menjadi himpunan semestanya adalah :
U = x x Mahasiswa wanita S1 Matematika UINSU
U = x x Mahasiswa Matematika UINSU
U = x x Mahasiswa UINSU
c. HIMPUNAN BAGIAN (SUBSET)
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya
jika setiap elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan
superset dari A. Notasi: A B
Contoh 6
Diketahui A 0, 2, 4, 6 , b 0, 2, 4, 6,8 , dan
Jelas bahwa:
A himpunan bagian B
bukan himpunan bagian C
d. HIMPUNAN BERHINGGA
Himpunan A berhingga apabila A memiliki anggota himpunan tertentu
atau n(A) = a, a bilangan cacah. Dengan perkataan lain, himpunan berhingga
adalah himpunan yang banyak anggotanya dapat dinyatakan dengan suatu
bilangan cacah.
c. C = x x nama hari dalam seminggu n(C) = 7, 7 bilangan cacah.
f. HIMPUNAN TERBILANG
Himpunan A dikatakan himpunan terbilang bila anggota himpunan A
tersebut dapat ditunjukkan atau dihitung satu persatu.
Contoh 8:
a. A = 1,2,3
Himpunan A di atas merupakan contoh himpunan terbilang sebab dapat
dihitung satu persatu, sekaligus contoh himpunan terhingga sebab n(A) = 3.
b. B = 1,2,3...
Himpunan B di atas merupakan contoh himpunan terbilang, tetapi juga
merupakan contoh himpunan tak hingga sebab n(B) = ~.
R = x 2 x 3, x bilangan real
h. HIMPUNAN TERBATAS
Himpunan A dikatakan himpunan terbatas bila himpunan A mempunyai
batas di sebelah kiri saja disebut himpunan terbatas kiri. Dan jika himpunan
tersebut hanya mempunyai batas sebelah kanan disebut himpunan terbatas kanan.
Batas sebelah kiri juga disebut batas bawah sedangkan batas sebelah kanan
disebut batas atas.
Contoh 10
a. P = 0,1,2,3 , mempunyai batas bawah 0 dan batas atas 4.
Tetapi 0 R dan 3 Q.
Khusus untuk himpunan tak terbatas yang semesta pembicaraanya bilangan real
penulisan himpunanya dapat menggunakan notasi interval.
Contoh 11
a. A = x 0 x 5 dapat ditulis 0,5
Gambar 1
Contoh 13
Diketahui himpunan A 1, 2,3, 4,5, 6 , B 1,3,5 , C 2, 4, 6 ,
a. B A e. A D
b. A C f. E C
c. D A g. A A
d. E A h. A
Jawab:
a. B A e. A D
b. A C f. E C
c. D A g. A A
d. E A h. A
Pernyataan yang benar adalah a, c, d, e, f, g, h, dan i
Dari contoh dapat disimpulkan:
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
Jika A himpunan maka A A
Contoh 16
1. A 2, 4 , maka n A 2
2. B 1 , maka n B 1
2 B , 1
n 2B 2
3. C 1,3,5 , maka n C 3
dari A ditulis n 2 A 2k .
Contoh 17
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, dan himpunan kuasa
dari himpunan {} adalah P({}) = {, {}}.
a. 1,3 A
b. 3 A
c. 4,5 A
d. 1,3 A
a. 1,3 2B
b. Q 2, 1,0,1, 2
b. himpunan P , a, a , a
9. Diketahui M x | x bilangan asli genap kurang dari 100 ,
N x | x bilangan cacah ganjil kurang dari 99 .
A. DIAGRAM VENN
Istilah diagram Venn berasal dari seorang ahli bangsa Inggris yang
menjadi tokoh logika matematika, yaitu John Venn (1834-1923). Ia menulis buku
simbolik logic dalam analisisnya menggunakan banyak diagram khususnya
diagram lingkaran, diagram tersebut kini dikenal nama diagram Venn.
Biasanya himpunan semesta digambarkan sebagai daerah persegi panjang
dan suatu himpunan bagian dari himpunan semesta ditunjukkan dengan daerah
kurva tertutup sederhana. Anggota-anggota suatu himpunan ditunjukkan dengan
noktah-noktah sedangkan anggotanya cukup banyak maka noktah sebagai wakil-
wakil anggota himpunan tidak perlu ditulis.
Contoh 1
a. Apabila U = x 1 x 6, x bilangan asli dan A = 3,4, maka diagram
Vennnya ádalah
U
A
.3 .6
.4
.2
.5
A B
.1
.3 .4 .6
.2 .5
Contoh 2
(i) B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 }, atau B = {2,
3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka B = 8
(ii) T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka T = 5
(iii) A = {a, {a}, {{a}} }, maka A = 3
(iv) E = { x | x adalah bilangan bulat positif kurang dari 1}, maka E = 0,
karena tidak ada bilangan positif yang kurang dari 1.
C. RELASI ANTAR-HIMPUNAN
Coba perhatikan dan amati contoh-contoh sebelumnya. Ternyata ada yang
mempunyai anggota yang sama, ada himpunan berada dalam himpunan yang lain
dan ada pula himpunan yang tidak beranggota. Ini semua menunjukkan bahwa
antara dua himpunan ada hubungan atau relasi.
1. Himpunan Berpotongan
Himpunan berpotongan dinotasikan dengan " " . Dua himpunan A dan B
dikatakan berpotongan jika ada anggota A saja, ada anggota B saja dan ada
anggota sekutu A dan B.
Contoh 3
A = 1,2,3,4,5,6
B = 2,4,6,8
A B
.1 .2
.3 .4 .8
.5 .6
Keterangan:
Ada anggota A saja yaitu 1,3,5
Ada anggota B saja yaitu 8 -
Ada anggota sekutu A dan B yaitu 2,4,6, maka AB
Diagram Venn:
U
A B
Contoh 4
Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.
Contoh 5
A = 1,3,5,7 dan B = 2,4,6,8, maka A // B.
Diagram Vennnya
.1 .5 .2 .4
.3 .6
.7 .8
A B
3. Famili Himpunan
Anggota dari suatu himpuan itu dapat berupa obyek apa saja. Jadi dapat
terjadi bahwa anggota suatu himpunan adalah himpunan. Agar istilah yang
digunakan tidak membingungkan, maka himpunan yang mempunyai anggota
himpunan ini dinamakan famili himpunan. Diberi notasi A,B,C, D,...
Contoh 6
a. Misalkan A = 2,5 , 3 , 4, 6
Contoh 7
Misalkan A adalah suatu himpunan. Famili semua himpunan bagian dari A ditulis
B = 1,3 , 2, 4, 6,8 , 5 , 7
,a ,b ,c ,d ,a, b ,a, c ,a, d ,b, c, b, d , a, b, c, a, b, d , a, c, d , b, c, d
terdapat 16 anggota.
Jadi,
P A , a , b , c , d , a, b , a, c , a, d , b, c , b, d , a, b, c , a, b, d , a, c, d , b, c, d
Contoh 8
Misalkan A a, b, c, d , B c, b, a, d , dan C a, b, b, a, c, d
Contoh 9
(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0 }, maka A = B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A B
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C
Contoh 10
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab A = B=4
Contoh 11
Jika A = a, b, c, d dan B = p, q, r , s, maka A ~ B, dan n(A) = n(B) yaitu 4.
