Presus Bronkopneumonia PDF
Presus Bronkopneumonia PDF
BRONKOPNEUMONIA
TOMMY AKROMA
20130310021/20174011023
Pembimbing
dr. Wahyu Budiyanto, M.Sc, Sp.A
1
Identitas Pasien
Nama • An N
Masuk RS • 2/3/19
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
• Demam dirasakan sejak hari senin tanggal 25 februari 2019 pada malam hari
sekitar pukul 23.00 5 hari SMRS.
• Demam naik turun, memberat saat malam hari, lebih merasa enakan pada
pagi hari.
Anamnesi • Pasien juga mengeluh batuk, berdahak warna kuning kehijauan seringkali
susah untuk keluar, dan mengeluarkan suara grok-grok saat pasien bernafas.
s
• Pasien juga mengeluh sesak yang terus menerus,
• nafas terasa berat, bernafas lebih cepat dari biasanya, pilek berwarna putih
kehijauan, nafsu makan dan minum menurun, susah untuk tidur.
• Pada hari rabu tanggal 27 februari 2019 ibu membawa pasien ke rumah sakit
Keluhan Utama dan mendapatkan obat paracetamol syrup dan oxoryl syrup, lalu psien rawat
Demam jalan. Dokter berpesan jika keluhan pasien memberat, sesak bertambah dan
demam juga bertambah, pasien segera datang ke rumah sakit kembali.
• Keluhan lain seperti pusing, mual, muntah, nyeri tenggorokan, pusing, nyeri
telinga, telinga mengeluarkan air, nyeri perut, nyeri sendi, nyeri dibelakang
mata, mimisan, nyeri dibelakang mata, bitnik bitnik merah ditubuh, pipis nyeri,
pipis terasa panas, dan buang air besar berdarah, bab hitam, kejang disangkal
oleh pasien. Pasien juga tidak mengeluh batuk yang lama, penurunan berat
badan dalam beberapa minggu dan bulan terakhir serta sering keringat dingin
dan merasa selalu lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat alergi obat-obatan, makanan atau yang lainnya disangkal
Riwayat penyakit asma, kejang, disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat alergi obat-obatan, makanan atau yang lainnya pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit asma, kejang pada keluarga disangkal
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Ibu pasien berusia 30 tahun, ayah pasien berusia 40 tahun. Ibu pasien pernah hamil
dua kali, melahirkan 2 kali, dan belum pernah keguguran (P2A0). Anak pertama
perempuan, BBL 2900 gram, hamil cukup bulan, lahir di bidan, usia sekarang 9 tahun,
lahir spontan, dan sampai sekarang sehat. Anak kedua prempuan, BBL 3000 gram,
kehamilan cukup bulan, lahir di bidan, spontan, usianya sekarang 4 tahun 5 bulan.
Ibu pasien pernah memakai kb susuk selama 3 tahun dilanjutkan 1 tahun kb suntik
per 3 bulan setelah melahirkan anak pertama.
Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi
dasar lengkap sesuai umur dan memantau tumbuh kembang anaknya.
Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gram. Panjang badan 49 cm. Kesan: pertumbuhan dan
perkembangan anak sesuai
Berat badan sekarang 12.5 kg. Tinggi badan 93 cm. umur
Perkembangan
Personal social : pasien sudah bisa menyikat gigi tanpa bantuan, mengambil makan Riwayat Perkembangan
dan berpakaian tanpa bantuan
Motoric halus : ibu pasien mengatakan sudah bisa menggambar orang, mencoret-coret dan Pertumbuhan Anak
dan mulai latih menulis
Bahasa : sudah bisa bilang lapar, haus, dan mau makan. Sudah bisa menyebutkan 4
warna.
Motoric kasar : sudah bisa loncat loncat dan berdiri satu kaki.
