DISUSUN OLEH:
RESKY AMALIA TAUFIK KETURUNAN BANGSAWAN DARAH BIRU
1410015073
i
DAFTAR ISI
ii
4.7.1 ASPEK PENGUKURAN DATA ............................................................................ XXXIII
4.8 ANALISIS DATA........................................................................................... XXXIV
4.9 ALUR PENELITIAN ...................................................................................... XXXIV
4.10 JADWAL PENELITIAN ....................................................................................... XXXV
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ XXXVI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
vi
Penelitian di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah
menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ANC
termasuk kategori tidak baik yaitu sebanyak 20 responden (30,8 %). Penelitian lain
di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang menunjukkan
bahwa mayoritas tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ANC termasuk kategori
yang kurang yaitu 16 responden (47,1%) (Marbun, 2015; Purboningsih, 2014).
Presentase pemeriksaan ANC ibu hamil di Samarinda pada tahun 2015
dilaporkan mencapai 96,8% untuk kunjungan pertama ANC dan 95,1% untuk
kunjungan kedua ANC, artinya terdapat penurunan 1,7% dari kunjungan pertama
ANC menuju kunjungan keempat ANC. Pada tahun 2016, kunjungan pertama ANC
dilaporkan mencapai 98,22% dan kunjungan keempat ANC dilaporkan mencapai
95,94%, juga terjadi penurunan kunjungan ANC sebesar 2,28%. Lalu pada tahun
2017, terjadi penurunan yang lebih signifikan yaitu sebesar 11,53%, dengan
kunjungan pertama ANC 87,18% dan kunjungan keempat 75,65%. Angka
penurunan kunjungan ANC tertinggi salah satunya di Puskesmas Temindung
Samarinda (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2017).
Berdasarkan data di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian
mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap ANC di Puskesmas Temindung
Samarinda.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu
hamil terhadap ANC di Puskesmas Temindung?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu hamil terhadap ANC di puskesmas Temindung.
1.3.2 Tujuan Khusus
vii
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Memberikan informasi terkait tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai ANC
kepada instansi sebagai dasar pertimbangan pelayanan ANC.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Memperkaya pengetahuan kedokteran terutama di bidang Kebidanan
dan Kandungan.
2. Menambah ilmu pengetahuan mengenai ANC
3. Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
1. Ilmu yang didapat dapat menambah pengalaman baru dalam diri
peneliti dan bisa di aplikasikan dalam masyarakat.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama
mengikuti perkuliahan khususnya dalam bidang kebidanan dan
kandungan.
3. Meningkatkan dan mengembangkan wawasan peneliti mengenai ANC
dan manfaatnya bagi masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan peneliti dalam menganalisis permasalahan
kesehatan yang ada di masyarakat khususnya di Puskesmas Temindung.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ix
sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal.
Tujuan khusus asuhan ANC adalah :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal (Adriaansz G. , 2009).
Beberapa alasan penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan ANC, yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(Adriaansz G. , 2016).
ANC yang dilaksanakan dengan baik dan sedini mungkin dengan harapan
mencegah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi serta dengan meningkatkan
kualitas sumber daya ibu hamil (Erlina, Larasati, & Kurniawan, 2013).
x
2.3 Kunjungan Antenatal Care
2.2.1 K1
Cakupan K1 (kunjungan pertama) adalah kontak ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2017). Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat
menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan (Manuaba, Manuaba, &
Manuaba, 2014).
xi
2.2.2 Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar selama satu periode kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2017)
2.2.3 K4
A. Faktor predisposisi
1. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik, hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, Sehingga semakin
matang usia ibu hamil bisa mempengaruhi dalam menerima informasi
tentang pemeriksaan kehamilan serta kunjungan selama hamil (Budiman &
xii
Riyanto, 2013). Semakin cukup umur seorang ibu, tingkat kematangan
dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi untuk
memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya pemeriksaan
kehamilan. Semakin muda umur ibu, semakin tidak mengerti tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan. Usia produktif, aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun (Sukarni & Wahyu, 2014).
2. Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik
pula tingkat pengetahuannya (Notoadmodjo S. , 2007). Tingkat pendidikan
yang tinggi berkaitan dengan pemahaman mengenai masalah kesehatan dan
kehamilan yang mempengaruhi sikap terhadap kehamilan maupun dalam
pemenuhan gizi selama kehamilan. Latar belakang pendidikan ibu hamil
memiliki pengaruh terhadap kunjungan ANC (Sari, 2012).
3. Pekerjaan
Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan ANC. Ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang
banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.
Akan tetapi, pekerjaan tersebut memberikan akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi termasuk kesehatan Hal ini sesuai dengan penelitian
Pasaribu yang menyatakan bahwa ibu hamil yang bekerja tidak hanya
mempunyai sumber penghasilan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
tetapi juga dalam pekerjaannya dapat berinteraksi dengan orang lain yang
memiliki pengetahuan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
kehamilan sehingga ibu yang bekerja mendapatkan pengetahuan yang lebih
dan memiliki motivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Pasaribu,
2005).
4. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006). Bagi ibu yang baru pertama kali hamil, ANC
merupakan suatu hal yang baru sehingga memiliki motivasi tinggi dalam
memeriksakan kehamilannya pada pelayanan kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali mempunyai anggapan
xiii
bahwa ia sudah memiliki pengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya (Prawirohardjo, 2016). Dalam penelitian Sari
mendapatkan primigravida enggan untuk melakukan kunjungan antenatal
care. Hal ini dimungkinkan karena mereka tidak memiliki waktu untuk
sekedar berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan karena adanya anggapan
bahwa ANC akan membutuhkan banyak biaya serta menyita waktu (Sari,
2012).
5. Pengetahuan
Merupakan indikator seseorang dalam melakukan tindakan. Jika
seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka
orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan
memotivasi untuk diaplikasikan dalam kehidupannya (Notoadmodjo S. ,
2007). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan ANC dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan
memeriksakan kehamilannya (Sari, 2012)
b. Faktor Pemungkin
1. Jarak Tempat Tinggal
Jarak tempuh antara rumah ibu hamil dengan pusat pelayanan ANC
secara tidak langsung akan berpengaruh pada ibu hamil dalam melakukan
kunjungan ANC. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC maka akan semakin kecil pula kesempatan
yang dimiliki ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. Dalam setiap
kehamilan, tidak semua kehamilan yang terjadi dalam kategori normal,
tidak semua ibu hamil bisa memiliki kondisi yang optimal selama
kehamilan. Untuk melakukan kunjungan ANC, salah satu faktor yang akan
terpikirkan oleh ibu hamil adalah jarak tempuh. Ibu akan membayangkan
rasa capek yang harus dialami jika dia melakukan kunjungan ANC terutama
jika jarak tempuhnya terlalu jauh. Ibu hamil akan merasa cemas dengan
kondisi kehamilannya jika dia memaksakan diri untuk melakukan
kunjungan ANC dan pada akhirnya ibu hamil memutuskan untuk tidak
melakukan kunjungan AN. Hal ini merupakan model pemikiran yang wajar
terjadi pada setiap ibu hamil. Jika harus menempuh jarak yang jauh dengan
xiv
risiko capek atau takut terjadi hal yang merugikan kesehatannya, ibu hamil
akan memilih untuk tidak melakukan kunjungan ANC (Sari, 2012).
2. Penghasilan Keluarga
Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor pendukung
pelaksanaan kunjungan ANC pada ibu hamil. Seorang ibu hamil yang
memiliki pendapatan keluarga yang memadai secara tidak langsung akan
memudahkan bagi ibu hamil itu sendiri untuk melakukan kunjungan ANC
karena ibu hamil tidak memikirkan mengenai pembiayaan yang harus
disiapkan untuk melakukan kunjungan ANC (Sari, 2012).
