Anda di halaman 1dari 10

11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari

berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa

dicegah atau dihindari. Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan

universal karena ada faktor-faktor di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi

terutama faktor sosial budaya. Jadi, sangat penting menumbuhkan pengertian yang

benar pada benak masyarakat tentang konsep sehat dan sakit karena dengan konsep

yang benar maka masyarakat pun akan mencari alternatif yang benar pula untuk

menyelesaikan masalah kesehatannya (Foster, 2006).

Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan

membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan

kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini

merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan

untuk mewujudkan visinya yaitu “memandirikan masyarakat untuk hidup sehat”

dengan misi “membuat masyarakat sehat” (Depkes RI, 2009).

Pemerintah sering dihadapkan pada berbagai masalah di bidang kesehatan,

masalah yang cukup menjadi perhatian para ahli belakangan ini adalah assessment

faktor risiko penyakit tidak menular. Salah satu penyebabnya adalah karena penyakit

tidak menular sekarang ini memperlihatkan tendensi peningkatan. Peningkatan

Universitas Sumatera Utara


12

penyakit tidak menular ini banyak terjadi di negara berkembang karena

perkembangan ekonominya mulai meningkat. Karena itulah maka terjadi peralihan

bentuk penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular dan infeksi menjadi

penyakit tidak menular dan kronis. Proses tersebutlah yang kerap dikenal sebagai

transisi epidemiologi (Bustan, 1997).

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya

kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di beberapa rumah sakit.

Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi penyakit utama rawat

inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya transisi epidemiologi juga

menyebabkan terjadinya transisi kebijakan yang menyeluruh (Soegondo, 2004).

Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit tidak

menular memberikan kontribusi bagi 60 persen kematian secara global. Di berbagai

negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini terjadi secara

cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi sosial, ekonomi dan

kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyakit tidak

menular akan menyebabkan 73 persen kematian secara global dan memberikan

kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau global burden of disease

sebesar 60 persen. Permasalahannya adalah sekitar 80 persen dari penyakit tidak

menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah atau yang

sering disebut sebagai low and middle income countries (Mirza, 2008).

Perubahan pola hidup manusia seperti gaya hidup, sosial ekonomi, urbanisasi

dan industrialisasi pada akhirnya akan meningkatkan prevalensi penyakit tidak

Universitas Sumatera Utara


13

menular, khususnya penyakit degeneratif. Kecenderungan untuk beralih dari makanan

tradisional menjadi makanan cepat saji dan berlemak, terutama di daerah urban

mengakibatkan perubahan penyakit yaitu menurunnya penyakit infeksi dan

meningkatnya penyakit non infeksi (degeneratif). Hal ini menunjukkan telah terjadi

transisi epidemiologi. Tentu saja penyakit ini akan menimbulkan suatu beban bagi

pelayanan kesehatan dan perekonomian suatu negara karena memerlukan biaya yang

besar untuk perawatannya (Bustan, 1997).

Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka

kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes melitus. Penyakit ini

bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah

masyarakat khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit

tersebut. Ketidaktahuan akan gambaran penyakit diabetes melitus dan kurangnya

perhatian masyarakat, serta minimnya informasi akan mempengaruhi perilaku serta

anggapan yang salah akan penyakit ini (Mirza, 2008).

Berdasarkan Laporan WHO tahun 1995, prevalensi penyakit diabetes melitus

di dunia adalah sebesar 4,0% dan diperkirakan pada tahun 2025 prevalensinya akan

meningkat menjadi 5,4%. Di negara maju, jumlah penyakit diabetes melitus pada

tahun 1995 adalah sebesar 51 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

meningkat mencapai 72 juta orang. Sementara itu, di negara sedang berkembang

jumlah penderita diabetes melitus akan meningkat dari 84 juta orang menjadi 228 juta

orang. Diperkirakan jumlah tersebut akan naik melebihi 250 juta orang pada tahun

2025 (Wiyono, 2004).

Universitas Sumatera Utara


14

Diabetes melitus yang dikenal sebagai non communicable disease adalah

salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di

Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes melitus tidak terdiagnosa

karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi.

Penyakit tidak menular seperti diabetes melitus semakin hari semakin meningkat,

dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat

(Soegondo, 2004).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah penderita diabetes melitus di

Indonesia jumlahnya sangat luar biasa. Pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000

jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797.470 jiwa dan diperkirakan tahun 2030

jumlah penderita bisa mencapai 21.300.000 jiwa. Data jumlah penderita diabetes di

Indonesia pada tahun 2005 sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus

meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2005).

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Data Surveilans Terpadu

Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit

diabetes melitus dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di rumah

sakit dan puskesmas Kabupaten/Kota. Untuk rawat jalan penyakit diabetes melitus ini

mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit dan 998 pasien yang dirawat di

487 puskesmas yang ada di 28 Kabupaten/Kota seluruh Sumatera Utara. Sedangkan

pada tahun 2009 mencapai 108 pasien yang dirawat di rumah sakit dan 934 pasien

dirawat di puskesmas selama Januari hingga Juni 2009. Berdasarkan data tersebut

Universitas Sumatera Utara


15

terlihat bahwa penderita diabetes melitus di Sumatera Utara masih sangat tinggi

(STPTM Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Penyakit diabetes melitus di Medan, sampai September 2009 merupakan

penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2009

terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus.