Diagram Vennnya
A B
.a .p
.b .q
.c .r
.d .s
A~B
B = 2,4,6,...50
b. P = l , i, k , u
Q = k , u, l , i
3. A B
D
C
A B = x x A atau x B atau x A dan B , dan jika dinyatakan dengan
Contoh 1
Jika A = a, b, c
B = c, d , e
Maka A B a, b, c, d
Diagram Vennnya
A B
a d
c
b e
A B
B = 1,2,3,4,5,6 berarti A B
Maka A B = 1,2,3,4,5,6 = B
Diagram Vennnya
Gambar 2
.B AB A B = B
.A .2
.5 .3 .1
.4
.6
A B
Contoh 3
Jika A = 1,2,3 dan B = 4,5,6, maka A B = 1,2,3,4,5,6
Diagram Vennnya
U
A B
.1 .4
.2 .5
.3 .6
A B
Contoh 4
Jika A = a, b, c, maka A A = a, b, c
Maka A U = a, b, c, d , e
Jadi A U = U
Contoh 6
Jika A = 1,2,3 dan B = 3,4,5,6 , maka A B = 3.
Diagram Venn
A B
.1 .4
.5
.2 .3
.6
Contoh 7
Jika A = a, b, c dan B = d , e, f , maka A B =
A B
.a .d
.b .e
.c .f
A B
Contoh 8
Jika A = 1,2,3,4,5 dan B = x x bilangan asli < 8
Maka A B = 1,2,3,4,5 = A
Diagram Venn
B
A
.6
.2 .7
.3 .1
.4 .5
Contoh 9
Jika A = a, i, u maka A A = a, i, u = A dan bila A = , berarti tidak
ada anggotanya. Jadi A A = A dan A = .
Contoh 10
Jika U = 1,2,3,4,5 dan A = 1,2,3 maka A S = 1,2,3
U = himpunan semesta. Jadi A U = A.
A’
Contoh 11
Diketahui U = x x bilangancacah 10
B‟ = 0,1,2,3,7,8,9
Jadi (A B)‟ = A‟ B‟
A B
A B .0
.3 .4 .3 .4 .2
.1 .5 .1 .5
.7 .6 .7 .6
.6 .9
A‟ B‟ = 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Jadi (A B)‟ = A‟ B‟
Dengan diagram Venn,
(A B)‟ = A‟ B‟
A B
A B .0
.3 .4 .3 .4 . 2
.1 .5 .1 .5
.7 .6 .7 .6
.6 .9
Gambar sebelah kiri menyajikan daerah yang diarsir mendatar sebagai (A B)‟.
Sedangkan gambar sebelah kanan, daerah yang diarsir mendatar sebagai A‟ dan
daerah yang diarsir tegak sebagai B‟. Daerah yang diarsir tegak dan mendatar
merupakan daerah A‟ B‟. Jadi daerah yang ditunjukkan (A B)‟ sama dengan
yang ditunjukkan A‟ B‟.
b. ( x, y) x 2 ( x, y) y 2
2. Jika U = 1,2,3,4,5,6,7
d. B C C
e. C C A
A. SELISIH HIMPUNAN
Selisih antara dua himpunan A dan B dilambangkan dengan A – B adalah
himpunan semua anggota yang menjadi anggota A dan tidak menjadi anggota B.
Dengan perkataan lain himpunan baru yang anggota-anggotanya terdiri dari
anggota A dan yang tidak menjadi anggota himpunan B. Demikian pula
sebaliknya B – A berarti bahwa semua anggota yang unsur B dan tidak menjadi
unsur A.
Jika dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan maka:
A B x | x A dan x B A BC
B A x | x B dan x A B AC
Dan bila dinyatakan dengan diagram Venn, maka daerah yang diarsir
merupakan hasil selisih kedua himpunan tersebut.
Contoh 1
Tinjau (i), (ii), dan (iii) dibawah ini:
(i) Jika A 1, 2,3,...,10 dan B 2, 4,6,8,10 , maka A B 1,3,5,7,9 dan
B A .
(ii) 1,3,5 1, 2,3 5 tetapi 1, 2,3 1,3,5 2
(iii) A = himpunan fungsi menerus (kontinu) dan terbatas di dalam selang [0, 1]
B = himpunan fungsi differentiable di dalam selang [0, 1]
B – A = himpunan fungsi differentiable tak terbatas di dalam selang [0, 1]
Maka A – B = 1,3,5 = A
B – A = 6,7,8,9 = B
Dengan diagram Venn
U U
A B A B
.1 .6 .1 .6 .8
.2 .7 .2 .7
.3 .8 .9 .3 .9
A–B B–A
Contoh 3
Jika A = 1,2,3,4,5 dan B = 1,2,3 maka A – B = 4,5
B – A = , karena tidak ada anggotanya atau semua anggota B merupakan
anggota A.
Contoh 4
Jika A 1,2,3,4,5, maka A – A = dan A – = A
A B A B A B A B B A
Dan bila dinyatakan dengan diagram Venn, maka daerah yang diarsir
merupakan hasil jumlah himpunan A dan B.
A + B = (A B) – (A B)
Contoh 5
Diketahui: A = a, b, c, d , B = b, c, d , e, f dan C = c, e, f , h, menunjukkan:
a) A + B = (A B) – (A B)
= a, b, c, d , e, f - b, c, d
= a, e, f
b) (A + B) = A + (B + C)
A + B = a, e, f (A + B) + C = a, c, f , g , h
C = c, e, g , h
B + C = b, d , f .g , h A + (B + C) = a, c, f , g , h
A = a, b, c, d
Jadi (A + B) + C = A + (B + C)
Contoh 6
(i) Jika A 2, 4,6 dan B 2,3,5 , maka A B 3, 4,5,6
pertama dan y urutan kedua. Hasil kali A dan B biasanya disebut produk Cartesius
atau hasil kali Cartesius.
Notasi: A B x, y | x A dan y B .
Contoh 7
Jika A = 1,2 dan B = 4,5,6 maka:
Contoh 8
Diketahui A = 0,1 , B = x, y.
Tentukan: a. A x A
b. B x B
c. A x B
d. B x A.
