Anda di halaman 1dari 46

PRESENTASI KASUS

BRONKOPNEUMONIA
TOMMY AKROMA
20130310021/20174011023

Pembimbing
dr. Wahyu Budiyanto, M.Sc, Sp.A
1
Identitas Pasien

Nama • An N

Usia • 4 tahun 5 bulan

Jenis Kelamin • Perempuan

Alamat • suruh, SMG

Bangsal • Anggrek 11E

Masuk RS • 2/3/19
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
• Demam dirasakan sejak hari senin tanggal 25 februari 2019 pada malam hari
sekitar pukul 23.00 5 hari SMRS.
• Demam naik turun, memberat saat malam hari, lebih merasa enakan pada
pagi hari.

Anamnesi • Pasien juga mengeluh batuk, berdahak warna kuning kehijauan seringkali
susah untuk keluar, dan mengeluarkan suara grok-grok saat pasien bernafas.

s
• Pasien juga mengeluh sesak yang terus menerus,
• nafas terasa berat, bernafas lebih cepat dari biasanya, pilek berwarna putih
kehijauan, nafsu makan dan minum menurun, susah untuk tidur.

• Pada hari rabu tanggal 27 februari 2019 ibu membawa pasien ke rumah sakit
Keluhan Utama dan mendapatkan obat paracetamol syrup dan oxoryl syrup, lalu psien rawat
Demam jalan. Dokter berpesan jika keluhan pasien memberat, sesak bertambah dan
demam juga bertambah, pasien segera datang ke rumah sakit kembali.
• Keluhan lain seperti pusing, mual, muntah, nyeri tenggorokan, pusing, nyeri
telinga, telinga mengeluarkan air, nyeri perut, nyeri sendi, nyeri dibelakang
mata, mimisan, nyeri dibelakang mata, bitnik bitnik merah ditubuh, pipis nyeri,
pipis terasa panas, dan buang air besar berdarah, bab hitam, kejang disangkal
oleh pasien. Pasien juga tidak mengeluh batuk yang lama, penurunan berat
badan dalam beberapa minggu dan bulan terakhir serta sering keringat dingin
dan merasa selalu lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat alergi obat-obatan, makanan atau yang lainnya disangkal
Riwayat penyakit asma, kejang, disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat alergi obat-obatan, makanan atau yang lainnya pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit asma, kejang pada keluarga disangkal
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Ibu pasien berusia 30 tahun, ayah pasien berusia 40 tahun. Ibu pasien pernah hamil
dua kali, melahirkan 2 kali, dan belum pernah keguguran (P2A0). Anak pertama
perempuan, BBL 2900 gram, hamil cukup bulan, lahir di bidan, usia sekarang 9 tahun,
lahir spontan, dan sampai sekarang sehat. Anak kedua prempuan, BBL 3000 gram,
kehamilan cukup bulan, lahir di bidan, spontan, usianya sekarang 4 tahun 5 bulan.
Ibu pasien pernah memakai kb susuk selama 3 tahun dilanjutkan 1 tahun kb suntik
per 3 bulan setelah melahirkan anak pertama.
Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi
dasar lengkap sesuai umur dan memantau tumbuh kembang anaknya.
Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gram. Panjang badan 49 cm. Kesan: pertumbuhan dan
perkembangan anak sesuai
Berat badan sekarang 12.5 kg. Tinggi badan 93 cm. umur
Perkembangan
Personal social : pasien sudah bisa menyikat gigi tanpa bantuan, mengambil makan Riwayat Perkembangan
dan berpakaian tanpa bantuan
Motoric halus : ibu pasien mengatakan sudah bisa menggambar orang, mencoret-coret dan Pertumbuhan Anak
dan mulai latih menulis
Bahasa : sudah bisa bilang lapar, haus, dan mau makan. Sudah bisa menyebutkan 4
warna.
Motoric kasar : sudah bisa loncat loncat dan berdiri satu kaki.
ASI diberikan sejak lahir, dan MPASI mulai dikenalkan setelah 6
Riwayat Makan dan
bulan. Ibu pasien membuat beragam aneka makanan pendamping
asi setiap harinya, dimulai dari sayur-sayuran, lauk pauk dan lain lain. Minum Anak
Hepatitis B : saat lahir, bulan 2,3,4
Polio : bulan 2,3,4
BCG : bulan 1
DTP : bulan 2,3,4
Campak : bulan 9, 18 Riwayat Imunisasi
MMR : Bulan 15
Hib : bulan 2,3,4
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai usia

