Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jalan. M. T. Haryono No. 656 Telp. (0542) 873901 (Hunting) Fax. (0542) 873836
Email address: rsud_bpp@yahoo.com
BALIKPAPAN - 76126

KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
NOMOR 188.4/35/SK-2019/RSKD

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN


PENURUNAN DAYA TAHAN TUBUH (IMMUNO-SUPRESSED)
RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO

DIREKTUR RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO

Menimbang : a. bahwa rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan
pelayanan yang profesional, berkualitas, bermutu dan
aman;
b. bahwa dalam memperhatikan keselamatan pasien,
rumah sakit mengarahkan pelayanan pasien dengan
penyakit menular dan penurunan daya tahan tubuh
(immunosuppressed), yang perlu diatur dalam suatu
panduan pasien;
c. bahwa sebagaimana pertimbangan pada huruf b, maka
diperlukan Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit
Menular dan Penurunan Daya Tahan Tubuh
(Immunosuppressed) di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun


1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan;
4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/Per /XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/ Menkes / SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan


Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immunosuppressed) RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
KEDUA : Rincian Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular
dan Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immunosuppressed) RSUD
Dr. Kanujoso Djatiwibowo terlampir dalam Surat Keputusan
Direktur ini.
KETIGA : Pemberlakuan Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit
Menular dan Penurunan Daya Tahan Tubuh
(Immunosuppressed) adalah :
1. Sebagai acuan dan standar dalam memberikan pelayanan
kepada pasien di lingkungan RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo.
KEEMPAT Keputusan Panduan Rencana Asuhan Pasien berlaku pada
tanggal ditetapkan. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya
kekeliruan dalam penetapan, akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Balikpapan
Pada tanggal Januari 2019

DIREKTUR,

EDY ISKANDAR

PANDUAN
PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR
DAN PENURUNAN DAYA TAHAN TUBUH (IMMUNOSUPPRESSED)

PEMERINTAH PROPINSI KALIMANTAN TIMUR


RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan hanya kepada Allah Subhanahuwta’ala, Tuhan


Semesta Alamyang telah memberikan Ridho dan Petunjuk-Nya, sehingga Panduan
Rencana Asuhan Pasien ini dapat selesai disusun dan ditetapkan. Buku panduan ini
merupakan panduan bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan
kepada pasien di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit
Menular dan Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immunosuppressed) RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan.

Balikpapan, 7 Januari 2019


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang

B. Definisi

BAB II : RUANG LINGKUP 3

BAB III : TATA LAKSANA 4

BAB IV : DOKUMENTASI 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Penyakit menular atau penyakit infeksi


Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit
atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang
terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau
binatang penjamu, melalui vector atau melalui lingkungan.
Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua
negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif
tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya
bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit
jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bias menyebabkan
wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan
hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
Cara-cara penularan penyakit :
a. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
1) Penyakit kelamin
2) Rabies
3) Trakoma
4) Scabies
5) Erisipelas
6) Antraks
7) Gas-gangren
8) Infeksi luka aerobic
9) Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis,
dan HIV, agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius
ke orang lain melalui hubungan intim.
b. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut
sebagai airborne disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1) TBC Paru
2) Varicella
3) Difteri
4) Influenza
5) Variola
6) Morbili
7) Meningitis
8) Demam Skarlet
9) Mumps
10) Rubella
11) Pertussis
c. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung
meupun tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui air disebut sebagai water borne disease atau water related disease.
Agen Penyakit :
1) Virus : hepatitis virus, poliomieltis
2) Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
3) Protozoa : amubiasis, giardiasis
4) Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hydatid
5) Leptospira : penyakit Weil Pejamu akustik :
a) Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vector keong)
b) Tidak bermultiplikasi : Guinea’s worm dan fish tape worm (vector
cyclops)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4
kelompok menurut cara penularannya, yaitu :
1) Waterbourne mechanism
Kuman pathogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, ditularkan melalui mulut atau system pencernaan.
Contoh kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan poliomyelitis.
2) Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan
kebersihan individu dan umum dapat berupa :
a) Infeksi melalui alat pernapasan, seperti diare pada anak-anak
b) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma
c) Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti leptospirosis
3) Water based mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus
hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai penjamu intermediate
yang hidup di dalam air. Contoh skistosomiasis, dracunculus
medinensis.
4) Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melaluio gigitan serangga yang
berkembang biak di dalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria,
demam kuning (yellow fever).

2. Penyakit Imuno-suppresed
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada
sel-sel fagoistik, limfosit B, limfosit T, komplemen. Imunodifisiensi dapat
diklasifikasikan sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula
dipilah berdasarkan komponen yang terkena pada system imun tersebut
adalah Sebagai berikut :
a. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya
bersifat genetik dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.
Gejala biasanya timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh
antibody maternal menurun. Tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang
menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa.
Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih komponen pada system imun.
b. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi
primer dan kerapkali terjadi sebagi akibat dari proses penyakit yang
mendasarnya atau akibat dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab
umum imunodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stress kronik, luka
bakar, uremia, diabetes militus, kelainan auto imun tertentu, kontak
dengan obat-obataan serta zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS
(Acquired Immunddeficiency Syndrome) merupakan imunodefisiensi
sekunder yang palig sering ditemukan. Penderita imunosupresi dan sering
disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised
host). Intervensi untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup
upaya menghilangkan factor penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari
dan menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang nyaman.

B. Definisi

Dalam Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan Penurunan Daya
Tahan Tubuh (Immunosuppressed) yang dimaksud dengan :
1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat ataupun sakit.
2. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan
3. Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan
oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteri atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
4. Sistem kekebalan (immune System) adalah system pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadapm infeksi dari makromolekul asing atau serangan
organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasite. System kekebalan juga
berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang
terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang akan menjadi tumor.
5. Immumpsupressed adalah kondisi dimana system kekebalan tubuh menurun
sehingga memudahkan masuknya agen-agen pathogen lainnya. Kasus penurunan
kekebalan tubuh atau imunosufresif sangat berarti dalam memunculkan berbagai
jenis penyakit.

BAB III
TATA LAKSANA

1. Pengelolaan Pasien Dengan Hepatitis B Dan C


a. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B
atau C
b. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
1) Lakukan hand hygiene
2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
- Sarung tangan, digunakan :
1. Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
2. Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah
atu cairan tubuh pasien
3. Bila melakukan tindakan invasif.
- Masker atau pelindung wajah, dipakai untuk mencegah pajanan pada
mukosa, mulut, hidung dan mata.
- Celemek, dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau
tumpahan darah atau cairan.
c. Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :
1) Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas
dengan clorine 0,5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2) Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen infeksius
3) Instrument yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan
dekontaminasi dengan clorine 0,5%
4) Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5) Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh
digunakan untuk pasien lain
6) Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.

2. Penanganan Pasien HIV / AIDS


a. Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan
sesuai five moments.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
c. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
d. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan
dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
e. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang
f. Lakukan perendaman instrument bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi
oleh darah dan cairan tubuh dengan clorine 0,5% selama 10 menit sebelum
dicuci biasa

3. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Airbone (Udara)


a. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negative
b. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalua diperlukan saja dan berikan
masker bedah
c. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
d. Batasi jumlah pengunjung
e. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak
diperbolehkan masuk ruangan pasien
f. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) masker bedah
g. Berikan edukasi tentang Batuk dan Bersin
h. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan
timbul aerosol
i. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
j. Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
k. Bersihkan dengan clorine 0,5% semua dinding , mebelair ruangan yang kontak
dengan petugas dan pasien
l. Bersihkan exhaust fan
m. Masukan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak
terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien
n. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif
setelah pelaksanaan selesai.

4. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transisi Droplet (Percikan)


a. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir /
pojok, bila tidak mungkin kohorting
b. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penangan khusus terhadap udara dan
ventilasi
c. Batasi gerak dan transportasi pasien
d. Batasi droplet dari pasien dengan masker pada pasien
e. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dangan
benar
f. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
g. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena
mikroba tidak bergerak jarak jauh

5. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak


a. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat
paling pinggir atau pojok atau diberi jarak >1 meter antar tempat tidur
b. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
c. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
d. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
e. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses,
cairan drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
f. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptic
g. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju
dari kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan
tubuh pasien. Lepaskan gaun sebelum keluar dari ruang pasien
h. Jaga agar tidak adam kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
i. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan mikroba yang sama
j. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain

6. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular Melalui Udara


a. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini
b. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri
c. Jika ruangan tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi
secara terpisah dengan kasus yang belum di konfirmasi atau sedang
didiagnosis. Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur
harus lebih dari 2 (dua) meterdan diantara tempat tidur harus ditempatkan
penghalang fisik seperti tirai atau sekat
d. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan
negative yang dimonitor (ruangan bertekanan negative)denga 6-12 pergantian
udara per jam dan system pembuangan udara keluar atau menggunakan
saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA) yang termonitor sebelum
masuk ke system sirkulasi udara lain di RS
e. Jaga pintu tertutup setiap saat
f. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu
masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata atau
sarung tangan
g. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan
h. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-
barang di dalam ruangan.
i. Pada saat memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan
j. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.

6. Isolasi Untuk immunocompromised


a. Tujuannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan
pasien dengan daya tahan tubuh rendah atau menurun.
b. Pasien harus ditempatkan dalam ruangan yang mempermudah terlaksananya
tindakan pencegahan transmisi infeksi. Misalnya pasien yang sedang menjalani
pengobatan sitostatika, mendapat terapi imunosupresi atau paska
transplantasi.
c. Anteroom tekanan negative sedangkan ruang rawat tekanan positif
d. Pasien harus dirawat terpisah dari pasien lainnya atau diruang khusus
e. Pengunjung atau petugas kesehatan yang kontak harus dibatasi
f. Gunakan APD sesuai transmisi dengan menggunakan masker dan tutup
kepala
g. Lakukan prosedur cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
h. Setiap melakukan tindakan keperawatan pada pasien, harus dilakukan dengan
tehnik aseptik
i. Minimalisir potensi penularan dari lingkungan ke pasien pada saat
pembersihan ruangan
j. Minimalisir mobilisasi pasien keluar ruangan, apabila diperlukan pasien keluar
ruangan menggunakan masker.
k. Sedapat mungkin menghindari prosedur infasif yang dapat merusak integritas
mukosa atau barier kulit pada pasien
l. Personal hyegine pasien seperti mandi, perawatan gigi dan cuci tangan wajib
dilakukan
m. Bila kondisi imunosupresi pasien sudah teratasi, pasien dapat dirawat diruang
perawatan non infeksi biasa
n. RSUD Kanujoso Djatiwibowo belum mempunyai ruang untuk tekanan positif,
sementara masih menggunakan system kohort.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi prosedur mengenai pelayanan pasien dengan penyakit menular


dilaksanakan pada
1. Form Asesmen Pasien Gawat Darurat
2. Form Asesmen Pasien Rawat Inap
3. Form Asesmen Pasien Rawat Jalan
Pemberian informasi dan edukasi oleh DPJP dan Tim HIV/AIDS tentang penyakit
HIV/AIDS dan dicatat dalam formulir pemberian informasi dan edukasi dalam rekam
medis.

Direktur

Edy Iskandar

Anda mungkin juga menyukai