Jawab:
Contoh 9
Diketahui: A = 0,1 , B = 1,2 dan C = x, y
Tentukan:
a. A x (B C) = (A x B) (A x C)
b. A x (B C) = (A x B ) (A x C)
Jawab:
a. A x (B C) = (A x B) (A x C)
B C = 1,2, x, y
A x (B C) = 0,1 , 0,2, 0, x, 0, y, 1,1 , 1,2, 1, x, 1, y …….(1)
b. A x (B C) = (A x B ) (A x C)
(A C ) =
A x (B C) = …….(1)
3. Hukum idempoten
a. A A = A
b. A A = A
4. Hukum komplemen
a. A AC = U
b. A AC =
c. UC =
5. Hukum involusi
A
C C
U
b. A A B A
8. Hukum asosiatif
a. A (B C) = (A B) C
b. A (B C) = (A B) C
9. Hukum distributif
a. A (B C) = (A B) (A C)
b. A (B C) = (A B) (A C)
c. (A B) C = (A B) (A C)
d. (A B) C = (A C) (B C)
A B AC BC A B
C
AC BC
C
A (B C) (A B) (A C)
Contoh 14
Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa:
(i) A ( AC B) = A B
(ii) A ( AC B) = A B
Bukti:
(i) A ( AC B) = ( A AC ) (A B) (Hukum distributif)
= U (A B) (Hukum komplemen)
= AB (Hukum identitas)
b. B A g. A C
C
A A
C C
h. A B C
C
c.
i. A B C C
C
d. B C C
e. C C A j. BC A C C
a. P Q
b. Q P
c. P Q P Q
d. P Q P Q
c. A B C A C
6. Buktikan bahwa:
a. A B C A B C
b. A B C A B A C
c. A B C A B A C
Contoh 1
Diketahui A = p, q, r, s dan B = q, r, s
Tentukan n(A B)
Jawab:
n(A B) = n (A) + n(B) – n(A B)
n(A) = 4, n(B) = 3, n(A B) = 3
Jadi, n(A B) = 4 + 3 – 3 = 4
Contoh 2
Diketahui A = a, b dan Q = c, d
Tentukan n(A B)
Jawab:
n(A) = 2, n(Q) =2, n(P Q) = 0
n(A B) = 2 + 2 – 0 =4
Dari contoh 12, P Q menyebabkan n(P Q) = n(P) + n(Q).
Contoh 3
Diketahui : A = p, q, s, B = p, q, r, C = q, s. Tentukan n A B C
Contoh 4
Diketahui n(A) = 27, n(B) = 43, dan n(A B) = 60. hitunglah nilai dari n(A B)!
Jawab:
A B = A + B – (A B) sehingga:
n(A B) = n(A) + n(B) – n(A B)
n(A B) = n(A) + n(B) – n(A B)
= 27 + 43 – 60
= 70 – 60
n(A B) = 10
Contoh 5
Dua himpunan sebagaimana dalam gambar, diberikan n(P) = 7, n(Q) = 11, dan
n(P Q) = 5. Carilah n(P Q)!
S P Q
Jawab
n(P Q) = n(P) + n(Q) – n(P Q)
= 7 + 11 – 5
= 18 – 5
n(P Q) = 13
Contoh 6
Dua himpunan dan banyaknya anggota dari himpunan itu ditunjukkan pada
diagram Venn berikut ini! jika n(A) = n(B),
Contoh 7
Hasil survei kegemaran mahasiswa MM-1 terhadap olahraga.
S B C
Beni Anwar
Adi Desta
Aam Kamil
Doni
Azis Maki
Anang
Ali Markis Ari
Ken
Rifqi
Modin
Contoh 8
Didalam kelas x semua ikut belajar penggunaan software maple dan matlab.
Kalau dihitung yang belajar maple ada 20 mahasiswa, 25% diantaranya juga
belajar matlab. Apabila diketahui perbandingan jumlah mahasiswa yang belajar
maple dan matlab adlah 5 : 4.
a. Buatlah diagram Venn nya
b. Berapa jumlah mahasiswa dikelas x tersebut
c. Berapa jumlah mahasiswa yang hanya belajar maple.
Jawab:
Maple : matlab
A : B
5 : 4
20 orang
NA =20 orang
nA nB 25% 20
= 5 orang
4
nB 20
5
= 16 orang
S A B
15 5
11
4
Contoh 9
Dalam kelas x perbandingan jumlah mahasiswa yang ikut belajar matematika
diskrit, matematika ekonomi dan fisika adalah 5 : 4 : 3, jika dihitung yang belajar
matematika diskrit ada 60 orang, 10 % diantaranya belajar matematika ekonomi
dan fisika sekaligus. 15% diantaranya belajar matematika ekonomi dan 15 %
lagi belajar fisika . Dan yang belajar fisika dan matematika ekonomi tetapi tidak
belajar diskrit 10 orang. Tentukanlah:
a. Buatlah diagram Venn nya
b. Berapa jumlah mahasiswa dikelas x
c. Berapa jumlah mahasiswa yang hanya belajar fisika tetapi tetapi tidak diskrit
dan matematika ekonomi
Jawab :
Matematika diskrit : ekonomi : fisika
D E F
5 : 4 : 3
4 3
60 orang 20 48 60 36
5 5
a. Diagram Venn
S Diskrit Ekonomi
48 3
6 29
4
3 6
10
17
Fisika
c. 17 orang
5. Jika P = x x bilanganbulat 5 x 1
Q = x x bilanganbulat 1 x 4
Tentukan P – Q dan Q – P ?
7. Dari 1200 mahasiswa diketahui bahwa 582 orang menguasai Word, 627 orang
menguasai Excel, 543 orang menguasai SPSS, 227 orang menguasai Word
A. PENGERTIAN RELASI
Cara yang paling mudah menyatakan hubungan antara elemen dari dua
himpunan adalah dengan pasangan terurut. Himpunan pasangan terurut diperoleh
dari perkalian kartesian (cartesian product) antara dua himpunan.
Notasi A B a, b | a A dan b
Relasi antara himpunan A dan B disebut relasi biner. Relasi biner R antara
himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A B.
Notasi: R (A B).
Jika a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang artinya a dihubungankan
dengan b oleh R. Jika a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang artinya a tidak
dihubungkan oleh b oleh relasi R. Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari
R, dan himpunan B disebut daerah hasil (rane atau codomain) dari R.
Contoh 1
Misalkan A = {Amir, Budi, Cecep} adalah himpunan nama mahasiswa, B =
{IF221, IF251, IF342, IF323} adalah himpunan kode matakuliah di prodi
matematika. Perkalian kartesian antara A dan B menghasilkan himpunan pasangan
terurut yang jumlah anggotanya A . B 3.4 12 buah yaitu:
Contoh 4
Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x, y)
R jika x adalah faktor prima dari y. Maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}.
B. REPRESENTASI RELASI
Lihat kembali contoh 1, 3, dan 4.
Relasi biner dapat direpresentasikan dengan:
1. Representasi relasi dengan diagram panah
B Q
A A A
P
2
IF221 2 2
Amir 2
4 3 3
IF251
Budi
3
8 4 4
IF342
Cecep
4 9 8 8
IF323
15 9 9
dihubungkan dengan bj, dan bernilai 0 jika ai tidak dihubungkan dengan bj.
Matriks representasi relasi merupakan contoh matriks zero-one.
Relasi R pada Contoh 1 dapat dinyatakan dengan matriks
0 1 0 1
1 1 0 0
0 0 0 1
yang dalam hal ini, a1 = Amir, a2 = Budi, a3 = Cecep, dan b1 = IF221, b2 = IF251,
b3 = IF342, dan b4 = IF323.
Relasi R pada Contoh 4 dapat dinyatakan dengan matriks
1 1 1 0 0
0 0 0 1 1
0 1 1 0 0
dalam hal ini, a1 = 2, a2 = 3, a3 = 4, dan b1 = 2, b2 = 4, b3 = 8, b4 = 9, b5 = 15.
