Chapter I PDF
Chapter I PDF
BAB I
PENDAHULUAN
Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa
dicegah atau dihindari. Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan
terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian yang
benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena dengan konsep
yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar pula untuk
Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan
membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan
kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini
merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan
masalah yang cukup menjadi perhatian para ahli belakangan ini adalah assessment
faktor risiko penyakit tidak menular. Salah satu penyebabnya adalah karena penyakit
bentuk penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular dan infeksi menjadi
penyakit tidak menular dan kronis. Proses tersebutlah yang kerap dikenal sebagai
kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di beberapa rumah sakit.
Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi penyakit utama rawat
inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya transisi epidemiologi juga
Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit tidak
negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini terjadi secara
cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi sosial, ekonomi dan
kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyakit tidak
kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau global burden of disease
menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah atau yang
sering disebut sebagai low and middle income countries (Mirza, 2008).
Perubahan pola hidup manusia seperti gaya hidup, sosial ekonomi, urbanisasi
tradisional menjadi makanan cepat saji dan berlemak, terutama di daerah urban
meningkatnya penyakit non infeksi (degeneratif). Hal ini menunjukkan telah terjadi
transisi epidemiologi. Tentu saja penyakit ini akan menimbulkan suatu beban bagi
pelayanan kesehatan dan perekonomian suatu negara karena memerlukan biaya yang
Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes melitus. Penyakit ini
bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah
di dunia adalah sebesar 4,0% dan diperkirakan pada tahun 2025 prevalensinya akan
meningkat menjadi 5,4%. Di negara maju, jumlah penyakit diabetes melitus pada
tahun 1995 adalah sebesar 51 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
jumlah penderita diabetes melitus akan meningkat dari 84 juta orang menjadi 228 juta
orang. Diperkirakan jumlah tersebut akan naik melebihi 250 juta orang pada tahun
salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di
Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes melitus tidak terdiagnosa
karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi.
Penyakit tidak menular seperti diabetes melitus semakin hari semakin meningkat,
(Soegondo, 2004).
Indonesia jumlahnya sangat luar biasa. Pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000
jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797.470 jiwa dan diperkirakan tahun 2030
jumlah penderita bisa mencapai 21.300.000 jiwa. Data jumlah penderita diabetes di
Indonesia pada tahun 2005 sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus
Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit
diabetes melitus dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di rumah
sakit dan puskesmas Kabupaten/Kota. Untuk rawat jalan penyakit diabetes melitus ini
mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit dan 998 pasien yang dirawat di
pada tahun 2009 mencapai 108 pasien yang dirawat di rumah sakit dan 934 pasien
dirawat di puskesmas selama Januari hingga Juni 2009. Berdasarkan data tersebut
terlihat bahwa penderita diabetes melitus di Sumatera Utara masih sangat tinggi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2009
terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus.
Hingga September 2009 ada 10347 penderita diabetes melitus yang berobat ke 39
melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009).
Dari data tersebut di atas, dapat dilihat trend penyakit diabetes melitus di
masa yang akan datang, sehingga menempatkan diabetes melitus sebagai The Global
disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf. Jika positif menderita
anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu cara yang efektif yang diterapkan
pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan lain-lain yang dapat diperoleh
di klinik khusus diabetes melitus. Klinik khusus diabetes ini memberikan pelayanan
khusus kepada setiap pasien diabetes melitus dan juga membantu pasien dalam
merubah kebiasaan dan gaya hidupnya, melalui terapi perilaku, dukungan kelompok
klinik diabetes melitus di Kota Medan mencatat bahwa penderita diabetes melitus
yang ada di wilayah kerjanya ada sekitar 105 orang, akan tetapi yang mau datang
berobat dan mengikuti program-program yang ada di klinik tersebut hanya 12-15
orang (17-21%) tiap minggunya (klinik diabetes melitus buka pada hari Kamis saja),
tidak sesuai dengan harapan petugas yaitu 45-50% dari jumlah penderita. Pihak klinik
diabetes melitus sendiri merasa telah memberikan pelayanan yang baik, namun
ternyata belum sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen (penderita diabetes
sehingga faktor resiko diabetes melitus akan tetap tinggi di masa yang akan datang.
Kondisi ini membuat klinik diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering
membuat visi yang terkait dengan kondisi kesehatan Indonesia yaitu memberikan
Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi yaitu : 1. Memberikan edukasi
agar pasien diabetes melitus dapat mengatur diet sendiri, 2. Mendidik pasien agar
dan masyarakat yang mempunyai faktor resiko penyakit diabetes melitus agar tidak
diabetes melitus di lokasi penelitian alasan penderita diabetes tidak datang lagi
berobat pada waktu yang ditentukan adalah karena pada pemeriksaan terakhir mereka
memiliki kadar glukosa darah mendekati nilai normal dan akan kembali datang lagi
berobat apabila merasa kadar glukosa darahnya sudah tidak normal lagi. Selain itu
ada juga yang lupa minum obat karena cara minum obat diabetes harus sesuai dengan
anjuran dokter, sehingga masih banyak obat yang tersisa dan mereka menunggu
yang merupakan bagian dari Puskesmas Sering. Puskesmas Sering adalah puskesmas
satu-satunya yang memiliki klinik diabetes melitus di Kota Medan. Sehingga dengan
diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dan
bagaimana cara mereka memandang klinik diabetes melitus tersebut sehingga bisa
pelayanan yang dilakukan klinik diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering dan
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita diabetes
2010.
tahun 2010.
tahun 2010.
2010.
2010.
2010.
2010.
2010.
11. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan pemanfaatan klinik diabetes
1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Puskesmas Sering dan Dinas
kesehatan masyarakat.
2. Sebagai acuan bagi pihak lain yang ingin melanjutkan penelitian ini ataupun