ABSTRAK
Lipid merupakan ester asam lemak dan gliserin. Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut lipid. Pemeriksaan lipid dapat dilakukan dengan uji kualitatif yang
umum digunakan diantaranya dengan uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan uji
ketidakjenuhan lipid. Pengamatan ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan lipid pada
bahan pangan, mengetahui zat yang mampu melarutkan lipid dan mengetahui ketidakjenuhan
lipid. Metode pengamatan yang digunakan terdiri dari uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan
uji ketidakjenuhan lipid. Hasil pengamatan membuktikan bahwa semua bahan uji terdeteksi
mengandung lipid. Sedangkan pada uji kelarutan, semua bahan uji bersifat non polar dan
dapat larut hanya pada larutan non polar yaitu, eter, dan kloroform. Pada hasil uji ketidak
jenuhan menunjukan semua bahan uji tidak jenuh. Oleh karena itu semua bahan uji yang diuji
dengan 3 jenis uji, yaitu uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan uji ketidakjenuhan lipid
hasilnya positif mengandung ipid. Hasil pengamatan ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran dan informasi mengenai kandungan lipid pada bahan pangan.
PENDAHULUAN
Lemak merupakan molekul besar yang tersusun dari sejumlah molekul- molekul yang
lebih kecil melalui reaksi dehidrasi. Lemak terbuat dari gliserol dan asam lemak. Gliserol
merupakan alkohol dengan tiga karbon, yang masing-masing berikatan dengan suatu gugus
hidroksil. Asam lemak memiliki rangka karbon panjang, biasanya 16-18 karbon. Karbon pada
salah satu asam lemak merupakan gugushidroksil (Campbell, 2008: 81).
Lemak dimasukkan dalam satu kelompok disebut lipid. Sifat fisika lipid yaitu: (1)
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter,
aseton, kloroform, benzena yang sering disebut “pelarut lemak”. (2) ada hubungan dengan
asam-asam lemak atau esternya. (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk
hidup. Lipid tidak dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi
menggunakan alkohol panas, eter, atau pelarut lemak yang lain (Poedjiadi, 2005: 51).
1
Asam lemak adalah asam lemah. Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh
asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Minyak adalah ester asam lemak
tidak jenuh dengan gliserol. Untuk menentukan derajat ketidak jenuhan pada asam lemak
yang terkandung didalamnya (lemak hewan) diukur dengan bilangan iodium. Semakin
banyak ikatan rangkap, semakin banyak pula iodium yang dapat bereaksi (Poedjiadi, 2005:
55-60).
Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara
suatu lemak dan minyak yaitu lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair pada suhu
kamar. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak
tak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan yang tidak larut dalam air (Almunady, 2012:
103).
Sifat-sifat lipid diantaranya hidrolisis, pembentukan membran inti sel dan emulse,
hidrogensi dan ransid/ tengik. Jika dalam uji ditetesi lipid akan membentuk warna orange, uji
ketidakjenuhan lipid akan membentuk warna kuning. Adapun pelarut lipid yaitu eter,
kloroform, benzena karbon tertraklorida xylena, alkohol panas dan aseston panas (
Sukmawati, 2015: XXVii).
1. Lipid sederhana, ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Contoh lemak dan lilin
2. Lipid gabungan, ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan contoh
fosfolipid, serebrosida
3. Derivat lipid, senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contoh asam
lemak, gliserol dan sterol (Hawa, 2013: 42).
Lemak berbeda dengan karbohidrat dan protein karena tidak terdiri dari polimer
satuan-satuan molekular. Setiap gram lemak mengandung kalori 2,25 kali dari jumlah kalori
yang dihasilkan oleh protein atau karbohidrat. Lemak selalu tercampur dengan komponen-
komponen lain dalam makanan misalnya vitamin-vitamin yang larut lemak yaitu A, D, E, K,
sterol dan fitosterol (Azka, 2015: 252).
Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak dapat larut dalam
air, namun dapat larut dalam zat pelarut non polar, seperti eter atau kloroform. Menurut
struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (trigliserid), phospholipida, lecithine, dan
sphyngomyeline. Menurut sumbernya terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Menurut
konsistennya, lemak terdiri dari lemka tak terlihat dan lemak terlihat. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, lemak hewan mengandung asam lemak
jenuh (Riawan, 1991: 63).
