Isi Askeb Bersalin Patologis Denga KPD 12 Jam
Isi Askeb Bersalin Patologis Denga KPD 12 Jam
BAB 1
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan
(Wiknjosastro, 2008: 577). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten)
ataupun dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan
(Nugroho,2012). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada
setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya
selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu (Indriyani
Dewi, 2008).
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5cm
(Mochtar, 2012).
1.2 Penyebab
Penyebab KPD masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Menurut
Nugroho (2012), faktor yang berhubungan dengan penyebab ketuban pecah
dini adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau pada cairan ketuban.
2. Serviks yang inkompetensia.
3. Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan.
4. Trauma yang didapat.
5. Keadaan sosial ekonomi.
6. Faktor lain:
a. Golongan darah
b. Disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multigraviditas, merokok,dan pedarahan antepartum
1
2
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat mengidentifikasikan keadaan janin dan untuk
evaluasi kematangan paru janin.
c. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis.
2. Pemeriksaan spekulum steril menurut Varney (2010:789) adalah:
a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal
b. Lihat servik untuk mengetahui aliran cairan dari orivisium. Jika tidak
terlihat, minta klien untuk mengejan (perasat valsava). Secara
bergantian, beri tekanan pada fundus secara perlahan atau naikkan
bagian presentai pada abdomen agar cairan melewati bagian presentasi
pada kasus kebocoran yang berat sehingga kebocoran dapat terlihat.
c. Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau vernik
kaseosa jika kehamilan lebih dari 32 minggu.
3. Uji laboraturium
a. Specimen untuk kultur streptococcus grub B (SGB) : jika wanita ditapis
untuk SGB pada usia kehamilan 35-37 minggu dan hasil kultur negatif
menunjukkan tidak adanya infeksi.
b. Uji pakis positif, pemakisan pada kaca objek mikroskop jika nampak
percabangan halus maka menunjukkan adanya natrium klorida dan
protein dalam cairan amnion.
c. Amniosintesis untuk pewarnaan gram, kultur, dan sensitifitas.
Dikerjakan 50-60% pada wanita dengan KPD. Adanya bakteri pada
pewarnaan gram dari cairan amnion disertai oleh tanda gejala infeksi
ibu atau neonatus pada 50-60% pasien dengan KPD.
4. Penilaian klinik yang perlu dilakukan menurut Saifuddin (2016:218-219)
adalah:
a. Penentuan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan di vagina.
Penentuan cairav ketuban dapat menggunakan tes lakmus (Nitrazin
4
1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksananaan KPD pada kehamilan preterm berupa penanganan
konservatif berdasarkan Wiknjosastro (2009: 680), antara lain:
1. Rawat dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi tredelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam, karena untuk mencegah terjadinya infeksi
dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisis bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazole 2x500mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar. Berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan kalau
memungkinkan periksa kadar lestin dan spingomielin tiap minggu.
Sediaan terdiri atas betamethason 12mg, sehari dosis tunggal selama 2
hari atau dexamethason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa (-), beri dexamethason, observasi tanda infeksi dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), dexamethason dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterin).
Penanganan aktif, antara lain:
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal sectio
cesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50mg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri:
a. Bila skor pelvik <5 lakukan pemotongan serviks kemudian
induksi.
b. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesaria
6
1.6.3 Indikasi
1. Indikasi janin
a. Kehamilan lewat waktu
b. Ketuban pecah dini
c. Janin mati
2. Indikasi ibu
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
1.6.4 Syarat Pemberian Infus Oksitosin
1. Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kehamilan aterm
b. Ukuran panggul normal
c. Tidak ada CPD
d. Janin dalam presentasi kepala
e. Serviks sudah matang yaitu,porsio teraba lunak,mulai mendatar
dan sudah mulai membuka
2. Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop,yaitu bila
nilai Bishop lebih dari 8,induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
1.6.5 Prosedur
Teknik infuse oksitosin berencana:
1. Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur
dengan nyenyak.
2. Pagi harinya penderita diberi pencahar.
3. Infuse oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan
observasi yang baik.
