Disusun oleh:
Sem. IV/SPI A
Abstrak : “Indonesia adalah negara religius, sikap religius tersebut telah dimiliki
oleh bangsa ini sejak dahulu. Sebagaimana adanya kepercayaan
animisme, kemudian masuknya ajaran Hindu dan Budha yang disusul
dengan datangnya ajaran Islam. Proses datangnya Islam di Indonesia
menjadi bagian dalam babak sejarah dunia Islam. Islamisasi tersebut
menyebar hingga seluruh nusantara. Salah satu daerah yang terjadi
proses islamisasi adalah Pulau Sulawesi. Begitu panjang perjalanan
agama ini masuk dan menjadi Mayoritas di Pulau ini. Dan agama ini
juga masuk di perairan Nusantara secara damai tanpa paksaan dan
tidak melalui peperangan. Islamisasi di Sulawesi yang berlangsung
sekitar abad ke 16M, telah membawa perubahan sosial terhadap
masayarakat setempat. Setidaknya perubahan itu berlangsung melalui
beralihnya agama masyarakat, dari agama yang sebelumnya bersifat
Hindu-Budha ke agama baru, yaitu Islam. Pada tahap awal Islam
diterima oleh Raja, lalu setelah itu rakyat secara resmi memeluk agama
Islam. Dalam konteks Islamisasi di Sulawesi Selatan, kawasan ini agak
terlambat menerima agama Islam dibandingkan dengan kawasan lain di
Timur Nusantara, seperti Maluku, dan Kalimantan. Namun hubungan
perdagangan dengan kerajaan lainnya sudah berlangsung sejak
lama.Adapun daerah Kerajaan yang lebih awal memeluk agama Islam di
Sulawesi Selatan ialah Kerajaan Gowa-Tallo.Kerajaan ini juga yang
pertama menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Demikian
juga peran Ulama dan Raja sangat besar peranannya dalam Islamisasi
di Sulawesi Selatan”.
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 M ke dunia dianggap oleh sejarawan
sebagai pembangun Dunia Baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta
peradaban baru. Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah
mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban
Hindu-Budha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata. Pulau Sulawesi
mendapat pengaruh Islam yang lambat dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Walaupun Islam belum selesai dan belum sempurna waktu itu, tetapi Islam sudah
berfungsi sebagai kekuatan pendorong perlawanan terhadap penjajah sekaligus lambang
pemersatu. Ajaran Islam dapat menumbuhkan jiwa patriotisme sebagai bagian dari iman
yang berorientasi ke arah persatuan seluruh kepulauan Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal masuknya agama Islam di Pulau Sulawesi?
2. Bagaimana perkembangan agama Islam di Pulau Sulawesi pada tahun 1945-
2000?
3. Apa saja bentuk-bentuk peradaban Islam di Pulau Sulawesi?
3
PEMBAHASAN
4
Islam di Pulau Sulawesi
Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat
datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa
daerah.Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga
menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar. Raja Goa pertama
yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir
besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603.1
Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin
yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternateyang lebih dulu memeluk Islam. Namun
Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah
pengaruh kerajaan Ternate. Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin
begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib
Tunggal, Datuk ri Bandang,datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan
dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan
mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar. Pusat-pusat dakwah
yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang
melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidere
ng, Tanette,Luwu dan Paloppo.
Sekitar 30.000 tahun silam Pulau ini telah dihuni oleh manusia penemuan
tertua ditemukan di gua-gua dekat Bukit Kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah
timur laut dan Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Kemungkinan
1
Sunanto,Musyrifah.Sejarah Peradaban Islam Indonesia.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2012, hal 4
5
lapisan budaya yang tua berupa alat batu dan lempeng telah dikumpulkan dari teras
sungai di lembah Walanae, di antara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-tulang
babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah. Selama masa keemasan perdagangan
rempah-rempah, di abad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu
Gerbang kepulauan Maluku, tanah penghasil rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang
perkasa memainkan peranan penting dalam sejarah Kawasan Timur Indonesia di masa
lalu.