Hingga September 2009 ada 10347 penderita diabetes melitus yang berobat ke 39

Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita diabetes

melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009).

Dari data tersebut di atas, dapat dilihat trend penyakit diabetes melitus di

Indonesia menunjukkan prevalensi yang meningkat. Prediksi yang diajukan oleh

semua ahli epidemiologi menyebutkan angka prevalensi yang makin meningkat di

masa yang akan datang, sehingga menempatkan diabetes melitus sebagai The Global

Epidemy (PERKENI, 2009).

Diabetes melitus apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan

timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya, diantaranya: jantung, stroke,

disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf. Jika positif menderita

diabetes melitus, maka sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter dan mengikuti

anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu cara yang efektif yang diterapkan

pada diabetes melitus adalah perencanaan makan (diet), latihan (olahraga),

pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan lain-lain yang dapat diperoleh

di klinik khusus diabetes melitus. Klinik khusus diabetes ini memberikan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


16

khusus kepada setiap pasien diabetes melitus dan juga membantu pasien dalam

merubah kebiasaan dan gaya hidupnya, melalui terapi perilaku, dukungan kelompok

dan penyuluan gizi yang berkelanjutan (Soegondo, 2004).

Puskesmas Sering yang merupakan puskesmas satu-satunya yang memiliki

klinik diabetes melitus di Kota Medan mencatat bahwa penderita diabetes melitus

yang ada di wilayah kerjanya ada sekitar 105 orang, akan tetapi yang mau datang

berobat dan mengikuti program-program yang ada di klinik tersebut hanya 12-15

orang (17-21%) tiap minggunya (klinik diabetes melitus buka pada hari Kamis saja),

tidak sesuai dengan harapan petugas yaitu 45-50% dari jumlah penderita. Pihak klinik

diabetes melitus sendiri merasa telah memberikan pelayanan yang baik, namun

ternyata belum sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen (penderita diabetes

melitus). Hal tersebut menyebabkan penanganan diabetes melitus tidak optimal

sehingga faktor resiko diabetes melitus akan tetap tinggi di masa yang akan datang.

Kondisi ini membuat klinik diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering

membuat visi yang terkait dengan kondisi kesehatan Indonesia yaitu memberikan

pelayanan diabetes melitus yang berkualitas dan terjangkau ditingkat puskesmas.

Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi yaitu : 1. Memberikan edukasi

agar pasien diabetes melitus dapat mengatur diet sendiri, 2. Mendidik pasien agar

terhindar dari komplikasi diabetes melitus, 3. Memberikan penyuluhan kepada pasien

dan masyarakat yang mempunyai faktor resiko penyakit diabetes melitus agar tidak

tercetus penyakit diabetes melitus (Profil Puskesmas Sering, 2009).

Universitas Sumatera Utara


17

Melalui survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada beberapa penderita

diabetes melitus di lokasi penelitian alasan penderita diabetes tidak datang lagi

berobat pada waktu yang ditentukan adalah karena pada pemeriksaan terakhir mereka

memiliki kadar glukosa darah mendekati nilai normal dan akan kembali datang lagi

berobat apabila merasa kadar glukosa darahnya sudah tidak normal lagi. Selain itu

ada juga yang lupa minum obat karena cara minum obat diabetes harus sesuai dengan

anjuran dokter, sehingga masih banyak obat yang tersisa dan mereka menunggu

sampai obat tersebut habis.

Penelitian ini terfokus kepada Puskesmas Sering mengingat lokasi penelitian

yang merupakan bagian dari Puskesmas Sering. Puskesmas Sering adalah puskesmas

satu-satunya yang memiliki klinik diabetes melitus di Kota Medan. Sehingga dengan

diadakannnya penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sering ini akan memberikan

gambaran tentang perilaku penderita diabetes melitus terhadap pelayanan klinik

diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dan

bagaimana cara mereka memandang klinik diabetes melitus tersebut sehingga bisa

dilakukan tindakan preventif dan rehabilitatif terhadap kondisi di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku

penderita diabetes melitus terhadap pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas

Sering Kecamatan Medan Tembung sehingga dapat diketahui seberapa maksimal

pelayanan yang dilakukan klinik diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering dan

tindakan yang dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk memanfaatkan

pelayanan yang seharusnya diterimanya dari Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


18

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus (DM) dengan

Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan

Medan Tembung Tahun 2010.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita diabetes

melitus dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan

Medan Tembung tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

dan pendapatan) penderita diabetes melitus terhadap pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

2. Untuk mengetahui pengetahuan penderita diabetes melitus terhadap

pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan

Tembung tahun 2010.

3. Untuk mengetahui sikap penderita diabetes melitus terhadap pemanfaatan

klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung

tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara


19

4. Untuk mengetahui tindakan penderita diabetes melitus terhadap pemanfaatan

klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung

tahun 2010.

5. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan pemanfaatan klinik diabetes

melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.

6. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

7. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

8. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

9. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

10. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan klinik

diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun

2010.

11. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan pemanfaatan klinik diabetes

melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara


20

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Puskesmas Sering dan Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan derajat

kesehatan masyarakat.

2. Sebagai acuan bagi pihak lain yang ingin melanjutkan penelitian ini ataupun

melakukan penelitian yang sehubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai