Anda di halaman 1dari 42

1

BAB 1
LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan
(Wiknjosastro, 2008: 577). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten)
ataupun dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan
(Nugroho,2012). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada
setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya
selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu (Indriyani
Dewi, 2008).
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5cm
(Mochtar, 2012).
1.2 Penyebab
Penyebab KPD masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Menurut
Nugroho (2012), faktor yang berhubungan dengan penyebab ketuban pecah
dini adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau pada cairan ketuban.
2. Serviks yang inkompetensia.
3. Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan.
4. Trauma yang didapat.
5. Keadaan sosial ekonomi.
6. Faktor lain:
a. Golongan darah
b. Disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multigraviditas, merokok,dan pedarahan antepartum

1
2

d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)


Menurut Manuaba(2010), sebab-sebab terjadinya KPD dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1) Faktor Umum
a) Infeksi
b) Faktor sosial : perokok,peminum, keadaan sosial ekonomi rendah
2) Faktor keturunan
a) Kelainan genetik
b) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum
3) Faktor obstetrik
a) Overdistensi uterus
b) Serviks inkompeten
c) Serviks konisasi/menjadi pendek
d) Terdapat sefaloperlvik disproporsi:
(1) Kepala janin belum masuk PAP
(2) Kelainan letak
1.3 Mekanisme
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah (Wiknjosastro, 2008: 678).
1.4 Diagnosa
1. Menurut Saifuddin (2002:M-114), Pemeriksaan diagnostik yang perlu
dilakukan pada pasien KPD adalah:
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan umur kehamilan,
kehamilan ganda, abnormaly janin atau melokalisasi kantong cairan
amnion.
3

b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat mengidentifikasikan keadaan janin dan untuk
evaluasi kematangan paru janin.
c. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
2. Pemeriksaan spekulum steril menurut Varney (2010:789) adalah:
a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal
b. Lihat servik untuk mengetahui aliran cairan dari orivisium. Jika tidak
terlihat, minta klien untuk mengejan (perasat valsava). Secara
bergantian, beri tekanan pada fundus secara perlahan atau naikkan
bagian presentai pada abdomen agar cairan melewati bagian presentasi
pada kasus kebocoran yang berat sehingga kebocoran dapat terlihat.
c. Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau vernik
kaseosa jika kehamilan lebih dari 32 minggu.
3. Uji laboraturium
a. Specimen untuk kultur streptococcus grub B (SGB) : jika wanita ditapis
untuk SGB pada usia kehamilan 35-37 minggu dan hasil kultur negatif
menunjukkan tidak adanya infeksi.
b. Uji pakis positif, pemakisan pada kaca objek mikroskop jika nampak
percabangan halus maka menunjukkan adanya natrium klorida dan
protein dalam cairan amnion.
c. Amniosintesis untuk pewarnaan gram, kultur, dan sensitifitas.
Dikerjakan 50-60% pada wanita dengan KPD. Adanya bakteri pada
pewarnaan gram dari cairan amnion disertai oleh tanda gejala infeksi
ibu atau neonatus pada 50-60% pasien dengan KPD.
4. Penilaian klinik yang perlu dilakukan menurut Saifuddin (2016:218-219)
adalah:
a. Penentuan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan di vagina.
Penentuan cairav ketuban dapat menggunakan tes lakmus (Nitrazin
4

test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan


ketuban yang keluar dan usia kehamilan serta kelainan janin.
b. Tentukan usia kehamilan dengan USG
c. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan
air ketuban dengan test LEA (Leukosit Esterase) Leukosit darah >
15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin
d. Tentukan tanda-tanda inpartu dengan memeriksa his secara teratur dan
lakukan penilaian skor pelvik ( skor bishop ).
1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik kemudian
induksi persalinan dengan oksitosin bila gagal seksio secaria
2) Bila skor pelvik > 5, lakukan induksi persalinan, bila berhasil
lakukan persiapan pertolongan persalinan pervaginam.
1.4 Komplikasi
Menurut Nugroho (2012) pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu :
1. Pada ibu:
a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan.
b. Dry labouRasionalpertus lama.
c. Perdarahan postpartum.
d. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC).
e. Morbiditas dan mortilitas maternal.
Menurut Mansjoer (2011: 313), pengaruh ketuban pecah dini terhadap
janin:
2. Pada janin:
a. Persalinan prematur, Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
b. Hipoksia dan asfiksia sekunder.
c. Sindrom deformitas janin.
d. Morbiditas dan mortalitas perinatal.
5

1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksananaan KPD pada kehamilan preterm berupa penanganan
konservatif berdasarkan Wiknjosastro (2009: 680), antara lain:
1. Rawat dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi tredelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam, karena untuk mencegah terjadinya infeksi
dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisis bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazole 2x500mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar. Berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan kalau
memungkinkan periksa kadar lestin dan spingomielin tiap minggu.
Sediaan terdiri atas betamethason 12mg, sehari dosis tunggal selama 2
hari atau dexamethason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa (-), beri dexamethason, observasi tanda infeksi dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), dexamethason dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterin).
Penanganan aktif, antara lain:
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal sectio
cesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50mg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvik <5 lakukan pemotongan serviks kemudian
induksi.
b. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesaria
6

c. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus pervaginam.


Tabel 1.1 Skor Pelvik Menurut Bishop
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Penurunan kepala diukur -3 -2 -1 +1 +2
dari bidang Hodge III
(cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke Searah Ke arah
belakang sumbu depan
jalan
lahir
(Wiknjosastro, 2010: 75).
1.6 Pelaksanaan induksi persalinan
1.6.1 Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
timbulnya kontrasi Rahim sehingga terjadi persalinan. Berbeda dengan
akselerasi persalinan, dimana pada akselerasi persalian tindaka tindakan
tersebut di kerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu.
1.6.2 Cara
1. Secara medis
a. Infus oksitosin
b. Prostaglandin
c. Cairan hipertonik intrauterine
2. Secara Manipulatif/dengan tindakan
a. Amniotomi
b. Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim
c. Pemakaian rangsangan listrik
d. Rangsangan pada putting susu
7

1.6.3 Indikasi
1. Indikasi janin
a. Kehamilan lewat waktu
b. Ketuban pecah dini
c. Janin mati
2. Indikasi ibu
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
1.6.4 Syarat Pemberian Infus Oksitosin
1. Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kehamilan aterm
b. Ukuran panggul normal
c. Tidak ada CPD
d. Janin dalam presentasi kepala
e. Serviks sudah matang yaitu,porsio teraba lunak,mulai mendatar
dan sudah mulai membuka
2. Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop,yaitu bila
nilai Bishop lebih dari 8,induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
1.6.5 Prosedur
Teknik infuse oksitosin berencana:
1. Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur
dengan nyenyak.
2. Pagi harinya penderita diberi pencahar.
3. Infuse oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan
observasi yang baik.
4. Disiapkan cairan Dextrose 5% 500Ml yang diisi dengan 5 unit
oksitosin.
8