4. Disiapkan cairan Dextrose 5% 500Ml yang diisi dengan 5 unit
oksitosin.
8
BAB 2
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan data
a) Data subyektif
a. Biodata
a. Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Wulandari,2010)
b. Umur
Umur penderita kurang dari 19 tahun dan diatas 35 tahun merupakan
faktor resiko dalam kehamilan dan persalinan, sehingga pada
persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian khusus, karena
pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan
neonatus (Manuaba,2010:36-37).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa (Wulandari,2010)
d. Pekerjaan
Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri. Menanyakan
pekerjaan untuk mengetahui tarah hidup dan sosial ekonomi penderita
itu agar nasehat kita sesuai (Wiknjosastro,2010:85).
e. Perkawinan
Ditanyakan pada ibu berapa lama dan berapa kali kawin. Ini untuk
membantu menentukan bagaimana keadaan organ reproduksi.
Misalnya pada ibu yang lama sekali telah kawin dan baru mempunyai
anak. Kemungkinan ada kelainan pada alat kelamin dalam
(Wiknjosastro,2010:85).
10
11
f. Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
(Wulandari,2010)
b. Keluhan utama
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu (Saifuddin,2010:M-112). Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm (Saifuddin,2010:M-112).Ketuban dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
(Saifuddin,2010:M-112).
c. Riwayat kesehatan
Adanya infeksi aktif clamidia, trocomatis, hepatitis, difteri, TORCH yang
menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga ketuban mudah pecah (Wiknjosastro,2010:556-559).
Ibu dengan riwayat dalam keluarga dengan riwayat penyakit menular
yang kronis dimana daya tahan tubuh ibu menurun dan akan
mempengaruhi kondisi janin dan dirinya. Misalnya diabetes melitus dan
hemofilia, keluarga dari pihak ibu atau suami ada yang pernah
melahirkan dengan anak kembar perlu diwaspadai karena faktor kembar
ini dapat menurun ( Wiknjosastro,2010: 556-559).
d. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid/menstruasi
Untuk mengetahui menarche, umur berapa haid pertama, teratur atau
tidak, siklus haid, lama haid, banyaknya darah, dan sifat darah (cair
atau ada gumpalan) disminore atau tidak, haid pertama haid terakhir
(Manuaba,2008)
b. Riwayat kehamilan,bersalin,nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, abortus, KPD, jumlah anak, cara persalinan
yang lalu, penolong persalinan, keadaan anak, keadaan nifas yang lalu
(Ambarwati dan Wulandari,2010)
12
f. Kebiasaan
Ibu hamil yang menggunakan dietil basteron akan berakibat janin
yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita
Inkompetensi Serviks (Wiknjosastro, 2010: 221). Nikotin dalam rokok
menyebabkan kelainan bawaan dari selaput ketuban sehingga rapuh
dan mudah robek (Mochtar,2012:62).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan pasien secara
keseluruhan dengan kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan
aktivitas secara mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak
bisa melakukan aktivitas secara mandiri (Sulistyawati, 2009)
b. Kesadaran : Untuk menggambarkan tentang kesadaran pasien.
Kategori dari kesadaran adalah compsmentis yaitu pasien sadar
sepenuhnya, apatik yaitu pasien dalam keadaan sadar tetapi acuh tak
acuh, somnolen, yaitu pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
sopor yaitu pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang,
koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun
(Matondang, 2013)
c. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yan dihitung dalam menit, frekuensi
denyut jantung yang teratur kira-kira 70 denyut per menit dengan
rentang antara 60-80 denyut per menit (Hidayat dan Sujiyatini, 2010)
d. Respirasi
Dapat di observasi dari frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan,
dan tanda- tanda yang menyertai, seperti bunyi nafasdan bau nafas,
rentang yang normal sekitar 20 – 30 x/menit (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Muka : Ibu menunjukkan ekspresi lelah dan capek karena
berbaring ditempat tidur (Mochtar, 2012:257).
