Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan, petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KOMISI PENYIARAN INDONESIA” dengan baik.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dosen dan semua yang telah membantu
yang kami tidak bisa sebut satu persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belumlah sempurna untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan
makalah selanjutnya.Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 08 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………...1

1.2. Rumusan masalah ………………………………………………………………..3


1.3. Tujuan Masalah …………………………………………………………………..3
1.4. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………4

2.1. Pengertian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ……………………………………4

2.2. Profil Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) …………………………………………5

2.3. Tugas pokok ……………………………………………………………………….7

2.4. Tugas dan Kewajiban KPI dan KPID ……………….............................................7

2.5. Fungsi dan Wewenang KPI dan KPID ……………………………………………7

2.6 Dasar Pembentukan KPI ………………………………………………………….8

2.7. Sejarah KPI ……………………………………………………………………….9


2.8. Visi dan Misi KPI ………………………………………………………………..10

2.9. Arti penting komisi penyiaran Indonesia bagi masyarakat……………………….11


BAB III DASAR PEMBENTUKAN LEMBAGA KPI,
TUGAS DAN WEWENANG ………………………………………………….11
3.1. Dasar Pembentukan Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ……………...11
3.2 Tugas dan kewenangan kpi menurut uu no 32 tahun 2002 ………………………13

3.3 KPI juga mempunyai TUGAS DAN KEWENANGAN

TERKAIT PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN yaitu……………………...14

3.4. Tujuan yang ingin dicapai ………………………………………………………...15

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………..16

Kesimpulan………………………………………………………………………………...16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga negara terkadang disebut dengan istilah lembaga pemerintahan, lembaga


pemerintahan non-departemen, atau lembaga negara saja. Ada yang dibentuk berdasarkan atau
karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada pula yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari
UU, dan bahkan ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden. Hirarki atau
ranking kedudukannya tentu saja tergantung pada derajat pengaturannya menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh UUD merupakan organ konstitusi,
sedangkan yang dibentuk berdasarkan UU merupakan organ UU, sementara yang hanya dibentuk
karena keputusan presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum
terhadap pejabat yang duduk di dalamnya. Demikian pula jika lembaga dimaksud dibentuk dan
diberi kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi tingkatannya.
dari segi hirarkinya lembaga negara itu dibedakan kedalam 3 (tiga) lapis yaitu :
1. Organ lapis pertama disebut sebagai lembaga tinggi negara, dimana nama, fungsi dan
kewenangannya dibentuk berdasarkan uud 1945.
2. Organ lapis kedua disebut sebagai lembaga negara saja, dimana dalam lapis ini ada lembaga
yang sumber kewenangannya dari uud, ada pula sumber kewenangannya dari undang-undang
dan sumber kewenangannya yang bersumber dari regulator atau pembentuk peraturan dibawah
undang-undang.
3. Organ lapis ketiga merupakan lembaga daerah yaitu merupakan lembaga negara yang ada di
daerah yang ketentuannya telah diatur oleh uud 1945 yaitu pemerintah daerah provinsi,
gubernur, dprd provinsi, pemerintahan daerah kabupaten, bupati, dprd kabupaten, pemerintahan
daerah kota, walikota, dprd kota.
Lembaga negara yang berdasarkan perintah UU itu adalah lembaga
Independen. Lembaga Independen sendiri merupakan lembaga yang berdiri sendiri tanpa campur
tangan Pemerintah.
Adapun latar belakang dibentuknya Lembaga Independen adalah, adanya dinamika
masyarakat untuk mewujudkan demokratisasi, akibat kurang kepercayaan masyarakat pada
lembaga yang ada, serta adany semangat transparansi sebagai sarana terciptanya hubungan yang
harmonis antara pemerintah dengan masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah. Tugas
Lembaga Independen ini adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan publik yang
bebas dari campur tangan politik. Adanya lembaga untuk mengatur profesi-profesi, karena padat
membuka lapangan pekerjaan baru.
Adapun lembaga yang bersifat independen yang terbentuk atas perintah Undang-Undang
itu, salah satunya adalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang merupakan organ lapis kedua
adalah sebuah lembaga independen yang dibentuk oleh undang undang yang ada di Indonesia
yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dan berfungsi sebagai regulator
penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2002 pasal 7 ayat 2 KPI adalah sebagai lembaga negara yang bersifat
independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran.
Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Isi siaran dalam bentuk film dan/atau iklan wajib memperoleh tanda lulus sensor dari
lembaga yang berwenang. Jika adanya penyimpangan terhadap penyiaran, seperti disiarkannya
film atau iklan yang mengandung unsur tindak kekerasan terhadap ketertiban umum maka harus
adanya langkah penanggulangan yang lebih konkrit agar tidak berdampak negatif di masyarakat.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia mengatur akan hal itu yang tercantum dalam
Pasal 157:
(1) Barangsiapa menyiarkan mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum,
tulisan atau lukisan yang isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan,
kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat
Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau denda paling
banyak tiga ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan
pencarian, dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak adanya pemidanaan yang
menjadi tetap, karena kejahatan semacam itu juga, maka dapat dilarang menjalankan
pencarian tersebut.

