Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI KEBERADAAN LIPID DENGAN UJI KUALITATIF LIPID PADA

MINYAK ZAITUN, VCO, MINYAK GORENG, MARGARIN, MENTEGA, JUS


JERUK DAN JUS ALPUKAT.

Alif Laela_ 1162060007


Program studi Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Lipid merupakan ester asam lemak dan gliserin. Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut lipid. Pemeriksaan lipid dapat dilakukan dengan uji kualitatif yang
umum digunakan diantaranya dengan uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan uji
ketidakjenuhan lipid. Pengamatan ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan lipid pada
bahan pangan, mengetahui zat yang mampu melarutkan lipid dan mengetahui ketidakjenuhan
lipid. Metode pengamatan yang digunakan terdiri dari uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan
uji ketidakjenuhan lipid. Hasil pengamatan membuktikan bahwa semua bahan uji terdeteksi
mengandung lipid. Sedangkan pada uji kelarutan, semua bahan uji bersifat non polar dan
dapat larut hanya pada larutan non polar yaitu, eter, dan kloroform. Pada hasil uji ketidak
jenuhan menunjukan semua bahan uji tidak jenuh. Oleh karena itu semua bahan uji yang diuji
dengan 3 jenis uji, yaitu uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid dan uji ketidakjenuhan lipid
hasilnya positif mengandung ipid. Hasil pengamatan ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran dan informasi mengenai kandungan lipid pada bahan pangan.

Kata kunci: Lipid, Polar, Non polar, kelarutan

PENDAHULUAN

Lipid meliputi senyawa meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan


minyak. Lipid mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut non polar, seperti etanol,
eter, kloroform dan benzena (Almatsier, 2004: 51).

Lemak merupakan molekul besar yang tersusun dari sejumlah molekul- molekul yang
lebih kecil melalui reaksi dehidrasi. Lemak terbuat dari gliserol dan asam lemak. Gliserol
merupakan alkohol dengan tiga karbon, yang masing-masing berikatan dengan suatu gugus
hidroksil. Asam lemak memiliki rangka karbon panjang, biasanya 16-18 karbon. Karbon pada
salah satu asam lemak merupakan gugushidroksil (Campbell, 2008: 81).

Lemak dimasukkan dalam satu kelompok disebut lipid. Sifat fisika lipid yaitu: (1)
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter,
aseton, kloroform, benzena yang sering disebut “pelarut lemak”. (2) ada hubungan dengan
asam-asam lemak atau esternya. (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk
hidup. Lipid tidak dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi
menggunakan alkohol panas, eter, atau pelarut lemak yang lain (Poedjiadi, 2005: 51).
1
Asam lemak adalah asam lemah. Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh
asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Minyak adalah ester asam lemak
tidak jenuh dengan gliserol. Untuk menentukan derajat ketidak jenuhan pada asam lemak
yang terkandung didalamnya (lemak hewan) diukur dengan bilangan iodium. Semakin
banyak ikatan rangkap, semakin banyak pula iodium yang dapat bereaksi (Poedjiadi, 2005:
55-60).

Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara
suatu lemak dan minyak yaitu lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair pada suhu
kamar. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak
tak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan yang tidak larut dalam air (Almunady, 2012:
103).

Sepasang fosfolipid dengan pelarutan dalam kloroform untuk menghilangkan lipid


metal dan metanol untuk mengekstrak lipid polar (fosfolipid) dapat menghasilkan fosfolipid
dengan kemurnian lebih tinggi. Asam lemak bebas diduga larut dalam metanol dan tidak
hilang dalam pencucian menggunakan kloroform (Estiasih, 2010: 155).

Sifat-sifat lipid diantaranya hidrolisis, pembentukan membran inti sel dan emulse,
hidrogensi dan ransid/ tengik. Jika dalam uji ditetesi lipid akan membentuk warna orange, uji
ketidakjenuhan lipid akan membentuk warna kuning. Adapun pelarut lipid yaitu eter,
kloroform, benzena karbon tertraklorida xylena, alkohol panas dan aseston panas (
Sukmawati, 2015: XXVii).