C. MENGKOMBINASIKAN RELASI
Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi
himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara dua relasi
atau lebih juga berlaku.
Contoh 5.
Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}.
Relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)}
Relasi R2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R2 = {(a, a)}
R1 R2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R2 = {(b, b), (c, c)}
R2 R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
R1 R2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
Contoh 6
Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 0 0 1 0
R1 = 1 0 1 dan R2 = 0 1 1
1 1 0 1 0 0
1 1 0
Maka MR1 R2 = MR1 MR2 = 1 1 1
1 1 0
0 0 0
MR1 R2 = MR1 MR2 = 0 0 1
1 0 0
Contoh 7
Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari
himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t),
(8, u)} adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}.
Maka komposisi relasi R dan S adalah:
S R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:
2
1
4 s
2 t
6
3 8 u
Contoh 8
Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 1 0 1 0
R2 =
1
R1 =
0
dan
1 1 0 0
0 0 0
1 0 1
maka matriks yang menyatakan R2 R1 adalah:
(1 0) (0 0) (1 1) (1 1) (0 0) (1 0) (1 0) (0 1) (1 1)
(1 0) (1 0) (0 1) (1 1) (1 0) (0 0) (1 0) (1 1) (0 1)
=
(0 0) (0 0) (0 1) (0 1) (0 0) (0 0) (0 0) (0 1) (0 1)
1 1 1
=
0 1 1
0 0 0
E. SIFAT-SIFAT RELASI
1. Refleksif (reflexive)
Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a) R untuk setiap a
A. Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a A sedemikian
sehingga (a, a) R.
Contoh 9
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan
A, maka:
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4)} bersifat
refleksif karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2,
2), (3, 3), dan (4, 4).
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat refleksif
karena (3, 3) R.
Contoh 10
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif
karena setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya sendiri, sehingga
(a, a)R untuk setiap a A.
2. Menghantar (transitive)
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b) R dan (b, c) R
maka (a, c) R, untuk a, b, c A.
(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena (2, 4) dan (4, 2)
R, tetapi (2, 2) R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) R, tetapi (4, 3) R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
(d) Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar karena tidak ada (a, b) R dan (b, c)
R sedemikian sehingga (a, c) R.
(e) Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu menghantar.
Contoh 12
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat
menghantar. Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka
terdapat bilangan positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c = nb. Di sini
c = nma, sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat
menghantar.
Contoh 13
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
Contoh 14
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan
A, maka:
(a) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat
setangkup karena jika (a, b) R maka (b, a) juga R. Di sini (1, 2) dan
(2, 1) R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2) R.
(b) Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena (2, 3) R,
tetapi (3, 2) R.
(c) Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup karena 1 = 1 dan (1, 1)
R, 2 = 2 dan (2, 2) R, dan 3 = 3 dan (3, 3) R. Perhatikan bahwa R
juga setangkup.
(d) Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup karena (1, 1) R
dan 1 = 1 dan, (2, 2) R dan 2 = 2 dan. Perhatikan bahwa R tidak
setangkup.
Contoh 15
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup
karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b.
Sebagai contoh, 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu,
(2, 4) R tetapi (4, 2) R. Relasi “habis membagi” tolak-setangkup karena jika a
habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b. Sebagai contoh, 4 habis
membagi 4. Karena itu, (4, 4) R dan 4 = 4.
Contoh 16
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3 tidak
lebih besar dari 5.
S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.
T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3) bukan
anggota T.
S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2) S dan (4, 2) S tetapi
4 2.
Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan)
yang dalam hal ini pasangan terurut a, b R jika dan hanya jika a b !
2. Nyatakan relasi R 1, 2 , 2,1 , 3,3 , 1,1 , 2, 2 pada X 1, 2,3 dalam
3. Untuk tiap relasi pada 1, 2,3, 4 berikut, tentukan apakah ia bersifat refleksif,
4. Misalkan R adalah relasi 1, 2 , 1,3 , 2,3 , 2, 4 , 3,1 dan S adalah relasi
a. R S
b. R S
c. R S
d. S R
A. PENGERTIAN FUNGSI
Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu
fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di
dalam B. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan
f:AB
yang artinya f memetakan A ke B.
A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil
(codomain) dari f. Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.
Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b
di dalam B. Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a
dinamakan pra-bayangan (pre-image) dari b.
Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah (range) dari
f. Perhatikan bahwa jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper
subset) dari B.
A B
a b
Gambar 1
Contoh 1
Relasi f = {(1, u), (2, v), (3, w)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi
dari A ke B. Di sini f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w. Daerah asal dari f adalah A dan
daerah hasil adalah B. Jelajah dari f adalah {u, v, w}, yang dalam hal ini sama
dengan himpunan B.
Contoh 2
Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi
dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan dari dua elemen A. Daerah asal
fungsi adalah A, daerah hasilnya adalah B, dan jelajah fungsi adalah {u, v}.
a 1
b 2
c 3
d 4
5
Gambar 2
Contoh 4
Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w, x} adalah
fungsi satu-ke-satu, Tetapi relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B
= {u, v, w} bukan fungsi satu-ke-satu, karena f(1) = f(2) = u.
Contoh 5
Misalkan f : Z Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan
fungsi satu-ke-satu?
Penyelesaian:
(i) f(x) = x2 + 1 bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua x yang bernilai
mutlak sama tetapi tandanya berbeda nilai fungsinya sama, misalnya f(2) = f(-
2) = 5 padahal –2 2.
(ii) f(x) = x – 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a b, a – 1 b – 1.
Misalnya untuk x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.
A B
a 1
b 2
c 3
Gambar 3
Contoh 6
Relasi f = {(1, u), (2, u), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi
pada karena w tidak termasuk jelajah dari f. Relasi f = {(1, w), (2, u), (3, v)} dari A
= {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} merupakan fungsi pada karena semua anggota B
merupakan jelajah dari f.
Contoh 7
Misalkan f : Z Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan
fungsi pada?
Penyelesaian:
(i) f(x) = x2 + 1 bukan fungsi pada, karena tidak semua nilai bilangan bulat
merupakan jelajah dari f.
(ii) f(x) = x – 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada
nilai x yang memenuhi, yaitu y = x – 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.
Contoh 9
Fungsi f(x) = x – 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena f
adalah fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.
Contoh 10
Gambar 3, memperlihatkan perbedaan antara fungsi satu-ke-satu tetapi bukan
pada, fungsi pada tetapi bukan satu-ke-satu, bukan fungsi satu-ke-satu maupun
fungsi pada, dan bukan fungsi.
Fungsi satu-ke-satu bukan pada Fungsi pada, bukan satu-ke-satu
B A
A B
1 a
a 1
2 b
b 2
3 c
c 3
4 dc
a 1
a 1
b 2
b 2
c 3
c 3
dc 4
dc 4
Gambar 4
Contoh 11
Relasi f = {(1, u), (2, w), (3, v)} dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi
-1
yang berkoresponden satu-ke-satu. Balikan fungsi f adalah f = {(u, 1), (w, 2),
(v, 3)}. Jadi, f adalah fungsi invertible.
