Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan, petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KOMISI PENYIARAN INDONESIA” dengan baik.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dosen dan semua yang telah membantu
yang kami tidak bisa sebut satu persatu.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belumlah sempurna untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan
makalah selanjutnya.Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………4
Kesimpulan………………………………………………………………………………...16
Hukum yang ada seharusnya mencerminkan perlindungan bagi segenap rakyat Indonesia
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu hukum memerlukan suatu gerak dinamis,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan sesuai laju pembangunan disegala bidang dengan
sekaligus menciptakan ketertiban dan kepastian hukum untuk memperlancar pembangunan
nasional.
Media penyiaran merupakan sarana dalam memperoleh informasi serta hiburan, tetapi
terkadang hal yang disiarkan kurang mendidik, tidak bertanggung jawab dan tidak
mencerminkan nilai moral, tata susila, budaya bangsa yang berlandaskan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Jika hal ini tidak diperhatikan maka
mungkin akan berdampak negatif atau bahkan akan menimbulkan masalah yang berupa
kejahatan, yang dikarenakan meniru adegan yang disiarkan di media elektronik.
1. Apa yang menjadi dasar pembentukan dari Komisi penyiaran indonesia/ KPI ?
2. Apa saja tugas dan kewenangan komisi penyia ran indonesia ?
3. Apa saja Sanksi yang dapat dijatuhi oleh kpi ?
BAB II
PEMBAHASAN
adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia.
Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Komisi Penyiaran Indonesia merupakan lembaga negara yang
bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam
undang-undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran.
Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan (otoritas) menyusun dan
mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran,
pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran,
mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam
melakukan kesemua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya,
karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan
yudisial dan yustisial karena terjadinya pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan
sebagai tindak pidana. Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung
dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun
terhadap dunia penyiaran pada umumnya.
KPI terdiri atas Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah setingkat Provinsi. Wewenang dan lingkup
tugas Komisi Penyiaran meliputi pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Saat ini
Komisi Penyiaran Indonesia diketuai oleh Sasa Djuarsa Sendjaja.
Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang
merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur
tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun
2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi). Anggota KPI Pusat (9 orang)
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) dan KPI Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan
BelanjaDaerah).
Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat eselon II yang stafnya terdiri
dari staf pegawai negeri sipil serta staf profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta
masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran
harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja dengan selalu memperhatikan
tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:
Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang
kelembagaan, struktur penyiaran dan pengawasan isi siaran. Bidang kelembagaan menangani
persoalan hubungan antar kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta pengembangan kelembagaan
KPI. Bidang struktur penyiaran bertugas menangani perizinan, industri dan bisnis penyiaran.
Sedangkan bidang pengawasan isi siaran menangani pemantauan isi siaran, pengaduan
masyarakat,advokasi dan literasi media.
Agung Suprio(Koordinator)
Sujarwanto Rahmat Arifin (Merangkap Wakil Ketua KPI Pusat)
Mekanisme pembentukan KPI dan rekrutmen anggota yang diatur oleh Undang-undang nomor
32 tahun 2002 akan menjamin bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola
secara partisipatif, transparan, akuntabel sehingga menjamin independensi KPI
Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama
ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka
penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi
kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan
informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita,
hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti
yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of
Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman
kepemilikan).
Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan oleh KPI.
Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan Diversity of Content (prinsip keberagaman isi)
adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun
isi program. Sedangkan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan) adalah
jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli
oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip Diversity of Ownership juga menjamin iklim
persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.
Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran lahir
dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai
kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam semangat
otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.
Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi perubahan fundamental
dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat
UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama
ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (Independent
regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen dimaksudkan untuk
mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola
oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Belajar
dari masa lalu dimana pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada
waktu itu rejim orde baru), sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi
negara yang dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan. Sistem
penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung hegemoni rejim terhadap
publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga digunakan untuk mengambil keuntungan
dalam kolaborasi antara segelintir elit penguasa dan pengusaha.
Terjemahan semangat yang kedua dalam pelaksanaan sistem siaran berjaringan adalah, setiap
lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki
stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Hal
ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang terjadi
sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga dimaksudkan untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal.
Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya
masyarakat lokal dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperolah
informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan budayanya. Disamping itu keberadaan
lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit
keberadaan lembaga-lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara
lebih maksimal. Undang-undang no. 32 Tahun 2002 dalam semangatnya melindungi hak
masyarakat secara lebih merata.
KPI melakukan peran-perannya sebagai wujud peran serta masyarakat yang berfungsi
mewadahi inspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Dalam menjalankan
fungsinya, KPI juga mempunyai beberapa wewenang yaitu:
a. Menetapkan standar program penyiaran
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran
d. Memberi sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran
e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat.
KPI mempunyai tugas yaitu:
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan hak asasi manusia,
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran,
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran
dan industri terkait,
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan
seimbang,
e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta
dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaran penyiaran,
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.
Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran dan P3SPS menjadi rujukan untuk
melihat kualitas penyelenggaraan di Indonesia. Dalam arti, kualitas tersebut apakah
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan tercantum di dalamnya.
KPI juga memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran,
b. KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang
mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran,
c. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat
mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf e,
d. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang
bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab,
e. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian
kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang
terkait.
(1) Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh KPI
(2) Pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan
bersumber pada:
b. norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga
penyiaran.
(3) KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku penyiaran kepada
Lembaga Penyiaran dan masyarakat umum.
(4) Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya
berkaitan dengan:
j. siaran iklan.
1. harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran
secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas
keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum;
2. harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan
kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan
menghormati dan tidak mengganggu hak individu/orang lain;
3. memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, juga harus
mempertimbangkan penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis, baik dalam
skala nasional maupun internasional;
4. mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya di bidang
penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet, dan
bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran;
5. lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial dan berpartisipasi dalam
memajukan penyiaran nasional; untuk itu, dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia yang
menampung aspirasi masyarakat dan mewakili kepentingan publik akan penyiaran;
6. pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat,
mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk
meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi
pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem
penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang
bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
2. KPI mempunyai tugas dan wewenang seperti yang diamanatkan uu no 32 tahun 2002
3. Ada tujuan yang hendak dicapai dengan adanya KPI yang dilandasi dengan uu no 32 tahun
2002.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-komisi-penyiaran-indonesia.html
http://www.kpi.go.id/index.php/id/profil-kpi
Penulis
NPM :1716031030
Universitas Lampung
08 Oktober 2018