Ada beberapa penggolongan lipid menurut Hawa yaitu:

1. Lipid sederhana, ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Contoh lemak dan lilin
2. Lipid gabungan, ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan contoh
fosfolipid, serebrosida
3. Derivat lipid, senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contoh asam
lemak, gliserol dan sterol (Hawa, 2013: 42).

Lemak berbeda dengan karbohidrat dan protein karena tidak terdiri dari polimer
satuan-satuan molekular. Setiap gram lemak mengandung kalori 2,25 kali dari jumlah kalori
yang dihasilkan oleh protein atau karbohidrat. Lemak selalu tercampur dengan komponen-
komponen lain dalam makanan misalnya vitamin-vitamin yang larut lemak yaitu A, D, E, K,
sterol dan fitosterol (Azka, 2015: 252).

Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak dapat larut dalam
air, namun dapat larut dalam zat pelarut non polar, seperti eter atau kloroform. Menurut
struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (trigliserid), phospholipida, lecithine, dan
sphyngomyeline. Menurut sumbernya terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Menurut
konsistennya, lemak terdiri dari lemka tak terlihat dan lemak terlihat. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, lemak hewan mengandung asam lemak
jenuh (Riawan, 1991: 63).

2
Mentega merupakan makanan produk susu, dibuat dengan mengaduk krim yang
didapat dari susu. Mentega jugadisebut sebagai emulsi air dalam lemak, dan komposisinya
terdiri dari lemak susu, air, casein dan garam dapur. Lemak mentega berasal dari lemak susu
hewan. warna mentega yang disenangi adalah warna kuning dan zat warna yang digunakan
adalah vitamin A yang berupa pigmen berwana kuning. Kandungan gizi mentega: kalori
sebanyak 716, jumlah lemak 81, lemak jenuh 51 g, lemak tak jenuh 3 g, lemak tak jenuh
tunggal 21 g, lemak trans 3,9 g dan mengandung kolesterol sebanyak 215 mg (Suseno, 2000:
54).

Margarin merupakan mentega buatan. Bisa dibuat dari minyak nabati atau hewani.
Margarin mengandung tidak kurang dari 80 persen lemak. Lemak hewani yang digunakan
biasanya lemak babi dan lemak sapi, sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak biji kapas. Kandungan gizi
margarin: kalori 716, jumlah lemak 81g, lemak jenuh 15 g, lemak tak jenuh ganda 24 g,
lemak tak jenuh tunggal 39 g, lemak trans 15 g dan mengandung kolesterol sebanyak 0 mg
(Suseno, 2000:53).

Minyak zaitun merupakan minyak yang didapat dari buah zaitun, pohon tradisional
dari basin mediterania. Kandungan gizi minyak kelapa: kalori sebanyak 884, jumlah lemak
100 g, lemak jenuh 14 g, lemak tak jenuh ganda 11g, lemak tak jenuh tunggal 73 g, dan
mengandung kolesterol sebanyak 0 mg (Suseno, 2000: 52).

METODE

Metode pada pengamatan ini menggunakan beberapa uji kualitatif lipid, yaitu uji
deteksi lipid, uji kelartan lipid dan uji ketidakjenuhan lipid.

Pengamatan ini dilaksanakan di laboratorium UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada
tanggal 16 Oktober 2018, pukul 13.00 WIB s.d selesai. Adapun alat yang digunakan dalam
pengamatan ini yaitu 2 buah rak tabung yang digunakan sebagai tempat penyimpanan tabung
reaksi. 1 buah pipet tetes yang digunakan untuk mengambil cairan dalam skala kecil. 12 buah
tabung reaksi yang berguna sebagai tempat mereaksikan bahan uji dengan pereaksinya. Dan 2
buah kertas cakram, yang digunakan untuk uji deteksi lipid.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu 2 tetes jus jeruk, 2
tetes jus alpukat, minyak zaitun secukupnya, minyak kelapa secukupnya, mentega dan
margarin yang telah dicairkan secukupnya. 2 tetes reagen sudan IV 2 tetes yang digunakan
untuk mendeteksi lipid , 1 ml alkohol 96%, 1 ml eter, kloroform dan Na2CO3 1 ml yang
digunakan dalam uji kelarutan lipid, serta 5 tetes larutan iodin sebagai pengganti larutan
bromine untuk melakukan uji ketidakjenuhan lipid.