2) Mata : Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sclera,
kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan
penglihatan (Sulistyawati, 2009)
3) Dada : Untuk menili bentuk, simetris, kebersihan,
hiperpigmentasi areola ada benjolan dan nyeri tekan tidak, keadaan
putting, kolostrum (Sulistyawati, 2009)
4) Abdomen : Kadang ditemukan kelainan letak janin dalam
rahim seperti letak sungsang dan letak lintang. Ketegangan rahim
yang berlebihan akibat kehamilan ganda dan hidramnion (Manuaba,
2010:229).
5) Genetalia :
a) Inspeksi
Keluar cairan atau merembes dari vagina. Pada keadaan infeksi di
jumpai air ketuban warna keruh, kehijauan campur mekonium,
berbau yang menunjukkan distres janin (Norma,2013:249).
Adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut,
lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau (Mochtar, 2012:256).
15
b) Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan, keluar
cairan dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik posterior
(Norma,2013:249).
f. Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
(Norma,2013:249).
KPD terjadi pada pembukaan <3cm untuk primi sedangkan multi pada
pembukaan >5 cm (Mochtar,2012: 255).
1) Auskultasi
Takikardi janin di atas 160x/menit, takikardi janin di bawah
120x/menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada KPD
(Norma, 2013: 263).
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Norma,2013:250) adalah sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
bau dan PH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air
ketuban mungkin juga urine atau secret vagina. Secret vagina ibu
hamil PH: 4-5, dengan kerta nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning. 1.a. tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH
air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu. 1.b. mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan
air ketuban pada gelas obyek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum oteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
16
T : 110/70-130/90 mmHg
N : 74-88 x/menit
S : 36-37,5oC
R : 16-24 x/menit
Intervensi Menurut Donges (2012:255) ada 5:
1. Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialami, komplikasi dan
penanganannya.
Rasional : Pengetahuan ibu bertambah sehingga lebih kooperatif.
2. Alihkan perhatian dengan mengajak komunikasi.
Rasional : Mengalihkan perhatian akan seaktif melupakan kondisinya.
3. Berikan support mental pada ibu.
Rasional : Ibu akan lebih yakin dan pasti dalam menghadapi persalinan.
4. Anjurkan ibu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Rasional : Ibu lebih tenang dan memberikan kenyamanan secara psikologis.
5. Observasi TTV dan DJJ.
Rasional : Memantau kondisi ibu dan janin.
2.3.4 Masalah IV: Potensial bagian kecil, tali pusat menumbung.
Tujuan : Selama inpartu tidak ada bagian kecil atay tali pusat
menumbung.
Kriteria :
1. Tidak ditemui bagian kecil janin/tali pusat yang menumbung.
2. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
3. Penurunan bagian terendah sesuai persalinan
Intervensi Menurut Donges (2012:255) ada 4:
1. Anjurkan pasien bedrest.
Rasional : Posisi berdrest memungkinkan pengurangan kemungkinan
jatuhnya bagian terkecil/menumbung karena pengaruh gravitasi.
21
2.3.6 Masalah VI: Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air
ketuban.
Tujuan : Rasa nyaman sehubungan dengan keluarnya air ketuban
Kriteria : Pakaian dalam keadaan bersih
Keluhan penderita berkurang
Intervensi Menurut Donges (2012) ada 6:
1. Beri penjelasan kepada ibu tentang KPD dan perlunya kebersihan diri.
Rasional : Dengan memberi penjelasan klien mengerti dan kooperatif
dalam tindakan.
2. Ganti pakaian klien bila basah.
Rasional : Pakaian bersih dan kering dapat memberikan rasa nyaman.
3. Jaga kbersihan diri dan lingkungan.
Rasional : Kebersihan diri dan lingkungan yang baik dan cermat mencegah
terjadi infeksi.
4. Observasi pengeluaran pervaginam.
Rasional : Observasi pengeluaran pervaginam untuk mengetahui
perkembangan persalinan dan menentukan tindakan selanjutnya.
2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan menurut (KEPMENKES,2010) adalah sebagai berikut:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Kepmenkes No 938 (2010) adalah sebagai berikut:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
S : Data Subyektif
Mencatat hasil anamnesa.