5. Cairan yang sudah mengandung 5 U oksitosin inidialirkan secara


intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G.
6. Jarum suntik intravena yang dipasang pada vena dibagian volar lengan
bawah.
7. Tetesan permulaan diuat agra kadar oksitosin mencapai jumlah 2Mu
permenit.
8. Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalamsetiap 15 menit, bila dalam
waktu 15 menit ini his tetaplemah,tetesandapat dinaikkan. Umumnya
tetesan maksimal diperbolekan sampai mencapai kadar oksitosin 30-
40m UI permenit. Bila sudah mencapai kadar ini, namun kontraksi
rahim belum juga timbul, maka berapapun kadar oksitosin yang
dinaikkan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan ontraksi
lagi.sebaiknya infuse oksitosin ini dihentikan.
9. Penderita dengan infuse oksitosin harus diamati secara cermat untuk
kemungkinan timbulnya tetaniauteri,tanda-tanda rupture uteri
membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.
10. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat,maka kadar
tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila terjadi kontraksi
rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara
dihentikan.
11. Infuse oksitosin ini hendaknya tetap diperthankan sampai persalinan
selesai, yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
12. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dnegan
periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian
infuse oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung,
maka infuse dilanjutkan smapai pembukaan lengkap. Segera setelah
kala II dimulai,maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan ibu
dipimpin mengejan atau dibimbing dengan persalinan buatan sesuai
dengan indikasi yang ada pada waktu itu.tetapi bila sepanjang
pemberian infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin,
9

maka infuse oksitosin harus seera dihentikan dan kehamilan segera


diselesaikan dengan seksio sesarea.
10

BAB 2
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan data
a) Data subyektif
a. Biodata
a. Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Wulandari,2010)
b. Umur
Umur penderita kurang dari 19 tahun dan diatas 35 tahun merupakan
faktor resiko dalam kehamilan dan persalinan, sehingga pada
persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian khusus, karena
pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan
neonatus (Manuaba,2010:36-37).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa (Wulandari,2010)
d. Pekerjaan
Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri. Menanyakan
pekerjaan untuk mengetahui tarah hidup dan sosial ekonomi penderita
itu agar nasehat kita sesuai (Wiknjosastro,2010:85).
e. Perkawinan
Ditanyakan pada ibu berapa lama dan berapa kali kawin. Ini untuk
membantu menentukan bagaimana keadaan organ reproduksi.
Misalnya pada ibu yang lama sekali telah kawin dan baru mempunyai
anak. Kemungkinan ada kelainan pada alat kelamin dalam
(Wiknjosastro,2010:85).

10
11

f. Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
(Wulandari,2010)
b. Keluhan utama
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu (Saifuddin,2010:M-112). Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm (Saifuddin,2010:M-112).Ketuban dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
(Saifuddin,2010:M-112).
c. Riwayat kesehatan
Adanya infeksi aktif clamidia, trocomatis, hepatitis, difteri, TORCH yang
menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga ketuban mudah pecah (Wiknjosastro,2010:556-559).
Ibu dengan riwayat dalam keluarga dengan riwayat penyakit menular
yang kronis dimana daya tahan tubuh ibu menurun dan akan
mempengaruhi kondisi janin dan dirinya. Misalnya diabetes melitus dan
hemofilia, keluarga dari pihak ibu atau suami ada yang pernah
melahirkan dengan anak kembar perlu diwaspadai karena faktor kembar
ini dapat menurun ( Wiknjosastro,2010: 556-559).
d. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid/menstruasi
Untuk mengetahui menarche, umur berapa haid pertama, teratur atau
tidak, siklus haid, lama haid, banyaknya darah, dan sifat darah (cair
atau ada gumpalan) disminore atau tidak, haid pertama haid terakhir
(Manuaba,2008)
b. Riwayat kehamilan,bersalin,nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, abortus, KPD, jumlah anak, cara persalinan
yang lalu, penolong persalinan, keadaan anak, keadaan nifas yang lalu
(Ambarwati dan Wulandari,2010)
12

c. Riwayat kehamilan sekarang


Untuk mengetahui masalah atau keluhan pada TM 1,TM 2, TM 3,
untuk mengetahui, ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa
minggu, tempat ANC, dan untuk mengetahui riwayat kehamilannya,
sudah mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid) atau belum, kapan
dan berapa kali (Rukiyah,2014)
d. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi
dengan jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari,2010)
e. Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut Mochtar (2012) pola kebiasaan sehari –hari sebagai berikut :
a. Nutrisi
Riwayat anemia, kurang gizi (malnutrisi) terutama ditemukan pada
ibu dengan KPD dengan riwayat grandemultigravida (Mochtar,2012:
254).
b. Aktifitas
Jenis aktifitas yang berlebihan misal meloncat, trauma karena terjatuh
yang dapat menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
c. Eliminasi
Obstipasi akan menyebabkan ibu mengejan secara berlebihan saat
BAB sehingga tekanan dalam uterus meningkat sehingga dapat
menyebabkan KPD (Mochtar,2012: 254).
d. Istirahat /Tidur
Ibu akan merasakan lelah karena harus berbaring terus di tempat tidur.
Adanya gangguan tidur akibat demam (Mochtar,2012:62).
e. Kehidupan Seksual
Frekwensi dan kualitas coitus yang berlebihan pada kehamilan
trimester III dapat menyebabkan robeknya saluran ketuban
(Mochtar,2012:62).
13

f. Kebiasaan
Ibu hamil yang menggunakan dietil basteron akan berakibat janin
yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita
Inkompetensi Serviks (Wiknjosastro, 2010: 221). Nikotin dalam rokok
menyebabkan kelainan bawaan dari selaput ketuban sehingga rapuh
dan mudah robek (Mochtar,2012:62).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan pasien secara
keseluruhan dengan kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan
aktivitas secara mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak
bisa melakukan aktivitas secara mandiri (Sulistyawati, 2009)
b. Kesadaran : Untuk menggambarkan tentang kesadaran pasien.
Kategori dari kesadaran adalah compsmentis yaitu pasien sadar
sepenuhnya, apatik yaitu pasien dalam keadaan sadar tetapi acuh tak
acuh, somnolen, yaitu pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
sopor yaitu pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang,
koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun
(Matondang, 2013)

b. Tanda – tanda vital.


a. Tensi
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi. Keadaan
normal 110/60 sampai 140/90 dan diastolik antara 70-90 mmHg.
Hipertensi jika tekanan systolic sma dengan atau > 140 mmhg dan
Hipotonik jika tekanan diastolic sama dengan 70mmhg (Astuti, 2012)
b. Suhu
KPD yang sudah disertai infeksi intra uterine akan disertai
peningkatan suhu lebih dari 37,60C dan peningkatan nadi lebih dari
92x/menit (Mochtar, 2012: 257)
14

c. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yan dihitung dalam menit, frekuensi
denyut jantung yang teratur kira-kira 70 denyut per menit dengan
rentang antara 60-80 denyut per menit (Hidayat dan Sujiyatini, 2010)
d. Respirasi
Dapat di observasi dari frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan,
dan tanda- tanda yang menyertai, seperti bunyi nafasdan bau nafas,
rentang yang normal sekitar 20 – 30 x/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)

e. Pemeriksaan Fisik
1) Muka : Ibu menunjukkan ekspresi lelah dan capek karena
berbaring ditempat tidur (Mochtar, 2012:257).
2) Mata : Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sclera,
kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan
penglihatan (Sulistyawati, 2009)
3) Dada : Untuk menili bentuk, simetris, kebersihan,
hiperpigmentasi areola ada benjolan dan nyeri tekan tidak, keadaan
putting, kolostrum (Sulistyawati, 2009)
4) Abdomen : Kadang ditemukan kelainan letak janin dalam
rahim seperti letak sungsang dan letak lintang. Ketegangan rahim
yang berlebihan akibat kehamilan ganda dan hidramnion (Manuaba,
2010:229).
5) Genetalia :
a) Inspeksi
Keluar cairan atau merembes dari vagina. Pada keadaan infeksi di
jumpai air ketuban warna keruh, kehijauan campur mekonium,
berbau yang menunjukkan distres janin (Norma,2013:249).
Adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut,
lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau (Mochtar, 2012:256).
15

b) Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan, keluar
cairan dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik posterior
(Norma,2013:249).
f. Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
(Norma,2013:249).
KPD terjadi pada pembukaan <3cm untuk primi sedangkan multi pada
pembukaan >5 cm (Mochtar,2012: 255).
1) Auskultasi
Takikardi janin di atas 160x/menit, takikardi janin di bawah
120x/menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada KPD
(Norma, 2013: 263).
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Norma,2013:250) adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
bau dan PH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air
ketuban mungkin juga urine atau secret vagina. Secret vagina ibu
hamil PH: 4-5, dengan kerta nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning. 1.a. tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH
air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu. 1.b. mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan
air ketuban pada gelas obyek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum oteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
16

oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup


banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bias
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
3. Analisa data
Analisa data menurut (Kepmenkes, 2010:5) adalah sebagai berikut:
Hasil analisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masaah kebidanan
yang tepat.
2.2 Diagnosa Kebidanan
G... P..., UK preterm, janin hidup/distress, tunggal/ganda, intra uterine,
situsbujuRasionallintang, habitus fleksi, posisi preskep/bokong, keadaan
panggul normal/sempit, keadaan umum..., inpartu kala..., fase..., dengan KPD
... jam.
Masalah :
Suatu pernyataan dari masalah pasin klien yang nyata atau potensal dan
membutuhkan tindakan (Sujiyatini, 2010). Masalah yang sering muncul
dalam kasus ini adalah ibu cemas dan gelisah menghadapi persalinan
(Varney, 2012)
Kebutuhan :
Hal – hal yang dibutuhkan oleh pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya
(Varney, 2012). Dalam kasus ini kebutuhan ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini adalah KIE tentang keadaan dirinya, support mental dari bidan dan
keluarga klien (Varney, 2012)
Diagnosa Potensial :
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potenisal lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain (Sujiyatini, 2010).
Pada kasus ibu bersalin dengan kebutuhan pecah dini diagnosa potenisal yang
mungkin terjadi adalah infeksi bagi ibu dan janin (Nugroho, 2012)
2.3 Perencanaan
Diagnosa : G... P..., UK preterm, janin hidup/distress, tunggal/ganda, intra
uterine, situsbujuRasionallintang, habitus fleksi, posisi preskep/bokong,
17

keadaan panggul normal/sempit, keadaan umum..., inpartu kala..., fase...,


dengan KPD ... jam.
Tujuan : Proses persalinan berjalan lancar tanpa adanya penyulit.
Kriteria : kriteria menurut Mochtar, 2012: 94-97 adalah sebagai berikut:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 76-88 x/menit
S : 36,5-37,5oC
R : 16-24 x/menit
- DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
Kala I primi : 13-14 jam, multi 6-7 jam
Kala II primi 1 ½ -2 jam, multi ½ - 1 jam
Kala III 30 menit
- Perdarahan < 500 cc
Intervensi Menurut Donges (2012:226) ada 8:
1. Berikan penjelasan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan.
Rasional : Klien kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi.
Rasional : Mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan dan
ibu mengerti kooperatif dengan tindakan.
3. Kaji persiapan tingkat pengetahuan dan harapan klien.
Rasional : Membantu menentukan kebutuhan dan informasi.
4. Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan.
Rasional : Pendidikan untepartal dapat memudahkan persalinan dan proses
kelahiran membantu klien mempertahankan kontrol selama persalinan.
5. Anjurkan ibu untuk tirah baring.
Rasional : Menghindari penyulit tali pusat.
6. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan (makan, minum, eliminasi)
selama tirah baring.
18

Rasional : Nutrisi adekuat meningkatkan KU dan kekebalan tubuh


terhadap infeksi, meningkatkan energi ibu dalam kala II, kandung kemih
penuh dapat menghalangi turunya kepala.
7. Observasi his, DJJ, nadi tiap 1 jam, tensi tiap 4 jam, pembukaan dan
penurunan kepala tiap 8 jam atau jika ada tanda gejala kala II
Rasional : Cortonen diluar batas normal menandakan distress janin, his
penurunan bagian terendah bandle merupakan observasi dari fisik ibu,
TTV terutama suhu diatas 37,5oC menunjukkan tanda infeksi, kandung
kemih penuh menghalangi turunnya kepala.
8. Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu kolaborasi dengan tim medis.
Rasional : Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan
meningkatkan resiko infeksi intra uterin 17%-68%.
2.3.1 Masalah I: Potensial terjadi infeksi karena KPD.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama intra partal.
Kriteria : Tidak ada tanda infeksi yaitu tumor, rubor, color, dolor dan
fontiolesa
- Ketuban berwarna jernih dan tidak berbau
- TTV dalam batas normal
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 76-92 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/mnt
- DJJ dalam batas normal 120-160 x/mnt
Intervensi Menurut Donges (2012:246) ada 6:
1. Berikan penjelasan resiko yang terjadi akibat KPD.
Rasional : Ibu kooperatif dan mengerti tindakan yang akan dilakukan.
2. Gunakan teknik aseptik dan sepsis.
Rasional : Menurunkan resiko infeksi.
3. Lakukan persiapan dan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik.
Rasional : Meminimalkan mikroorganisme daerah genital.
19

4. Pantau suhu tiap 2 jam, nadi, his dan DJJ.


Rasional : Melihat tanda infeksi.
5. Observasi pemgeluaran cairan pervaginam.
Rasional : Infeksi intra partum akan menyebabkan cairan ketuban.
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan resiko yang terjadi.
2.3.2 Masalah II: Potensial partus dengan tindakan.
Tujuan : Partus terjadi spontan tanpa tindakan.
Kriteria : - Kala II berlangsung  2 jam dengan AS > 7
- Ibu melahirkan dengan jenis partus spontan belakang kepala.
- Keadaan ibu baik.
- Klien mengerti alas an dilakukannya tindakan.
Menurut Donges (2012:255) ada 7:
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan serta indikasinya.
Rasional : Ibu kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari tindakan.
Rasional : Ibu mengerti dan mengurangi kecemasannya.
3. Beri posisi yang nyaman pada ibu.
Rasional : Mememuhi kebutuhan rasa nyaman.
4. Siapkan peralatan untuk melaksanakan tindakan (vacuum set).
Rasional : Alat dalam keadaan siap pakai jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
5. Observasi cortonen tiap ½ jam.
Rasional : Deteksi dini adanya fetal distress.
6. Pimpin ibu untuk mengejan jika pembukaan sudah lengkap.
Rasional : Melahirkan bayi.
7. Jika bayi belum lahir dalam 1 jam kolaborasi partus dan tindakan (vakum).
Rasional : Mempercepat proses persalinan.
2.3.3 Masalah III: Cemas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KPD.
Tujuan : Ibu dapat beradapatasi dengan keadaannya.
Kriteria : - Klien tampak tenang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
20

T : 110/70-130/90 mmHg
N : 74-88 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/menit
Intervensi Menurut Donges (2012:255) ada 5:
1. Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialami, komplikasi dan
penanganannya.
Rasional : Pengetahuan ibu bertambah sehingga lebih kooperatif.
2. Alihkan perhatian dengan mengajak komunikasi.
Rasional : Mengalihkan perhatian akan seaktif melupakan kondisinya.
3. Berikan support mental pada ibu.
Rasional : Ibu akan lebih yakin dan pasti dalam menghadapi persalinan.
4. Anjurkan ibu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Rasional : Ibu lebih tenang dan memberikan kenyamanan secara psikologis.
5. Observasi TTV dan DJJ.
Rasional : Memantau kondisi ibu dan janin.
2.3.4 Masalah IV: Potensial bagian kecil, tali pusat menumbung.
Tujuan : Selama inpartu tidak ada bagian kecil atay tali pusat
menumbung.
Kriteria :
1. Tidak ditemui bagian kecil janin/tali pusat yang menumbung.
2. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
3. Penurunan bagian terendah sesuai persalinan
Intervensi Menurut Donges (2012:255) ada 4:
1. Anjurkan pasien bedrest.
Rasional : Posisi berdrest memungkinkan pengurangan kemungkinan
jatuhnya bagian terkecil/menumbung karena pengaruh gravitasi.
21

2. Berikan posisi trendelenburg apabila dicurigai terjadi bagian kecil/tali pusat


menumbung.
Rasional : Posisi ini memungkinkan bagian menumbung naik
lagi/menurunkan potensi bagian kecil menumbung karena posisi uterus
lebih rendah dari jalan =lahir.
3. Lakukan pemeriksaan dalam sedini mungkin.
Rasional : Deteksi dini prolapsus tali pusat, 8 jam berakibat buruk pada
janin.
4. Observasi DJJ.
Rasional : Peningkatan dan penurunan DJJ menunjukkan fetal distress.
2.3.5 Masalah V: Potensial terjadi partus lama.
Tujuan : Kala II dapat terlewati dengan lancar tanpa penyulit
Kriteria : - Kala I berakhir dalam 12 jam
- Kala II berlangsung < 1jam pada multi dan < 2 jam primi
- Selama persalinan KU ibu baik
Intervensi Menurut Donges (2012) ada 4:
1. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Stress psikis pada ibu ditandai dengan peningkatan T, N dapat
mempengaruhi kemajuan dilatasi serviks, peningkatan suhu tubuh (> 35,5
o
C) menunjukkan tanda infeksi intra uterin.
2. Observasi CHBPK.
Rasional : Cortonen > 180 x/mnt menandakan keadaan distress janin, his
dan pembukaan yang tidak adekuat serta timbul bandel mempengaruhi
kemajuan persalinan.
3. Penuhi kebutuhan cairan klien.
Rasional : Kebutuhan cairan yang adekuat dapat meningkatkan KU ibu.
4. Anjurkan pasien istirahat diluar his.
Rasional : Kelelahan dapat menurunkan KU ibu.
22

2.3.6 Masalah VI: Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air
ketuban.
Tujuan : Rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air ketuban
Kriteria : Pakaian dalam keadaan bersih
Keluhan penderita berkurang
Intervensi Menurut Donges (2012) ada 6:
1. Beri penjelasan kepada ibu tentang KPD dan perlunya kebersihan diri.
Rasional : Dengan memberi penjelasan klien mengerti dan kooperatif
dalam tindakan.
2. Ganti pakaian klien bila basah.
Rasional : Pakaian bersih dan kering dapat memberikan rasa nyaman.
3. Jaga kbersihan diri dan lingkungan.
Rasional : Kebersihan diri dan lingkungan yang baik dan cermat mencegah
terjadi infeksi.
4. Observasi pengeluaran pervaginam.
Rasional : Observasi pengeluaran pervaginam untuk mengetahui
perkembangan persalinan dan menentukan tindakan selanjutnya.
2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan menurut (KEPMENKES,2010) adalah sebagai berikut:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Kepmenkes No 938 (2010) adalah sebagai berikut:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
S : Data Subyektif
Mencatat hasil anamnesa.
O : Data Obyektif
23

Mencatat hasil pemeriksaa


A : Asesment
Mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P : Penatalaksanaan
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan sgera, tindakan secara
komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, eveluasi/follow
up dan rujukan.

