Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. L
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 36 tahun
d. Pekerjaan/Pendidikan : Wiraswasta/ SMA
e. Alamat : RT. 18 Kel. Eka Jaya

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : anak 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
1) Mampu : Ya
2) Miskin : Tidak
d. Kondisi Rumah : Berdasarkan kunjungan rumah yang telah
dilakukan terhadap pasien diketahui bahwa saat ini kondisi rumah pasien
dalam keadaan kurang baik. Pasien tinggal di sebuah rumah kontrakan yang
sekaligus dijadikan sebagai tempat usaha fotocopy. Rumah pasien berukuran
kurang lebih 10 x 7 M, berdinding papan, lantai semen, atap terbuat dari seng,
dan memiliki ventilasi yang kurang memadai.
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, masing-masing kamar tidur tidak memiliki
jendela, rumah tidak memiliki ruang tamu dan juga ruang keluarga. Sebuah
jendela terdapat diantara kedua kamar. Sebuah dapur yang menyatu dengan
tempat mencuci piring. WC terletak di luar rumah dan biasanya digunakan
bersama dengan tetangga sebelahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari bersumber dari PDAM, listrik
PLN.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Lingkungan disekitar rumah pasien terlihat
kurang bersih dan kurang nyaman. Rumahpun terlihat berantakan karena
banyak barang-barang yang tertumpuk begitu saja dan rumah terlihat gelap.
Saat ini pasien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Selain mengurus
keluarga, sehari-harinya pasien bekerja sebagai wiraswasta membantu suami
mengelola usaha fotocopy.

1
III.Aspek Psikologis di Keluarga : Pasien merupakan seorang istri dan ibu bagi
ketiga anaknya. Menurut anamnesis yang dilakukan terhadap suami pasien,
diketahui bahwa pasien merupakan seorang yang lembut dan penyayang. Pasien
memiliki hubungan yang sangat baik terhadap keluarga, baik dengan suami
maupun anak-anaknya.

IV. Keluhan Utama :


Mata kanan terlihat merah ± sejak 1 hari yang lalu.
V. Riwayat Penyakit Sekarang :
+ Sejak 1 hari yang lalu, pasien mengeluh mata sebelah kanan terlihat merah.
Menurut pasien, mata merah tersebut muncul secara tiba-tiba. Mata sedikit terasa
gatal, pandangan tidak kabur, dan agak silau melihat cahaya. Mata kadang berair,
namun tidak banyak. Pasien juga mengeluhkan bahwa matanya menjadi terlihat
besar sebelah.
Saat bangun tidur pagi, pasien merasa kesulitan untuk membuka matanya. Mata
tersebut terasa sangat lengket akibat banyaknya kotoran mata, sehingga pasien
harus membasahinya dengan air terlebih dahulu agar matanya dapat terbuka.
Menurut pasien, kotoran matanya berwarna putih kekuningan dan kental.
Malam sebelumnya pasien sudah mencoba mengobati sakit matanya tersebut
dengan memberi obat tetes mata yang dibeli di warung, namun mata merah tidak
berkurang tetapi justru membuat kotoran matanya semakin banyak. Riwayat
alergi (-). Mata kiri tidak ada keluhan.
Hal tersebut di atas membuat pasien memutuskan untuk berobat ke puskesmas.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat Alergi (-)
- Riwayat Penyakit Sistemik:
 Riwayat Hipertensi disangkal
 Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus disangkal

2
VII. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat keluarga dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus serta alergi disangkal.

VIII. Pemeriksaan Fisik :


Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Suhu : Afebris
4. Nadi : 88 x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : Reguler
- Tipe : Thorakoabdominal
6. Tinggi badan : 155 cm
7. Berat badan : 50 Kg
8. Kulit
- Warna : Sawo matang
- Turgor : Baik, < 2 detik
- Lembab / kering : Lembab
- Lapisan lemak : Ada
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : Normocephal
Ekspresi : Biasa
Simetri : Simetris
2. Mata : Status oftalmologi
3. Hidung : Tak ada kelainan
4. Telinga : Tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : Normal
Gigi geligi : Karies (+)
Palatum : Deviasi (-)
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : Normal
Lidah : Putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : Pembesaran (-)
Kel.tiroid : Pembesaran (-)
JVP : (5 – 2) cm H2O

3
7. Thorax
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Thrill (-), ictus cordis terletak pada ICS 5 LMC
sinistra
- Perkusi : Batas jantung Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
- Auskultasi : BJ I dan II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo
 Inspeksi : Simetris kanan-kiri, pergerakan dinding dada tidak
ada yang tertinggal.
 Palpasi : NT (-), taktil fremitus sama kiri dan kanan
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (+/), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

8. Abdomen
 Inspeksi : Datar dan soepel
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : NT (-), NL (-) hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen

9. Ekstremitas
Akral hangat, udem (-), deformitas (-).

IX. Status Oftalmologikus


Pemeriksaan OD OS
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Kedudukan Bola Mata

4
Posisi Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

- Duksi Baik Baik


- Versi Baik Baik

Injeksi Jernih jernih Jernih, jernih


Konjungtiva
Palpebra
Superior Hiperemis (-), edema (+), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-) laserasi (-)
Inferior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-) laserasi (-)

Konjungtiva
Konjungtiva tarsus Hiperemis (+), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
superior Papil (-), folikel (-), lytiasis (-) Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-)
Konjungtiva tarsus Hiperemis (+), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),

5
inferior Papil (-), folikel (-), lytiasis (-) Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (+), Injeksi konjungtiva (-),
Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (-), jar.
Fibrovascular (-), sekret (+) Fibrovasular (-), sekret (-)
Kornea
Jernih + +
Edema - -
Ulkus - -
Perforasi - -
Makula - -
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Limbus Kornea
Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
Iris
Warna Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman
Prolaps - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +

6
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih

X. Diagnosis Kerja :
Konjungtivitis Bakterial Akut OD

IX. Diagnosis banding:


- Konjungtivitis Viral akut OD
- Konjungtivitis Alergika akut OD

XI. Pemeriksaan Anjuran :


 Pemeriksaan Tajam Penglihatan
XII. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit Konjungtivitis Bakteri,
penyebab, cara penularan, pencegahan penularan dan pengobatannya.
 Edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan
b. Preventif :
 Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang
sehat.
 Setelah memegang mata yang sakit segera cuci tangan.
 Menggunakan handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit.
 Sebaiknya menggunakan kacamata pelindung jika berpergian keluar
rumah agar terhindar dari paparan debu secara langsung dan tidak
memperparah penyakitnya.

c. Kuratif :
Nonmedikamentosa

7
 Gunakan kacamata pelindung saat keluar rumah.
 Makan makanan yang bergizi dan banyak konsumsi sayuran hijau dan
buah-buah segar.
 Kompres dingin mata yang sakit dalam keadaan mata tertutup.

Medikamentosa
 Antibiotik Topikal : Gentamicin salep 0,3 % , 3x sehari OD
 CTM 3x4 mg

Alternative I
Tetes mata : Chlorampenicol 0,5 % 3x1 tetes/hari OD
CTM 3x4 mg

Tradisisonal
Bahan : 10 lembar daun sirih
Cara : Cuci bersih daun sirih, kemudian rebus dengan 400cc air hingga
tersisa 200 cc lalu gunakan airnya untuk mencuci mata setelah
dingin.

d. Rehabilitatif
Menggunakan pelindung mata jika ingin pergi keluar rumah dengan
kendaraan bermotor.

8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Talang Bakung

Dokter : Elisabet. S
SIP : No.180/SIK/2017 STR: 222/STR/2017
Tanggal : 5 Jan 2017
R/ Gentamicin 0, 3% Eye Ointment tube No. I
S.3.d.d.1 OD
R/ CTM tab mg 4 No. V
S.3.d.d.tab I

Pro : Ny. L (36 tahun)


Alamat : RT. 18 Kel. Eka Jaya

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi Konjungtiva

9
Gambar 1. Anatomi Mata

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang


membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang
membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-
tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah
saat terjadi inflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian :
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)
3. Konjungtiva Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata)

Gambar 2. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan


melekat erat ke tarsus. 1
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. (duktus-duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke
forniks temporal superior). 1

2.2 Definisi

10
Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat
merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa
jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.2-5

2.3 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :2,3
1. Infeksi oleh virus atau bakteri.
2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lain; sinar ultraviolet dari
las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju
4. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:2,4,5
1. Entropion atau ektropion
2. Kelainan saluran air mata
3. Kepekaan terhadap bahan kimia
4. Pemaparan oleh iritan
5. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis konjungtivitis biasanya bervariasi bergantung pada
penyebabnya, namun secara umum dapat berupa :
1. Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata
didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri
konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang
mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergi.
2. Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda
asing atau karena gatal.