Contoh 12
Tentukan balikan fungsi f(x) = x – 1.
Penyelesaian:
Fungsi f(x) = x – 1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, jadi balikan
fungsi tersebut ada. Misalkan f(x) = y, sehingga y = x – 1, maka x = y + 1. Jadi,
balikan fungsi balikannya adalah f -1(y) = y +1.
Gambar 5
Contoh 13
Diberikan fungsi g = {(1, u), (2, u), (3, v)} yang memetakan A = {1, 2, 3} ke B =
{u, v, w}, dan fungsi f = {(u, y), (v, x), (w, z)} yang memetakan B = {u, v, w} ke
C = {x, y, z}. Fungsi komposisi dari A ke C adalah f g = {(1, y), (2, y), (3, x)}.
Contoh 14
Diberikan fungsi f(x) = x – 1 dan g(x) = x2 + 1. Tentukan f g dan g f .
Penyelesaian:
(i) (f g)(x) = f(g(x)) = f(x2 + 1) = x2 + 1 – 1 = x2.
(ii) (g f)(x) = g(f(x)) = g(x – 1) = (x –1)2 + 1 = x2 – 2x + 2.
c. f x x 2
1
b. f n n3
n
c. f n
2
berikut:
f 1, 2 , 2,3 , 2,1 , 4,3
g 1, 2 , 2, 4 , 3,1 , 4,3
h 1, 2 , 2,1 , 3,1 , 4, 4
b. Tentukan f g , g h, g 1 h, g g 1 , g f , h 1 g , h f , h 1 h 1
C p, q, r , s .
C w, x, y, z .
a. Tuliskan f g
b. Tuliskan g f
Logika adalah suatu metode atau teknik yang digunakan untuk meneliti
ketepatan penalaran. Ketepatan penalaran adalah kemampuan untuk menarik
konklusi (kesimpulan) yang tepat dari bukti-bukti yang ada. Penalaran adalah
suatu bentuk pemikiran. Secara umum logika dibedakan menjadi logika deduktif
dan logika induktif.
Logika deduktif menelaah tentang bentuk atau pola dari prinsip-prinsip
penarikan kesimpulan yang sah. Logika deduktif juga disebut logika formal,
karena yang dibicarakan hanyalah bentuk dari penarikan kesimpulan yang sah
terlepas dari isi yang dibicarakan.
Sedangkan logika induktif membahas tentang prinsip-prinsip penarikan
kesimpulan yang sah yang bersifat umum berdasarkan hal-hal yang bersifat
khusus. Logika induktif juga disebut logika material karena berusaha menemukan
prinsip penalaran yang tergantung kesesuaiannya dengan kenyataan.
A. PROPOSISI (PERNYATAAN)
Proposisi (penyataan) adalah kalimat yang mempunyai nilai benar (true)
atau salah (false) tetapi tidak sekaligus benar dan salah, dan pernyataan itu disebut
kalimat tertutup.
Contoh 1
a. (salah)
b.
c. 3 adalah bilangan prima (benar)
d. 10 habis dibagi 3 (salah)
e. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama
f. 2 + 2 = 4
g. Kemarin hari hujan
h. Suhu dipermukaan laut Kaspia adalah 21 derajar Celcius
i. Kehidupan nyata ada di planet bumi
No. Operator
Urut Nama Lambang Arti dalam Bahasa Sehari-hari
1. Negasi tidak, bukan
2. Konjungsi dan, tetapi, meskipun, walaupun
3. Disjungi atau
4. Implikasi jika … maka …
5. Biimplikasi jika dan hanya jika … maka …
Contoh 3
a. ……………………………. (S)
………………………….. (B)
b. Putri memakai baju putih
Putri tidak memakai baju putih
2. Konjungsi
Merupakan pernyataan majemuk dengan kata penghubung “dan”. Dua
pernyataan dan yang dinyatakan dalam bentuk disebut konjungsi dan
dibaca dan .
Nilai kebenaran konjungsi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
B B B
B S S
S B S
S S S
Contoh 4
a.
B B S S
B S S S
S B B B
S S B S
B B B
B S B
S B B
S S S
Contoh 5
a.
B B S S S
B S S B B
S B B S B
S S B B B
4. Implikasi
Dua pernyataan dan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat “jika
maka ” disebut implikasi / kondisional / pernyataan bersyarat dan dilambangkan
sebagai .
Nilai kebenaran implikasi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
B B B
B S S
S B B
S S B
B B B B
B S S S
S B S B
S S S B
5. Biimplikasi
Biimplikasi adalah pernyataan dan , yaitu bernilai benar jika
dan mempunyai nilai kebenaran yang sama.
Nilai kebenaran biimplikasi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.
B B B
B S S
S B S
S S B
B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B
B B B B
B S S S
S B S S
S S S B
b. 3 bilangan prima
3 hanya mempunyai dua faktor pembagi
3 bilangan prima jika dan hanya jika 3 hanya mempunyai dua faktor
pembagi
Pada kolom ke enam dan ke tujuh terlihat bahwa pernyataan majemuk itu untuk
semua nilai kemungkinan p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama.
Dari tabel kolom kelima dan keenam terlihat bahwa kedua pernyataan majemuk di
atas ekuivalen.
Contoh 9
Tentukan ingkaran dari p q ?
Penyelesaian:
p q p q
p q
p q
Contoh 10
Tunjukkan p p q dan p q keduanya ekivalen secara logika.
Penyelesaian:
p p q p p q (Hukum De Morgan)
p p p q (Hukum distributif)
T p q (Hukum negasi)
p q (Hukum identitas)
Penyelesaian:
p p q p F p q (Hukum De Morgan)
p F q (Hukum distributif)
p F (Hukum negasi)
p (Hukum identitas)
Contoh 12
Buktikan bahwa p q p q p ?
Penyelesaian:
p q p q p q p q (Hukum De Morgan)
p q p q (Hukum negasi ganda)
p q q (Hukum distributif)
p F (Hukum negasi)
p (Hukum identitas)
Contoh 13
Implikasi “ Jika 2 + 5 = 7 maka 7 bilangan ganjil” adalah ekuivalen dengan
“ Jika 7 bukan bilangan ganjil maka 2 + 5 7.
Contoh 14
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berikut: “Jika Amir
mempunyai mobil, maka ia orang kaya”.
Konvers : Jika Amir orang kaya, maka ia mempunyai mobil
Invers : Jika Amir tidak mempunyai mobil, maka ia bukan orang kaya
Kontraposisi : Jika Amir bukan orang kaya, maka ia tidak mempunyai mobil
Contoh 15
Tentukan kontraposisi dari pernyataan:
a. Jika dia bersalah maka ia dimasukkan kedalam penjara
b. Jika 6 lebih besar dari 0 maka 6 bukan bilangan negative
c. Hanya jika ia tidak terlambat maka ia akan mendapat pekerjaan itu
Penyelesaian:
a. Jika ia dimasukkan ke dalam penjara, maka ia tidak bersalah
b. Jika 6 bilangan negatif, maka 6 tidak lebih besar dari 0
c. Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Jika ia mendapat pekerjaan itu
maka ia tidak terlambat”, sehingga kontraposisinya adalah “jika ia terlambat
maka ia tidak akan mendapat pekerjaan itu”
3. Misalkan p adalah Hari ini hari Senin, q adalah Hujan turun, dan r adalah Hari
ini panas. Terjemahkan notasi simbolik ini dengan kata-kata:
a. q p
b. p q r
c. p r r
d. p q r p
e. p q r r q p
c. p q p
d. q p p q
e. p q r p
f. p q p
c. q p p q
d. p q p q keduanya adalah Tautologi
A. INFERENSI LOGIKA
Misalkan kepada kita diberikan beberapa proposisi. Kita dapat menarik
kesimpulan baru dari deret proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan
penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi disebut inferensi (inference).