ASI diberikan sejak lahir, dan MPASI mulai dikenalkan setelah 6
Riwayat Makan dan
bulan. Ibu pasien membuat beragam aneka makanan pendamping
asi setiap harinya, dimulai dari sayur-sayuran, lauk pauk dan lain lain. Minum Anak
Hepatitis B : saat lahir, bulan 2,3,4
Polio : bulan 2,3,4
BCG : bulan 1
DTP : bulan 2,3,4
Campak : bulan 9, 18 Riwayat Imunisasi
MMR : Bulan 15
Hib : bulan 2,3,4
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Sekolah TK, kakak pasien sd kelas 3. ibu pasien IRT ayah pasien kerja di Riwayat Sosial dan
swasta. Ayah pasien sudah tidak merokok, Namun keseharian pasien
bermain mungkin berada di lingkungan yang banyak perokok seperti
Ekonomi
Kesan umum : sadar, sesak, DATA ANTOPOMETRI
Anak perempuan, usia 4 tahun 5
tampak sakit sedang
bulan 28 hari
Kesadaran : CM Berat Badan : 12,5 kg
Tanda-Tanda Vital Tinggi Badan : 93 cm
Tekanan darah : - Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
Nadi : 150 x/menit, reguler, isi BMI = BB/(TB)2 = 12,5/(0,93)2 = 14,53
tegangan cukup kg/m2
Suhu : 40,1 0C. BB/U : -3 SD sd (-2SD) gizi kurang
Pernapasan : 55 x/menit (pola nafas TB/U : -3 SD sd (-2SD) pendek
cepat, retraksi subcostal positif) BB/TB : -2 SD sd (+2SD) normal
SpO2 : 86% O2 nasal canul : BMI/U : -1 SD sd (0SD) normal
95-97 %
Status Generalis
Thorax
retraksi subcostal (+) pola nafas cepat
ekspirasi memanjang sedikit,
ketertinggalan gerak (+).
Kepala dan Leher vokal fremitus menurun
Normocephaly, konjungtiva anemis (-/-), Suara vesikular dasar (SDV) : N/N
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), napas (normal di lapang paru kanan dan kiri)
cuping hidung (+), mukosa bibir basah, Suara ronkhi basah halus dominan di
lidah kotor (-) basal: +/+
Telinga : nyeri tekan tragus (-), liang telinga Suara ronkhi basah kasar : -/-
serumen (-) Wheezing : +/+
Hidung : cavum nasi lapang, septum nasi
Krepitasi (+/+)
lurus, concha inferior hypertrophy
Tenggorokan : uvula ditengah, tonsil T1-
T1, dinding faring posterior tidak hiperemis
Ekstremitas Abdomen
Edema (-), akral Distensi (-), Supel, Timpani,
hangat (+), CRT < 2 Hepar dan Lien tidak teraba,
detik Bising usus (+), Nyeri tekan
regio umbilikal (+)
ASSESSMENT AWAL Penatalksanaan awal
• Non Medikamentosa
• Menjelaskana kepada pasien dan keluarga
Diagnosis Banding pasien bahwa pasien diindikasikan rawat
inap
• bronkiolitis, • Menjelaskan kepada keluarga pasien
• bronkitis, tentang penyakit dan kemungkinan penyakit
• asma, yang diderita, sebab penyakit, gejala,
pentalaksanaan, dan prognosis.
• tb • Cek darah rutin, dan pro foto thoraks Ap
• df View
Medikamentosa
• O2 nasal canul 1-2 Lpm
Diagnosis Kerja • Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg
Observasi febris H5 suspek • Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 jam
• Combivent nebul yang isinya Ipratropium
bronkopneumonia, bromide 0,25 mg Salbutamol sulfate 3,01
mg + nacl 0,9%
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg /12 jam
• Jika masih sesak tambahkan metil
prednisolone 3x8 mg iv
Satuan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
gr/dL
Hemoglobin 11,9 10,8 – 12,8
MCH 22 23 – 31 Pg
Hitung Jenis
Limfosit 16,1 25 – 50 %
Neutrofil 80,5 25 – 60 %
Hasil pemeriksaan thoraks AP view, simetris, inspirasi dan kondisi cukup (3/3/19)
Hasil :
• Tampak opasitas inhomegen dikedua pulmo,
diffuse, dengan batas tak tegas,
airbronchogram multiple
• Tak tampak pelebaran pleural space bilateral
• Tak tampak pembesaran limfonodi hilus
bilateral
• Diafragma bilateral licin dan tak mendatar
• Cor, CTR + 0,48
• Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
Bronchopneumonia
Besar cor dalam batas normal
DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita, sebab
penyakit, gejala, pentalaksanaan, dan prognosis.