11
3. Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat
bersifat:
a. Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
b. Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
c. Purulent / Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
4. Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak.
Terdapat pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis
epidemik.
5. hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada konjungtivitis
virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati preaurikuler.

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, konjungtivitis dapat dibedakan menjadi:2
a. Konjungtivitis akut
Biasanya satu mata menyebar ke mata sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
b. Konjungtivitis kronik
Terjadi lebih dari 4 minggu.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, diklasifikasikan menjadi:2,3
a. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis,
konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis).
b. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik).
c. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik).
d. Konjungtivitis klamidia.
e. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,
neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder)

2.5.1 Konjungtivitis Bakterial2,3


Merupakan peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh Streptokokus,
Corynebacterium diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus.

12
Gambar 2.3 konjungtivitis bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan


menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2
minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu
dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa
hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria
meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.
Gejala dan tanda
Beberapa gejala yang dapat dijumpai pada pasien dengan konjungtivitis
bacterial, yaitu:
1) Terasa seperti ada pasir atau ada benda asng di mata
2) Fotofobia
3) Hiperemi Konjungtiva
4) Edema kelopak dengan kornea yang jernih
5) Kemosis : pembengkakan konjungtiva
6) Sekret mukopurulen atau Purulen
7) Lakrimasi
8) Blefasospasme, biasanya terjadi pagi hari saat bangun tidur. Akibat secret
yang melekat pada kedua margo palpebra.
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
2) Pemeriksaan segmen anterior bola mata
3) Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.

13
4) Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh
tangan.Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat
menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organisme dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada malam harinya
diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang
cocok untuk mengobati infeksi N gonorrhoe, dan N meningitides.
Terapi topical dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk
pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat
menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien
dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus konjungtivitis, yaitu:
1) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
3) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.

14
2.5.2 Konjungtivitis Alergi2,3,6
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Biasanya ada riwayat
alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan
pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan
fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.
Terapi
Antihistamin oral, baik AH-1 maupun AH-2. Belakangan ini diketahui juga bahwa
terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10mg empat kali sehari), atau
hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200mg) ternyata bermanfaat.
Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid,
ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.

2.5.3 Konjungtivitis Viral2-6


a. Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu
mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada
infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensasi kornea normal.
Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan
hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva
sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin
diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon.

15
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut.

Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam
biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran,
juga terdapat banyak neutrophil.
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci
tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat
yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer
aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan
air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus
diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.

b.Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks


Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil
yang merupakan keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah
unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea

16
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus
atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya
folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra,
disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang
terasa nyeri jika ditekan.
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari
tempatnekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika
dipakaifiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan
Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai
diagnostic.
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain
kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus
kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
denganmengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10
hari: trifluridinesetiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabine lima kali sehari,
atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di
waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali
sehari selama10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.

17
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.

Tabel 1. Perbedaan konjungtivitis berdasarkan penyebabnya


Virus Bakteri Klamidia Alergi
Gatal Minimal minimal Minimal Hebat
Hiperemi Umum umum Umum Umum
Air mata Banyak sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimal banyak Banyak Minimal
Kerokan Monosit PMN PMN, sel Eosinofil
eksudat plasma,
inklusi
Sakit Kadang kadang Tak pernah Tak pernah
tenggorokan,
demam
Pengobatan Sulfonamide, Antihistamin,
gentamicin kortikosteroid
0,3%,
kloramfenikol
0,5%

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya
keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma,
dan endoftalmitis.
2.7 Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika
bila penyakit radang mata tidak segera ditangani / diobati bisa menyebabkan

18
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma,
katarak maupun ablasi retina