Menurut catatan budaya Sulsel, ada tiga kerajaan besar yang pernah
berpengaruh luas yakni Kerajaan Luwu, Gowa, dan Bone. Di samping sejumlah
kerajaan kecil yang beraliansi dengan kerajaan besar, namun tetap bertahan secara
otonom. Berbeda dengan pembentukan Provinsi lain di Indonesia, Sulsel terbentuk
menjadi satu kesatuan wilayah administratif tingkat provinsi, atas kemauan dan ikrar
raja-raja serta masyarakat setempat sekaligus bergabung dalam negara kesatuan
Republik Indonesia, sehingga Sulsel menjadi salah satu Provinsi di Indonesia yang
diatur dalam UU Nomor 21 Tahun 1950 dan Makassar sebagai pusat pemerintahan.
Sedangkan yang sangat berarti adalah perubahan nama ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan dari Makassar ke Ujung Pandang yang ditetapkan dalam PP nomor 51 Tahun
1971 Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 65 tahun 1971.
2
Azmi Al Bahij, Sejarah 34 Provinsi Indonesia, Penerbit Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hal 345
6
2. Geografi
Dari segi dimensi sumber daya alam, Provinsi Sulsel terdapat empat
kategori, yakni, Dataran rendah yang meliputi hampir semua kabupaten kota, Dataran
tinggi yang meliputi Kabupaten Luwu, Tana Toraja, Luwu Utara, Enrekang, Sinjai,
Gowa, Bone dan sebagian di wilayah Sidrap, Wajo, Pinrang, Maros, Pangkep dan
Parepare, Perairan pantai yang meliputi kabupaten/kota yang terbentang di pesisir pantai
timur dan pantai barat, dan laut dalam yang meliputi Selat Makassar, Teluk Bone, dan
Laut Selayar.
3. Kependudukan
Jumlah Penduduk
Suku bangsa
7
- Suku Bugis
- Suku Makassar
Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami
pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti
“Mereka yang Bersifat Terbuka”.
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis
dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17
dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang
luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium
bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian timur,
NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin
8
Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya
dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga
menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu
domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.
Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan Suku Bugis
yang Serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda
untuk memecah belah. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada
Belanda Segala potensi dimatikan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang
Belanda.
- Suku Mandar
- Suku Toraja
Tana Toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja yang berarti “orang yang
berdiam di negeri atas”. Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai
diri mereka sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum penjajahan
Belanda dan masa pengkristenan suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi,
dikenali berdasarkan desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama.
Meskipun ritual-ritual menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak
9
keragaman dalam dialek, hirarki sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran
tinggi Sulawesi.
- Suku Bentong
Suku Bentong adalah sebuah suku yang berdiam di wilayah Desa Bulo-
Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Nama suku Bentong
diperoleh karena suku ini menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang
dipergunakan oleh masyarakat Barru sebagai komunitas Bugis, yaitu menggunakan
perpaduan dari beberapa bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Makassar,
Konjo, Bugis dan Mandar. Bentong sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
“cadel”.
- Suku Duri
- Suku Konjo
Bahasa
10
Agama
Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan
berbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di
laut. Kota ini terkenal dengan jembatannya yang disebut Jembatan Palu.
11
1. Sulawesi tengah bagian Barat meliputi wilayah kabupaten Poso, Kabupaten
Banggai, dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan
pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-
daerah Tingkat II di Sulawesi.
2. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah
Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah
Sulawesi Tengah masuk wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado.
Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi dua Afdeeling yaitu
Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan 15 Swapraja.
3. Sulawesi Tengah bagian timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesidenan
Sulawesi Timur Bau-Bau.
12
pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9
Kabupaten dan 1 kota.
2. Geografi
3. Kependudukan
Bahasa
13
Agama
Budaya
14
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi
upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain
warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi,
Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang
merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India, dan Jepang masih dapat
ditemukan.
Sejarah Sulawesi Selatan yang telah terbentuk kesatuan politik dimulai pada
abad ke 10. Ketika itu berdiri kerajaan Konawe, kini sebagian besar wilayahnya
15
masuk dalam Kabupaten Kendari. Nama kerajaan ini di ambil dari nama suku yang
mendiami hampir seluruh daratan Sulawesi Tenggara, yaitu suku Konawe. Pendiri
kerajaan Konawe ini adalah Totogano Wonua, seorang keturunan Mokole panguni, di
Unaaha, setelah itu, sejumlah kerajaan bermunculan antara lain Kerajaan Button,
Kerajaan Muna, Kerajaan Kemongga, Kerajaan Tiworo, Kerajaan Kalisusu, dan
Kerajaan Moronene. Banyak di antara kerajaan-kerajaan tersebut memiliki ikatan
kekeluargaan karena terjadi perkwinan diantara keluarga pemimpin kerajaan tersebut.
Pada abad ke 16, Kerajaan Buton berperan sebagai pintu gerbang penyebaran
agama islam dari Ternate di wilayah Sulawesi Tenggara. Selain itu, Buton juga
mencontoh Ternate dalam hal bertanam rempah-remph. Akhirnya Buton pun menjadi
penghasil rempah-rempah terbesar kedua Nusantara setelah Ternate. Pada tahun
1858, seorang penerus Kerajaan Konawe, La Mangu, mengadakan perjanjian dengan
Belanda membentuk kerajaan baru, bernama, Kerajaan Laiwoi. Namun kerajaan
tersebut hanyalah di atas kertas. Pihak Belanda yakin bahwa Kerajaan Laiwoi tidak
mungkin diwujudkan sebelum kerajaan-kerajaan Gowa, Bone, Luwu, dan Buton
ditaklukkan. Penaklukan itu merupakan hal yang mustahil karena kuatnya angkatan
perang kerajaan-kerajaan tersebut. Akhirnya Belanda menempuh jalan diplomasi.
Maka di gelarlah perundingan Malowe tahun 11909.
Setelah Jepang angkat kaki dari bumi Sulawesi Tenggara , rakyat mulai
melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mereka melakukan
perlawanan terhadap tentara Belanda, NICA, yang mendarat di daerah ini dengan
16
membonceng sekutu. Perlawanan terhadap NICA baru berhenti setelah pengakuan
kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949. Belanda mengakui kedaulatan Republik
Indonesia Serikat (RIS). Bentuk negar serikat ternyata tidak sesuai dengan kehendak
raakyat. Hal ini menyebabkan RIS tidak berumur lama. Tanggal 17 Agustus 1950,
RIS resmi bubar dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Sejak saat itu,
wilayah Sulawesi Tengara menjadi salah satu bagian dari provinsi Sulawesi.
Pada tahun 1960, provinsi Sulawesi dipecah menjadi dua, yaitu, provinsi
Sulawesi Utara-Tengah dan provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara. Kondisi Sulawesi
Selatan-Tenggara pada awal pembentukannya belum stabil sebagai akibat dari adanya
pemberontakan Kahar Muzakkar dan peristiwa destruktif lainnya. Namun kondisi ini
berlangsung membalik seiring berbagai penataan yang dilakukan pemerintah ketika
itu sampai akhirnya dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, Sulawesi
Tenggara berstatus sebagai provinsi.
2. Geografi
3. Kependudukan
Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa.
Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil
survei Sosial Ekonomi Nasional badan pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah
1.959.414 jiwa. Lalu pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama taahun 1990-
2000 adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02%. Laju
pertumbuhan penduduk menurut Kabupaten selama kurun waktu 2004-2005 hanya
kota kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang positif, yaitu
0,03%dan 0.02% per tahun, sedangkan Kabupaten yang lain menunjukan
pertumbuhan negatif.
17
Struktur umur penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2005, penduduk usia
dibawah 15 tahun 700.433 jiwa (35,75% ) dari total penduduk, sedangkan penduduk
perempuan mencapai 984,987jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai
974.427 jiwa (49,73%).
Suku Bangsa
Suku Buton
Suku Muna
Suku Muna atau wuna suku yang mendiami pulau muna, Sulawesi Tenggara.
Dari bentuk tubuh ,tengkorak, warna kulit ( cokelat tua/hitam), dan rambut (
keriting /ikal terlihat bahwa orang muna asli lebih dekat ke suku-suku polynesia
dan melanesia di Pasifik dan Australia ketimbang ke Melayu. Hal ini diperkuat
dengan kedekatanya dengan tipikal manusianya dan kebudayaan suku-suku di
Nusa Tenggara Timur dan pulau Timor dan Flores umumnya.
Suku Tolaki
Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara mendiami
daerah yang berada di sekitar Kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki
berasal dari Kerajaan Konawe dan Kerajaan Mekongga. Masyarakat tolaki
18
umumnya merupakan peladang dan petani yang handal. Hidup dari hasil ladang
dan persawahan yang dibuat secara gotong-royong keluarga, Raja konawe yang
terkenal adalah haluoleo (delapan hari). Masyarakat kendari percaya bahwa garis
keturunan mereka berasal dari daerah yunan selatan yang sudah berasilimasi
dengan penduduk setempat.
Suku Moronete
Kampung Hukakea, Laea, dan Lampopala biasa disebut orang maronene sebagai
tobu waworaha atau perkampungan tua bekas tempat tinggal para leluhur. Orang
maronene masih sering mengunjungi tobu untuk membersihkan kuburan leluhur
mereka ketika hari raya idul adha tiba sebagian warga maronene beragama Islam.
Suku Mekongga
Suku mekongga dan suku tolaki berbeda sebab suku mekongga merupakan
orang asli kolaka dan suku tolaki merupakan orang asli kendari dan perbedaan
kedua suku itu dari bahasa dan maknanya. Dari segi makna yaitu kata to
19
Mekongga berarti orng yang membunuh burung elang raksasa yang di sebut
burung konggaha’a.
Agama
Pendidikan
20
d. Provinsi Sulawesi Barat
1. Sejarah
2. Geografi
Sulawesi Barat berada pada posisi ‘’ segi tiga emas ‘’ antara provinsi
Sulawesi Selatan , Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Posisi ini di anggap
3
Azmi Al Bahij, Sejarah 34 Provinsi Indonesia, Penerbit Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hal 381
21
sangat menguntungkan, karena memberi nilai tambah untuk pengembangan
sosial ekonomi kedepan. Secara Astronomi, wilayah Sulawesi Barat berada pada
koordinat antara 11808’59’’ -59’’ -119055’06 bujur timur serta 0045;59’’ Lintang
Selatan hingga 03034’01’’ Lintang selatan. Letaknya provinsi Sulawesi Barat
sangat strategis karena berada antar 0012’-3038’ lintang selatan dan 1180.
3. Kependudukan
4. Pendidikan
22
melek huruf diseabkan oleh meningkatnya partisipasi pendidikan dasar serta
meningkatkan proporsi siswa SD/MI yang dapat menyelesaikan sekolahnya.
2. Geografis
Suku bangsa
Penduduk Sulawesi Utara terdiri dari 3(tiga) kelompok etnis utama, yaitu:
1) Suku Minahasa;
2) Suku Sangihe dan Talaud;
24
3) Suku Bolaang Mongodow.
Bahasa
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk di Provinsi Sulawesi Utara adalah Protestan,
Katolik, Islam, Hindu dan Budha. Pada jaman penjajahan Belanda, penganut Katolik
banyak yang pindah kepada Protestan.Karena mendapat hambatan dan dipersulit oleh
penjajah maka perkembagan penyebaranIslam di kalangan penduduk di Sulawesi bagian
Utara itu tidaklah sesubur seperti di Sulawesi bagian Selatan.
Makam Kyai Mojo dan K.H. Ahmad Rifai, seorang pahlawan nasional terletak
di perbukitan Desa Wulauan, Kecamatan Tolimambot, Kabupaten Minahasa, Provinsi
Sulawesi Utara, hanya beberapa menit setelah melewati Kampung Jawa Tondano.
25
Sejarah mencatat, bahwa Kyai Modjo adalah panglima perang Pangeran
Diponegoro. Kyai Modjo ditangkap oleh Belanda pada tahun 1828 dan diasingkan ke
Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1829. Semua pengikut laki-lakinya, kecuali Kyai
Mojo yang berjumlah sekitar 63 orang menikah dengan perempuan Tondano yang
membangun perkambungan muslim pertama di Minahasa yang dikenal sebagai
Kampung Jawa Tondano.
