Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue/ dengue hemorrhagic fever merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia tropik termasuk
Indonesia.1 Beberapa dekade terakhir ini, insiden demam dengue
menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di seluruh penjuru dunia.
Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia beresiko
terserang demam dengue dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk
yang beresiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO
memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya.1
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan
karena masih banyak daerah endemik. Daerah endemik pada umumnya
merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian
luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus
di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD
dibutuhkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus-
menerus, pengasapan (fogging), dan larvasidasi.2
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun
2010 di ASEAN dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang.
Di Rektorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(Ditjen PP dan PL kemkes RI), melaporkan kasus DBD tahun 2011 di
Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403
orang.1 Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada
tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah
terjadi KLB akibat DBD.1,2
Demam Berdarah Dengue terutama menyerang kelompok umur balita
sampai dengan umur 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Kejadian
Luar Biasa (KLB) biasanya terjadi di daerah endemis (kawasan

1
berkembangnya penyakit tertentu) dan berkaitan dengan datangnya musim
penghujan. Di Indonesia penyakit ini mulai menyerang beberapa minggu
setelah datangnya musim penghujan. Endemi mencapai angka tertinggi pada
sebulan setelah curah hujan mencapai puncak tertinggi untuk kemudian
menurun sejalan dengan menurunnya curah hujan. KLB di Indonesia
umumnya terjadi mulai Oktober-April. Ketika DBD mulai mewabah di
suatu wilayah, kerapkali menimbulkan kepanikan dalam masyarakat.
Instansi kesehatan seperti Rumah Sakit, puskesmas dan klinik kewalahan
menangani pasien.2,3
Jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit Demam Berdarah Dengue
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008-2011 ada 24 kab/kota. Pada
tahun 2014, jumlah penderita DBD di seluruh wilayah di Kota Makassar ada
273 kasus dengan angka kesakitan/IR= 19,6 per 100.000 penduduk di
antaraya terdapat 11 kasus kematian karena DBD, jumlah tersebut
meningkat di Bandung tahun 2013 dan 2014 sebanyak 75 dan 86 kasus
dengan angka kesakitan 6,3 per 100.000 penduduk dan terdapat 4 kematian.5
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering
terjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibata penanganannya
yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengan
dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD)
dan dengue shock syndrome (DSS).2
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah
pasien dan semakin luas penyebarannya. Hal ini karena masih tersebarnya
nyamuk Aedes aegypthi di seluruh pelosok tanah air.1,3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Demam Berdarah
Dengue?
2. Bagaimanakah menegakkan diagnosa secara klinis dan diagnosa
psikososial?

2
3. Bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
demam berdarah dengue?
4. Bagaimana hasil dari terapi yang diberikan kepada penderita demam
berdarah dengue?
5. Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan pada penderita demam
berdarah dengue?

1.3 Aspek Disiplin Ilmu Yang Terkait Dengan Pendekatan Diagnosis


Holistik Komprehensif Pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Untuk pengendalian masalah Demam Berdarah Dengue baik pada
tingkat individu maupun masyarakat dilakukan secara komprehensif dan
holistik yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter Universitas Muslim
Indonesia melakukan kegiatan kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas dilayanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi
oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan
klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.3.1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : Untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Demam
Berdarah Dengue secara individual, masyarakat maupun pihak terkait
ditinjau dari nilai agama, etika, moral, dan peraturan perundangan.
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis,
sosial dan budaya sendiri dalam penanganan Demam Berdarah
Dengue, melakukan rujukan sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.

3
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu,
keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Demam
Berdarah Dengue.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Demam Berdarah
Dengue secara holistik dan komprehensif baik secara individu,
keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang
mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Demam Berdarah
Dengue dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan
diri sendiri, dan keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus


Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan
tatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu
yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip
pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses
pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil
penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).

4
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat
menerapkan penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan
pendekatan kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, berbasis evidence based
medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan
masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien DBD dengan
pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Pertiwi.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengidentifikasi faktor resiko yang mengakibatkan terjadinya
Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Pertiwi tahun 2019.
2. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis klinis dan diagnosis
psikososial pada penyakit Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Pertiwi
tahun 2019.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dalam keluarga dan
lingkungan social yang berkaitan dengan penyakit Demam Berdarah
Dengue di Puskesmas Pertiwi tahun 2019.
4. Untuk mengetahui upaya penatalaksanaan penyakit Demam Berdarah
Dengue di Puskesmas Pertiwi tahun 2019.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit
Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Pertiwi tahun 2019.

1.4.3 Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (pasien)
Menambah wawasan akan DBD yang meliputi proses penyakit dan
penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk
menghindari tetap berobat secara teratur.

5
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di
dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita DBD.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based
Medicine dan pendekatan diagnosis holistik DBD serta dalam hal
penulisan studi kasus.

1.5 Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
pasien DBD dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik
berbasis Kedokteran Keluarga adalah:
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab
DBD.
2. Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah rehidrasi cairan dan minum
obat simptomatik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan
tindakan pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi
keluhan dari pasien, perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan
rehidrasi cairan dan minum obat simptomatik.

Anda mungkin juga menyukai