Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PERENCANAAN BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN SISTEM
RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS DI KOTA JAKARTA

Oleh:

Nama : Muhammad Faisal Ramadhan


NPM : 14315567
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen Pembimbing : Dr.Relly Andayani, ST., MT

Diajukan untuk Melengkapi Syarat


Penempuhan Seminar Proposal Tugas Akhir
April 2019
PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S1)


dengan Topik

PERENCANAAN BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN SISTEM


RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS DI KOTA JAKARTA

Oleh
Nama : Muhammad Faisal Ramadhan
NPM : 14315567

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diseminarkan dalam Seminar Proposal

Depok, April 2019

Menyetujui,
Pembimbing Tugas Akhir

(Dr Relly Andayani, ST., MT)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Koordinator Tugas Akhir


Jurusan Teknik Sipil

(Dr. Heri Suprapto, MT) (Ellysa, ST., MT)


PERENCANAAN BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN SISTEM
RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS DI KOTA JAKARTA

1. LATAR BELAKANG

Desain gempa yang umum digunakan dalam desain bangunan tahan gempa
adalah desain berbasis gaya atau force based design. Konsep ini menggunakan
gaya sebagai pendekatannya. Di Indonesia desain berbasis gaya ini didesain
sesuai dengan peraturan desain gempa yang berlaku di Indonesia. (SNI
1726:2012)
Desain berbasis kinerja ini menekankan pada kinerja struktur selama
terjadinya respon gempa. Selama terjadinya respon gempa tersebut struktur
dapat mengalami kerusakan bahkan keruntuhan. Tingkat kerusakan selama
respon gempa tersebut menggambarkan seberapa besar kinerja dari struktur (atau
performa struktur) yang didesain. Tingkat kinerja struktur dapat dibedakan
menjadi beberapa kategori sesuai dengan tingkat kerusakan struktur tersebut.
(Tavio,2018:2)
Dalam penelitian ini, struktur yang direncanakan adalah bangunan gedung
Apartemen di Jakarta. lokasi pembangunan termasuk pada kategori risiko gempa
D, sehingga dalam analisa strukturnya dapat menggunakan metode SRPMK
(Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus), dimana SRPMK wajib digunakan
untuk mendesain bangunan yang berada pada daerah ketegori resiko D, E, dan F.
(SNI 1726-2012)
Pada tugas Akhir ini, Judul yang dipilih yaitu “Perencanaan Bangunan
Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus di Kota
Jakarta” ,Struktur dengan SRPMK ini memiliki pendetailan yang tinggi sehingga
menghasilkan struktur dengan kemampuan struktur dalam berdeformasi inelastic
yang tinggi tanpa kehilangan energi atau bisa disebut dengan daktail yang tinggi.
Dengan penerapan SRPMK diharapkan dapat menahan gaya gempa rencana.
2. TUJUAN TUGAS AKHIR
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Bangunan
Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus di Kota Jakarta”
ini yang meliputi :
a. Merancang struktur gedung bangunan di kota Jakarta sesuai SNI-1726-
2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung dengan bantuan aplikasi ETABS
b. Merencanakan gaya gempa rencana untuk bangunan di kota Jakarta
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Khusus (SRPMK).
c. Menganalisa dimensi penampang dan tulangan struktur yang memenuhi
kriteria desain dari bangunan beton bertulang dengan sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
d. Meneliti perlawanan periode getar struktur dengan respon maksimum
berupa simpangan untuk mengetahui gaya geser yang bekerja pada
dasar struktur

3. RUANG LINGKUP TUGAS AKHIR


Dalam Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Struktur Apartemen
Arandra Resindence Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus” ,Memiliki
batasan masalah sebagai berikut :
a. Struktur bangunan yang ditinjau adalah bangunan yang terdiri dari 13
lantai dengan konstruksi beton bertulang.
b. Peraturan yang digunakan antara lain :
1. Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur
lain (SNI-1727-2013).
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI-1726-2012).
3. Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 03–2847–
2013).
c. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan bantuan program
ETABS.
d. Perencanaan struktur menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus.
e. Analisa perhitungan akibat gaya gempa menggunakan metode analisis
response spektrum berdasarkan SNI 1726-2012 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-Gedung