3. Media Informasi
Informasi dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifuddin, 2009).
Informasi tentang ANC dapat diperoleh media, cetak atau elektronik,
penyuluhan oleh petugas kesehatan. Informasi tersebut akan meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan ANC, sehingga dapat
mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ANC secara teratur (Priani,
2012).
c. Faktor Penguat
1. Dukungan Suami/Keluarga
xv
2.5 Penatalaksaan Antenatal Care
Penatalaksanaan ANC dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan
standar minimal “7T” untuk pelayanan ANC yang terdiri dari :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
5. Pemberian tablet zat besi
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara (Adriaanz, 2009).
a) Timbang berat badan
Kenaikan berat badan ibu hamil dapat digunakan sebagai indeks untuk
menentukan status gizi ibu hamil, karena terdapat kesamaan dalam jumlah
kenaikan berat badan saat hamil pada semua ibu hamil. Rata-rata total
pertambahan berat badan ibu hamil berkisar 10-15 kg yaitu 1 kg pada trimester
I dan selebihnya pada trimester II dan III. Mulai trimester II sampai III rata-rata
pertambahan berat badan adalah 0,3-0,7 kg/minggu. Oleh karena itu, ibu dengan
kondisi malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan cenderung
melahirkan bayi dengan berat badan rendah (<2500 g), karena jaringan lemak
banyak ditimbun selama trimester III (Marindratama, Romadhon, &
Candrasari, 2014).
Beberapa ibu bertubuh kecil atau kurus dan tetap kecil atau kurus saat hamil.
Hal ini normal, akan tetapi semua ibu hamil seharusnya mengalami kenaikan
berat badan secara berangsur-angsur. Jika ibu tidak mengalami kenaikan berat
badan yang cukup, coba cari alasannya, tanyakan ibu tentang :
Pola makan dan apa yang ia makan
Cacing tambang dan parasit lain
Penggunaan obat
Mual dan muntah
HIV dan AIDS
Masalah keuangan
xvi
Pada perempuan dengan indeks masa tubuh (IMT) rata-rata atau
rendah, sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan janin. Kekurangan pertambahan
berat badan pada trimester kedua berdampak pada penurunan berat badan
lahir, gangguan pola makan menyebabkan peningkatan hambatan
pertumbuhan janin hingga sembilan kali lipat. (Cunningham, 2015)
Standar pertambahan berat badan tiap trimester (trimester 1 adalah
usia kehamilan 0-12 minggu, trimester 2 adalah usia kehamilan 13-27
minggu dan trimester 3 adalah usia kehamilan 28-40 minggu) sesuai dengan
kategori IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4.1
Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap Trimester
IMT sebelum hamil Total pertambahan Pertambahan berat
berat badan pada badan pada trimester
trimester I ke II dan III per
minggu
Kurang (<18,5 kg/m2) 1-3 kg 0,44 – 0,58 kg
Normal (18,5-24,9 1-3 kg 0,35-0,5 kg
kg/m2
Overweight (25-29,9 1-3 kg 0,23- 0,33 kg
kg/m2
Obesitas (30 kg/m2 0,2-2 kg 0,17-0,27 kg
(Maghfiroh, 2015) .