O : Data Obyektif
23
Penyusun
24
BAB 3
TINJAUAN KASUS
2. Keluhan utama
Ibu rujukan dari Puskesmas Karanganyar datang ke Ponek lalu dirujuk ke
ruang VK pada tanggal 01 Mei 2019 Pukul 21.30 WIB, merasakan mulas
mulas dan keluar air ketuban berwarna jernih pukul 14.00 WIB.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menderita penyakit dengan
gejala jantung berdebar-debar dan sering berkeringat (penyakit jantung),
sesak nafas/asma, cepat lelah, pusing dan pucat (anemia), sering makan,
sering minum dan sering kencing (DM), pusing, mata kabur, hisung
24
25
berdarah dan tekanan darah tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila
terluka (hemofilli) kulit, kuku, mata berwarna kuning dan air kencing
seperti teh (hepatitis), batuk lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa
lelah, ruam kulit hingga pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik
pada tubuh (TORCH) keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit dengan gejala
jantung berdebar-debar dan sering berkeringat (penyakit jantung), sesak
nafas/asma, cepat lelah, pusing dan pucat (anemia), sering makan, sering
minum dan sering kencing (DM), pusing, mata kabur, hisung berdarah dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila terluka
(hemofilli) kulit, kuku, mata berwarna kuning dan air kencing seperti teh
(hepatitis), batuk lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa lelah, ruam
kulit hingga pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik pada tubuh
(TORCH) keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa anggota keluarga dari pihak ibu maupun suami
tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala jantung berdebar-debar
dan sering berkeringat (penyakit jantung), sesak nafas/asma, cepat lelah,
pusing dan pucat (anemia), sering makan, sering minum dan sering
kencing (DM), pusing, mata kabur, hidung berdarah dan tekanan darah
tinggi (hipertensi), darah sukar membeku bila terluka (hemofilli) kulit,
kuku, mata berwarna kuning dan air kencing seperti teh (hepatitis), batuk
lama dan terasa sakit (TBC), demam, rasa lelah, ruam kulit hingga
pembesaran kelenjar getah bening, bintik-bintik pada tubuh (TORCH)
keputihan berlebih, berbau dan gatal (PMS).
4. Riwayat kebidanan
a. Haid
Haid pertama kali saat umur 13 tahun, siklus 28-30 hari lama 5-6 hari, ibu
tidak pernah mengalami nyeri pada perut (dismenorhea), selama haid ganti
pembalut 2-3 x/hari terutama hari 1-2 ganti pembalut 3x/hari, darah yang
26
keluar merah segar tidak ada gumpalan. Sebelum haid ibu mengalami
keputihan, warna bening, tidak berbau dan tidak gatal.
HPHT : 4-8-2018 HPL : 11-05-2019
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Ibu hamil pertama usia kehamilan 9 bulan, rutin periksa ke bidan
mendapat multivitamin dan tablet tambah darah diminum sesuai
anjuran bidan, anak pertama perempuan lahir di tolong bidan, BB :
3900 gram TB : 52 cm,usia sekarang 4 tahun. Selama nifas tidak ada
masalah. ASI Eksklusif selama 2 tahun
c. Riwayat Persalinan sekarang
Ibu rujukan dari Puskesmas Karanganyar, merasakan mulas mulas dan
keluar cairan ketuban berwarna jernih pada tanggal 1-5-2019 pukul 20.00
WIB.
d. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan metode KB suntik 3 bulan lamanya 7
tahun. rencana setelah melahirkan ibu ingin menggunakan KB suntik 3
bulan karena ibu ingin menyusui bayinya, selama menggunakan KB suntik
3 Bulan ibu tidak haid dan ibu tertarik karena banyak temannya yang
menggunakan kb suntik 3 bulan.
