Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNIK MESIN IRIGASI DAN

DRAINASE
PERENCANAAN IRIGASI CINCIN

ALAN VRENDIKA
J1B116026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
2.2.6 Hasil dan Pembahasan
2.2.6.1 Hasil
Berikut hasil dari praktikum irigasi cincin dengan perlakuan berbeda yaitu
menggunakan kain Legacy, Rib dan Diadora. Hasil data pengamatan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
(cm)
No. Data
Rib Diadora Legacy
1 Tinggi penyangga 53 59 56
2 Tinggi Ember 54 54 54
3 Diameter Atas Ember 47 47 47
4 Diameter Bawah Ember 38 38
5 Tinggi Air dalam ember 34 34 37,7
6 Jarak sumber air ke L join 25 25
7 Jarak dari L join ke T join 16 16
8 Jarak masing2 simpang T 14 14
9 Panjang pipa lateral 172 172
10. Kedalaman emitter 10 10 5

2.2.6.2 Pembahasan
1. Kinerja irigasi cincin
Kinerja irigasi cincin ditentukan dari kemampuan emitter cincin
merembeskan air ke zona perakaran tanaman dalam hal ini laju rembesan air dan
pola pembasahan tanah pada arah horizontal dan vertical. Komponen irigasi cincin
terdiri dari ember yang berfungsi sebagai wadah penampungan air. Penggunaan
ember sebagai reservoir agar supaya air yang keluar dari ember tekanannya
sama/stabil. Air dari ember akan didistribusikan melalui jaringan perpipaan (pipa
dengan ukuran diameter ¾ inc) menuju emitter, sedangkan emitter cincin
diletakkan dalam pot pada kedalaman 5-10 cm dari permukaan tanah.
Daerah yang terbasahi oleh emitter tergantung pada besarnya aliran, jenis
tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal dan horisontal (Hansen
et al., 1979).
Emitter cincin memberikan air dengan cara merembeskan air melalui
dinding emitter yang dibuat dari bahan porus (kain), yang akan mengalirkan air
sesuai dengan kondisi kesetimbangan air di tanah dan di dalam bahan porus. Air
yang berada di dalam emitter dirembeskan secara melingkar di sekeliling pot
tanaman untuk memperoleh hasil pembasahan yang optimal sehingga air dapat
menjangkau area perakaran dengan cepat dan seragam.
2. Pola Pembasahan Air Vertikal dan Horizontal
Pola pembasahan emitter merupakan salah satu kinerja dari irigasi cincin,
pola pembasahan emitter menunjukkan air dari emitter terdistribusi dengan baik
ke tanah dan daerah perakaran tanaman. Pengukuran pola pembasahan emitter
dilakukan dengan melihat media tanam yang basah di dalam pot dari arah vertical
dan horizontal dengan menggunakan mistar ukur.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan untuk kelas R1
menggunakan pembungkus Rib dan Diadora dengan tiga kali pengulangan
sedangkan R2 menggunakan pembungkus Legacy dengan dua kali pengulangan
bisa dilihat pada gambar dibawah.

Pola Pembasahan Vertikal


25
20
15
Jarak (cm)

10
5
0
Legacy Rib Diadora
Jenis Kain

5 menit 10 menit 15 menit

Gambar 1. Diagram pola vertikal

Pola pembasahan tanah di sekitar emitter cincin menunjukkan kemampuan


emitter memberikan zona basah dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Pola
pembahasan vertikal dari tiga jenis kain didapatkan perbedaan dimana yang paling
besar dihasilkan dari perlakuan menggunakan kain Rib, sedangkan perlakuan
menggunakan kain jenis Legacy pada menit ke-10 mengalami penurunan,
disebabkan cincin yang berada didalam pot sudah berada pada tekanan tertinggi
sehingga air tidak dapat lagi keluar dari kain Legacy.
Perbedaan diantara kain Rib, Diadora dan Legacy maka kain Rib adalah
yang terbaik buat tanaman yang memiliki akar yang panjang dan membutuhkan
air yang banyak, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari tanaman agar tumbuh
dengan optimal. Pengambilan data dilakukan dengan cara membuka salah satu
dari polibag yang digunakan dan dilihat air yang merembes kedalam tanah sejauh
berapa jauh dalam satuan sentimeter.