Medikamentosa
• O2 nasal canul 1-2 Lpm
• Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg
• Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 jam
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg
• Injeksi metil prednisolone 3x8 mg
• Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml (bricasma) + budesonide 0,5mg/2ml
(Pulmicort) / 8 jam
• Diit TD2
Traktus respiratorius
1. Tractus respiratorius bagian atas :
Hidung (nasal)
Pharyng
Laryng
Mempertahankan pH darah
orang tua
imun AIDS
usia
1
2
Status imunologis
FAKTOR
3
RESIKO
lingkungan
imunisasi
4
malnutrisi 6
Etiologi
Umur Bakteri
Bayi baru lahir (neonatus – 2 Streptokokus grup B, Escheria coli dan kuman
bulan) Gram negatif lain, Listeria monocytogenes,
Chlamydia trachomatis tersering .
Usia > 2 – 12 bulan
S. aureus dan Streptokokus grup A
Usia 1 – 5 tahun
Streptococcus pneumonia, H. influenzae,
atipikal)
Patofisiologi
PATOFISIOLOGI
• Patogenesis
• Stadium I (4 – 12 jam pertama)
kongesti
• Stadium II (48 jam berikutnya)
hepatisasi merah
• Stadium III (3 – 8 hari) hepatisasi
kelabu
• Stadium IV (7 – 11 hari) resolusi
Patologi dan
Patogenesis
Stadium II/Hepatissi
Stadium I/ Hiperemia Merah
Terdapatnya retraksi
epigastrik, interkostal,
dan suprasternal
PEMERIKSAAN merupakan indikasi
ANAMNESA FISIK
tingkat keparahan.
Pada bronkopneumoni,
bercak-bercak infiltrat
didapati pada satu
atau beberapa lobus
Pneumonia ringan
Diagnosis Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
- pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
- pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Tatalaksana
• Anak di rawat jalan Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
• Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum
atau menyusu.
Ketika anak kembali:
• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan
sampai seluruhnya 3 hari.
• Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati
ibu untuk kembali 2 hari lagi.
• Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.
30
Dalam keadaan yang
sangat berat dapat
dijumpai:
-Tidak dapat menyusu
atau minum/makan,
atau memuntahkan
semuanya
- Kejang, letargis
atau tidak sadar
- Sianosis
- Distres pernapasan
berat.
Pneumonia berdasarkan ppm IDAI
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
Penatalaksanaan
Pneumonia
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3
x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6
jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5
x 2-3 mEq x BB (kg).
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung.
Komplikasi
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya
nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau
seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru
yang meradang.
Infeksi sitemik
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa
lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-
zat gizi esensial tubuh.
Pencegahan
Dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain.
Vaksinasi pneumokokus
Vaksinasi H.Influenzae
Pasien PEMBAHASAN
Pada kasus pasien datang dengan keluhan .
Demam 5 hari. Pasien juga mengeluh batuk, Teori
berdahak warna kuning kehijauan seringkali susah
untuk keluar, dan mengeluarkan suara grok-grok
saat pasien bernafas. Pasien juga mengeluh sesak Gambaran Klinik Pemeriksaan Fisik
yang terus menerus, nafas terasa berat, bernafas
lebih cepat dari biasanya, pilek berwarna putih
kehijauan, nafsu makan dan minum menurun, susah Suhu tubuh ≥ 38,5o C
Didahului oleh infeksi saluran
untuk tidur. nafas akut bagian atas selama Pada setiap nafas terdapat
beberapa hari, retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan
Kemudian diikuti dengan demam, pernapasan cuping hidung.