Hukum yang ada seharusnya mencerminkan perlindungan bagi segenap rakyat Indonesia
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu hukum memerlukan suatu gerak dinamis,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan sesuai laju pembangunan disegala bidang dengan
sekaligus menciptakan ketertiban dan kepastian hukum untuk memperlancar pembangunan
nasional.
Media penyiaran merupakan sarana dalam memperoleh informasi serta hiburan, tetapi
terkadang hal yang disiarkan kurang mendidik, tidak bertanggung jawab dan tidak
mencerminkan nilai moral, tata susila, budaya bangsa yang berlandaskan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Jika hal ini tidak diperhatikan maka
mungkin akan berdampak negatif atau bahkan akan menimbulkan masalah yang berupa
kejahatan, yang dikarenakan meniru adegan yang disiarkan di media elektronik.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang menjadi dasar pembentukan dari Komisi penyiaran indonesia/ KPI ?
2. Apa saja tugas dan kewenangan komisi penyia ran indonesia ?
3. Apa saja Sanksi yang dapat dijatuhi oleh kpi ?

4. Apa saja Tujuan yang ingin dicapai ?

1.3 Tujuan Masalah

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut :


1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan makalah ini dapat menambah khasanah
dinamika keilmuan apa itu Pegadaian.
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
informasi mengenai Pegadaian.

1.4 Kegunaan Penelitian


a. Dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang hukum khususnya pada penerapan undang-undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang penyiaran mengenai tayangan yang mempertontonkan tindak
kekerasan dalam tayangan televisi.
b. Melengkapi sumber pustaka bagi penelitian selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia.
Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Komisi Penyiaran Indonesia merupakan lembaga negara yang
bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam
undang-undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran.

Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan (otoritas) menyusun dan
mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran,
pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran,
mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam
melakukan kesemua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya,
karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan
yudisial dan yustisial karena terjadinya pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan
sebagai tindak pidana. Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung
dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun
terhadap dunia penyiaran pada umumnya.

KPI terdiri atas Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah setingkat Provinsi. Wewenang dan lingkup
tugas Komisi Penyiaran meliputi pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Saat ini
Komisi Penyiaran Indonesia diketuai oleh Sasa Djuarsa Sendjaja.

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang
merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur
tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu Undang-undang


No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan
pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu
merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi
kepentingan pemerintah

2.2 Profil Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun
2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi). Anggota KPI Pusat (9 orang)
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) dan KPI Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan
BelanjaDaerah).

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat eselon II yang stafnya terdiri
dari staf pegawai negeri sipil serta staf profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta
masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran
harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan
tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:

"Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya


watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia."

Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang
kelembagaan, struktur penyiaran dan pengawasan isi siaran. Bidang kelembagaan menangani
persoalan hubungan antar kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta pengembangan kelembagaan
KPI. Bidang struktur penyiaran bertugas menangani perizinan, industri dan bisnis penyiaran.
Sedangkan bidang pengawasan isi siaran menangani pemantauan isi siaran, pengaduan
masyarakat,advokasi dan literasi media.

Anggota Bidang kelembagaan:

 Prof. H. Obsatar Sinaga(Koordinator)


 Ubaidillah
 Yuliandre Darwis (Merangkap Ketua KPI Pusat)

Anggota Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Penyiaran:

 Agung Suprio(Koordinator)
 Sujarwanto Rahmat Arifin (Merangkap Wakil Ketua KPI Pusat)

Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran:

 Hardly Stefano (Koordinator)


 Nuning Rodiyah
 Mayong Suryo Laksono
 Dewi Setyarini

Mekanisme pembentukan KPI dan rekrutmen anggota yang diatur oleh Undang-undang nomor
32 tahun 2002 akan menjamin bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola
secara partisipatif, transparan, akuntabel sehingga menjamin independensi KPI

2.3 Tugas pokok

Mengenai tugas, kewajiban, fungsi dan wewenang KPI/KPID


dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan yaitu:
a. Regulasi/pengaturan,
b. Pengawasan
c. Pengembangan22
Dalam hal ini pengawasan yang dimaskud adalah pengawasan
terhadap lemabaga penyiaran baik dari isi siaran maupun izin
penyelenggaraan penyiaan.