Sekolah TK, kakak pasien sd kelas 3. ibu pasien IRT ayah pasien kerja di Riwayat Sosial dan
swasta. Ayah pasien sudah tidak merokok, Namun keseharian pasien
bermain mungkin berada di lingkungan yang banyak perokok seperti
Ekonomi
Kesan umum : sadar, sesak, DATA ANTOPOMETRI
Anak perempuan, usia 4 tahun 5
tampak sakit sedang
bulan 28 hari
Kesadaran : CM Berat Badan : 12,5 kg
Tanda-Tanda Vital Tinggi Badan : 93 cm
Tekanan darah : - Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
Nadi : 150 x/menit, reguler, isi BMI = BB/(TB)2 = 12,5/(0,93)2 = 14,53
tegangan cukup kg/m2
Suhu : 40,1 0C. BB/U : -3 SD sd (-2SD) gizi kurang
Pernapasan : 55 x/menit (pola nafas TB/U : -3 SD sd (-2SD) pendek
cepat, retraksi subcostal positif) BB/TB : -2 SD sd (+2SD) normal
SpO2 : 86%  O2 nasal canul : BMI/U : -1 SD sd (0SD) normal
95-97 %
Status Generalis
Thorax
retraksi subcostal (+) pola nafas cepat
ekspirasi memanjang sedikit,
ketertinggalan gerak (+).
Kepala dan Leher vokal fremitus menurun
Normocephaly, konjungtiva anemis (-/-), Suara vesikular dasar (SDV) : N/N
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), napas (normal di lapang paru kanan dan kiri)
cuping hidung (+), mukosa bibir basah, Suara ronkhi basah halus dominan di
lidah kotor (-) basal: +/+
Telinga : nyeri tekan tragus (-), liang telinga Suara ronkhi basah kasar : -/-
serumen (-) Wheezing : +/+
Hidung : cavum nasi lapang, septum nasi
Krepitasi (+/+)
lurus, concha inferior hypertrophy
Tenggorokan : uvula ditengah, tonsil T1-
T1, dinding faring posterior tidak hiperemis

Ekstremitas Abdomen
Edema (-), akral Distensi (-), Supel, Timpani,
hangat (+), CRT < 2 Hepar dan Lien tidak teraba,
detik Bising usus (+), Nyeri tekan
regio umbilikal (+)
ASSESSMENT AWAL Penatalksanaan awal
• Non Medikamentosa
• Menjelaskana kepada pasien dan keluarga
Diagnosis Banding pasien bahwa pasien diindikasikan rawat
inap
• bronkiolitis, • Menjelaskan kepada keluarga pasien
• bronkitis, tentang penyakit dan kemungkinan penyakit
• asma, yang diderita, sebab penyakit, gejala,
pentalaksanaan, dan prognosis.
• tb • Cek darah rutin, dan pro foto thoraks Ap
• df View
Medikamentosa
• O2 nasal canul 1-2 Lpm
Diagnosis Kerja • Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg
Observasi febris H5 suspek • Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 jam
• Combivent nebul yang isinya Ipratropium
bronkopneumonia, bromide 0,25 mg Salbutamol sulfate 3,01
mg + nacl 0,9%
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg /12 jam
• Jika masih sesak tambahkan metil
prednisolone 3x8 mg iv
Satuan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi      

Leukosit 4,36 6,00 – 17,00 ribu/ul

Eritrosit 5,42 3,60 – 5,20 juta/ul

gr/dL
Hemoglobin 11,9 10,8 – 12,8

Hematokrit 36,8 35 – 43 vol%

MCV 67,9 73 – 101 Fl

MCH 22 23 – 31 Pg

MCHC 32,3 33 – 36 gr/dL

Trombosit 166 150 – 450 ribu/ul

Hitung Jenis      

Eosinophil 0,4 1–5 %

Basophil 0,3 0–1 %

Limfosit 16,1 25 – 50 %

Monosit 2,7 1–6 %

Neutrofil 80,5 25 – 60 %
Hasil pemeriksaan thoraks AP view, simetris, inspirasi dan kondisi cukup (3/3/19)