2
Mentega merupakan makanan produk susu, dibuat dengan mengaduk krim yang
didapat dari susu. Mentega jugadisebut sebagai emulsi air dalam lemak, dan komposisinya
terdiri dari lemak susu, air, casein dan garam dapur. Lemak mentega berasal dari lemak susu
hewan. warna mentega yang disenangi adalah warna kuning dan zat warna yang digunakan
adalah vitamin A yang berupa pigmen berwana kuning. Kandungan gizi mentega: kalori
sebanyak 716, jumlah lemak 81, lemak jenuh 51 g, lemak tak jenuh 3 g, lemak tak jenuh
tunggal 21 g, lemak trans 3,9 g dan mengandung kolesterol sebanyak 215 mg (Suseno, 2000:
54).
Margarin merupakan mentega buatan. Bisa dibuat dari minyak nabati atau hewani.
Margarin mengandung tidak kurang dari 80 persen lemak. Lemak hewani yang digunakan
biasanya lemak babi dan lemak sapi, sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak biji kapas. Kandungan gizi
margarin: kalori 716, jumlah lemak 81g, lemak jenuh 15 g, lemak tak jenuh ganda 24 g,
lemak tak jenuh tunggal 39 g, lemak trans 15 g dan mengandung kolesterol sebanyak 0 mg
(Suseno, 2000:53).
Minyak zaitun merupakan minyak yang didapat dari buah zaitun, pohon tradisional
dari basin mediterania. Kandungan gizi minyak kelapa: kalori sebanyak 884, jumlah lemak
100 g, lemak jenuh 14 g, lemak tak jenuh ganda 11g, lemak tak jenuh tunggal 73 g, dan
mengandung kolesterol sebanyak 0 mg (Suseno, 2000: 52).
METODE
Metode pada pengamatan ini menggunakan beberapa uji kualitatif lipid, yaitu uji
deteksi lipid, uji kelartan lipid dan uji ketidakjenuhan lipid.
Pengamatan ini dilaksanakan di laboratorium UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada
tanggal 16 Oktober 2018, pukul 13.00 WIB s.d selesai. Adapun alat yang digunakan dalam
pengamatan ini yaitu 2 buah rak tabung yang digunakan sebagai tempat penyimpanan tabung
reaksi. 1 buah pipet tetes yang digunakan untuk mengambil cairan dalam skala kecil. 12 buah
tabung reaksi yang berguna sebagai tempat mereaksikan bahan uji dengan pereaksinya. Dan 2
buah kertas cakram, yang digunakan untuk uji deteksi lipid.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu 2 tetes jus jeruk, 2
tetes jus alpukat, minyak zaitun secukupnya, minyak kelapa secukupnya, mentega dan
margarin yang telah dicairkan secukupnya. 2 tetes reagen sudan IV 2 tetes yang digunakan
untuk mendeteksi lipid , 1 ml alkohol 96%, 1 ml eter, kloroform dan Na2CO3 1 ml yang
digunakan dalam uji kelarutan lipid, serta 5 tetes larutan iodin sebagai pengganti larutan
bromine untuk melakukan uji ketidakjenuhan lipid.
Pada praktikum ini dilakukan uji kualitatif lipid. Untuk melaukan uji kualitatif lipid
maka dilakukan beberapa uji diantaranya, uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid, dan uji
ketidakjenuhan lipid. Sebelum melakukan praktikum alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu, kemudian dibersihkan. Metode yang digunakan dalam praktikum ini juga pernah
dilakukan oleh Almunandy, 2012 yang dimodifikasi.
3
Langkah pertama dilaukan uji deteksi lipid. Kertas cakram yang sudah disiapkan
ditetesi dengan bahan-bahan uji dibiarkan sampai mengering. Setelah mengering kemudian
tetesi dengan reagen sudan IV 2 tetes. Lalu diamkan selama 3 menit dan amati warna orange
yang terbentuk.
Langkah kedua lakukan uji kelarutan lipid. Masukan aquades pada masing-masing
tabung sebanyak 5 tabung, tambahkan juga alkohol 96% eter, kloroform, larutan NaCO3
sebanyak 1 ml, tambahkan kealam setiap tabung 2 tetes bahan uji, lalu homogenkan.
Kemudian biarkan beberapa saat dan amati kelarutan yang terjadi.
Langkah ketiga lakukan uji ketidakjenuhan lipid. Bahan uji dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Lalu larutkan dengan 1 ml kloroform. Kemudian ditambahkan sedikit demi
sedikit larutan iodin sampai terbentuk warna kuning. Lalu catat berapa tetes yang diperlukan.