Tampak pasien sadar, sesak, tampak sakit menggigil, suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40 0c, Pada palpasi ditemukan vokal
sedang. Pada nadi pasien didapatkan 150 x/ fremitus yang simetris.
menit suhu 40,1 derajat celcius, pernafasan Sakit tenggorok, nyeri otot, dan
55x/menit pola nafas cepat terdapat retraksi sendi, Pada perkusi tidak terdapat
kelainan
subcostal saturasi O2 didapatkan 86% dengan Juga disertai batuk dengan
udara bebas setelah diberikan oksigen nasal sputum mukoid atau purulen,
kadang-kadang berdarah.
Pada auskultasi ditemukan
crackles sedang nyaring.
canul 1-2 lpm menjadi 95-97%. Pada inspeksi
dada didapatkan retraksi subcostal pola nafas
cepat ketertinggalan gerak, vocal fremitus Observasi febris H5 suspek
menurun, terdapat suara ronki basah halus bronkopneumonia
dan dibasal dan wheezing.
PEMBAHASAN
Teori
Pasien
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
didapatkan peningkatan neutrophil 80,5% yang
artinya kemungkinan besar pasien terinfeksi oleh
bakteri. Pada pemeriksaan foto thoraks Ap view
didapatkan gambaran bronchopneumonia.
BRONCHOPNEUMONIA
Pembahasan
O2 nasal canul Untuk terapi suportif pasien
Infus kaen 3B 10tpm.
Kebutuhan cairan pasien : 12,5 kg = 1125cc/hari. Dikurangi
Penatalaksanaan peroral ± 250-350 cc per hari
• O2 nasal canul 1-2 Lpm Kc menjadi : 875-775 cc/hari
Tpm : 12 tpm – 10 tpm
• Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
Penggunaan ceftriaxone.kurang tepat sebaiknya Beri
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap
• Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka
jam diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/
• Injeksi metil prednisolone 3x8 mg kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya
• Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml dosis anak 50-100 mg/kg/h (50 mg/kgBB/hari) dalam 2
dosis. Dosis sudah sesuai.
(bricasma) + budesonide 0,5mg/2ml Pada pasien ini juga diberikan paracetamol, sesuai dengan
(Pulmicort) / 8 jam penatalaksanaan khusus paracetamol dapat diberikan jika
pasien demam dengan peningkatan suhu >38,50C, dosis
paracetamol pada anak yaitu 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan
paracetamol injeksi 150 mg
Pembahasan
Pada pasien juga di dapatkan batuk dan sesak napas sehingga diberikan, Salbutamol dan terbutaline sulfat
merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus.
Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase.
Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml (bricasma) dengan dosis anak anak berat badan dibawah 25 kg : 2-5 mg / 2-4
kali nebulizer.
budesonide 0,5mg/2ml (Pulmicort) 0,5 -1 mg dibagi dalam dua dosis merupakan kortikosteroid inhalasi untuk
meredakan peradangan khususnya disaluran nafas.
Pasien diberikan ranitidine 2 x 12,5 mg. ranitidine merupakan golongan antagonis kompetitif histamin yang khas
pada reseptor h2 sehingga secara efektif menghambat sekresi asam lambung. Dengan dosis anak-anak 2-4 mg/
kgbb/kali setiap 8-12 jam. Pada pasien ini dosisnya kurang tepat
metil prednisolone sebagai anti inflamasi dan imunosuoresi yang cukup efektif bekerja mengurangi inflamasi
disaluran nafas pasien dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari. Pada pasien ini diberikan 3x8 mg sesuai dosis yang
diberikan.
• Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan
bronkiolus terminal. Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada usia
(menentukan jenis bakteri dan virus), status imunologis, status lingkungan, kondisi lingkungan
(epidemiologi setempat, polusi udara), status imunisasi, faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
• Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh
pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami
peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih
keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif
menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari
alveolus ke alveolus.
• Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya
nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung baru
dipikirkan kemungkinan pneumonia.
• Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah
pemeriksaan posisi AP.
• Penatalaksanaan pneumonia yaitu dengan pemberian antibiotik, penatalaksanaan suportif.
TERIMA KASIH