Pada praktikum ini dilakukan uji kualitatif lipid. Untuk melaukan uji kualitatif lipid
maka dilakukan beberapa uji diantaranya, uji deteksi lipid, uji kelarutan lipid, dan uji
ketidakjenuhan lipid. Sebelum melakukan praktikum alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu, kemudian dibersihkan. Metode yang digunakan dalam praktikum ini juga pernah
dilakukan oleh Almunandy, 2012 yang dimodifikasi.

3
Langkah pertama dilaukan uji deteksi lipid. Kertas cakram yang sudah disiapkan
ditetesi dengan bahan-bahan uji dibiarkan sampai mengering. Setelah mengering kemudian
tetesi dengan reagen sudan IV 2 tetes. Lalu diamkan selama 3 menit dan amati warna orange
yang terbentuk.

Langkah kedua lakukan uji kelarutan lipid. Masukan aquades pada masing-masing
tabung sebanyak 5 tabung, tambahkan juga alkohol 96% eter, kloroform, larutan NaCO3
sebanyak 1 ml, tambahkan kealam setiap tabung 2 tetes bahan uji, lalu homogenkan.
Kemudian biarkan beberapa saat dan amati kelarutan yang terjadi.

Langkah ketiga lakukan uji ketidakjenuhan lipid. Bahan uji dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Lalu larutkan dengan 1 ml kloroform. Kemudian ditambahkan sedikit demi
sedikit larutan iodin sampai terbentuk warna kuning. Lalu catat berapa tetes yang diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel bahan yang diuji


semuanya terdeteksi adanya kandungan lipid, Adapun rincian dari setiap uji dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji kualitatif lipid

No Bahan Uji Uji Uji kelartan lipid Uji


deteksi Aquades Alkohol Kloroform Na2CO3 Eter ketidak
lipid 95% jenuhan

1. Jus alpukat Lipid Tidak Tidak Larut Tidak Larut Tidak


terdetek larut larut larut jenuh
si (5 tetes)
2. Jus jeruk Lipid Tidak Tidak Tidak Tidak Larut Tidak
terdetek larut larut larut larut jenuh
si (9 tetes)
3. Minyak Lipid Tidak Tidak Larut Tidak Larut Tidak
zaitun terdetek larut larut larut jenuh
si (5 tetes)
4. Margarin Lipid Tidak Tidak Larut Tidak Larut Tidak
terdetek larut larut larut jenuh
si (7 tetes)
5. Mentega Lipid Setenga Larut Larut Setengah Larut Tidak
terdetek h larut larut jenuh
si (5 tetes)
6. VCO Lipid Tidak Tidak Larut Tidak Larut Tidak
terdetek larut larut larut jenuh
si (5 tetes)
7. Minyak Lipid Tidak Tidak Larut Tidak Larut Tidak

4
goreng terdetek larut larut larut jenuh
si (5 tetes)

Berdasarkan data hasil pengamatan uji kualitatif lipid pada bebrapa bahan pangan,
dibawah ini merupakan rincian mengenai masing-masing uji yang dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan lipid pada bahan pangan dengan uji kualitatif berdasarkan perubahan warna yang
terbentuk sebagai berikut:

1. Uji deteksi Lipid

Gambar 1. VCO Gambar 2. VCO Gambar 3. minyak Gambar 4. Minyak


sebelum ditetesi setelah ditetesi sebelum ditetesi goreng setelah
larutan sudan IV larutan sudan IV larutan sudan IV ditetesi larutan sudan
IV