Hasil :
• Tampak opasitas inhomegen dikedua pulmo,
diffuse, dengan batas tak tegas,
airbronchogram multiple
• Tak tampak pelebaran pleural space bilateral
• Tak tampak pembesaran limfonodi hilus
bilateral
• Diafragma bilateral licin dan tak mendatar
• Cor, CTR + 0,48
• Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
Bronchopneumonia
Besar cor dalam batas normal
DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita, sebab
penyakit, gejala, pentalaksanaan, dan prognosis.
Medikamentosa
• O2 nasal canul 1-2 Lpm
• Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg
• Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 jam
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg
• Injeksi metil prednisolone 3x8 mg
• Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml (bricasma) + budesonide 0,5mg/2ml
(Pulmicort) / 8 jam
• Diit TD2
Traktus respiratorius
1. Tractus respiratorius bagian atas :
 Hidung (nasal)
 Pharyng
 Laryng

2. Tractus respiratorius bagian


bawah :
 Trachea
 Bronchus
 Bronchiolus
• terminalis
• respiratori
 Alveolar
• ducts
• sacs
Fungsi Paru

Membuang CO2 dan mengambil O2 untuk


metabolisme tubuh

Mempertahankan pH darah

Mempertahankan keseimbangan suhu


tubuh dan kadar H2O

Komponen fonasi suara


Fungsi utama respirasi
• Pertukaran O2 dan CO2 antara
darah dan udara pernapasan.
• Fungsi tambahan ialah
pengendalian keseimbangan
asam basa, metabolisme
hormon dan pembuangan
partikel, mekanisme
pertahanan
• Pusat respirasi : Merupakan kelompok neuron yang terletak di
substansia retikuler medulla oblongata dan pons. Terdiri dari
pusat apnestik, area pneumotaksis, area ekspiratori, dan area
inspiratori.
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan
pada paru dimana proses peradangannya
ini menyebar membentuk bercak-bercak
infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan
dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih Insiden penyakit ini pada negara
tercatat sebagai masalah berkembang hampir 30% pada
kesehatan utama pada anak di anak-anak di bawah umur 5 tahun
Negara berkembang. Pneumonia dengan resiko kematian yang tinggi,
merupakan penyebab utama sedangkan di Amerika pneumonia
morbiditas dan mortalitas anak menunjukkan angka 13% dari
berusia dibawah lima tahun (balita). seluruh penyakit infeksi pada anak
Diperkirakan hampir seperlima di bawah umur 2 tahun Insiden
kematian anak di seluruh dunia, pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di
lebih kurang dua juta anak balita, negara maju adalah 2-4 kasus/100
meninggal setiap tahun akibat anak/tahun, sedangkan dinegara
pneumonia, sebagian besar terjadi berkembang 10-20 kasus/100
di Afrika dan Asia Tenggara. anak/tahun.
Menurut survey kesehatan nasional
(SKN) 2001, 27,6% angka kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di
Indonesia disebabkan oleh penyakit
system respiratori, terutama
pneumonia.1,3
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lesi di paru - Pneumonia lobaris
- Pneumonia interstitialis
- Bronkopneumonia

Berdasarkan asal infeksi - Pneumonia yang didapat dari masyarkat


(community acquired pneumonia = CAP)
- Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(hospital-based pneumonia)

Berdasarkan mikroorganisme - Pneumonia bakteri


penyebab - Pneumonia virus
- Pneumonia mikoplasma
- Pneumonia jamur

Berdasarkan karakteristik - Pneumonia tipikal


penyakit - Pneumonia atipikal
Berdasarkan lama penyakit - Pneumonia akut
- Pneumonia persisten
Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan
Lingkungan dan Pejamu
Tipe Klinis Epidemiologi

Pneumonia Komunitas Sporadis atau endemic; muda atau

orang tua

Pneumonia Nosokomial Didahului perawatan di RS

Pneumonia Rekurens Terdapat dasar penyakit paru kronik

Pneumonia Aspirasi Alkoholik, usia tua

Pneumonia pada gangguan Pada pasien transplantasi, onkologi,

imun AIDS
usia
1

2
Status imunologis
FAKTOR
3
RESIKO
lingkungan

imunisasi
4

Pejamu daya tahan tubuh


5

malnutrisi 6
Etiologi
Umur Bakteri

Bayi baru lahir (neonatus – 2 Streptokokus grup B, Escheria coli dan kuman
bulan) Gram negatif lain, Listeria monocytogenes,
Chlamydia trachomatis  tersering .
Usia > 2 – 12 bulan
S. aureus dan Streptokokus grup A