Pola Pembasahan Horizontal


12
10
8
Jarak (cm)

6
4
2
0
Jenis Kain

5 Menit 10 Menit 15 Menit

Gambar 2. Pola Pembasahan Horizontal


Semakin besar nilai pola pembasahan horizontal semakin baik kain untuk
merembeskan air kedalam tanah. Berdasrkan praktikum yang telah dilaksanakan
didapatkan legacy adalah kain yang mendapatkan nilai terbesar atas
penyebarannya pembahasan. Penyebab legacy mendapatkan nilai yang besar
dikarenakan tekanan yang berada didalam tanah sudah maksimal sehingga air
yang seharusnya masuk kedalam tanah menjadi naik keatas permukaan. Besarnya
laju rembesan juga mempengaruhi jarak pembasahan tanah, semakin besar laju
rembesan dari dinding emitter, semakin jauh jarak pembasahannya. Faktor yang
membuat kain diadora tidak memiliki pola pembasahan secara horizontal
disebabkan karena tekstur tanah yang baik sehingga dalam waktu 15 menit air
dengan debit air yang rendah air belum mampu memenuhi polibag.
Dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa air yang keluar dari dinding
emitter merembes ke arah vertikal lebih besar dibandingkan ke arah horizontal. Hal
ini disebabkan karena emitter cincin ditempatkan di bawah permukaan tanah
menyebabkan gaya gravitasi air ke bawah lebih besar sehingga laju rembesan ke arah
vertikal lebih besar.

3. Debit Air
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan perbedaan debit
seperti gambar dibawah ini.

Debit
0.03000
0.02500
Debit (M^3/dtik)

0.02000
0.01500
0.01000
0.00500
0.00000
Legacy Rib Diadora
Jenis Kain

5 Menit 10 Menit 15 Menit

Gambar 3. Debit Air

Mengetahui kehilangan air di saluran pada dasarnya perlu mengetahui


debit air di saluran. Pengukuran debit tersebut adalah proses pengukuran dan
perhitungan kecepatan aliran, kedalaman danlebar aliran serta perhitunganluas
penampang basah untuk menghitung debit (Soewarno, 1991).
Hasil pengukuran laju rembesan irigasi cincin menunjukkan bahwa
emitter dengan bahan kain Legacy mampu merembeskan air ke daerah perakaran
pot secara merata dengan dua kali pengulangan dan emitter dengan bahan kain
Diadora memiliki laju rembesan yang paling kecil. Hal ini dikarenakan oleh nilai
konduktivitas bahan parasut yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis bahan
emitter yang lainnya.
2.2.7 Kesimpulan dan Saran
2.2.7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan setelah melaksanakan praktikum ini adalah dari tiga
kain yang digunakan yaitu kain Rib, Diadora dan Legacy. Paling disarankan
adalah kain rib dalam membuat saluran irigasi cincin. Nilai debit paling besar
didapatkan pada pengulangan waktu pertama disebabkan porositas tanah masih
relatif besar. Besarnya nilai debit dan pola pembasahan menandakan kain yang
digunakan bagus untuk tanaman yang membutuhkan air yang banyak pada saat
pertumbuhan agar tumbuh dengan optimal.
2.2.7.2 Saran
Saran pada praktikum diharapkan kepada praktikan mengikuti kegiatan
praktikum dengan sungguh-sungguh untuk meminimalisir terjadinya kesalahan
pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, V.E., O. W. Israelsen & G. E. Stringhan. 1979. Irrigation Principles and


Practices (Fourth Edition). New York : John Wiley and Sons, Inc.
Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran dan pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri), Nova, Bandung.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Perhitungan Debit (R1 Kelompok 1 = 5 menit)
V =π h(R2 + Rr +r 2 )
V =3,14 .21( 40,52 +40,5(38)+382 )
3
V =304856,4456 cm

Setelah mencari volume, maka dapat dicari debit dari air


V
Q=
t
304856,4456
Q=
300
3
Q=1016, 18 cm /s
DOKUMENTASI

Gambar 1.Proses pembuatan lobang dipipa

Gambar 2. Proses pembuatan pembuatan cincin irigasi

Gambar 3. Bentuk cincin irigasi


Gambar 4.Sampel tanah percobaan

Gambar 5.sampel air ditampung dibak

Gambar 6.Pemasangan irigasi cincin ke tanah percobaan

Gambar 7. Proses pengaliran air irigasi cincin ke tanah percobaan


Gambar 8.Proses pengaliran air kedalam tanah

Gambar 9.Proses pengukuran air yang tertampung di sampel tanah

Anda mungkin juga menyukai