1. Banyaknya pengungsi di 1.Dengan dibuatnya suatu Indonesia yang masing regulasi yang ber consent menjadi ambigu terkait terhadap penetapan status penetapan status pengungsi pengungsi di Indonesia oleh karena itu perlu adanya korelasi dan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan organisasi internasional dalam hal ini Rufugee Status Determination (RSD) sebagai bagian dari UNHCR 1951 yang bertugas untuk menangani penetapan status pengungsi. 2. Tidak ada suatu aturan yang 2. Perpres 125 tahun 2016 jelas tentang kewenangan lebih kepada pihak Penanganan Status Pengungsi untuk mengendalikan keigmarian dalam (Refugee) di Indonesia menangani pengungsi minuman beralkohol tersebut dan harusnya Tradisional. dibuat suatu lembaga yang secara khusus menangani pengungsi yang semakin meningkat. Prinsipnya Lembaga ini mempunyai dasar pengaturan khusus dan kewenangan khusus dalam hal menangani pengungsi karena secara empiris Keimigrasian mempunyai tupoksi lain yang harus lebih di prioritaskan. Diharapkan Lembaga khusus yang menangani pengungsi ini dapat mengupayakan tindakan-tindakan kemanusian dalam penanganan pengungsi. 3. Tidak terdapatnya sebuah 3. Sebagai negara yang berada aturan terhadap penetapan diantara dua benua dan dua Samudra sudah menjadi pengungsi di Indonesia ketetapan Indonesia sebagai negara transit dijadikan sebagai negara transit dalam hal pengungsian oleh karena itu urgen rasanya Indonesia mempunyai sebuah mekanisme hukum yang mengatur tentang negara transit pengungsi hal ini bertujuan untuk menjamin kepastian hukum pengungsi yang masuk diwilayah Indonesia. 1. Implementasi Poligami 1. Dalam hal berlakunya suatu dilapangan masih peraturan perundang- menimbulkan perdebatan undang terlihat dalam hal dilain sisi hal ini secara implementasi dilapangan agama dan hukum dibenarkan akan tetapi bagi oleh karena itu kaum perempuan ini permasalahan poligami dianggap sebagai tindakan harus disikapi sebagai suatu diskriminasi. permasalahan sosial dimana alat negara dalam bidang hukum harus turut serta Idealnya peraturan mengenai dalam menyelesaikan poligami bertujuan untuk memberikan perlindungan problematika poligami. terhadap istri sebagai bentuk meminimalisir sikap 2. Dalam hal praktek poligami 2. Hadirnya gerakan kesewenang-wenangan dari menimbulkan gerakan feminisme merupakan salah pihak suami terhadap istri. perlawanan kaum satu contoh gesekan sosial perempuan yang dinamakan yang mulai terjadi. Hal ini sebagai gerakan feminisme diakibatkan konstruksi hukum tentang pengaturan poligami diatur dalam UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ternyata bersifat ambigiutas oleh karena perlu adanya revisi mengenai uu perkawinan hal ini untuk meminimalisir gesekan sosial dimasyarakat.