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu makan terakhir tanggal 01 Mei 2019 pukul 18.00 WIB. Menjelang
inpartu ibu hanya mau minum teh manis.
b. Eliminasi
Terakhir BAB pukul 14.00 WIB tanggal 1 Mei 2019. BAK terakhir
pukul 18.30 WIB tanggal 1 Mei 2019 dengan menggunakan pispot.
c. Istirahat/tidur
Ibu hanya bisa beristirahat disela-sela HIS.
d. Aktifitas
Hanya berbaring miring ke kiri di tempat tidur karena ketuban sudah
pecah.
27
e. Personal hygiene
Ibu telah mandi dengan menggunakan sabun, gosok gigi, keramas,
terakhir pukul 08.00 WIB tanggal 22 Juli 2018. Cebok dari arah depan
ke belakang. Ganti baju dan celana dalam.
6. Pola hubungan seksual
Ibu selama hamil sampai usia 7 bulan, berhubungan dengan suami 1x
seminggu dengan hati-hati karena ibu takut kalau terjadi sesuatu pada janinnya.
Memasuki usia kehamilan tua ibu tidak melakukan hubungan seksual.
7. Pola ketergantungan
Ibu tidak pernah merokok, minum-minuman beralkohol, minum obat-obatan
terlarang, minum jamu-jamuan, dan tidak pernah minum obatan-obatan yang
dijual bebas di toko.
8. Latar belakang sosial budaya
Ibu selama hamil tidak pernah pijat ke dukun terutama pada perut, tidak pernah
minum jamu-jamuan, dan tidak berpantang pada jenis makanan tertentu.
Pengambil keputusan adalah suaminya.
9. Psikologi dan spiritual
Ibu dan keluarga menganut agama Islam. Ibu dan suami selalu berdoa agar
persalinannya lancar. Ibu merasa khawatir dengan kehamilannya yang kedua,
kehamilan ini diharapakan oleh ibu dan keluarga.
3.1.2 Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : KU baik, ibu tampak menahan nyeri terutama saat
ada HIS, ekspresi wajah menahan sakit dan menggigit bibir saat kontraksi.
b. Kesadaran : Composmentis
c. Sikap tubuh : lordosis
d. Postur tubuh : Tinggi
e. Cara berjalan : Simetris dan tidak pincang.
f. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/mnt
28
R : 22 x/mnt
S : 36,7oC
g. Pemeriksaan Antropometri
TB : 160 cm
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB terakhir : 66 kg
LILA : 28 cm
BMI : 25,56
Pemeriksaan Penunjang
Lab
Hb : 11 g/dl
RBC : 4,14
WBC : 10,42
Golda :A
HbsAg :-
Hiv/AIDS : NR
NST : Baik
Pro Terminasi OD 2 flash
Protein Urine : (-)
Urine Reduksi : (-)
Glukosa Urine : (-)
h. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, hitam, penyebaran merata, tidak mudah
rontok, tidak ada benjolan yang abnornal.
Muka : Tidak ada oedem, tidak pucat, nampak tegang menahan rasa
sakit.
Mata : Tidak ada oedem, conjungtiva palpebra merah muda, sklera
putih.
Mulut : Bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, gigi
tidak ada karies, gusi tidak berdarah, tidak ada
pembengkakan pada gusi.
29
Leopold II : Pada perut sebeleh kiri teraba bagian yang keras, datar,
memanjang seperti papan, dan pada perut sebelah kanan
teraba bagian kecil janin.
Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba bagian keras, bundar, dan
tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Tangan pemeriksa divergen
Palpasi perlimaan : 2/5
HIS 3 X 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 30 detik
Lakmus (+)
b. Auskultasi
DJJ , frekuensi (11-12-11) 136 x/mnt, intensitas kuat, irama teratur,
punctum maksimum 2 jari samping kiri pusat
c. Pemeriksaan tambahan
Pada saat palpasi ibu tidak merasa nyeri.
d. Pemeriksaan Dalam Pukul 21.30 WIB :
- VT: v/v taa, 2 cm, eff 25%, ket (-), pres kep H I, UUK kidep,
sutura teraba jelas, tidak teraba bagian kecil di samping kepala janin,
spina ischiadika tidak menonjol, ujung coxigeus dapat ditolak, arkus
pubis >90 .