Penyusun
24

BAB 3
TINJAUAN KASUS

MRS : 01-05-2019 Pukul 21.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 01-05-2019 Pukul 21.30 WIB
Tempat : RSUD dr. Soeroto Ruang Wijaya Kusuma (VK)
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data subyektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny “A” Tn “S”
Umur : 37 tahun 38 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU SMK
Pekerjaan : IRT Swasta
Penghasilan : - Rp. 1.500.000,-/bln
Umur menikah : 25 tahun 26 tahun
Berapa x menikah : 1x / 12 tahun 1x / 12 tahun
Alamat : Bedug, 3/1, Sriwedari,Karanganyar,Ngawi

2. Keluhan utama
Ibu rujukan dari Puskesmas Karanganyar datang ke Ponek lalu dirujuk ke
ruang VK pada tanggal 01 Mei 2019 Pukul 21.30 WIB, merasakan mulas
mulas dan keluar air ketuban berwarna jernih pukul 14.00 WIB.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menderita penyakit dengan
gejala jantung berdebar-debar dan sering berkeringat (penyakit jantung),
sesak nafas/asma, cepat lelah, pusing dan pucat (anemia), sering makan,
sering minum dan sering kencing (DM), pusing, mata kabur, hisung

24
25

berdarah dan tekanan darah tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila
terluka (hemofilli) kulit, kuku, mata berwarna kuning dan air kencing
seperti teh (hepatitis), batuk lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa
lelah, ruam kulit hingga pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik
pada tubuh (TORCH) keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit dengan gejala
jantung berdebar-debar dan sering berkeringat (penyakit jantung), sesak
nafas/asma, cepat lelah, pusing dan pucat (anemia), sering makan, sering
minum dan sering kencing (DM), pusing, mata kabur, hisung berdarah dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila terluka
(hemofilli) kulit, kuku, mata berwarna kuning dan air kencing seperti teh
(hepatitis), batuk lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa lelah, ruam
kulit hingga pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik pada tubuh
(TORCH) keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa anggota keluarga dari pihak ibu maupun suami
tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala jantung berdebar-debar
dan sering berkeringat (penyakit jantung), sesak nafas/asma, cepat lelah,
pusing dan pucat (anemia), sering makan, sering minum dan sering
kencing (DM), pusing, mata kabur, hidung berdarah dan tekanan darah
tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila terluka (hemofilli) kulit,
kuku, mata berwarna kuning dan air kencing seperti teh (hepatitis), batuk
lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa lelah, ruam kulit hingga
pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik pada tubuh (TORCH)
keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
4. Riwayat kebidanan
a. Haid
Haid pertama kali saat umur 13 tahun, siklus 28-30 hari lama 5-6 hari, ibu
tidak pernah mengalami nyeri pada perut (dismenorhea), selama haid ganti
pembalut 2-3 x/hari terutama hari 1-2 ganti pembalut 3x/hari, darah yang
26

keluar merah segar tidak ada gumpalan. Sebelum haid ibu mengalami
keputihan, warna bening, tidak berbau dan tidak gatal.
HPHT : 4-8-2018 HPL : 11-05-2019
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Ibu hamil pertama usia kehamilan 9 bulan, rutin periksa ke bidan
mendapat multivitamin dan tablet tambah darah diminum sesuai
anjuran bidan, anak pertama perempuan lahir di tolong bidan, BB :
3900 gram TB : 52 cm,usia sekarang 4 tahun. Selama nifas tidak ada
masalah. ASI Eksklusif selama 2 tahun
c. Riwayat Persalinan sekarang
Ibu rujukan dari Puskesmas Karanganyar, merasakan mulas mulas dan
keluar cairan ketuban berwarna jernih pada tanggal 1-5-2019 pukul 20.00
WIB.
d. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan metode KB suntik 3 bulan lamanya 7
tahun. rencana setelah melahirkan ibu ingin menggunakan KB suntik 3
bulan karena ibu ingin menyusui bayinya, selama menggunakan KB suntik
3 Bulan ibu tidak haid dan ibu tertarik karena banyak temannya yang
menggunakan kb suntik 3 bulan.
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu makan terakhir tanggal 01 Mei 2019 pukul 18.00 WIB. Menjelang
inpartu ibu hanya mau minum teh manis.
b. Eliminasi
Terakhir BAB pukul 14.00 WIB tanggal 1 Mei 2019. BAK terakhir
pukul 18.30 WIB tanggal 1 Mei 2019 dengan menggunakan pispot.
c. Istirahat/tidur
Ibu hanya bisa beristirahat disela-sela HIS.
d. Aktifitas
Hanya berbaring miring ke kiri di tempat tidur karena ketuban sudah
pecah.
27

e. Personal hygiene
Ibu telah mandi dengan menggunakan sabun, gosok gigi, keramas,
terakhir pukul 08.00 WIB tanggal 22 Juli 2018. Cebok dari arah depan
ke belakang. Ganti baju dan celana dalam.
6. Pola hubungan seksual
Ibu selama hamil sampai usia 7 bulan, berhubungan dengan suami 1x
seminggu dengan hati-hati karena ibu takut kalau terjadi sesuatu pada janinnya.
Memasuki usia kehamilan tua ibu tidak melakukan hubungan seksual.
7. Pola ketergantungan
Ibu tidak pernah merokok, minum-minuman beralkohol, minum obat-obatan
terlarang, minum jamu-jamuan, dan tidak pernah minum obatan-obatan yang
dijual bebas di toko.
8. Latar belakang sosial budaya
Ibu selama hamil tidak pernah pijat ke dukun terutama pada perut, tidak pernah
minum jamu-jamuan, dan tidak berpantang pada jenis makanan tertentu.
Pengambil keputusan adalah suaminya.
9. Psikologi dan spiritual
Ibu dan keluarga menganut agama Islam. Ibu dan suami selalu berdoa agar
persalinannya lancar. Ibu merasa khawatir dengan kehamilannya yang kedua,
kehamilan ini diharapakan oleh ibu dan keluarga.
3.1.2 Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : KU baik, ibu tampak menahan nyeri terutama saat
ada HIS, ekspresi wajah menahan sakit dan menggigit bibir saat kontraksi.
b. Kesadaran : Composmentis
c. Sikap tubuh : lordosis
d. Postur tubuh : Tinggi
e. Cara berjalan : Simetris dan tidak pincang.
f. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/mnt
28

R : 22 x/mnt
S : 36,7oC
g. Pemeriksaan Antropometri
TB : 160 cm
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB terakhir : 66 kg
LILA : 28 cm
BMI : 25,56
Pemeriksaan Penunjang
Lab
Hb : 11 g/dl
RBC : 4,14
WBC : 10,42
Golda :A
HbsAg :-
Hiv/AIDS : NR
NST : Baik
Pro Terminasi OD 2 flash
Protein Urine : (-)
Urine Reduksi : (-)
Glukosa Urine : (-)
h. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, hitam, penyebaran merata, tidak mudah
rontok, tidak ada benjolan yang abnornal.
Muka : Tidak ada oedem, tidak pucat, nampak tegang menahan rasa
sakit.
Mata : Tidak ada oedem, conjungtiva palpebra merah muda, sklera
putih.
Mulut : Bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, gigi
tidak ada karies, gusi tidak berdarah, tidak ada
pembengkakan pada gusi.
29