Usia 1 – 5 tahun
Streptococcus pneumonia, H. influenzae,

Stretococcus grup A, S. aureus


Usia sekolah dan remaja
S. pneumonia, Streptokokus grup A, dan

Mycoplasma pneumoniae (pneumonia

atipikal)
Patofisiologi
PATOFISIOLOGI
• Patogenesis
• Stadium I (4 – 12 jam pertama) 
kongesti
• Stadium II (48 jam berikutnya) 
hepatisasi merah
• Stadium III (3 – 8 hari)  hepatisasi
kelabu
• Stadium IV (7 – 11 hari)  resolusi
Patologi dan
Patogenesis
Stadium II/Hepatissi
Stadium I/ Hiperemia Merah

Disebut hiperemia Disebut hepatisasi


karena terjadi respon merah karena terjadi
peradangan sewaktu alveolus terisi
permulaan yang oleh sel darah merah,
berlangsung pada eksudat dan fibrin yang
daerah baru yang dihasilkan oleh pejamu
terinfeksi. (host) sebagai bagian
dari reaksi peradangan.
Patologi dan
Patogenesis
Stadium III/ Hepatisasi Stadium IV/ Resolusi
Kelabu
Pada stadium IV/
resolusi yang terjadi
Hepatisasi kelabu sewaktu respon imun
yang terjadi sewaktu dan peradangan
sel-sel darah putih mereda, sisa-sisa sel
mengkolonisasi fibrin dan eksudat lisis
daerah paru yang dan diabsorpsi oleh
terinfeksi. makrofag sehingga
jaringan kembali ke
struktur semula.
Manifestasi Klinis

Gambaran Klinik Pemeriksaan Fisik

Didahului oleh infeksi saluran Suhu tubuh ≥ 38,5o C


nafas akut bagian atas Pada setiap nafas terdapat
selama beberapa hari, retraksi otot epigastrik,
Kemudian diikuti dengan interkostal, suprasternal, dan
demam, menggigil, suhu pernapasan cuping hidung. Takipneu berdasarkan WHO:
tubuh kadang-kadang Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Pada palpasi ditemukan vokal Usia 2-11 bulan ≥ 50 x/menit
melebihi 40 0c, fremitus yang simetris. Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Sakit tenggorok, nyeri otot, Usia > 5 tahun ≥ 30 x/menit
dan sendi, Pada perkusi tidak terdapat
kelainan
Juga disertai batuk dengan
sputum mukoid atau purulen, Pada auskultasi ditemukan
kadang-kadang berdarah. crackles sedang nyaring.
1. Darah Perifer Lengkap
2. C-Reaktif Protein Pemeriksaan
3. Uji Serologis Penunjang
4. Pemeriksan Mikrobiologis
5. Rontgen Thorax
DIAGNOSIS

Terdapatnya retraksi
epigastrik, interkostal,
dan suprasternal
PEMERIKSAAN merupakan indikasi
ANAMNESA FISIK
tingkat keparahan.
Pada bronkopneumoni,
bercak-bercak infiltrat
didapati pada satu
atau beberapa lobus

Tingginya angka morbiditas dan mortalitas


pneumonia pada balita, upaya penanggulangannya
WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana yang sederhana 29
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO

Pneumonia ringan

Diagnosis Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
- pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
- pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

Tatalaksana
• Anak di rawat jalan Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
• Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum
atau menyusu.
Ketika anak kembali:
• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan
sampai seluruhnya 3 hari.
• Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati
ibu untuk kembali 2 hari lagi.
• Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.
30
Dalam keadaan yang
sangat berat dapat
dijumpai:
-Tidak dapat menyusu
atau minum/makan,
atau memuntahkan
semuanya
- Kejang, letargis
atau tidak sadar
- Sianosis
- Distres pernapasan
berat.
Pneumonia berdasarkan ppm IDAI

Klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO pedoman tersebut.


Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :
Pneumonia berat
• Adanya retraksi
Pneumonia sangat berat
• tidak dapat minum, makan kejang, latergi.
Pneumonia ringan
• Nafas cepat 
Bayi berusia di bawah 2 bulan
• Pneumonia berat : nafas cepat atau retraksi yang berat
• Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek, makan, minum, kejang, latergi demam atau
hipotermia
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
- gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai kurang atau tidak ada respon
dengan bronkodilator
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebaba yang jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik. Pembengkakan
tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang.

Asma - riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
Penatalaksanaan
Pneumonia

Pneumonia Rawat Pneumonia


Jalan: Rawat Inap :
Diberi antibiotik
Penatalaksanaan
- Amoksisilin 25 mg/
kgbb/kali 2x1 umum
selama 3 hari khusus
- Kotrimoksazol 4
mg/kgbb/ kali 2x1
selama 3 hari
Penatalaksanaan
Kriteria rawat inap Tatalaksana Umum
• Bayi :
• Saturasi oksigen kurang dari atau sama dengan - Pasien dengan saturasi oksigen kurang dari atau sama dengan 92%
92%
pada saat bernapas dengan udara kamar harus diberikan terapi
• Frekuensi nafas > 60 kali per menit
• Distress pernafasan, apneu intermitten atau oksigen dengan nasal kanul, head box, atau sungkup untuk
grunting mempertahankan saturasi oksigen >92%
• Tidak mau minum dan menetek
• Keluarga tidak bisa merawat dirumah - Pada pneumonia berat atau asupan peroral kurang, diberikan cairan
• Anak : intravena dan dilakukan balans cairan ketat
• Saturasi oksigen < 92 %
• Frekuensi nafas > 50 kali per menit - Fisioterapi dada tidak bermanfaat, tidak direkomendasikan
• Distress pernafasan
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga
• Grunting
• Terdapat tanda dehidrasi kenyamanan pasien dan mengontrol batuk
• Keluarga tidak bisa merawat dirumah - Nebulisasi dengan B2 agonis dan atau nacl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clereance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus di observasi
setidaknya setiap 4 jam sekali termasuk pemeriksaan saturasi
oksigen
Penatalaksanaan rawat inap
• Kriteria pulang
• Gejala dan tanda
pneumonia menghilang
• Asupan peroral adekuat
• Pemberian antibiotic
dapat diteruskan
dirumah
• Keluarga mengerti dan
setuju pemberian terpapi
dan rencana kontrol
• Kondisi rumah
memungkinkan untuk
perawatan dirumah
Terapi Suportif

Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3
x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6
jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5
x 2-3 mEq x BB (kg).
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung.
Komplikasi
 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.
 Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya
nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau
seluruh rongga pleura.
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru
yang meradang.
 Infeksi sitemik
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa
lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan
melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-
zat gizi esensial tubuh.
Pencegahan
 Dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini.
 Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain.
 Vaksinasi pneumokokus
 Vaksinasi H.Influenzae
Pasien PEMBAHASAN
Pada kasus pasien datang dengan keluhan .
Demam 5 hari. Pasien juga mengeluh batuk, Teori
berdahak warna kuning kehijauan seringkali susah
untuk keluar, dan mengeluarkan suara grok-grok
saat pasien bernafas. Pasien juga mengeluh sesak Gambaran Klinik Pemeriksaan Fisik
yang terus menerus, nafas terasa berat, bernafas
lebih cepat dari biasanya, pilek berwarna putih
kehijauan, nafsu makan dan minum menurun, susah Suhu tubuh ≥ 38,5o C
Didahului oleh infeksi saluran
untuk tidur. nafas akut bagian atas selama Pada setiap nafas terdapat
beberapa hari, retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan
Kemudian diikuti dengan demam, pernapasan cuping hidung.
Tampak pasien sadar, sesak, tampak sakit menggigil, suhu tubuh kadang-
kadang melebihi 40 0c, Pada palpasi ditemukan vokal
sedang. Pada nadi pasien didapatkan 150 x/ fremitus yang simetris.
menit suhu 40,1 derajat celcius, pernafasan Sakit tenggorok, nyeri otot, dan
55x/menit pola nafas cepat terdapat retraksi sendi, Pada perkusi tidak terdapat
kelainan
subcostal saturasi O2 didapatkan 86% dengan Juga disertai batuk dengan
udara bebas setelah diberikan oksigen nasal sputum mukoid atau purulen,
kadang-kadang berdarah.
Pada auskultasi ditemukan
crackles sedang nyaring.
canul 1-2 lpm menjadi 95-97%. Pada inspeksi
dada didapatkan retraksi subcostal pola nafas
cepat ketertinggalan gerak, vocal fremitus Observasi febris H5 suspek
menurun, terdapat suara ronki basah halus bronkopneumonia
dan dibasal dan wheezing.
PEMBAHASAN