Penarikan kesimpulan suatu argumen dimulai dari ditentukannya himpunan
pernyataan tunggal yang saling berelasi dan telah diketahui kebenarannya,
kemudian dapat diturunkan suatu pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk.
Himpunan pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang ditentukan
(diketahui) disebut premis. Pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang
diturunkan dari premis-premis disebut kesimpulan (konklusi). Kumpulan satu atau
lebih premis yang sudah dibuktikan kebenarannya dan satu konklusi yang
diturunkan dari premis-premisnya disebut argumen.
Suatu argumen dikatakan sah (valid) jika dapat dibuktikan bahwa argumen
itu merupakan suatu tautologi untuk semua nilai kebenaran premis-premisnya.
Metode yang sederhana untuk membuktikan suatu argument sah (valid) adalah
dengan bantuan tabel kebenaran.
Pola penarikan kesimpulan disajikan dengan bentuk.
Premis (1)
Premis (2)
Premis (3)
………… …
Premis (n)
Konklusi
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Contoh 1
Tunjukkan bahwa persamaan kuadrat mempunyai dua akar
real yang sama.
Jika diskriminan persamaan sama dengan nol,
maka persamaan tersebut mempunyai dua akar real yang sama
b. Modus Tollens
Modus tollens adalah argumentasi yang berbentuk
atau dituliskan:
(benar)
(benar)
(benar)
Contoh 2
Jika sama sisi, maka
c. Silogisme Hipotesis
Silogisme adalah argumentasi yang berbentuk atau
dituliskan :
(benar)
(benar)
(benar)
Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa silogisme merupakan
argumentasi yang sah yaitu :
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B
Contoh 3
Jika pada berlaku maka
Jika atau maka adalah sama kaki atau siku-
siku
Jika pada berlaku maka sama kaki
atau siku-siku
Contoh 4
Inferensi:
Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan
Saya tidak belajar dengan giat. Karena itu, saya menikah tahun depan
Dengan kaidah silogisme disjungtif:
Premis 1 : Saya belajar dengan giat atau saya menikah tahun depan
Premis 2 : Saya tidak belajar dengan giat
Konklusi : Saya menikah tahun depan
e. Aturan Konjungsi
Premis 1 : p
Premis 2 : q
Konklusi : p q
Contoh 5
Premis 1 : Bunga ros berwarna merah
Premis 2 : Bunga melati berwarna putih
Konklusi : Bunga ros berwarna merah dan bunga melati berwarna putih
Contoh 6
Premis 1: Jika 5 bukan bilangan prima maka 5 mempunyai faktor lain di
samping 1 dan 5
Konklusi : 5 adalah bilangan prima
Contoh 7
Premis 1 : Ia rajin dan pandai Premis 1 : Ia rajin dan pandai
Konklusi : Ia rajin Konklusi : Ia pandai
Contoh 8
Premis 1 : x + 3
Konklusi : x + 3 atau x – 2
Contoh 8
Premis 1 : Jika ada banjir maka lalu lintas macet
Premis 2 : Jika ada kendaraan mogok maka lalu lintas macet
Konklusi : Jika ada banjir atau kendaraan mogok, maka lalu lintas macet
Contoh 9
Premis 1 : Jika x genap maka x2 genap
Premis 2 : Jika x kelipatan 9 maka x kelipatan 3
Premis 3 : x genap atau x kelipatan 9
Konklusi : x2 genap atau x kelipatan 3
Contoh 10
Premis 1 : Jika x genap maka x2 genap
Premis 2 : Jika x kelipatan 9 maka x kelipatan 3
Premis 3 : x2 ganjil atau x bukan kelipatan 3
Konklusi : x ganjil atau x bukan kelipatan 9
Salah satu cara untuk mengubah predikat menjadi suatu kalimat adalah dengan
mensubstitusi semua variabelnya dengan nilai-nilai tertentu.
Misalkan:
p(x) : x habis dibagi 5 dan
x disubstitusikan dengan 35 maka
p(x) menjadi kalimat benar karena 35 habis dibagi 5
2. Kuantor
Kuantor adalah kata-kata seperti beberapa, semua, dll yang menunjukkan
banyaknya elemen yang dibutuhkan agar predikat menjadi benar.
Ada dua macam kuantor untuk menyatakan jumlah objek yang terlibat :
b. Kuantor Eksistensial
Kuantor eksistensial menunjukkan bahwa di antara obyek-obyek dalam
semestanya, paling sedikit ada satu obyek (atau lebih, asal tidak semua) yang
memenuhi sifat kalimat yang menyatakannya.
Kata yang digunakan: terdapat, ada, beberapa, paling sedikit satu
Notasi: (x D) q(x), disingkat (x) q(x)
Bernilai Benar jika dan hanya jika paling sedikit ada satu x dalam D yang
menyebabkan q(x) benar
Hanya bernilai Salah jika untuk semua x D, q(x) bernilai salah.
Contoh 12
1. Terjemahkan kalimat di bawah ini dengan menggunakan kuantor dan
a. Beberapa orang rajin beribadah.
b. Setiap bilangan adalah negatif atau mempunyai akar riil.
Penyelesaian:
a. Jika p(x) : x rajin beribadah
maka kalimat (a) dapat ditulis (x) p(x)
b. Jika p(x) : x adalah bilangan negatif
q(x) : x mempunyai akar riil
Maka kalimat (b) dapat ditulis (x)( p(x) q(x))
Contoh 14
1. Tulislah ingkaran kalimat berikut ini :
Terdapatlah bilangan bulat x sedemikian hingga x2 = 9
Penyelesaian:
Untuk lebih memudahkan penyelesaian, terlebih dahulu kalimat ditulis ulang
dengan menggunakan kuantor kemudian barulah dituliskan ingkarannya.
Kalimat mula-mula : (x bulat) x2 = 9
Ingkaran : (x bulat) x2 9
Atau : Kuadrat semua bilangan bulat tidak sama dengan 9
Contoh 16
Apakah ingkaran kalimat: ( bilangan bulat n) ( bilangan bulat k) n = 2k
Atau : Semua bilangan bulat adalah bilangan genap.
Penyelesaian :
Ingkaran : ( bilangan bulat n) ( bilangan bulat k) n 2k.
Atau : Ada bilangan bulat yang tidak sama dengan 2 kali bilangan bulat lain.