2.4 Tugas dan Kewajiban KPI dan KPID


a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai
dengan hak asasi manusia;
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri
terkait;
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang;
e. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan
apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; dan
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas
di bidang penyiaran (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Pasal8).

2.5 Fungsi dan Wewenang KPI dan KPID


Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat
diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan KPI Daerah diawasi
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.
a. Pasal 8 (1) KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi
serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran.
b. Pasal 8 (2) Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) KPI mempunyai wewenang:
a. Menetapkan standar program siaran;
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar
program siaran;
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran;
e. Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga
penyiaran, dan masyarakat. (UUP No.32/2002 Pasal 7).

2.6 Dasar Pembentukan KPI

Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi


pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan
sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan
independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Berbeda dengan semangat dalam Undang-Undang Penyiaran sebelumnya, yaitu Undang-
Undang No 24 Tahun 1997 yang berbunyi “ Penyiaraan dikuasai oleh Negara yang pembinaan
dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah”, menunjukan bahwa penyiaran pada masa itu
merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi
kepentingan pemerintah. Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik
dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena rekuensi adalah milik publik dan siatnya

terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesarbesarnya


bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran haru menjalankan fungsi pelayanan
informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita,
hiburan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat
adalah seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu
diversity of content (prinsip keberagaman isi) dan diversity ownership (keberagaman
kepemilikan).
Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan
KPI. Pelayanan yang sehat berdasarkan diversity of content adalah tersedianya informasi
yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan
diversity of ownership adalah jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia
tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja, dan menjamin iklim
persaingan yang sehat antara pengelola media masa dalam dunia penyiaran di Indonesia.

2.7 Sejarah KPI

Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran


publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga
penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga Negara yang bersifat independen
yang ada di Pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-
Undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat dibidang penyiaran.29
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah setingkat Provinsi. Anggota
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun
masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta
menumbuhkan industry penyiaran Indonesia.”
Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga bidang, yaitu
bidang kelembagaan, struktur penyiaran dan pengawasan isi siaran. Bidang kelembagaan
menangani persoalan hubungan antara kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta
pengembangan kelembagaan KPI. Bidang struktur penyiaran bertugas menangani
perizinan, industri dan bisnis penyiaran, sedangkan bidang pengawasan isi siaran
menangani pemantauan isi siaran, pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.
2.8 Visi dan Misi KPI

A. Visi Komisi Penyiaran Indonesia


Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat
untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
B. Misi Komisi Penyiaran Indonesia
Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan
seimbang, membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran yang tertib dan
teratur, serta arus informasi yang harmonis antara pusat dan daerah, antar wilayah
Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional. Membangun iklim
persaingan usaha dibidang penyiaran yang sehat dan bermartabat. Mewujudkan
program siaran yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk pembentukan intelektualitas,
watak, moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilainilai
dalam budaya Indonesia. Menetapkan perencanaan dan pengaturan serta
pengembangan SDM yang menjamin profesionalitas penyiaran.

2.9 Arti penting komisi penyiaran Indonesia bagi masyarakat


Sangatlah penting dengan adanya komisi penyiaran Indonesia bagi seluruh masyarakat, melalui
televisi dan berbagai media lainnya. Dengan adanya penyiaran ini sangatlah membantu sekali
seseorang yang terkena bencana besar yang ada di Indonesia ini, contohnya seperti unami dan
gempa yang ada di Palu dan Donggala, untuk mendapatkan bantuan-bantuan baik berupa pangan
papan dan sandang atau kebutuhan lain-lainnya. Dengan adanya penyiaran ini bisa memperluas
berita dari sabang sampai kemarauke, sehingga masyarakat majemuk pun tau apa saja yang
sedang terjadi di Indonesia ini.
BAB III
DASAR PEMBENTUKAN LEMBAGA KPI, TUGAS DAN WEWENANG

3.1 Dasar Pembentukan Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)


Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang
merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur
tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu Undang-undang
No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan
pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu
merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi
kepentinganpemerintah.

Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama
ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka
penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi
kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan
informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita,
hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti
yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of
Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman
kepemilikan).
Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan oleh KPI.
Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan Diversity of Content (prinsip keberagaman isi)
adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun
isi program. Sedangkan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan) adalah
jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli
oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip Diversity of Ownership juga menjamin iklim
persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.
Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran lahir
dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai
kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam semangat
otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.
Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi perubahan fundamental
dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat
UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama
ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (Independent
regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen dimaksudkan untuk
mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola
oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Belajar
dari masa lalu dimana pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada
waktu itu rejim orde baru), sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi
negara yang dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan. Sistem
penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung hegemoni rejim terhadap
publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga digunakan untuk mengambil keuntungan
dalam kolaborasi antara segelintir elit penguasa dan pengusaha.

Terjemahan semangat yang kedua dalam pelaksanaan sistem siaran berjaringan adalah, setiap
lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki
stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Hal
ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang terjadi
sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga dimaksudkan untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal.
Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya
masyarakat lokal dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperolah
informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan budayanya. Disamping itu keberadaan
lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit
keberadaan lembaga-lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara
lebih maksimal. Undang-undang no. 32 Tahun 2002 dalam semangatnya melindungi hak
masyarakat secara lebih merata.

3.2 Tugas dan kewenangan kpi menurut uu no 32 tahun 2002

KPI melakukan peran-perannya sebagai wujud peran serta masyarakat yang berfungsi
mewadahi inspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Dalam menjalankan
fungsinya, KPI juga mempunyai beberapa wewenang yaitu:
a. Menetapkan standar program penyiaran
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran
d. Memberi sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran
e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat.
KPI mempunyai tugas yaitu:
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan hak asasi manusia,
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran,
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran
dan industri terkait,
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan
seimbang,
e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta
dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaran penyiaran,
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.
Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran dan P3SPS menjadi rujukan untuk
melihat kualitas penyelenggaraan di Indonesia. Dalam arti, kualitas tersebut apakah
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan tercantum di dalamnya.
KPI juga memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran,
b. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang
mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran,
c. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat
mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf e,
d. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang
bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab,
e. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian
kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang
terkait.

3.3 KPI juga mempunyai TUGAS DAN KEWENANGAN TERKAIT PEDOMAN


PERILAKU PENYIARAN yaitu

(1) Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh KPI

(2) Pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan
bersumber pada:

a. nilai-nilai agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

b. norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga
penyiaran.

(3) KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku penyiaran kepada
Lembaga Penyiaran dan masyarakat umum.

(4) Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya
berkaitan dengan:

a. rasa hormat terhadap pandangan keagamaan;

b. rasa hormat terhadap hal pribadi;

c. kesopanan dan kesusilaan;

d. pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;


e. perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan;

f. penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak;

g. penyiaran program dalam bahasa asing;

h. ketepatan dan kenetralan program berita;

i. siaran langsung; dan

j. siaran iklan.

(5) KPI memfasilitasi pembentukan kode etik penyiaran.

Sanksi yang dapat dijatuhi oleh kpi


Bagi yang melanggar aturan yang telah ditentukan oleh KPI akan mendapatkan sanksi
administratif oleh KPI yaitu:
a. Teguran tertulis
b. Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui
tahap tertentu
c. Pembatasan durasi dan waktu siaran
d. Denda administratif
e. Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu
f. Tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiara
g. Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran

3.4 Tujuan yang ingin dicapai

1. harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran
secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas
keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum;
2. harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan
kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan
menghormati dan tidak mengganggu hak individu/orang lain;
3. memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, juga harus
mempertimbangkan penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis, baik dalam
skala nasional maupun internasional;
4. mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya di bidang
penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet, dan
bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran;
5. lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial dan berpartisipasi dalam
memajukan penyiaran nasional; untuk itu, dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia yang
menampung aspirasi masyarakat dan mewakili kepentingan publik akan penyiaran;
6. pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat,
mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk
meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi
pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem
penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang
bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
2. KPI mempunyai tugas dan wewenang seperti yang diamanatkan uu no 32 tahun 2002
3. Ada tujuan yang hendak dicapai dengan adanya KPI yang dilandasi dengan uu no 32 tahun
2002.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-komisi-penyiaran-indonesia.html

http://www.kpi.go.id/index.php/id/profil-kpi

Buku : Asshiddiqie,Jimly.Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi.


Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
KOMISI PENYIARAN INDONESIA

Penulis

Nama : Tath Hira Ompu Kori

NPM :1716031030

P.S : Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah : Komunikasi Kelompok

Dosen : Drs. Sarwoko., M. Si

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

08 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai