LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. L
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 36 tahun
d. Pekerjaan/Pendidikan : Wiraswasta/ SMA
e. Alamat : RT. 18 Kel. Eka Jaya
1
III.Aspek Psikologis di Keluarga : Pasien merupakan seorang istri dan ibu bagi
ketiga anaknya. Menurut anamnesis yang dilakukan terhadap suami pasien,
diketahui bahwa pasien merupakan seorang yang lembut dan penyayang. Pasien
memiliki hubungan yang sangat baik terhadap keluarga, baik dengan suami
maupun anak-anaknya.
2
VII. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat keluarga dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus serta alergi disangkal.
3
7. Thorax
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Thrill (-), ictus cordis terletak pada ICS 5 LMC
sinistra
- Perkusi : Batas jantung Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
- Auskultasi : BJ I dan II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan-kiri, pergerakan dinding dada tidak
ada yang tertinggal.
Palpasi : NT (-), taktil fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
8. Abdomen
Inspeksi : Datar dan soepel
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : NT (-), NL (-) hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen
9. Ekstremitas
Akral hangat, udem (-), deformitas (-).
4
Posisi Ortoforia Ortoforia
Konjungtiva
Konjungtiva tarsus Hiperemis (+), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
superior Papil (-), folikel (-), lytiasis (-) Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-)
Konjungtiva tarsus Hiperemis (+), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
5
inferior Papil (-), folikel (-), lytiasis (-) Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (+), Injeksi konjungtiva (-),
Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (-), jar.
Fibrovascular (-), sekret (+) Fibrovasular (-), sekret (-)
Kornea
Jernih + +
Edema - -
Ulkus - -
Perforasi - -
Makula - -
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Limbus Kornea
Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
Iris
Warna Cokelat Kehitaman Cokelat Kehitaman
Prolaps - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +
6
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
X. Diagnosis Kerja :
Konjungtivitis Bakterial Akut OD
c. Kuratif :
Nonmedikamentosa
7
Gunakan kacamata pelindung saat keluar rumah.
Makan makanan yang bergizi dan banyak konsumsi sayuran hijau dan
buah-buah segar.
Kompres dingin mata yang sakit dalam keadaan mata tertutup.
Medikamentosa
Antibiotik Topikal : Gentamicin salep 0,3 % , 3x sehari OD
CTM 3x4 mg
Alternative I
Tetes mata : Chlorampenicol 0,5 % 3x1 tetes/hari OD
CTM 3x4 mg
Tradisisonal
Bahan : 10 lembar daun sirih
Cara : Cuci bersih daun sirih, kemudian rebus dengan 400cc air hingga
tersisa 200 cc lalu gunakan airnya untuk mencuci mata setelah
dingin.
d. Rehabilitatif
Menggunakan pelindung mata jika ingin pergi keluar rumah dengan
kendaraan bermotor.
8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Talang Bakung
Dokter : Elisabet. S
SIP : No.180/SIK/2017 STR: 222/STR/2017
Tanggal : 5 Jan 2017
R/ Gentamicin 0, 3% Eye Ointment tube No. I
S.3.d.d.1 OD
R/ CTM tab mg 4 No. V
S.3.d.d.tab I
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
9
Gambar 1. Anatomi Mata
2.2 Definisi
10
Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat
merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa
jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.2-5
2.3 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :2,3
1. Infeksi oleh virus atau bakteri.
2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lain; sinar ultraviolet dari
las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju
4. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:2,4,5
1. Entropion atau ektropion
2. Kelainan saluran air mata
3. Kepekaan terhadap bahan kimia
4. Pemaparan oleh iritan
5. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)
11
3. Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat
bersifat:
a. Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
b. Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
c. Purulent / Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
4. Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak.
Terdapat pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis
epidemik.
5. hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas terdapat pada konjungtivitis
virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan limfadenopati preaurikuler.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, konjungtivitis dapat dibedakan menjadi:2
a. Konjungtivitis akut
Biasanya satu mata menyebar ke mata sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
b. Konjungtivitis kronik
Terjadi lebih dari 4 minggu.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, diklasifikasikan menjadi:2,3
a. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis,
konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis).
b. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik).
c. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik).
d. Konjungtivitis klamidia.
e. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,
neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder)
12
Gambar 2.3 konjungtivitis bakterial
13
4) Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh
tangan.Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat
menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organisme dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada malam harinya
diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan.
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang
cocok untuk mengobati infeksi N gonorrhoe, dan N meningitides.
Terapi topical dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk
pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat
menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien
dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus konjungtivitis, yaitu:
1) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
3) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.
14
2.5.2 Konjungtivitis Alergi2,3,6
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Biasanya ada riwayat
alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan
pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan
fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.
Terapi
Antihistamin oral, baik AH-1 maupun AH-2. Belakangan ini diketahui juga bahwa
terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10mg empat kali sehari), atau
hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200mg) ternyata bermanfaat.
Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid,
ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
15
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam
biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran,
juga terdapat banyak neutrophil.
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci
tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat
yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer
aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan
air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus
diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.
16
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus
atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya
folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra,
disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang
terasa nyeri jika ditekan.
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari
tempatnekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika
dipakaifiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan
Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai
diagnostic.
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain
kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus
kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
denganmengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10
hari: trifluridinesetiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabine lima kali sehari,
atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di
waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali
sehari selama10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
17
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya
keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma,
dan endoftalmitis.
2.7 Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika
bila penyakit radang mata tidak segera ditangani / diobati bisa menyebabkan
18
kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma,
katarak maupun ablasi retina
BAB III
ANALISIS KASUS
19
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga. Pasien dikenal sebagai
seorang yang lembut dan penyayang.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien berhubungan
baik..
20
Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang
sakit jika terasa gatal
Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN
DAN KEPADA KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit konjungtivitis, faktor resiko,
penularan, pencegahan dan penatalaksanaanya.
21
Jika ingin cepat sembuh atau keluhan penyakit ini berkurang, sebaiknya
menjalani pengobatan yang diberikan secara rutin.
Memang ada beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi
ada juga yang memerlukan pengobatan. Jika konjungtivitis yang memerlukan
pengobatan tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak
maupun ablasi retina.
Jika keluhan tidak berkurang setelah pengobatan selesai segera bawa pasien
ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
22
BAB IV
LAMPIRAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25