Leher :Tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak ada


pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Dada/thorax : Bunyi nafas normal, tidak ada ronchi dan wheezing, tidak
ada retraksi intercostae, irama denyut jantung teratur.
Payudara :Pembesaran payudara simetris, terdapat hyperpigemntasi
areola mammae dan papilla mammae, kelenjar montgomeri
nampak jelas, papila menonjol, kolostrum sudah keluar, tidak
ada benjolan abnormal, payudara bersih.
Axilla :Tidak ada benjolan, tidak nyeri, dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Abdomen :Pembesaran sesuai usia kehamilan, arah pembesaran
membujur, kandung kemih kosong, terdapat gerakan janin.
Genetalia :Vulva bersih, terdapat pengeluaran cairan dari vagina berupa
cairan ketuban berwarna jernih, tidak berbau, banyaknya 100
ml, tidak ada jaringan parut pada perineum, vagina tidak
Oedem, tidak ada keputihan.
Anus : bersih dan tidak haemoroid
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada cacat, telapak tangan dan kuku bersih,
tidak pucat dan kebiruan, tidak terdapat oedem pada jari-jari,
tangan sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes/menit.
Bawah : Simetris, kedua tungkai normal, tidak ada varices dan tidak
ada oedem, reflek patella +/+.
2. Pemeriksaan khusus
TFU : Mc Donald : 30 cm
TBJ : (Johnson Tausack) : (30-11) x 155 = 2945 gram
a. Palpasi (leopold)
Leopold I : TFU 3 jari atas pusat, pada fundus teraba bagian lunak,
tidak bundar dan tidak melenting.
30

Leopold II : Pada perut sebeleh kiri teraba bagian yang keras, datar,
memanjang seperti papan, dan pada perut sebelah kanan
teraba bagian kecil janin.
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba bagian keras, bundar, dan
tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Tangan pemeriksa divergen
Palpasi perlimaan : 2/5
HIS 3 X 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 30 detik
Lakmus (+)
b. Auskultasi
DJJ , frekuensi (11-12-11) 136 x/mnt, intensitas kuat, irama teratur,
punctum maksimum 2 jari samping kiri pusat
c. Pemeriksaan tambahan
Pada saat palpasi ibu tidak merasa nyeri.
d. Pemeriksaan Dalam Pukul 21.30 WIB :
- VT: v/v taa,  2 cm, eff 25%, ket (-), pres kep H I, UUK kidep,
sutura teraba jelas, tidak teraba bagian kecil di samping kepala janin,
spina ischiadika tidak menonjol, ujung coxigeus dapat ditolak, arkus
pubis >90 .
- Sebelum pemeriksaan ibu berkemih 150 ml, urin tidak ada protein
ataupun aseton.
3.1.3 Analisa Data
No. Diagnosa/ masalah Data Dasar
1. GIIP10001, usia S : - Ibu hamil yang pertama lahir
kehamilan 38-39 usia kehamilan 9 bulan
minggu, janin tunggal, - Ibu merasa mulas dan
hidup, intra uteri, mengeluarkan air ketuban
inpartu kala I fase laten, berwarna jernih mulai tanggal 1
dengan Oksitosin Drip Mei 2019 pukul 14.00 WIB -
Indikasi Ketuban Pecah HPHT= 4-8-2018
31

dini > 6 jam, keadaan HPL= 11 - 05 - 2019


jalan lahir normal, - Pergerakan janin mulai dirasakan
keadaan umum ibu dan usia kehamilan 4 bulan
janin baik. O: - Keadaan umum : KU baik,
kesadaran composmentis .
- Tanda-tanda vital
T : 130/90 mmHg
N : 84 x/mnt
R : 22 x/mnt
S : 36,7oC
TB : 160 cm
BB sebelum hamil:55 kg
BB sekarang : 66 kg
LILA : 28 cm
- Lakmus (+)
- HIS : kuat, teratur, 3x dalam 10
menit lamanya 30 detik.
- DJJ (+) 136X/menit (11,12,11)
- Pemeriksaan khusus
TFU Mc Donald = 30 cm
TBJ = 2945 gr
- Palpasi
Leopold : TFU 3 jari atas pusat,
Presentasi kepala, Puki, kepala
sudah masuk PAP.
- Perlimaan : 2/5
- Auskultasi
DJJ , frekuensi (11-12-11) 136
x/mnt, intensitas kuat, irama
teratur, punctum maksimum 2 jari
samping kiri pusat
32

- Pemeriksaan Dalam Pukul 21.30


WIB :
VT: v/v taa,  2 cm, eff 25%, ket
(-), pres kep H I, UUK kidep,
sutura teraba jelas, tidak teraba
bagian kecil di samping kepala
janin, spina ischiadika tidak
menonjol, ujung coxigeus dapat
ditolak, arkus pubis >90 
- Genetalia : Vulva bersih, terdapat
pengeluaran cairan dari vagina
berupa cairan ketuban berwarna
jernih, tidak berbau, banyaknya
100 ml, tidak ada bekas luka pada
perineum, vagina tidak Oedem,
tidak ada keputihan.
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11 gr %
Reduksi : (-)
Protein urine : (-)
Urine Reduksi : (-)
Glukosa Urine : (-)

3.2 Diagnosa Kebidanan


GIIP10001, usia kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri,
inpartu kala I fase laten, dengan Oksitosin Drip Indikasi Ketuban Pecah Dini
> 6 jam, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik.
33

3.3 Perencanaan
Tanggal : 1 Mei 2019 pukul 21.45 WIB
Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal, hidup,
intra uteri, inpartu kala I fase laten, dengan Oksitosin Drip Indikasi Ketuban
Pecah dini > 6 jam, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin
baik, prognosa baik.
Tujuan : - Proses persalinan dapat berjalan dengan lancar
- Ibu dan bayi sehat
- Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri persalinan.
Kriteria : - KU ibu baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 100-120/70-90 mmHg N : 80-100 x/mnt
S : 36,6-37,5oC R : 18-24 x/mnt
- His adekuat
Fase laten : 2x/10 menit lama: 20-40 detik.
Fase aktif : 3x/10 menit lama: 40 detik.
Kala I Multigravida : 8 jam.
Kala II Multigravida : ½ - 1 jam.
Kala III Mutigravida : 15-30 Menit
Kala IV Multigravida : 2 Jam Post Partum
- KU janin baik
DJJ kuat dan teratur, frekuensi 120-160 x/mnt
- Ibu dapat melakukan teknik relaksasi
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, keadaan ibu dan bayinya.
Rasional: Informasi yang tepat akan membantu menurunkan kecemasan
dan ibu kooperatif dalam tindakan yang dilaksanakan.
b. Beri informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya.
Rasional: Kecemasan ibu berkurang.
c. Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan memberi kenyamanan
34