Kenaikan berat badan bisa dijadikan indikator kesehatan ibu dan
juga janinnya. Laju pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan
petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Oleh
karena itu sebaiknya ditentukan patokan besaran pertambahan berat badan
sampai kehamilan berakhir (Fajrina, 2012)
Berat badan yang berlebihan berkaitan dengan peningkatan angka
mortalitas dini. Terdapat banyak efek merugikan dalam kehamilan pada
wanita dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
xvii
Tabel 2.4.2 Efek Merugikan dalam Kehamilan pada Wanita
dengan Kelebihan Berat dan Obesitas
Peningkatan Penyulit (Odds
Rasio)
Prevelesnsi
dalam Persen
pada Wanita
dengan IMT Berat Badan
Normal 20- berlebihan Obesitas
24,9 IMT 25-29,9 IMT >30
Komplikasi (n=176,923) (n=79,014) (n=31,27)
Diabetes gestasional 0,8 1,7 3,6
Preeklampisia 0,7 1,5 2,1
Kehamilan 0,13 1,2 1,7
pascamatur
Bedah caesar darurat 7,8 1,3 1,8
Bedah caesar elektif 4,0 1,2 1,4
Perdarahan 10,4 1,2 1,4
pascapartum
Infeksi panggul 0,7 1,2 1,3
Ifeksi saluran kemih 0,7 1,2 1,4
Infeksi luka 0,4 1,3 2,2
Makrosomia 9,0 1,6 2,4
Lahir mati 0,4 1,1 1,4
(Cunningham, 2015)
Ibu dengan semua ukuran tubuh dapat sehat dan menjalani persalinan yang
aman. Akan tetapi, mengalami kenaikan berat badan yang terlalu banyak saat
hamil dapat menjadi tanda peringatan diabetes. Jika ibu sangat gemuk atau
mengalami kenaikan berat badan terlalu banyak saat hamil, periksa apakah ibu
memiliki tanda lain diabetes. (Klein, Miller, & Thomson, 2015)
b) Ukur tekanan darah
xviii
Saat ibu memiliki tekanan darah tinggi ketika hamil, darah ibu lebih sulit
membawa makanan ke bayi. Tekanan darah yang tinggi juga dapat
menyebabkan ibu mengalami masalah ginjal, perdarahan di rahim sebelum
persalinan, atau perdarahan di otak (Klein, Miller, & Thomson, 2015).
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyulit kehamilan. Hipertensi
dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik
(meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Pada
keadaan gawat, tekanan diastolik 110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar
diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran 4 jam. Jika hipertensi terjadi pada
kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam 48 jam sesudah persalinan,
diagnosisnya adalah hipertensi dalam kehamilan. Jika hipertensi pada
kehamilan sebelum 20 minggu, diagnosisnya adalah hipertensi kronik
(Wiknjosastro G. H., 2009).
Klasisikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi :
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90
mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertesni menetap sampai
12 minggu pascapersalinan
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria
Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setalah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinura
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria
xix
Preeklampsia ringan adalah kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg
atau > 90 mmHg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan
diastolik sampai 110 mmHg
Preeklampsia berat adalah diastolik > 110 mmHg ditandai dengan
protenuria, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium
Eklampsia adalah peeklampsia yang disertai kejang-kejang
dan/atau koma
Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam
(Wiknjasastro, 2009; Angsar, 2016).
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas (Angsar, 2016).
Preeklampsia merupakan penyakit yang disebabkan kehamilan dan
penyebab kematian maternal (Anggraini, Tamela, & Fitrayeni, 2014).
Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis pasti. Jadi, berdasarkan sifat alami
penyakit ini, harus dilakukan kunjungan antenatal yang lebih sering, bahkan
jika preeklamsia hanya “dicurigai”. Meningkatnya tekanan darah sistolik dan
diastolik dapat merupakan perubahan fisiologis normal atau tanda penyakit
yang sedang berkembang. Pemantauan yang lebih ketat memungkinkan lebih
tepatnya didentifikasi perubahan tekanan darah yang berbahaya (Cunningham,
2015).
c) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan secara rutin dengan
tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator
pertumbuhan berat janin intra uterine, TFU dapat juga mendeteksi secara dini
xx
terhadap terjadinya mola hidatidosa (kehamilan mola/kehamilan anggur), janin
ganda atau hidramnion dimana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya
kematian maternal dan juga pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis
pubis digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan
pertumbuhan janin dan dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan (Ambarwati,
2015)
Ada beberapa macam teori mengenai pengukuran TFU. Menurut Spielberg,
dengan cara mengukur TFU dari simfisis, maka diperoleh tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4.4 Tinggi fundus uteri menurut Spelberg
Usia Kehamilan Tinggi Fundus
22 – 28 minggu 24-25 cm di atas simfisis
xxi
Usia Dalam cm Menggunakan
Kehamilan penunjuk-penunjuk
badan
12 minggu - Teraba di atas simfisis
pubis
16 minggu - Di tengah, antara
simfisis pubis dan
umbilikus
20 minggu 20 cm (± 2 cm ) Pada umbilikus
(Adriaansz G. , 2009)
d) Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
(bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan Clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat (Wiknjosastro G.