Dengan kata lain : Ada bilangan bulat yang tidak genap
p p r
b. q p r
pq
pq
p q
c.
pr
r
5. Ada sebuah pesan wasiat yang ditemukan di sebuah rumah tua. Pesan tersebut
menggambarkan letak harta karun di sekitar rumah tersebut. Dalam pesannya
terkandung 5 statemen yang berhubungan dengan letak harta karun tersebut
sebagai berikut:
Jika rumah tua itu terletak di tepi danau, maka harta karun tidak terletak di
dapur rumah
Jika pohon di halaman depan adalah pohon kelapa, maka harta karun
disembunyikan di dapur
Rumah tua tersebut terletak di tepi danau
Pohon di depan rumah tua adalah pohon kelapa, atau harta karun
disembunyikan di bawah pagar.
Jika pohon di belakang rumah adalah pohon mangga, maka harta karun
disembunyikan di garasi
Gunakan prinsip-prinsip inferensi untuk menentukan dimanakah sebenarnya
harta karun tersebut disimpan ?
6. Dalam sebuah pulau terpencil hanya hidup 2 jenis manusia. Jenis pertama
adalah kaum Ksatria yang selalu mengatakan kebenaran, dan jenis kedua
adalah kaum Penjahat yang selalu mengatakan kebohongan. Suatu hari, anda
mengunjungi pulau tersebut dan bertemu dengan 2 orang penduduk pulau
tersebut (X dan Y) yang tidak anda ketahui jenisnya
X berkata : “Kami berdua Penjahat”
Y tidak berbicara apapun
Golongan apakah X dan Y ?
A. HIMPUNAN EKIVALEN
Untuk dua himpunan berhingga sebarang, kita dapat menentukan apakah
dua himpunan tersebut mempunyai elemen yang sama banyak atau tidak, dengan
cara menghitung banyaknya elemen dalam setiap himpunan. Untuk himpunan tak
hingga perlu didefinisikan dua himpunan dikatakan mempunyai elemen yang
sama banyaknya supaya kedua himpunan disebut ekivalen.
Definisi 1
Misalkan A dan B dua himpunan, dikatakan korespondensi satu-satu antara A
dan B atau dikatakan A ekivalen dengan B ditulis A∞B, jika terdapat sebuah
fungsi f: A B dengan f fungsi satu-satu kepada.
Contoh 1
Misalkan A = {1,2,3,4} dan B = {2,4,6,8} dan misalkan f: AB adalah fungsi
yang didefinisikan oleh f(x) = 2x maka f adalah fungsi satu-satu kepada.
Misalkan P = {0, 1} dan Q = {3, 5} dan misalkan f: P Q adalah fungsi yang
didefinisikan oleh f(x) = 2x + 3 maka f adalah fungsi satu-satu kepada.
Contoh 2
1. Selidikilah apakah himpunan semua bilangan bulat adalah himpunan terbilang?
Penyelesaian:
N: 1 2 3 4 5 6…
| | | | | |
Z: 0 –1 1 –2 2 –3 ...
Ternyata Z ekivalen dengan N jadi Z himpunan terbilang.
Contoh 3
Misalkan Q himpunan semua bilangan rasional, tunjukanlah bahwa Q himpunan
terbilang!
Penyelesaian:
Definisikan dahulu bahwa bilangan rasional adalah suatu bilangan yang berbentuk
p
dengan p dan q bilangan bulat, q 0 serta p dan q koprima (tidak mempunyai
q
a
faktor persekutuan). Untuk semua bilangan bulat ditulis dengan a, dan 0 ditulis
1
0
dengan . Bilangan-bilangan rasional tersebut dapat dikelompokkan menurut
1
indeks yang didefinisikan sebagai berikut:
p
Indeks dari p q dengan demikian didapat:
q
Indeks 1 memuat: 0, sebab p = 0,
q = 1, p q 1 .
Contoh 4
Misalkan Q adalah himpunan semua bilangan rasional, buktikanlah bahwa Q
adalah himpunan terbilang.
Bukti:
Disefinisikan dahulu bahwa bilangan rasional adalah suatu bilangan yang.
p
berbentuk dengan p dan q bilangan bulat, q 0 serta p dan q koprima (tidak
q
a
mempunyai faktor persekutuan). Untuk semua bilangan bulat ditulis dengan a,
1
0
dan 0 ditulis dengan . Bilangan-bilangan rasional tersebut dapat dikelompokkan
1
menurut indeks yang didefinisikan sebagai berikut:
Teorema 1
Jika A dan B himpunan berhingga maka A B suatu himpunan berhingga.
Bukti:
Misalkan A = {a1, a2, a3, … , an}, B = {b1, b2, b3, ..., bm}
A B = {a1, a2, a3, … , an, b2, b3, …, bm}
Jika b, diganti an + 1, maka didapat:
A B = {a1, a2, a3, … , an, an + 1, an + 2, an + 3 , …, an + m}.
Ternyata A B ekivalen dengan Nn + m jadi A B himpunan berhingga.
Teorema 2
Jika A himpunan terbilang dan B himpunan berhingga maka A B himpunan
terbilang.
Bukti:
Misalkan A = {a1, a2, a3, … , an ,…}, B = {b1, b2, b3, ..., bk}
Jika a1 pada A diganti dengan bk + 1, maka didapat:
A B = {b1, b2, b3, … , bk , bk + 1, bk + 2, …, bk + n ,…}
Maka A B ekivalen dengan N, jadi A B himpunan terbilang.
Teorema 3
Jika A himpunan terbilang dan B himpunan terbilang maka A B himpunan
terbilang.
Teorema 4
Setiap himpunan tak hingga mempunyai suatu subset yang terbilang.
Bukti:
Misalkan S himpunan tak hingga, jadi tak kosong.
Maka ada a1 S demikian juga S - {a1} tak kosong, sebab sekiranya kosong maka
S = {a1} dan ekivalen dengan N1 yang berarti S himpunan berhingga, hal ini tidak
benar. Jadi haruslah ada a2 S – {a1} juga S – {a1} tidak kosong. Proses ini dapat
diteruskan tanpa akhir. Jika unsur-unsur a1, a2, a3,…, an telah terpilih, maka masih
ada suatu an+1 S – {a1, a2, a3, …, an} sehingga S – { a1, a2, a3, …, an } tak kosong
dan seterusnya. Misalkan S*= { a1, a2, a3, …, an, …} jelaslah bahwa S* suatu
subset dari S yang terbilang (S – S* mungkin saja kosong). Dengan ini teorema 4
terbukti.
Teorema 5
Jika A1, A2, …, An masing-masing himpunan terbilang maka A1 A2 … An
adalah himpunan terbilang.
Bukti:
Kita nyatakan unsur-unsur Ai sebagai ail, ai2, ai3, untuk i= 1,2,3,...,n. Didefinisikan
indeks p untuk unsur sebagai suatu bilangan bulat positif p = i + k. Dengan
demikian p ≥ 2, sehingga didapat:
Indeks 2 memuat a11.
Indeks 2 memuat a12, a21.
Indeks 2 memuat a13, a22, a31.
Indeks 2 memuat a14, a23, a32, a41 dan seterusnya.