Gambar 5. Mentega Gambar 6. Mentega Gambar 7. Jus Gambar 8. Jus


sebelum ditetesi setelah ditetesi Alpukat sebelum Alpukat setelah
larutan sudan IV larutan sudan IV ditetesi larutan sudan ditetesi larutan sudan
IV IV

Gambar 9. Jus jeruk Gambar 10. Jus jeruk Gambar11. Minyak Gambar 12. Minyak
sebelum ditetesi setelah ditetesi zaitun sebelum zaitun setelah ditetesi
larutan sudan IV larutan sudan IV ditetesi larutan sudan larutan sudan IV
IV

5
Gambar 13. Margarin Gambar 14. Margarin
sebelum ditetesi sebelum ditetesi
larutan sudan IV larutan sudan IV

Pada uji deteksi lipid ini, sebelum membahas mengenai hasilnya kita perlu mengetahui
terlebih dahulu fungsi bahan-bahan yang digunakan dalam uji lipid. Kertas cakram yang
digunakan berfungsi untuk menguji bahwa makanan yang diuji tersebut mengandung lemak atau
tidak. pada saat bahan makanan ditempelkan pada kertas minyak, jika ia mengandung lemak maka
ia akan berwarna transparan atau tembus pandang. Seperti halnya pada bahan uji VCO dan minyak
goreng serta bahan uji lain yang digunakan yaitu margarin, jus alpukat, jus jeruk, mentega dan
minyak zaitun hasilnya menjadi transparan, yang berarti mengandung lemak. Kemudian, larutan
sudan IV yang digunakan berfungsi sebagai indikator dimana ia dapat menunjukan bahwa suatu
makanan mengandung lemak atau tidak (secara kualitatif). Terbentuknya warna orange akan
menunjukan adanya kandungan lemak dalam bahan makanan (Hidayanto, 2017:7).
Berdasarkan gambar diatas nampak terlihat adanya titik-titik berwarna orange setelah
ditetesi larutan sudan IV. Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi antara larutan uji dengan
larutan sudan IV.

2. Uji Kelarutan Lipid

Na2CO3 N

Gambar 15. VCO Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. VCO Gambar 19. VCO
sebelum ditetesi VCO sebelum VCO sebelum sebelum ditetesi sebelum ditetesi
Aquades ditetesi alkohol ditetesi Na2CO3 eter
kloroform

6
Gambar 20. Gambar 21. Gambar22. VCO Gambar23. VCO Gambar 24.
VCO setelah VCO setelah setelah ditetesi setelah ditetesi VCO setelah
ditetesi Aquades ditetesi alkohol kloroform Na2CO3 ditetesi eter
kloroform kloroform

Gambar 25. Gambar 26. Gambar Gambar 28. Gambar 29.


minyak sebelum minyak 27.minyak Minyak sebelum Minyak sebelum
ditetesi Aquades sebelum ditetesi sebelum ditetesi ditetesi Na2CO3 ditetesi eter
alkohol kloroform

Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34.
Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng Minyak goreng
setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi setelah ditetesi
Aquades alkohol kloroform Na2CO3 eter

7
Gambar 35. Jus Gambar 36. Jus Gambar 37. Jus Gambar 38. Jus Gambar 39. Jus
alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum alpukat sebelum
ditetesi ditetesi Eter
ditetesi Aquades ditetesi Alkohol ditetesi Na2CO3
kloroform

Gambar 40. Jus Gambar 41. Jus Gambar 42. Jus Gambar 43. Jus Gambar 44. Jus
alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah alpukat setelah
ditetesi Aquades ditetesi alkohol ditetesi ditetesi Na2CO3 ditetesi Eter
kloroform

Gambar 45. Jus Gambar 46. Jus Gambar 47. Jus Gambar 48. Jus Gambar 49. Jus
jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum jeruk sebelum
ditetesi aquades ditetesi alkohol ditetesi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter

8
Gambar 50. Jus Gambar 51. Jus Gambar 52. Jus Gambar 53 Jus Gambar 54. Jus
jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah jeruk setelah
ditetesi aquades ditetesi alkohol diberi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter

Gambar Gambar 56. Gambar 57. Gambar Gambar 59.