BAB III
ANALISIS KASUS

Ny. L, perempuan, 36 tahun. Datang ke puskesmas talang bakung dengan


keluhan mata kanan merah + sejak 1 hari yang lalu. Mata terasa sedikit gatal, silau
bila melihat cahaya, berair (+), dan keluar banyak kotoran sehingga membuat
matanya lengket saat bangun tidur pagi hari. Mata kiri tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis, maka pasien di
diagnosa dengan konjungtivitis bakterial akut OD. Pada pasien ini diberikan
pengobatan berupa antibiotic topical yaitu salep mata gentamicin 0,3 % dan
antihistamin yaitu chlorpeniramine maleat. Serta menganjurkan kepada pasien untuk
tidak mengucek matanya dan menghindari kontak kotoran mata terhadap orang lain
yang ada di rumah.
Analisis secara holistik akan dibahas sebagai berikut :
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien dari anamnesis didapatkan keluhan utama mata kanan terlihat merah sejak 1
hari sebelum datang ke Puskesmas. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya
didapatkan diagnosa penyakit yang diderita pasien yaitu konjungtivitis bakterial akut
OD dengan keluhan diantaranya mata berair, mata terasa agak gatal, dan kelopak
mata sulit dibuka ketika bangun pada pagi hari. Dimana gejala ini sesuai dengan
teori gejala Konjungtivitis Bakterial.
Dari kondisi rumah, diketahui bahwa secara keseluruhan rumah pasien tampak
kurang bersih. Maka hal ini bisa saja menjadi faktor pencetus dari infeksi pada mata
pasien. Dimana konjungtivitis bacterial sendiri diketahui disebabkan oleh adanya
infeksi dari kuman.

19
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga. Pasien dikenal sebagai
seorang yang lembut dan penyayang.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien berhubungan
baik..

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Kausal penyebab timbulnya penyakit pada pasien ini yaitu adanya infeksi bakteri.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :


Adapun faktor resiko yang menyebabkan timbulnya penyakit pasien yaitu kebersihan
rumah yang kurang baik, hal ini tentu saja dapat menjadi pemicu adanya kuman-
kuman di dalam rumah tersebut yang nantinya akan menjadi etiologi penyakit pada
pasien ini, yaitu disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, reaksi iritasi oleh debu dan
polusi udara lainnya sinar.

e. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit :


Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan dan
memberatnya penyakit yaitu:
 Jika bepergian keluar rumah sebaiknya menggunakan kacamata pelindung,
terutama jika mengendarai kendaraan bermotor.
 Menggunakan handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
 Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus
mencuci tangannya bersih-bersih

20
 Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang
sakit jika terasa gatal
 Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN
DAN KEPADA KELUARGA
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit konjungtivitis, faktor resiko,
penularan, pencegahan dan penatalaksanaanya.

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit konjungtivitis bakteri merupakan
suatu peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna
putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata yang disebakan oleh
infeksi bakteri. Penyakit in dapat menular. Penularan konjungtivitis ini terjadi lewat
kontak langsung atau menggunakan barang penderita konjungtivitis. Misalnya
penderita yang memiliki mata merah telah mengusap mata dan menggunakan kran.
Kemudian, orang lain membuka kran tersebut lalu mengucek atau membasuh mata.
Dengan cara tersebut bakteri tertular dari seseorang ke orang lain, atau melalui alat-
alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk dan lain-lain.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN
 Gunakan obat antibiotik topikal pada mata secara rutin 3x perhari selama 5
hari.
 Menjelaskan bahwa umumnya konjungtivitis dapat sembuh tanpa pengobatan
dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan sembuh dalam waktu 1-3
hari.

21
 Jika ingin cepat sembuh atau keluhan penyakit ini berkurang, sebaiknya
menjalani pengobatan yang diberikan secara rutin.
 Memang ada beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi
ada juga yang memerlukan pengobatan. Jika konjungtivitis yang memerlukan
pengobatan tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak
maupun ablasi retina.
 Jika keluhan tidak berkurang setelah pengobatan selesai segera bawa pasien
ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

22
BAB IV
LAMPIRAN

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwab, Ivan & Chandler R. Dawson. Konjungtiva. Dalam: Daniel G. Vaughan,


Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Penerbit Widya Medika. 2002.
2. Nana, Wijana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1996.
3. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
4. Scott, IU. Bacterial Conjunctivitis. 2011. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall
5. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age
International(P) Limited; 2007
6. PERDAMI. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta. 2002.

24
25

Anda mungkin juga menyukai