Para perempuan Tondano yang menikah dengan para pengikut Kyai Mojo
berasal dari marga Supit, Sahelangi, Tombokan, Rondanuwu, Karinda, Ratulangi,
Rumbayan, Malonda, Tombuku, Kotabunan, dan Tumbelaka. Pada papan nama itu juga
dijelaskan bahwa Kyai Mojo memiliki nama asli Muslim Muhammad Halifah. Kyai
Mojo lahir pada tahun 1761 dan meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1849 saat
berusia 84 tahun.
Ada beberapa undakan yang harus dilalui untuk sampai kemakam Kyai Mojo.
Anak tangga ini terlihat rapi dan bersih diapit dengan rimbunnya pepohonan dan dihiasi
dengan rerumputan hijau. Makam Kyai Mojo merupakan satu-satunya makam di dalam
kompleks pemakaman yang memiliki undakan berjumlah sembilan. Di dalam kompleks
makam Kyai Mojo terdapat beberapa makam pengikutnya.
26
2) Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo
Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo dibangun sekitar tahun 1854 oleh Kyai Mojo
bersama para pengikutnya. K.H. Muhammad Khalifah Mojo atau lebih dikenal dengan
nama Kyai Mojo merupakan salah satu ulama yang melawan Belanda selama tahun
1825-1830. Bersama pangeran diponegoro, kyai mojo harus menjalani hukuman
pembuangan. Jika pangeran diponegoro di buang ke makasar, Kyai mojo di buang ke
manado hingga meninggal dunia.
Selama menjalani hukuman tersebut, kyai mojo sebagai seorang ulama tidak
putus asa. Beliau tetap menyebarkan dan mengajarkan agama Islam. Salah satu tindakan
beliau dalam menyebarkan dan mengajarkan agama islam adalah membangun sebuah
masjid. Masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1854. Masjid tersebut dinamakan masjid
Al-Falah.4
4
Poerwaningsih,Andriyatie.Sulawesi Utara.Bekasi: PT Mentari Utama Unggul.2015, hal 51
27
fungsi masjid sebagai tempat syiar agama islam sekaligus didirikan oleh ulama besar
semasa perjuangan pergerakan melawan belanda. Nama kyai mojo mengacu kepada
orang yang pertama kali ingin mendirikan masjid tersebut.
Saat pertama kali di bangun, masjid agung Al-Falah Kyai mojo masih
sederhana. Masjid tersebut hanya berdinding bambu dan beratapkan rumbia. Pada tahun
1864, masjid agung Al-Falah kyai mojo direnovasi oleh raden syarif abdullah bin umar
assegaf. Adalah seorang ulama yang juga di hukum oleh belanda dengan cara dibuang
ke minahasa pada tahun 1860. Pada masa kemerdekaan, masjid agung Al-Falah kyai
mojo telah mengalami tiga kali renovasi, yaitu pada tahun 1974, 1981, dan 1994.
Selama direnovasi, masjid agung Al-Falah kyai mojo tetap mempertahankan arsitektur
aslinya yang berbentuk rumah joglo.
Sejarah, religiusitas, dan arsitektur masjid merupakan hal istimewa bagi masjid
agung Al-Falah kyai mojo ini. Keistimewaan sejarahnya terdapat pada seseorang yg
berniat untuk membangun masjid tersebut. Sosok itu adalah kyai mojo. Seorang ulama
besar dari pulau jawa. Keistimewaan religiusnya terdapat pada kesakralan masjid
sebagai tempat ibadah yang telah berusia lebih dari 150 tahun. Keistimewaan arsitektur
masjid agung Al-Falah kyai mojo terdapat pada bentuknya yang seperti rumah joglo
bentuk tersebut mirip dengan masjid agung demak di jawa tengah.5
Ciri khas budaya Jawa yang terdapat pada Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo
adalahukiran bermotif Hindu-Islam. Ukiran-ukiran tersebut terdapat di beberapa bagian,
seperti kerangka atap, tiang masjid, dan batu penyangga tiang (umpak). Arsitektur
5
Poerwaningsih,Andriyatie.Sulawesi Utara.Bekasi: PT Mentari Utama Unggul.2015, hal 50
28
Timur Tengah Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo dapat dilihat pada mimbar kayu yang
berhiaskan ayat Alqur’an. Konon, ukiran ayat Alqur’an tersebut diukir oleh para kyai
yang ada di daerah setempat.