d. Beri support pada ibu


Rasional: Menjaga kenyamanan dan ketenangan ibu selama proses
persalinan.
e. Hadirkan dan libatkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk
mendampingi ibu.
Rasional: Ibu lebih tenang dan semangat dalam menghadapi persalinan.
f. Beri ibu makan dan minum.
Rasional:Ibu memiliki tenaga untuk mengejan.
g. Anjurkan ibu tidak menahan BAK dan BAB.
Rasional: Memberi rasa nyaman dan proses persalinan lebih lancar.
h. Anjurkan ibu untuk tirah baring.
Rasional: Menghindari tali pusat menumbung dan infeksi
i. Sarankan ibu tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
Rasional:Mencegah oedem jalan lahir.
j. Lakukan observasi nadi tiap 30 menit, DJJ dan his tiap 1 jam, produksi
urin tiap 2 jam, tekanan darah dan suhu tiap 4 jam serta lakukan VT
setiap 4 jam atau jika terdapat tanda gejala kala II.
Rasional: Deteksi dini adanya gejala komplikasi atau perubahan kondisi
ibu dan janin.
k. Lakukan VT pukul 4 jam Lagi Pukul 01.00 WIB atau jika ada indikasi.
Rasional: Memantau kemajuan persalinan dan resiko injeksi dapat
dikurangi.
l. Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu kolaborasi dengan tim medis.
Rasional: Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan
meningkatkan resiko infeksi intra uterin 17%-68%.
3.4 Pelaksanaan
Tanggal : 2 Mei 2019 , pukul 22.00 WIB
Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal, hidup, intra
uteri, inpartu kala I fase laten, dengan Oksitosin Drip Indikasi Ketuban Pecah
dini > 6 jam , keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik..
35

Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu memasuki proses persalinan, jalan lahir
sudah mulai membuka, keadaan ibu dan bayi baik. Ibu mengetahui
pembukaan nya 2 cm.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa proses persalinan yang semakin dekat
ditandai dengan mulas mulas semakin teratur, sering dan keluar lender
darah di jalan lahir serta ibu ingin mengejan. Ibu mengetahui
3. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang saat kontraksi. Ibu
bersedia menarik nafas panjang
4. Memberi nasehat pada ibu untuk tidak panik dan khawatir terhadap
persalinan Meminta suami ibu untuk menemani ibu menghadapi proses
persalinan. Ibu mengerti
5. Meminta suami ibu untuk menemani ibu menghadapi proses persalinan.
Suami Bersedia menemani ibu
6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga
yang cukup untuk mengejan. Ibu minum teh hangat
7. Menganjurkan ibu tidak menahan BAB dan BAK, dan apabila ada
rangsangan hendaknya segera BAB/BAK sehingga kemajuan persalinan
tidak terganggu. Ibu BAK di pispot 100 cc
8. Menganjurkan ibu untuk tirah baring dengan miring kiri agar mempercepat
kemajuan persalinan dan apabila ibu nyeri lebih baik istirahat (disesuaikan
dengan kemampuan ibu). Ibu bersedia
9. Menyarankan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
karena jalan lahir dapat bengkak jika ibu mengejan sebelum pembukaan
lengkap. Ibu bersedia
10. Melakukan observasi nadi, DJJ, his, produksi urin, tekanan darah dan suhu
setiap 30 menit sekali.
11. Melakukan Pemeriksaan dalam 4 jam lagi pukul 02.00 WIB atau bila
terdapat tanda gejala kala 2
36

12. Melakukan Kolaborasi dengan dokter Sp.OG terkait dengan tindakan yang
akan dilakukan
Advis Dokter : Pukul 22.00 WIB
NST : Baik
Advis dokter : Pro Terminasi OD
 Diberikan OD Ripening Flash 1 (5ml furamin, 5 IU oksitosin, 2
ampul dexamethasone ) dengan tetesan 16 tpm. Dalam waktu 15
menit his tetap lemah tetesan dinaikkan menjadi 40 tpm (His
mulai baik).
 Injeksi Dexamethason 2 amp, ½ amp Furamin secara IV.
 Injeksi Cefotaxime 1 gr ( 3x1, lanjut sampai 1x 24 jam
postpartum)
 Observasi his setiap 15 menit.
 Observasi DJJ setiap 15 menit.
 Observasi VT setiap 4 jam atau jika ada indikasi.
Tanggal 02-05-2019, pukul 02.00 WIB
S : - Ibu mengatakan mules- mules semakin sering.
O : - TTV
T : 110/80 mmHg, N : 80 x/mnt,R : 22 x/mnt, S : 36,7oC
- His 3x dalam 10 menit, 35 detik
- DJJ , kuat, teratur, 11-12-11 : 136 x/mnt, teratur, kuat, pada punctum
maximum 2 jari kiri bawah pusat
- Penurunan kepala 3/5
- Pemeriksaan Dalam pukul 02.00 WIB
- VT: v/v taa,  6 cm, eff 50 %, ket , pres kep H II, UUK kidep, sutura
teraba jelas, tidak teraba bagian kecil disamping kepala janin.
- Blood Show (+)
A : Masuk kala I fase aktif dilatasi maksimal dengan Ketuban Pecah dini ≥
10 jam, dengan oksitosin drip , KU ibu dan janin baik, prognosa baik.
P : - Memberitahu pasien dan keluarga tentang perkembangan ibu dan
janin. Ibu mengetahui Kondisinya
37

- Meminta ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu. Ibu bersedia


- Melakukan massase pada daerah punggung. Suami bersedia
- Menganjurkan ibu untuk bed rest dan tidur miring ke kiri dengan salah
satu kaki ditekuk. Ibu bersedia
- Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum, tidak menahan
BAB/BAK, serta tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap. Ibu
minum teh hangat dan makan roti sebungkus kecil.
- Melanjutkan observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit, tekanan darah
setiap 4 jam dan suhu setiap 1 jam, VT per 4 jam atau jika ada
indikasi.
- Melakukan Kolaborasi dengan dokter .
Advise Dokter:
- Injeksi Cefotaxime 1 gr ( 3x1, lanjut sampai 1x 24 jam postpartum)
- Diberikan OD Ripening Flash 2 (5ml furamin, 5 IU oksitosin, 2 ampul
dexamethasone ) dengan tetesan 40 tpm. Dalam waktu 15 menit his
baik tetesan tetap diteruskan.
- Injeksi Dexamethason 2 amp, ½ amp Furamin secara IV.
- Injeksi Cefotaxime 1 gr ( 3x1, lanjut sampai 1x 24 jam postpartum)

Tanggal 02-05-2019, pukul 04.00 WIB


S : - Ibu merasakan ada dorongan ingin meneran tidak bisa ditahan,
merasakan ada tekanan pada anus dan merasakan ada cairan yang
keluar dari jalan lahir.
O : - Ibu tampak berkeringat
- HIS kuat 4x/10 menit lama 50 detik
- TTV : T = 110/80 mmHg, N = 84 x/menit, R = 24 x/menit, S = 36.7˚C
- DJJ , kuat, teratur, 11-12-11= 136 x/mnt, teratur, kuat, pada punctum
maximum 2 jari kiri bawah pusat.
- Penurunan kepala 0/5
- Perineum menonjol
- Bloody slym (+)
38