H., 2009). Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah
satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program
imunisasi TT (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT pada saat kontak
pertama (Kementrian Kesehatan, 2010).
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis) dengan dosis 0,5 cc.
Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan
saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi.
xxii
Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua, serta TT kedua
dengan kelahiran bayi, maka kadar antibodi tetanus dalam darah bayi akan
semakin tinggi, karena interval yang panjang kan mempertinggi respon
imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus
dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya. Interval
imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua minimal 4 minggu
(Wiknjosastro G. H., 2009).
Imunisasi TT diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai
sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa perlindungan yang diberikan
sebagai berikut :
xxiii
e) Pemberian tablet zat besi selama kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia
kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial yang
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin
banyak kehilangan zat besi dan menjadi anemis. Berikut gambaran berapa
banyak zat besi pada setiap kehamilan :
Tabel 2.2.4 Kebutuhan zat besi ibu hamil
Meningkatkan sel darah ibu 500 mg
Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mg
Fe
Untuk darah janin 100 mg
Fe
Jumlah 900 mg
Fe
(Ida Ayu Chandranita Manuaba, 2014)
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg) dan
Asam Folat 500 (Adriaansz G. , Kehamilan Normal, 2009). Ibu hamil
dianjurkan untuk mengkomsumsi 90 tablet besi selama kehamilan (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
xxiv
tidak semua infeksi saluran reproduksi menyebabkan infeksi menular seksual
(Daili, 2016).
Berdasarkan penyebab, infeksi saluran reproduksi dapat dibedakan menjadi:
g) Temu wicara
Temu wicara atau konseling adalah proses pemberian informasi yang
objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan keterampilan
xxv
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan
klinik. Konseling merupakan hak pasien untuk memperoleh informasi,
indikator mutu pelayanan, membantu pasien menentukan pilihan, memahami
kondisi pasien, serta memberikan rasa puas pada pasien. Berdasarkan tahapan
pemberian informasi, konseling dapat dibagi menjadi konseling awal, konseling
khusus atau pemantapan, dan konseling kunjungan ulang (Saifuddin, 2009)
Tujuan temu wicara atau konseling kesehatan reproduksi adalah :
Membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan,
persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat
dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak dinginkan.
Membantu pasien dan keluarganya untuk menentukan kebutuhan
asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman
atau tindakan yang mungkin diperlukan.
Membantu pasien atau klien untuk membuat pilihan salah satu
metode kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai
dengan keinginan mereka.
Membantu pasien untuk mengenali gejala atau tanda-tanda tentang
akan terjadinya suatu risiko reproduksi dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang sesuai atau mampu untuk menanggulangi risiko atau
komplikasi yang terjadi (Saifuddin, 2009).
2.6 Pengetahuan
a) Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what”. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran
tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut
sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara
universal, maka terbentuklah ilmu, atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan. Ilmu
(science) bukan sekedar menjawab “what”, melainkan akan menjawab pertanyaan
“why”dan “how”
b) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
xxvi
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagau mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebeumnya termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah
dipelajari atau rangsangan yang terlah diterima. Oleh karena itu,
“tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memamahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap
suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
objek.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintsis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formas-formasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek
xxvii
penelitian-penelitian itu berdasarkan kroteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2010).