Datuk Karama atau Syekh Abdullah Raqie adalah seorang ulama Minangkabau yang
pertama kali menyebarkan agama Islam ke Tanah Kaili atau Bumi Tadulako, Sulawesi
Tengah pada abad ke-17. Awal kedatangan Syekh Abdullah Raqie atau Datuk Karama
di Tanah Kaili bermula di Kampung Lere, Lembah Palu (Sulawesi Tengah) pada masa
Raja Kabonena, Ipue Nyidi memerintah di wilayah Palu. Selanjutnya Datuk Karama
melakukan syiar Islam-nya ke wilayah-wilayah lainnya di lembah Palu yang dihuni oleh
masyarakat Suku Kaili. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Palu, Donggala,
Kulawi, Parigi dan daerah Ampana.
Datuk Karama atau Syekh Abdullah Raqie tak kembali lagi ke Minangkabau.
Sampai akhir hayatnya, dia dan keluarganya beserta pengikutnya terus menyampaikan
syiar Islam di Lembah Palu, Tanah Kaili, Sulawesi Tengah.6
Setelah wafat, jasad Datuk Karama dimakamkan di Kampung Lere, Palu (Kota
Palu sekarang). Makam Syekh Abdullah Raqie atau Datuk Karama kemudian hari
menjadi Kompleks Makam Dato Karama dan berisi makam istrinya yang bernama Intje
Dille dan dua orang anaknya yang bernama Intje Dongko dan Intje Saribanu serta
makam para pengikut setianya yang terdiri dari 9 makam laki-laki, 11 makam wanita,
serta 2 makam yang tidak ada keterangan di batu nisannya.
Bila di Jawa ada Wali Songo, para penyebar Islam di Gorontalo dikenal dengan
sebutan Aulia atau juga bisa disebut Raja Besar Gorontalo. Salah satu yang ternama
6
Febrina,Laila dkk.Sulawesi Tengah.Bekasi: PT Mentari Utama Unggul.2015, hal 31
29
adalah Raja Bulango atau yang lebih dikenal dengan Raja Hubulo Gobel, seorang raja
sekaligus seorang tokoh penyebar agama Islam pada abad 17 silam.
Makam raja sekaligus tokoh penyebar Islam itu menjadi tempat ziarah favorit
sekaligus menikmati wisata sejarah di Provinsi Gorontalo. Makam Raja Hubulo itu
berada di Desa Keramat, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, yang berjarak
kurang lebih 20 kilometer dari Ibu Kota Gorontalo.
Setiap Jumat, Desa Keramat banyak dikunjungi orang yang hendak berziarah
atau hanya sekadar berwisata di kawasan masjid dan makam kuno tersebut. Ada
kebiasaan unik dari warga yang berziarah ke makam itu, yakni selalu membawa pulang
tanah yang berada di atas pusara Raja Hubulo.
Makam Hubulo saat ini juga menjadi makam keluarga besar Gobel. Di tempat
itu pula terdapat makam Tyaeb Mohammad Gobel, pendiri perusahaan elektronik
Indonesia PT National Panasonic Gobel, yang kini dilanjutkan oleh putranya Rahmat
Gobel.
30
KESIMPULAN
Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat
datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa
daerah.Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga
menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar. Raja Goa pertama
yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir
besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal
karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal,
Datuk ri Bandang,datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari
nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh
asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Dapat dipastikan bahwa pada tahun 1600 M, suku Makasar dan suku Bugis telah
memeluk agama Islam, Suku Bugis dan suku Makasar ialah yang bertempat tinggal di
bagian Selatan Barat Pulau Sulawesi. Orang-orang Bugis dan Makasar merupakan yang
lebih maju dan terdiri dari pedagang yang kaya.
Pada jaman penjajahan Belanda, penganut Katolik banyak yang pindah kepada
Protestan.Karena mendapat hambatan dan dipersulit oleh penjajah maka perkembagan
penyebaranIslam di kalangan penduduk di Sulawesi bagian Utara itu tidaklah sesubur
seperti di Sulawesi bagian Selatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahij Azmi, Sejarah 34 Provinsi Indonesia, Penerbit Dunia Cerdas, Jakarta Timur.2013
Persada.2012
32