55.Mentega Mentega sebelum Mentega 58.Mentega Mentega sebelum
sebelum ditetesi ditetesi Alkohol sebelum ditetesi sebelum
kloroform ditetesi Eter
Aquades diberiNa2CO3

Gambar 60. Gambar 61. Gambar 62. Gambar 63. Gambar 64.
Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah Mentega setelah
ditetesi aquades ditetesi alkohol ditetesi kloroform ditetesi Na2CO3 ditetesi eter
Na2CO3 N

9
Gambar 66. Gambar 68.
Gambar 65. Gambar 67. Gambar 69.
Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun
Minyak zaitun Minyak zaitun
sebelum ditetesi sebelum ditetesi
sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi
alkohol Na2CO3
Aquades kloroform eter

Gambar 70. Gambar 71. Gambar 72. Gambar 73. Gambar 74.
Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun Minyak zaitun
sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi
Aquades Alkohol kloroform Na2CO3 eter

Gambar 75. Gambar 76. Gambar 77. Gambar 78. Gambar 79.
margarin margarin margarin margarin margarin sebelum
sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi sebelum ditetesi ditetesi eter
Aquades alkohol kloroform Na2CO3

Gambar 80. Gambar 81. Gambar 82. Gambar 83. Gambar 84.
margarin margarin margarin margarin margarin
sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi sesudah ditetesi
Aquades Alkohol kloroform Na2CO3 eter

10
Uji kelarutan lipid dilakukan pada beberapa bahan pangan yang berbeda, yaitu mentega,
margarin, VCO, minyak zaitun, minyak goreng, jus alpukat,dan jus jeruk. Pada kelarutan lipid
ini dilakukan oleh berbagai larutan penguji yaitu aquades, alkohol, kloroform, Na2CO3, dan
eter. Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non-polar yang hanya dapat
larut dalam pelarut non polar (kloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila dilarutkan
dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut.

a. Uji kelarutan lipid dengan aquades pada berbagai bahan pangan.


Berdasarkan hasil pengamatan untuk semua bahan yang diuji tidak larut dalam
aquades, kecuali pada mentega hasil uji menunjukan mentega hanya setengah yang larut.
Ketidak larutan pada semua bahan uji kecuali mentega menunjukan bahwa asam lemak
yang non polar tidak dapat bersatu dengan aquades yang merupakan senyawa polar.
Berdasarkan literatur dikatakan bahwa asam lemak yang dapat larut dalam air yaitu lemak
atau gliserida asam lemak pendek, sedangkan yang tidak dapat larut dalam air merupakan
gliserida asam lemak panjang yang hanya dapat larut dalam eter, kloroform atau benzena
dan alkohol panas (Poedjiadi, 2005: 60).
Didalam literatur lain juga dikatakan bahwa senyawa yang memiliki kepolaran
yang sama kan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat
kepolaran yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji kelarutan yaitu berdasarkan pada
kaidah “like dissolves like” yang mana senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya (Hidayanto, 2017: 7).

b. Uji kelarutan lipid dengan Alkohol 96%.


Berdasarkan hasil pengamatan untuk semua bahan uji kecuali mentega, tidak larut
dalam alkohol, sedangkan mentega larut dalam alkohol. Hal tersebut terjadi dikarenakan
alkohol termasuk larutan polar dan bahan uji yang tidak larut ini bersifat non polar
sehingga ketika dicampurkan keduanya tidak dapat tercampur atau larut. Tetapi didalam
literatur dikatakan bahwa apabila alkohol dipanaskan terlebih dahulu lalu ditambahkan
asam lemak larutan uji maka keduannya akan tercampur atau larut. Kemudian untuk
mentega mengapa dapat bersatu dengan alkohol, dikarenakan mentega merupakan asam
lemak yang lebih pendek dari yang lain sehingga mudah larut dalam alkohol. Hal ini
diperkuat dengan literatur yang mengatakan bahwa lemak atau gliserida asam lemak
pendek dapat larut dalma air, sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua
gliserida larut dalam ester, kloroform atau benzena. Alkohol panas adalah pelarut lemak
yang baik (Poedjiadi, 2005: 60).

c. Uji kelarutan lipid dengan kloroform pada berbagai bahan pangan.