- Sebelum pemeriksaan ibu berkemih 150 ml, urin tidak ada protein
ataupun aseton.
3.1.3 Analisa Data
No. Diagnosa/ masalah Data Dasar
1. GIIP10001, usia S : - Ibu hamil yang pertama lahir
kehamilan 38-39 usia kehamilan 9 bulan
minggu, janin tunggal, - Ibu merasa mulas dan
hidup, intra uteri, mengeluarkan air ketuban
inpartu kala I fase laten, berwarna jernih mulai tanggal 1
dengan Oksitosin Drip Mei 2019 pukul 14.00 WIB -
Indikasi Ketuban Pecah HPHT= 4-8-2018
31
3.3 Perencanaan
Tanggal : 1 Mei 2019 pukul 21.45 WIB
Diagnosa : GIIP10001, usia kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal, hidup,
intra uteri, inpartu kala I fase laten, dengan Oksitosin Drip Indikasi Ketuban
Pecah dini > 6 jam, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin
baik, prognosa baik.
Tujuan : - Proses persalinan dapat berjalan dengan lancar
- Ibu dan bayi sehat
- Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri persalinan.
Kriteria : - KU ibu baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 100-120/70-90 mmHg N : 80-100 x/mnt
S : 36,6-37,5oC R : 18-24 x/mnt
- His adekuat
Fase laten : 2x/10 menit lama: 20-40 detik.
Fase aktif : 3x/10 menit lama: 40 detik.
Kala I Multigravida : 8 jam.
Kala II Multigravida : ½ - 1 jam.
Kala III Mutigravida : 15-30 Menit
Kala IV Multigravida : 2 Jam Post Partum
- KU janin baik
DJJ kuat dan teratur, frekuensi 120-160 x/mnt
- Ibu dapat melakukan teknik relaksasi
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, keadaan ibu dan bayinya.
Rasional: Informasi yang tepat akan membantu menurunkan kecemasan
dan ibu kooperatif dalam tindakan yang dilaksanakan.
b. Beri informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya.
Rasional: Kecemasan ibu berkurang.
c. Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan memberi kenyamanan
34
Implementasi
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu memasuki proses persalinan, jalan lahir
sudah mulai membuka, keadaan ibu dan bayi baik. Ibu mengetahui
pembukaan nya 2 cm.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa proses persalinan yang semakin dekat
ditandai dengan mulas mulas semakin teratur, sering dan keluar lender
darah di jalan lahir serta ibu ingin mengejan. Ibu mengetahui
3. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang saat kontraksi. Ibu
bersedia menarik nafas panjang
4. Memberi nasehat pada ibu untuk tidak panik dan khawatir terhadap
persalinan Meminta suami ibu untuk menemani ibu menghadapi proses
persalinan. Ibu mengerti
5. Meminta suami ibu untuk menemani ibu menghadapi proses persalinan.
Suami Bersedia menemani ibu
6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu mempunyai tenaga
yang cukup untuk mengejan. Ibu minum teh hangat
7. Menganjurkan ibu tidak menahan BAB dan BAK, dan apabila ada
rangsangan hendaknya segera BAB/BAK sehingga kemajuan persalinan
tidak terganggu. Ibu BAK di pispot 100 cc
8. Menganjurkan ibu untuk tirah baring dengan miring kiri agar mempercepat
kemajuan persalinan dan apabila ibu nyeri lebih baik istirahat (disesuaikan
dengan kemampuan ibu). Ibu bersedia
9. Menyarankan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
karena jalan lahir dapat bengkak jika ibu mengejan sebelum pembukaan
lengkap. Ibu bersedia
10. Melakukan observasi nadi, DJJ, his, produksi urin, tekanan darah dan suhu
setiap 30 menit sekali.