xxviii
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
3.1 Kerangka Teori
Ibu Hamil
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Pengetahuan
Penatalaksanaan 5. Jarak Tempat
Antenatalcare Tinggal
6. Penghasilan
Keluarga
7. Media Informasi
8. Dukungan
Suami/Keluarga
Hasil
Antenatalcare
xxix
3.2 Kerangka Konsep
ANC
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kunjungan
4. 7T
5. 7T
xxx
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan ibu
hamil mengenai Antenatal Care (ANC) di Poli Ibu dan Anak Puskesmas
Temindung Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.
xxxi
4.4 Data dan Instrumen Penelitian
4.4.1 Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan data primer yang diambil dari kuisioner
pengetahuan ibu hamil tentang ANC yang diisi oleh ibu hamil yang melakukan
kunjungan konsultasi atau pemeriksaan di Poli ibu dan Anak Puskesmas
Temindung Kecamatan Sungai Pinang Samarinda selama tahun 2018. Pengisian
kuisioner dilakukan dengan didampingi oleh peneliti.
xxxii
Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala
Pengetahuan Pengetahuan subjek Baik : >50 % - Ordinal
Penetalaksanaaan penelitian berdasarkan 100%
ANC hasil pengisian kuisioner Cukup : 50%
tingkat pengetahuan ibu Buruk : <50%
hamil tentang
penatalaksanaan ANC.
Penatalaksanaan ANC
adalah standar minimal
“7T” untuk pelayanan
Antenatal Care yang
terdiri dari, timbang
berat badan, ukur
tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri,
pemberian imunisasi
(Tetanus Toksoid) TT
lengkap, pemberian
tablet zat besi, tes
terhadap penyakit
menular seksual dan
temu wicara.
✓ Benar skor : 1
✓ Salah skor : 0
◦ Baik : > 50% - 100%
Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab benar
11-20 pertanyaan.
xxxiii
◦ Cukup : 50% Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab benar 10 dari
20 pertanyaan
◦ Buruk : < 50%
Bila dari 20 pertanyaan responden dapat menjawab 0-9
pertanyaan.
xxxiv
4.10 Jadwal Penelitian
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian
xxxv
DAFTAR PUSTAKA
xxxvi
Fajrina, A. (2012). Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Hamil dan Fakto
Lain Dengan Berat Badan Lahir di Rumah Bersalin Lestari Ciampe Bogor
Tahun 2010-2011. Depok: Universitas Indonesia.
Fitrayeni, Surya, & Faran , R. M. (2015). Penyebab Rendahnya Kelengkapan
Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pegambiran. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Handayani, N. R. (2014). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care
di UPTD Puskesmas Gajahan Surakarta Tahun 2014. Surakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusum Husada.
Ida Ayu Chandranita Manuaba, I. B. (2014). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan,
dan KB. jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Repuplik Indonesia.
Kementrian Kesehatan. (2010). PEDOMAN PELAYANAN ANTENATAL
TERPADU. jakarta: Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). profil kesehatan indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Repuplik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil kesehatan indonesia. jakarta:
Kementerian Kesehatan Repuplik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Repuplik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. jakarta: Kementrian
Kesehatan Repuplik Indonesia.
Klein, S., Miller, S., & Thomson, F. (2015). Pemeriksaan Pranatal. In S. Klein, S.
Miller, & F. Thomson, Asuhan pada Kehamilan,Kelahiran dan Kesehatan
Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maghfiroh, L. (2015). Pertmbahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013-2015. Jakarta: Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah.
Manuaba, I. a., Manuaba, i. b., & Manuaba, i. b. (2014). Anemia pada kehamilan.
In Ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB (Vol. kedua). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marbun, R. M. (2015). Gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
kunjungan kehamilan di puskesmas padang bulan selayang II Kecamatan
Medan Selayang Tahun 2015. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sumatera Utara.
Marindratama, H. (2014). Hubungan Pertambahan Berat Ibu Hamil Trimester III
Dengan Berat Bayi Lahir di Kabupaten Semarang .