Berdasarkan hasil pengamatan untuk semua bahan yang diuji kecuali jus jeruk
semuanya larut dengan kloroform. Hal ini terjadi dikarenakan kloroform merupakan
larutan non polar dan larutan uji juga merupakan larutan non polar. Apabila larutan non
polar dicampurkan dengan larutan non polar maka keduannya akan tercampur atau larut.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa lipid larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut
organik salah satunya yaitu kloroform yang sering juga disebut “pelarut lemak” (Poedjiadi,
2005: 51).

11
Sedangkan pada jus jeruk hail uji menunjukan jus jeruk tidak larut dengan
kloroform, diduga hal ini terjadi karena adanya kesalahan pengamatan. karena us jeruk ini
dilihat dari uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang lain seperti aquades yang
merupakan larutan polar hasil uji menunjukan tidak larut, hal ini berarti larutan jeruk
bersifat non polar. Kemudian pada data haisl pengamatan ketida direaksikan dengan eter
yang merupakan larutan non polar hasil menunjukan larut. Hal ini berati larutan jeruk
memang bersifat non polar.

d. Uji kelarutan lipid dengan Na2CO3 pada berbagai bahan pangan.


Berdasarkan hasil pengamatan untuk semua bahan uji tidak larut dalam Na2CO3.
Sedangkan untuk mentega hasil ujinya setengah larut. Apabila larutan non polar
dicampurkan dengan larutan non polar maka keduanya akan tercampur atau larut. Namun
pada bahan uji yang kita gunakan karena bersifat non polar, sedangkan Na2CO3 bersifat
polat sehingga keduanya ketika dicampurnkan tidak dapat terlarut.

e. Uji kelarutan lipid dengan eter pada berbagai bahan pangan.


Berdasarkan hasil pengamatan untuk semua bahan uji yang digunakan semuanya
larut dengan eter. Hal ini terjadi dikarenakan eter merupakan larutan nonpolar dan larutan
uji juga merupakan larutan non polar. Apabila larutan non polar dicampurkan dengan
larutan non polar maka keduanya akan tercampur atau larut. Sehingga dapat kita ketahui
bahwa lipid larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik salah satunya yaitu eter
yang sering juga disebut “pelarut lemak” (Poedjiadi, 2005: 51).
Berdasarkan data hasil praktikum dilihat dari kelarutan pelarutnya yaitu aquades,
alkohol, kloroform, eter dan Na2CO3, dapat kita urutkan dari mulai pelarut yang bersifat
paling non polar sampai yang polar sebagai berikut:
Eter → Kloroform → alkohol→ Na2CO3 →Aquades
Hal tersebut dilihat dari tingkat kelarutan suatu bahan uji terhadap pelarut-pelarut tersebut.
eter dikatakan sebagai larutan yang paling non polar sebab dari hasil praktikum
menunjukan semua bahan yang diuji yang bersifat nonpolar dengan eter hasilnya
semuanya larut. Hal ini menunjukan eter bersifat sangat non polar. Kloroform berada
dibawah eter urutannya sebab dari hasil uji semuanya larut, kecuali satu bahan uji yaitu
jus jeruk yang tidak larut dalam kloroform. Sedangkan pada urutan ketiga yaitu alkohol.
Dimana pada alkohol dari semua bahan uji yang digunakan ada 1 larutan yang tidak larut.
Berbeda dengan Na2CO3 terdapat 1 larutan yaitu mentega yang setengah larut setengah
tidak. dan yang terakhir yaitu aquades dia bersifat paling polar sebab semua bahan uji yang
digunakan ketika direaksikan dengan aquades semuanya tidak larut, dan itu menunjukkan
larutan polar yang paling tinggi.