11. Melakukan Pemeriksaan dalam 4 jam lagi pukul 02.00 WIB atau bila
terdapat tanda gejala kala 2
36
12. Melakukan Kolaborasi dengan dokter Sp.OG terkait dengan tindakan yang
akan dilakukan
Advis Dokter : Pukul 22.00 WIB
NST : Baik
Advis dokter : Pro Terminasi OD
Diberikan OD Ripening Flash 1 (5ml furamin, 5 IU oksitosin, 2
ampul dexamethasone ) dengan tetesan 16 tpm. Dalam waktu 15
menit his tetap lemah tetesan dinaikkan menjadi 40 tpm (His
mulai baik).
Injeksi Dexamethason 2 amp, ½ amp Furamin secara IV.
Injeksi Cefotaxime 1 gr ( 3x1, lanjut sampai 1x 24 jam
postpartum)
Observasi his setiap 15 menit.
Observasi DJJ setiap 15 menit.
Observasi VT setiap 4 jam atau jika ada indikasi.
Tanggal 02-05-2019, pukul 02.00 WIB
S : - Ibu mengatakan mules- mules semakin sering.
O : - TTV
T : 110/80 mmHg, N : 80 x/mnt,R : 22 x/mnt, S : 36,7oC
- His 3x dalam 10 menit, 35 detik
- DJJ , kuat, teratur, 11-12-11 : 136 x/mnt, teratur, kuat, pada punctum
maximum 2 jari kiri bawah pusat
- Penurunan kepala 3/5
- Pemeriksaan Dalam pukul 02.00 WIB
- VT: v/v taa, 6 cm, eff 50 %, ket , pres kep H II, UUK kidep, sutura
teraba jelas, tidak teraba bagian kecil disamping kepala janin.
- Blood Show (+)
A : Masuk kala I fase aktif dilatasi maksimal dengan Ketuban Pecah dini ≥
10 jam, dengan oksitosin drip , KU ibu dan janin baik, prognosa baik.
P : - Memberitahu pasien dan keluarga tentang perkembangan ibu dan
janin. Ibu mengetahui Kondisinya
37
Petugassaa
41
LEMBAR OBSERVASI
A. Masuk Kamar Bersalin
Tanggal : 2-5-2019 Jam : 21.30
Anamnese His Mulai tgl : 22-7-2018 Jam : 16.00
Darah :-
Lendir :+
Ketuban pecah/belum : sudah merembas
Jam : 16.00 WIB
Keluhan lain : nyeri persalinan
B. Keadaan Umum Tensi :100/80 mmHg
Suhu/Nadi : 36,7 oC / 88x/mnt
Oedema :-
Lain-lain :-
C. Pemeriksaan Obstetri 1.Palpasi : 4/5
2. DJJ : 136x/mnt
3. His 10” : 3x
4. VT tgl : 3x, 23-7-2018 Jam : 00.00
5. Hasil : VT: v/v taa, 2 cm, eff
25%, ket (-), pres kep H I,
UUK kidep, sutura teraba
jelas, tidak teraba bagian
kecil di samping kepala
janin, spina ischiadika tidak
menonjol, ujung coxigeus
dapat ditolak, arkus pubis
>90
6. Pemeriksa : Bidan S
42
Jam His dlm 10” DJJ Tensi Suhu Nadi VT Ket. Lain
Brp Lama (x) (mmHg) (oC) (x) (cm)
x
21.30 3x 30’ 135 120/80 36,7 82 Ø2 Ketuban
21.45 3x 30’ 136 81 jernih,
22.00 3x 35’ 138 79 tidak ada
22.15 3x 35’ 135 80 moulase,
22.30 4x 40’ 140 36,8 82 dalam
22.45 4x 40’ 136 urine tidak
23.00 3x 40’ 136 ada protein
23.15 3x 45’ 136 110/80 36,7 80 maupun
23.30 4x 45’ 136 aseton
23.45 4x 40’ 140
00.00 4x 40’ 140 110/70 37,0 78
00.15 4x 45’ 140
00.30 4x 45’ 136
00.45 5x 45’ 136 110/70 36,9 82
01.00 5x 45’ 138
01.15 5x 50’ 136
01.30 5x 50’ 145
01.45 5x 50’ 140
02.00 5x 50’ 140 110/70 37,0 80 Ø6