Marindratama, H., Romadhon, Y. A., & Candrasari, A. (2014). Hubungan
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III Dengan Berat Bayi Lahir
Di Kabupaten Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Marlisman, D. P. (2017). Gambaran Mutu Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas
Ciputat Timur Tahun 2017. Jakarta: Universitas Islma Negeri.
xxxvii
Mochtar. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasaribu, S. (2005). Pengaruh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi terhadap
pemeriksaan kehamilan di desa Bandar Sakti puskesmas Rantau Laban
Kota Bukit Tinggi. Medan: Universitas Sumatera Utara Medan.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Priani, I. F. (2012). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keteraturan Ibu Hamil
Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Cimanggis Kota Depok. Depok:
Universitas Indonesia.
Purboningsih, T. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu hamil Tentang ANC
(Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan ANC (Antenatal Care).
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saifuddin, A. B. (2009). Konseling. In A. B. Saifuddin, pelayanan acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (p. 39). jakarta: PT Bina
pustaka sarwono prawirohardjo.
Saifuddin, A. B. (2009). Pelayanan Kesehatan Antenatak dan Neonatal. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, K. I. (2012). Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kujungan
Antenatal Care. Mojokerto: STIKES Dian Husada Mojokerto.
Sastroasmoro, P. S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Cv
Sagung Seto.
Sukanti, S. (2011). Pengaruh Pelayanan Kesehatan Terhadap Kematian Neonatal
Anak Terakhir di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Sukarni , I., & Wahyu. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Susanto, J., Imran Ahmad, L. O., & Suriani, C. (2016). Faktor yang berhubungan
dengan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Kunjungan 1 - Kunjungan 4
(K1-K4) Pada ibu hamil di RSUD kota Kendari Tahun 2016. Kendari:
Universitas Halu Oloe.
UNICEF. (2012, Oktober Kamis). Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak.
Retrieved Desember 28, 2017, from UNICEF Indonesia:
https://www.unicef.org/indonesia/id/A5_-
_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
Widari, N. P., & Sumariani, W. S. (2013). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Di BPS Mien
Hendro Desa Bangah Sidoarjo. PRODI Kebidanan STIKES William Booth
Surabaya.
Wiknjosastro, G. H. (2009). Hipertensi dalam kehamilan, nyeri kepala, gangguan
penglihatan, kejang dan/atau koma. In G. H. Wiknjosastro, Buku Acuan
Nasioanl pelayanan kesehatan maternal dan neoanatl (p. 208). Jakarta: PT
Bina pustaka sarwono prawirohardjo.
xxxviii
Wiknjosastro, G. H. (2009). masalah bayi baru lahir. In G. H. Wiknjosastro, Byku
acuan nasiaonal pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (p. 388).
jakarta: pt bisa pustaka sarwono prawirahordjo.
Wiknjosastro, G. H. (2009). masalah bayi baru lahir. In G. H. Wiknjosastro, buku
acuan nasioal pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (p. 389). jakarta:
PT Bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Wiknjosastro, G. H. (2009). masalah bayi baru lahir. In G. H. Wiknjosastro, buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. jakarta: PT
Bina pustaka sarwono prawirahardjo.
Wiknjosastro, G. H. (2009). Masalah Bayi Baru Lahir. In G. H. Wiknjosastro, buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. jakarta: PT
Bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Wiknjosastro, G. H. (2009). Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kehamilan. In
G. H. Wiknjosastro, Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal (p. 230). jakarta: PT Bina pustaka sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, G. H. (2009). Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kehamilan. In
G. H. Wiknjosastro, Byku acuan nasional pelayanan keseharan maternal
dan neonatal (p. 231). jakarta: PT Bina pustaka sarwono prawirohardjo.
World Health Statistic. (2013). A Wealth of Information on Global Public Health.
Retrieved januari 29, 2018, from A Wealth of Information on Global Public
Health:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/82058/1/WHO_HIS_HIS_13.1_en
g.pdf?ua=1
Zulfansyah, W. (2009). Kebijakan dan Pengelola Antenatal Care Bagi Bidan di
Desa di Kotamadya Banda Aceh. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
xxxix