12
3. Uji ketidakjenuhan lipid

Gambar 85. Gambar 86. Gambar 87. Jus Gambar 88.


VCO sebelum minyak sebelum jeruk sebelum Minyak zaitun
ditetesi iodin ditetesi iodin ditetesi iodin sebelum diuji iodin

Gambar 89. Gambar 90. Gambar 91. Jus Gambar 92.


VCO setelah Minyak goreng jeruk setelah Minyak zaitun
ditetesi iodin setelah ditetesi ditetesi iodin setelah ditetesi
iodin iodin

Gambar 93. Gambar 94. Gambar 95. Jus


Mentega Margarin alpukat sebelum
sebelum ditetesi sebelum ditetesi ditetesi iodin
iodin iodin

13
Gambar 16. Gambar 17. Gambar 14. Jus
Mentega setelah Margarin setelah alpukat setelah
ditetesi iodin ditetesi iodin ditetesi iodin

Minyak goreng, VCO, minyak zaitun, margarin, jus jeruk dan jus alpukat berasal
dari tumbuhan. Berdasarkan literatur bahwa asam lemak yang berasal dari tumbuhan yang
berupa zat cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan
mengandung satu ikatan rangkap atau lebih dan memiliki titik lebur yang lebih rendah
sehingga tidak membutuhkan banyak tetesan iodin untuk memecah lipid (Poedjiadi, 2005:
59).
Sebelum uji pengukuran tetesan iodin, lipid terlebih dahulu diurai atau dipecahkan
dengan pelarut kloroform. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat fisika lipid yaitu tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik salah satunya yaitu
kloroform yang sering juga disebut “pelarut lemak” (Poedjiadi, 2005: 51).
Setelah dilarutkan dengan kloroform barulah kita dapat melakukan uji tetesan iodin.
Karean uji tetesan iodin akan menunjukan ikatan rangkap yang terkandung dalam larutan uji,
apakah masih banyak ikatan rangkap meskipun sudah dilarutkan dengan pelarut atau
berkurang ikatan rangkapnya sehingga dapat menentukan tingkat ketidakjenuhan lipid. Hal ini
sesuai dengan literatur yang mengemukakan bahwa untuk menentukan derajat ketidakjenuhan
asam lemak yang terkandung dalam suatu bahan dapat diukur dengan bilangan tetesan iodin
Berdasarkan hasil praktikum untuk jus alpukat, minyak zaitun, mentega, VCO,
minyak goreng setelah percobaan hingga 5 tetes warna larutan pada masing-masing tabung
reaksi sudah menjadi warna coklat. Sedangkan pada margarin 7 tetes dan jus jeruk 9 tetes
baru berubah menjadi coklat. Perubahan warna coklat disebabkan iodin dapat bereaksi dengan
ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodin mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenannya semakin banyak ikatan rangkap, semakin banyak pula iodin
yang dapat bereaksi. Bilangan iodin ialah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi
dengan 100 gram lemak. Jadi semakin banyak ikatan rangkap semakin besar bilangan iodin
(Poedjiadi, 2005: 60).
Namun disini terjadi kekeliruan. Seharusnya jumlah tetesan iodin pada margarin
lebih sedikit dari pada mentega. Sebab mentega lebih sulit diuraikan dengan iodin
dikarenakan mentega merupakan lemak hewani, yaitu lemak yang titik leburnya tinggi,
mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari yang lain bahkan memiliki kandungan
kolesterol yang tinggi (Poedjiadi, 2005: 59).