Setiap dari gabungan mempunyai indeks tertentu dan sebaliknya pada setiap
indeks p ≥ 2 terdapat sejumlah unsur yang berhingga banyaknya. Jadi setiap
indeks menentukan suatu kelompok unsur-unsur yang sama indeksnya dan unsur-
Teorema 6
Misalkan 𝒜 suatu koleksi terbilang dari himpunan-himpunan terbilang, maka
gabungan semua unsur koleksi tersebut adalah himpunan terbilang.
Teorema 7
Jika S suatu himpunan tak hingga dan S' suatu himpunan terbilang, maka ada
korespondensi satu-satu antara S dan S S'.
Bukti:
Diketahui S adalah himpunan tak hingga, dan S' himpunan terbilang.
Menurut teorema 7, S mengandung subset terbilang S. Misalkan M = S – S* maka
S* dan M saling asing dan S = M S*.
S S' = (M S*) S'
= M (S* S')
Contoh 5
Misalkan R himpunan semua hilangan real maka R adalah himpunan tak
terbilang, buktikanlah:
Bukti:
Misalkan R adalah himpunan yang dapat ditulis dengan pecahan desimal tanpa
akhir, sedemikian hingga tidak terdapat digit c ≠ 0 yang diikuti oleh berhingga
banyaknya digit nol.
Jadi 0,5 atau diganti 0,4999..., dan 7 diganti 6,999....
Misalkan r menyatakan bilangan real maka: r = k1, k2, k3 … kn, a1, a2, a3 … an …
bagian bulat bagian decimal.
Umpamakan R adalah himpunan terbilang, yang berarti ekivalen N. Jadi R dapat
dibariskan sebagai berikut:
r1 = B1, a11 , a12, a13, a14, a15 …
r2 = B2, a21 , a22, a23, a24, a25 …
r3 = B3, a31 , a32, a33, a34, a35 …
r4 = B4, a41 , a42, a43, a44, a45 …
r5 = B5, a51 , a52, a53, a54, a55 …
Hal di atas adalah suatu kontradiksi yang tidak dapat diterima. Hal ini muncul
karena kita misalkan R terbilang. Kesimpulan R haruslah himpunan tak terbilang.
(cara ini disebut metode Diagonal Cantor).
Contoh 6
Misalkan I adalah himpunan semua bilangan irasional, maka I adalah himpunan
tak terbilang, buktikanlah!
Bukti:
Misalkan R adalah himpunan semua bilangan real, Q himpunan semua bilangan
rasional, dan I himpunan semua bilangan rrasional, maka R = Q I.
Jelas bahwa Q dan I dua himpunan yang saling lepas. Misalkan I himpunan
terbilang.
D. BILANGAN KARDINAL
Definisi 5
Jika A dan B dua himpunan sedemikian hingga A ekivalen B maka dikatakan
bahwa A dan B mempunyai bilangan kardinal yang sama atau mempunyai
kardinalitas yang sama.
Definisi 6
Bilangan kardinal dari setiap himpunan { }, {1}, {1,2}, {1,2,3}, {1,2,3,4}, ...
berturut-turut dinyatakan oleh 0, 1, 2, 3, 4, ... dan dinamakan bilangan kardinal
berhingga (finite Cardinal).
Definisi 9
Misalkan A dan B dua himpunan,
a. Jika A ekivalen dengan suatu subset dari B maka dikatakan
kard. (A) ≤ kard. (B).
Contoh 7
Di antara pernyataan berikut manakah yang benar:
a. kard. (R) < kard. (N)
Teorema 9
Jika S himpunan tak terbilang maka kard. (S) < kard. (𝒫(S)).
Bukti:
Andaikan S himpunan tak kosong, T = {0, 1}. S' suatu subset dari S.
Didefinisikan suatu fungsi f: S T, sebagai berikut:
Jika x S' maka f(x) = 1, dan
Jika x S' maka f(x) = 0.
Ini dapat dilakukan dengan subset lain dari S. Dari definisi ini jelaslah bahwa
setiap subset S' dari S menentukan fungsi f dari S ke dalam T. Fungsi ini disebut
fungsi karakteristik. Menurut definisi di atas S sendiri dikaitkan dengan I sebab
S S, sedangkan himpunan { } dikaitkan dengan 0 sebab { } S. Sebaliknya setiap
fungsi karakteristik menentukan subset S' dari S yang unsur-unsurnya dikaitkan
dengan 1. Oleh karena itu ada korespondensi satu-satu antara himpunan kuasa
𝒫(S) dan E himpunan semua fungsi karakteristik dari S ke dalam T. Jadi dapat
dikatakan 𝒫(S) ekivalen .
Langkah 2
Dibuktikan kard. (S) < kard. (𝒫(S)).
Ada koresp. (1,1): x* {x}, yaitu koresp. (1,1) antara S dan koleksi subset-subset
dari S yang hanya mempunyai satu unsur. Ini berarti ada koresp. (1,1) antara S
dan subset murni 𝒫(S). Jadi menurut teorema 9, kard.(S) < kard.((S)).
Catatan:
Pecahan 0, a1, a2, a3, ..., an ... mengandung digit-digit yang tak berakhir dan digit-
digit yang berakhir.
Suatu bilangan rasional 0, 1 dan E dapat dinyatakan sebagai 0,01111 ... yang
1
menyatakan bilangan . Oleh karena himpunan bilangan rasional dalam E
2
terbilang, sedangkan himpunan bilangan real dari E adalah tak terbilang maka
pecahan-pecahan biner yang berakhir ini tidak akan mempengaruhi kard(E). Jadi
ada korespondensi satu-satu antara E dan 𝒫(N). Jadi dapat ditulis c = 2𝒩0 , dan
juga f = 2kard(R) = 2c = 22 𝒩0. Jadi didapat relasi sebagai berikut.
0 < c < f < … atau 0 < 2 𝒩0 < 22 𝒩0 < … .
e. Proplema Continum
Masalah yang timbul, apakah ada suatu bilangankardinal transfinit antara
𝒩0 dan 2𝒩0 ? Pertanyaan ini disebut proplema Continum.
Sampai saat ini pertanyaan tersebut belum dapat dijawab. Tetapi keras sekali
dugaan dari para ahli bahwa pertanyaan tersebut harus dijawab secara negatif,
yaitu:
2. Jika T adalah himpunan semua bilangan real yang bukan bilangan aljabar
(bilangan transeden) maka buktikan bahwa:
a. (a + b) + c = a + (b + c)
b. a + b = b + c
c. ab = ba
d. (ab)c = a(bc)
e. a(b + c) = ab + ac
Jek Siang, Jong., 2014. Logika Matematika Soal dan Penyelesaian Logika,
Himpunan, Relasi, Fungsi. Yogyakarta : ANDI.
Kenneth, H.R. 1994. Discrete Mathematics and Its Applications, 3rd ed, McGraw-
Hill.
Patrick Suppes, 1993. Introduction to Logic. Mac Milian Publishing Co. Inc.
New.
Ross, K.A., Wright, C.R.B. 1992. Discrete Mathematics, 3rd ed, Prentice Hall.
Seymoor Leipschutz, 1964. Set Theory And Releted Topics. Schaum's Outline
series. New York. Mc Graw hell Company.