4
goreng terdetek larut larut larut jenuh
si (5 tetes)
Berdasarkan data hasil pengamatan uji kualitatif lipid pada bebrapa bahan pangan,
dibawah ini merupakan rincian mengenai masing-masing uji yang dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan lipid pada bahan pangan dengan uji kualitatif berdasarkan perubahan warna yang
terbentuk sebagai berikut:
Gambar 9. Jus jeruk Gambar 10. Jus jeruk Gambar11. Minyak Gambar 12. Minyak
sebelum ditetesi setelah ditetesi zaitun sebelum zaitun setelah ditetesi
larutan sudan IV larutan sudan IV ditetesi larutan sudan larutan sudan IV
IV
5
Gambar 13. Margarin Gambar 14. Margarin
sebelum ditetesi sebelum ditetesi
larutan sudan IV larutan sudan IV
Pada uji deteksi lipid ini, sebelum membahas mengenai hasilnya kita perlu mengetahui
terlebih dahulu fungsi bahan-bahan yang digunakan dalam uji lipid. Kertas cakram yang
digunakan berfungsi untuk menguji bahwa makanan yang diuji tersebut mengandung lemak atau
tidak. pada saat bahan makanan ditempelkan pada kertas minyak, jika ia mengandung lemak maka
ia akan berwarna transparan atau tembus pandang. Seperti halnya pada bahan uji VCO dan minyak
goreng serta bahan uji lain yang digunakan yaitu margarin, jus alpukat, jus jeruk, mentega dan
minyak zaitun hasilnya menjadi transparan, yang berarti mengandung lemak. Kemudian, larutan
sudan IV yang digunakan berfungsi sebagai indikator dimana ia dapat menunjukan bahwa suatu
makanan mengandung lemak atau tidak (secara kualitatif). Terbentuknya warna orange akan
menunjukan adanya kandungan lemak dalam bahan makanan (Hidayanto, 2017:7).
Berdasarkan gambar diatas nampak terlihat adanya titik-titik berwarna orange setelah
ditetesi larutan sudan IV. Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi antara larutan uji dengan
larutan sudan IV.
Na2CO3 N
Gambar 15. VCO Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. VCO Gambar 19. VCO
sebelum ditetesi VCO sebelum VCO sebelum sebelum ditetesi sebelum ditetesi
Aquades ditetesi alkohol ditetesi Na2CO3 eter
kloroform
6
Gambar 20. Gambar 21. Gambar22. VCO Gambar23. VCO Gambar 24.
VCO setelah VCO setelah setelah ditetesi setelah ditetesi VCO setelah
ditetesi Aquades ditetesi alkohol kloroform Na2CO3 ditetesi eter
kloroform kloroform
Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34.
Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng
setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi
Aquades alkohol kloroform Na2CO3 eter
7
Gambar 35. Jus Gambar 36. Jus Gambar 37. Jus Gambar 38. Jus Gambar 39. Jus
alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum
ditetesi ditetesi Eter
ditetesi Aquades ditetesi Alkohol ditetesi Na2CO3
kloroform
Gambar 40. Jus Gambar 41. Jus Gambar 42. Jus Gambar 43. Jus Gambar 44. Jus
alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah
ditetesi Aquades ditetesi alkohol ditetesi ditetesi Na2CO3 ditetesi Eter
kloroform
Gambar 45. Jus Gambar 46. Jus Gambar 47. Jus Gambar 48. Jus Gambar 49. Jus
jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum
ditetesi aquades ditetesi alkohol ditetesi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter
8
Gambar 50. Jus Gambar 51. Jus Gambar 52. Jus Gambar 53 Jus Gambar 54. Jus
jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah
ditetesi aquades ditetesi alkohol diberi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter
Gambar 60. Gambar 61. Gambar 62. Gambar 63. Gambar 64.
Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah
ditetesi aquades ditetesi alkohol ditetesi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter
Na2CO3 N
9
Gambar 66. Gambar 68.
Gambar 65. Gambar 67. Gambar 69.
Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun
Minyak zaitun Minyak zaitun
sebelum ditetesi sebelum ditetesi
sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi
alkohol Na2CO3
Aquades kloroform eter
Gambar 70. Gambar 71. Gambar 72. Gambar 73. Gambar 74.
Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun
sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi
Aquades Alkohol kloroform Na2CO3 eter
Gambar 75. Gambar 76. Gambar 77. Gambar 78. Gambar 79.
margarin margarin margarin margarin margarin sebelum
sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi ditetesi eter
Aquades alkohol kloroform Na2CO3
Gambar 80. Gambar 81. Gambar 82. Gambar 83. Gambar 84.
margarin margarin margarin margarin margarin
sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi
Aquades Alkohol kloroform Na2CO3 eter
10
Uji kelarutan lipid dilakukan pada beberapa bahan pangan yang berbeda, yaitu mentega,
margarin, VCO, minyak zaitun, minyak goreng, jus alpukat,dan jus jeruk. Pada kelarutan lipid
ini dilakukan oleh berbagai larutan penguji yaitu aquades, alkohol, kloroform, Na2CO3, dan
eter. Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non-polar yang hanya dapat
larut dalam pelarut non polar (kloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila dilarutkan
dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut.
11
Sedangkan pada jus jeruk hail uji menunjukan jus jeruk tidak larut dengan
kloroform, diduga hal ini terjadi karena adanya kesalahan pengamatan. karena us jeruk ini
dilihat dari uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang lain seperti aquades yang
merupakan larutan polar hasil uji menunjukan tidak larut, hal ini berarti larutan jeruk
bersifat non polar. Kemudian pada data haisl pengamatan ketida direaksikan dengan eter
yang merupakan larutan non polar hasil menunjukan larut. Hal ini berati larutan jeruk
memang bersifat non polar.
12
3. Uji ketidakjenuhan lipid
13
Gambar 16. Gambar 17. Gambar 14. Jus
Mentega setelah Margarin setelah alpukat setelah
ditetesi iodin ditetesi iodin ditetesi iodin
Minyak goreng, VCO, minyak zaitun, margarin, jus jeruk dan jus alpukat berasal
dari tumbuhan. Berdasarkan literatur bahwa asam lemak yang berasal dari tumbuhan yang
berupa zat cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan
mengandung satu ikatan rangkap atau lebih dan memiliki titik lebur yang lebih rendah
sehingga tidak membutuhkan banyak tetesan iodin untuk memecah lipid (Poedjiadi, 2005:
59).
Sebelum uji pengukuran tetesan iodin, lipid terlebih dahulu diurai atau dipecahkan
dengan pelarut kloroform. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat fisika lipid yaitu tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik salah satunya yaitu
kloroform yang sering juga disebut “pelarut lemak” (Poedjiadi, 2005: 51).
Setelah dilarutkan dengan kloroform barulah kita dapat melakukan uji tetesan iodin.
Karean uji tetesan iodin akan menunjukan ikatan rangkap yang terkandung dalam larutan uji,
apakah masih banyak ikatan rangkap meskipun sudah dilarutkan dengan pelarut atau
berkurang ikatan rangkapnya sehingga dapat menentukan tingkat ketidakjenuhan lipid. Hal ini
sesuai dengan literatur yang mengemukakan bahwa untuk menentukan derajat ketidakjenuhan
asam lemak yang terkandung dalam suatu bahan dapat diukur dengan bilangan tetesan iodin
Berdasarkan hasil praktikum untuk jus alpukat, minyak zaitun, mentega, VCO,
minyak goreng setelah percobaan hingga 5 tetes warna larutan pada masing-masing tabung
reaksi sudah menjadi warna coklat. Sedangkan pada margarin 7 tetes dan jus jeruk 9 tetes
baru berubah menjadi coklat. Perubahan warna coklat disebabkan iodin dapat bereaksi dengan
ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodin mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenannya semakin banyak ikatan rangkap, semakin banyak pula iodin
yang dapat bereaksi. Bilangan iodin ialah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi
dengan 100 gram lemak. Jadi semakin banyak ikatan rangkap semakin besar bilangan iodin
(Poedjiadi, 2005: 60).
Namun disini terjadi kekeliruan. Seharusnya jumlah tetesan iodin pada margarin
lebih sedikit dari pada mentega. Sebab mentega lebih sulit diuraikan dengan iodin
dikarenakan mentega merupakan lemak hewani, yaitu lemak yang titik leburnya tinggi,
mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari yang lain bahkan memiliki kandungan
kolesterol yang tinggi (Poedjiadi, 2005: 59).
14
Kesalahan yang terjadi diduga dikarenakan kurang telitinya dalam mengamati
perubahan warna pada setiap tetesan iodin dari tetesan pertama dan seterusnya, sehingga
ketika sudah lebih dari 5 teesan baru menyimulkan terjadi perubahan warna coklat. Atau
mungkin margarin yang digunakan berasal dari lemak hewani sehingga margarin juga lebih
sulit diuraikan dengan iodin, sebab didalam literatur dikatakna bahwa sumber lemak pada
margarin dapat berasal dari hewani atau nabati (Suseno, 2000: 53).
Berdasarkan hasil pengamatan juga dapat kita urutkan berdasarkan ketidak
jenuhannya, dilihat dari banyaknya tetesan iodin. Adapaun urutannya sebagai berikut:
Mentega → Margarin → VCO → minyak goreng → jus alpukat → jus jeruk
Urutan tersebut dibuat berdasarkan larutan yang paling tidak jenuh yang sulit diuraikan
sampai yang ketidakjenuhannya rendah. Mentega berada pasa posisi paling tidak jenuh sebab
mentega merupakan lemak hewani yang sulit diuraikan oleh iodin.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa semua bahan uji yang digunakan
yaitu minyak zaitun, VCO, minyak goreng, jus jeruk, jus alpukat, margarin dan mentega
semuanya positif terdeteksi lipid dengan menggunakan uji deteksi lipid. Sedangkan dari hasil uji
kelarutan lipid dapat kita ketahui bahwa semua bahan uji yang digunakan hanya dapat larut pada
larutan non polar yaitu eter dan kloroform. Sedangkan pada aquades, alkohol, dan Na2CO3 yang
bersifat polar ketika dicampurkan dengan semua bahan uji yang sifatnya nonpolar tidak dapat
terlarut. Kemudian untuk uji ketidakjenuhan lipid, semua bahan yang diuji setelah percobaan
hingga 5 tetes warna larutan pada masing-masing tabung reaksi sudah menjadi warna coklat.
Sedangkan pada margarin 7 tetes dan jus jeruk 9 tetes baru berubah menjadi coklat, semuanya
termasuk tidak jenuh karena jumlah tetesan iodin berubah setelah lebih dari 1 tetesan.
Saran yang bisa diberikan untuk pelaksanaan praktikum ini adalah sebaiknya lebih teliti
dalam mengamati perubahan warna yang terjadi setelah diberi pereaksi, dan bisa dilakukan uji
menggunakan bahan uji yang lain untuk mengetahui kandungan lipid pada jenis bahan pangan
yang lain.
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki
keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan
didalam penyusunan laporan ini.
1. Dosen Biokimia ibu Epa Paujiah, M.Si yang telah membimbing dalam proses pengamatan
dan penyusunan laporan
15
2. Asisten Praktikum Nur Hamidah yang telah membantu dalam mengarahkan pengamatan
dan penyusunan laporan
3. Seluruh anggota kelompok 6 yang membantu dalam proses analisis data yang ditemukan
4. Seluruh mahasiswa pendidikan biologi 5A yang telah membantu dalam kelengkapan data.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Almunandy, dkk. 2012. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3,
Omega-6 Dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Sains. No.
03. Vol. 15. Hal. 102-106. Sumatera selatan: Universitas Sriwijaya
Azka, Aulia, dkk. 2015. Profil Asam Lemak, Asam Amino, Total Karotenoid Dan Α-
Tokoferol Telur Ikan Terbang. Jurnal JPHPI. No.3. vol. 18. Bogor: IPB
Campbel, dkk. 2008. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga
Estiasih, Teti. 2010. Ekstraksi Dan Fraksinasi Fosfolipid Dan Limbah Pengolahan Minyak
Sawit. Jurnal Teknologi Industri Pangan. No.02. Vol. xxi. Hal. 151-159. Jakarta: IPB
Hawa, Lexy Trendy, dkk. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Jenis Dan Konsentrasi Lipid Terhadap
Sifat Fisik Edible Film Komposit Whey-Porang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. No. 01.
Vol.23. hal 35-43. Malang: universitas Brawijaya
Hidayanto, Ariyo Prabowo. 2017. Biokimia. Jakarta: Universitas Esa Unggul
Nurul, Sukma Lingga, dkk. 2010. Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Bekatul Dengan
Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergiluus terreus. Jurnal Sains Dan Teknologi
Kimia. No.01.Vol.01. Hal 66-72. Bandung: LIPI
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Riawan, 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Sukmawaty, Eka. 2015. Biokimia. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
16