14
Kesalahan yang terjadi diduga dikarenakan kurang telitinya dalam mengamati
perubahan warna pada setiap tetesan iodin dari tetesan pertama dan seterusnya, sehingga
ketika sudah lebih dari 5 teesan baru menyimulkan terjadi perubahan warna coklat. Atau
mungkin margarin yang digunakan berasal dari lemak hewani sehingga margarin juga lebih
sulit diuraikan dengan iodin, sebab didalam literatur dikatakna bahwa sumber lemak pada
margarin dapat berasal dari hewani atau nabati (Suseno, 2000: 53).
Berdasarkan hasil pengamatan juga dapat kita urutkan berdasarkan ketidak
jenuhannya, dilihat dari banyaknya tetesan iodin. Adapaun urutannya sebagai berikut:
Mentega → Margarin → VCO → minyak goreng → jus alpukat → jus jeruk

Urutan tersebut dibuat berdasarkan larutan yang paling tidak jenuh yang sulit diuraikan
sampai yang ketidakjenuhannya rendah. Mentega berada pasa posisi paling tidak jenuh sebab
mentega merupakan lemak hewani yang sulit diuraikan oleh iodin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa semua bahan uji yang digunakan
yaitu minyak zaitun, VCO, minyak goreng, jus jeruk, jus alpukat, margarin dan mentega
semuanya positif terdeteksi lipid dengan menggunakan uji deteksi lipid. Sedangkan dari hasil uji
kelarutan lipid dapat kita ketahui bahwa semua bahan uji yang digunakan hanya dapat larut pada
larutan non polar yaitu eter dan kloroform. Sedangkan pada aquades, alkohol, dan Na2CO3 yang
bersifat polar ketika dicampurkan dengan semua bahan uji yang sifatnya nonpolar tidak dapat
terlarut. Kemudian untuk uji ketidakjenuhan lipid, semua bahan yang diuji setelah percobaan
hingga 5 tetes warna larutan pada masing-masing tabung reaksi sudah menjadi warna coklat.
Sedangkan pada margarin 7 tetes dan jus jeruk 9 tetes baru berubah menjadi coklat, semuanya
termasuk tidak jenuh karena jumlah tetesan iodin berubah setelah lebih dari 1 tetesan.

Saran yang bisa diberikan untuk pelaksanaan praktikum ini adalah sebaiknya lebih teliti
dalam mengamati perubahan warna yang terjadi setelah diberi pereaksi, dan bisa dilakukan uji
menggunakan bahan uji yang lain untuk mengetahui kandungan lipid pada jenis bahan pangan
yang lain.

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki
keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan
didalam penyusunan laporan ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Dosen Biokimia ibu Epa Paujiah, M.Si yang telah membimbing dalam proses pengamatan
dan penyusunan laporan

15
2. Asisten Praktikum Nur Hamidah yang telah membantu dalam mengarahkan pengamatan
dan penyusunan laporan
3. Seluruh anggota kelompok 6 yang membantu dalam proses analisis data yang ditemukan
4. Seluruh mahasiswa pendidikan biologi 5A yang telah membantu dalam kelengkapan data.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Almunandy, dkk. 2012. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3,
Omega-6 Dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Sains. No.
03. Vol. 15. Hal. 102-106. Sumatera selatan: Universitas Sriwijaya
Azka, Aulia, dkk. 2015. Profil Asam Lemak, Asam Amino, Total Karotenoid Dan Α-
Tokoferol Telur Ikan Terbang. Jurnal JPHPI. No.3. vol. 18. Bogor: IPB
Campbel, dkk. 2008. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga
Estiasih, Teti. 2010. Ekstraksi Dan Fraksinasi Fosfolipid Dan Limbah Pengolahan Minyak
Sawit. Jurnal Teknologi Industri Pangan. No.02. Vol. xxi. Hal. 151-159. Jakarta: IPB
Hawa, Lexy Trendy, dkk. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Jenis Dan Konsentrasi Lipid Terhadap
Sifat Fisik Edible Film Komposit Whey-Porang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. No. 01.
Vol.23. hal 35-43. Malang: universitas Brawijaya
Hidayanto, Ariyo Prabowo. 2017. Biokimia. Jakarta: Universitas Esa Unggul
Nurul, Sukma Lingga, dkk. 2010. Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Bekatul Dengan
Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergiluus terreus. Jurnal Sains Dan Teknologi
Kimia. No.01.Vol.01. Hal 66-72. Bandung: LIPI
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Riawan, 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Sukmawaty, Eka. 2015. Biokimia. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin

16

Anda mungkin juga menyukai