- Vulva dan anus membuka


- VT: v/v taa,  10 cm, eff 100 %, ket (-), pres kep H III, UUK dbawah
simpisis, sutura teraba jelas, tidak teraba bagian kecil di samping kepala
janin, sudut arcus pubis > 90˚
A : Kala II dengan Ketuban Pecah dini ≥ 12 jam, KU ibu dan janin baik,
prognosa baik
P : - Memberitahu pasien dan keluarga tentang perkembangan ibu dan janin
- Mengatur posisi ibu sesuai dengan keinginan
- Memberi support mental dan pujian jika ibu ingin meneran.
- Mengobservasi DJJ diantara 2 HIS.
- Observasi kontraksi uterus
- Memberi nutrisi sesuai dengan keinginan ibu.
- Pada saat kepala bayi crowning 5-6 cm , Lakukan Episiotomy, lahirkan
kepala bayi, lalu lakukan usap muka, lahirkan bahu sangga susur dan
lahirkan seluruh tubuh pukul 04.05 WIB
- Menilai bayi dengan 2 pertanyaan.

Tanggal 02-05-2019, pukul 04.05 WIB


S : - Ibu mengatakan lega anaknya lahir dengan selamat.
O : - Bayi lahir spontan belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, langsung
menangis, gerak aktif dan bayi cukup bulan pukul 04.05 WIB, BB
3200 gram PB 50 cm.
A : bayi lahir spontan, gerak aktif, KU baik, prognosa baik.
P : - Meletakkan bayi diatas perut ibu
- Mengeringkan bayi dengan segera dan membungkusnya.
- Menjepit, Memotong, dan mengikat tali pusat dengan 2 klem
- Melakukan IMD selama 1 jam.
- Berikan obat salep mata kemudian vitamin K di paha kiri 1 jam setelah
lahir, kemudian suntik hepatitis B dipaha kanan pada 1 jam berikutnya.
39

Tanggal 2-5-2019 Pukul 04.15 WIB


S :Ibu merasa mules.
O : ku ibu dan bayi baik, kesadaran komposmentis
Uterus teraba lebih bundar dan keras.
TFU setinggi pusat.
Kandung kencing kosong.
Perdarahan sekitar 50cc.
A : Kala III, keadaan ibu dan bayi baik, prognosa baik
P : - Mengecek fundus untuk memastikan kehamilan tunggal
- Suntikkan oksitosin 10 UI IM pada sepertiga atas paha bagian luar.
- Melakukan PTT saat ada HIS.
- Pada saat meregangkan tali pusat merasa tidak ada tahanan, TFU 2 jari
diatas pusat.
- Melahirkan plasenta sesuai dengan sumbu jalan lahir.
- Massase uterus 15 kali atau 15 detik.
- Memeriksa kelengkapan plasenta
Sisi Maternal : Selaput ketuban utuh, kotiledon 20 buah, diameter 20
cm, tebal 2,5 cm.
Sisi Fetal : Insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat 45 cm, berat
plasenta 250 gram, Tidak ada pembuluh darah besar yang terputus.
- Memeriksa perdarahan dan laserasi jalan lahir. Laserasi derajat 2,
perdarahan ± 200 cc.
- Memberikan misoprostol 3 tablet per rectal

Tanggal 2-5-2019 Pukul 04.30 WIB


S : Ibu merasa lega karena bayi dan plasenta telah lahir.
O : Plasenta lahir spontan, kontraksi uterus teraba bundar dan keras, TFU 3
jari bawah pusat, kandung kemih (-), perdarahan + 200 cc, menangis
kuat, gerak aktif.
A : Kala IV bayi dan ibu baik. Prognosa baik
40

P : - Melakukan heacting perineum dengan benang catgut heating dalam


jelujur heating luar sub kutis, jelujur dalam dan luar.
- Observasi tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,
perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada 1 jam
kedua. Dan observasi suhu setiap 1 jam sekali.
- Mengajarkan cara massase uterus pada ibu
- Melakukan estimasi jumlah perdarahan
- Dekontaminasi alat persalinan
- Memandikan ibu dan tempat bersalin
- Mencuci sarung tangan dan celemek
- Dokumentasi dan Partograf
- Setelah 2 jam Post Partum Pindah ke Ruang Nifas
- Drip Oxytosin diganti dengan RL Sampai KU Ibu stabil.

Petugassaa
41

LEMBAR OBSERVASI
A. Masuk Kamar Bersalin
Tanggal : 2-5-2019 Jam : 21.30
Anamnese His Mulai tgl : 22-7-2018 Jam : 16.00
Darah :-
Lendir :+
Ketuban pecah/belum : sudah merembas
Jam : 16.00 WIB
Keluhan lain : nyeri persalinan
B. Keadaan Umum Tensi :100/80 mmHg
Suhu/Nadi : 36,7 oC / 88x/mnt
Oedema :-
Lain-lain :-
C. Pemeriksaan Obstetri 1.Palpasi : 4/5
2. DJJ : 136x/mnt
3. His 10” : 3x
4. VT tgl : 3x, 23-7-2018 Jam : 00.00
5. Hasil : VT: v/v taa,  2 cm, eff
25%, ket (-), pres kep H I,
UUK kidep, sutura teraba
jelas, tidak teraba bagian
kecil di samping kepala
janin, spina ischiadika tidak
menonjol, ujung coxigeus
dapat ditolak, arkus pubis
>90 
6. Pemeriksa : Bidan S
42

OBSERVASI KALA I (Fase Aktif Ø < 4 )

Jam His dlm 10” DJJ Tensi Suhu Nadi VT Ket. Lain
Brp Lama (x) (mmHg) (oC) (x) (cm)
x
21.30 3x 30’ 135 120/80 36,7 82 Ø2 Ketuban
21.45 3x 30’ 136 81 jernih,
22.00 3x 35’ 138 79 tidak ada
22.15 3x 35’ 135 80 moulase,
22.30 4x 40’ 140 36,8 82 dalam
22.45 4x 40’ 136 urine tidak
23.00 3x 40’ 136 ada protein
23.15 3x 45’ 136 110/80 36,7 80 maupun
23.30 4x 45’ 136 aseton
23.45 4x 40’ 140
00.00 4x 40’ 140 110/70 37,0 78
00.15 4x 45’ 140
00.30 4x 45’ 136
00.45 5x 45’ 136 110/70 36,9 82
01.00 5x 45’ 138
01.15 5x 50’ 136
01.30 5x 50’ 145
01.45 5x 50’ 140
02.00 5x 50’ 140 110/70 37,0 80 Ø6

Anda mungkin juga menyukai