4. LANDASAN TEORI
Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) adalah desain struktur
beton bertulang yang memiliki tingkat daktilitas yang tinggi. Dalam SRPMK,
berdasarkan SNI 1726-2012 dan ASCE-7, faktor reduksi gaya gempa diambil
sebesar 8. Hal ini disebabkan struktur SRPMK didesain memiliki sifat fleksibel
dengan daktilitas yang tinggi sehingga bisa direncanakan dengan gaya gempa
rencana yang minimum. SRPMK wajib digunakan untuk wilayah yang memiliki
resiko gempa tinggi (Kategori desain seismik D, E, dan F dalam SNI 1726-2012).
a. Struktur SRPMK diharapkan mampu menahan siklus reSpon inelasitis
pada saat menerima beban gempa rencana. Pendetailan dalam SRPMK
adalah untuk memastikan respons inelastik dari struktur, dengan
mengacu pada prinsip : Strong-Column/Weak-Beam yang bekerja
menyebar di sebagian besar lantai dan tidak terjadinya kegagalan geser
pada balok, kolom dan joint.
b. Prinsip Strong Column/Weak-Beam adalah ketika terjadi gempa,
distribusi simpangan antar lantai terjadi di sebagian besar lantai sehingga
keruntuhan lokal di satu lantai dapat diminimalkan. (Ricky,2019)
Adapun teori teori yang harus sangat diperhatikan dalam penggunaan
SRPMK yaitu sebagai berikut:
a. Kolom Kuat Balok Lemah
Pada saat struktur mengalami gaya lateral gempa, distribusi kerusakan
sepanjang ketinggian bangunan bergantung pada distribusi lateral story
drift (simpangan antar lantai). Jika struktur memiliki kolom yang
lemah, simpangan antar lantai akan cenderung terpusat pada satu lantai
(gambar 1a). Sebaliknya jika kolom sangat kuat, maka drift akan
tersebar merata, dan keruntuhan lokal di satu lantai dapat diminimalkan
(gambar 1c dan 1b).

Gambar 1. Kolom Kuat Balok Lemah (Sumber : NEHRP)

b. Menghindari Keruntuhan Geser


Respon yang bersifat daktail diharapkan terjadi pada balok, dan pada
saat yang sama tidak boleh terjadi keruntuhan geser. Keruntuhan geser
khususnya pada kolom sangat fatal bagi struktur karena kolom pada
satu lantai menumpu semua lantai di atasnya (Gambar 2).
Dalam ketentuan SRPMK, keruntuhan geser dihindari dengan
pendekatan desain kapasitas. Gaya geser yang diperhitungkan bukan
hanya berasal dari gaya geser akibat beban gravitasi (beban hidup,
beban mati) tapi juga memper- timbangkan beban geser yang berasal
dari kapasitas momen maksimum balok pada saat balok mengalami
yielding.
c. Pendetailan
Pendetailan dalam SRPMK bertujuan untuk mendapatkan struktur yang
bersifat daktail

Gambar 2 : Kegagalan geser kolom


(Sumber : NEHRP).

Berikut beberapa ketentuan pendetailan SRPMK :


 Tulangan sengkang dipasang dengan rapat pada bagian struktur yang
mengalami kelelehan terutama pada hubungan balok– kolom.
 Pada analisa kekuatan geser pada balok atau kolom, kekuatan geser
dari beton (Vc) diabaikan terutama pada balok yang mengalami gaya
aksial kecil, sehingga hanya tulangan saja yang menahan gaya geser.
 Pendetailan sambungan dilakukan untuk mencegah keruntuhan pada
bagian sambungan itu sendiri. (Patrisko,2018)
- Beron Bertulang
Beton sendiri adalah material kontruksi yang diperoleh dari pencampuran
pasir, kerikil, batu pecah, semen, serta air. Terkadang beberapa macam bahan
tambahan dicampurkan ke dalam campuran tersebut dengan tujuan memperbaiki
sifat-sifat beton, yakni antara lain untuk meningkatkan workability, durability,
serta waktu pengerasan beton.
Campuran beton tersebut seiring dengan bertambahnya waktu akan
menjadi keras seperti batuan, dan memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat
tariknya rendah. Beton bertulang adalah kombinasi dari beton serta tulangan baja,
yang bekerja secara bersama-sama untuk memikul beban yang ada.

5. METODOLOGI PERENCANAAN
Data Perencanaan:
1. Fungsi gedung : Apartement
2. Lokasi gedung : Jakarta, Cempaka Putih
3. Beban hidup : 400 kg/m²
4. Beban mati : 800 kg/m³
5. Beban mati tambahan : Keramik + spesi : 45 kg/m²
Plumbing : 10 kg/m²
Plafond : 18 kg/m²
Dinding ½ bata : 250 kg/m²
6. Mutu beton : 35 Mpa
7. (BJTS 40) Lentur : 400 Mpa
8. (BJTP 24) Geser : 240 Mpa
Metode untuk Analisa Gempa
1.Pembebanan gempa menggunakan respons spektrum.
2.Kombinasi Pembebanan 1,4 D
1,2 D + 1,6 L
1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
0,9 D + 1,0 E
a. Data Tanah
Data tanah hasil pengujian Standar Penetrasi (SPT) diperlihatkan pada Tabel5.

Tabel 5. Data Tanah hasil SPT


DATA HASIL PENGUJIAN (DESKRIPSI)
No KEDALAMAN JENIS TANAH SPT
z1 (m) z2 (m) N
1 0.00 2.00 Sandy Clay, Black 12
2 2.00 4.00 Sandy Clay, Black 28
3 4.00 6.00 Sandy Clay, Black 47
4 6.00 8.00 Silty Clay, Light Brown 52
5 8.00 10.0 Silty Clay, Light 48
Brown
6 10.0 12.0 Silty Clay, Brown 24
7 12.0 14.0 Silty Clay, Brown 23
8 14.0 16.0 Silty Clay, Brown 49
9 16.0 18.0 Silty Clay, Brown 38
10 18.0 20.0 Silty Clay, Brown 38
11 20.0 22.0 Silty Clay, Brown 39
12 22.0 24.0 Silty Clay, Brown 41
13 24.0 26.0 Silty Clay, Brown 38
14 26.0 28.0 Silty Clay, Brown 42
15 28.0 30.0 Silty Clay, Brown 43

b.Preliminary Desain
Balok Utama : 300/500 mm
Balok Anak : 200/400 mm
Kolom : 600/700 mm
Sloof : 400/600 mm
Pelat : 120 mm
c. Langkah-Langkah Perencanaan
1. Melakukan study literatur untuk mempelajari secara keseluruhan mengenai
prinsip sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK).
2. Merencanakan data awal struktur berupa geometri struktur (denah struktur),
letak struktur, kondisi tanah, fungsi struktur dll.
3. Melakukan preliminary desain dengan tujuan untuk mendapatkan geometri
awal penampang balok, kolom dan pelat agar mempermudah permodelan di
software ETABS 2016 nantinya.
4. Memodelkan struktur dengan bantuan software ETABS 2016.
5. Menentukan jenis pembebanan struktur berupa beban hidup (Live Load),
beban mati (Dead Load), beban mati tambahan (Superdead Load) dan beban
gempa (Earthquake Load).
6. Melakukan analisis struktur berdasarkan prinsip sistem rangka pemikul
momen khusus (SRPMK).
7. Melakukan kontrol keamanan struktur.
\Gambar 13. Diagram Alir Proses Perencanaan

6. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, sistematika laporan terdiri dari 5 bab,
yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori pendukung yang mendasari perencanaan
bangunan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) dan peraturan-peraturan yang digunakan.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang penjelasan perencanaan struktur atas bangunan
dan cara menganalisisnya.
BAB 4 DATA PERENCANAAN
Berisi tentang data-data struktur yang akan digunakan dalam
menganalisis.
BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN ARANDRA
RESINDENCE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL
MOMEN KHUSUS
Berisi uraian mengenai perhitungan dan analisis dari data yang
diperoleh.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan dari seluruh uraian dan pembahasan
sebelumnya, khususnya dari tujuan yang ingin dicapai.

7. JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR


Perencanaan jadwal pelaksanaan Tugas Akhir sebagai berikut ini:

Nama Kegiatan Waktu


April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Penyusunan
proposal

Seminar Proposal

Pencarian data

Analisis data
Penyusunan
Tugas Akhir

Seminar Isi
Perbaikan-
perbaikan

Sidang Akhir

8. DAFTAR PUSTAKA

BSNI 2012. SNI 1726-2012 : Tata Cara Perencanaaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung Dan Non Gedung.
BSNI 2013. SNI 1727-2013 : Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain.
BSNI 2013. SNI 2847-2013 : Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung.
Karisoh, P. H., Dapas, S. O., Pandaleke R. E., 2018. Perencanaan Struktur
Gedung Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.
Jurnal Sipil Statik Vol 6. No. 6. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Honarto, R. J., Handoko, B. D., Pandaleke R. E., 2019. Perencanaan Struktur
Gedung Beton Bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
Dikota Manado. Jurnal Sipil Statik Vol 7. No. 2. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Anda mungkin juga menyukai