Teori
Pasien
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
didapatkan peningkatan neutrophil 80,5% yang
artinya kemungkinan besar pasien terinfeksi oleh
bakteri. Pada pemeriksaan foto thoraks Ap view
didapatkan gambaran bronchopneumonia.

BRONCHOPNEUMONIA
Pembahasan
O2 nasal canul Untuk terapi suportif pasien
Infus kaen 3B 10tpm.
Kebutuhan cairan pasien : 12,5 kg = 1125cc/hari. Dikurangi
Penatalaksanaan peroral ± 250-350 cc per hari
• O2 nasal canul 1-2 Lpm Kc menjadi : 875-775 cc/hari
Tpm : 12 tpm – 10 tpm
• Infus Kaen 3B 10 tpm Makro
Penggunaan ceftriaxone.kurang tepat sebaiknya Beri
• Injeksi ceftriaxone 2x300 mg ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap
• Infus paracetamol 3x150 mg / 4-6 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka
jam diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di
• Injeksi Ranitidine 2x12,5 mg rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/
• Injeksi metil prednisolone 3x8 mg kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya
• Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml dosis anak 50-100 mg/kg/h (50 mg/kgBB/hari) dalam 2
dosis. Dosis sudah sesuai.
(bricasma) + budesonide 0,5mg/2ml Pada pasien ini juga diberikan paracetamol, sesuai dengan
(Pulmicort) / 8 jam penatalaksanaan khusus paracetamol dapat diberikan jika
pasien demam dengan peningkatan suhu >38,50C, dosis
paracetamol pada anak yaitu 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan
paracetamol injeksi 150 mg
Pembahasan
Pada pasien juga di dapatkan batuk dan sesak napas sehingga diberikan, Salbutamol dan terbutaline sulfat
merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus.
Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase.
Nebul terbutaline sulfat 5mg/2ml (bricasma) dengan dosis anak anak berat badan dibawah 25 kg : 2-5 mg / 2-4
kali nebulizer.
budesonide 0,5mg/2ml (Pulmicort) 0,5 -1 mg dibagi dalam dua dosis merupakan kortikosteroid inhalasi untuk
meredakan peradangan khususnya disaluran nafas.

Pasien diberikan ranitidine 2 x 12,5 mg. ranitidine merupakan golongan antagonis kompetitif histamin yang khas
pada reseptor h2 sehingga secara efektif menghambat sekresi asam lambung. Dengan dosis anak-anak 2-4 mg/
kgbb/kali setiap 8-12 jam. Pada pasien ini dosisnya kurang tepat
metil prednisolone sebagai anti inflamasi dan imunosuoresi yang cukup efektif bekerja mengurangi inflamasi
disaluran nafas pasien dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari. Pada pasien ini diberikan 3x8 mg sesuai dosis yang
diberikan.

Analisis factor risiko yang terdapat pada pasien :


1. Usia
2. Secara bb/usia masuk dalam gizi kurang
3. Lingkungan
4. Status imunologis
5. Faktor antigen
KESIMPULAN

• Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan
bronkiolus terminal. Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada usia
(menentukan jenis bakteri dan virus), status imunologis, status lingkungan, kondisi lingkungan
(epidemiologi setempat, polusi udara), status imunisasi, faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
• Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh
pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami
peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih
keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif
menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari
alveolus ke alveolus.
• Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya
nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung baru
dipikirkan kemungkinan pneumonia.
• Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah
pemeriksaan posisi AP.
• Penatalaksanaan pneumonia yaitu dengan pemberian antibiotik, penatalaksanaan suportif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai