SKRIPSI Woyo

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 37

MARAKNYA KASUS PERCERAIAN AKIBAT CERAI

GUGAT STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KAB.


KEDIRI

SKRIPSI

Oleh:
PUPUT PUTRI PERMATA
NIM.2014.02.0.0359

STIS WAHIDIRAH KEDIRI


PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
2019
MARAKNYA KASUS PERCERAIAN AKIBAT CERAI
GUGAT STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KAB.
KEDIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Wahidiyah Kediri

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Pada Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah.

Oleh:

PUPUT PUTRI PERMATA


NIM.2014.02.0.0359

STIS WAHIDIRAH KEDIRI


PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
2019

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi oleh Puput Putri Permata, NIM.2014.02.0.0359, dengan
judul Maraknya Kasus Perceraian Akibat Cerai Gugat Studi Kasus Di
Pengadilan Agama Kab. Kediri ini telah disetujui dan dinyatakan
memenuhi syarat untuk diujikan.
Kediri, 01 Maret 2019

Dosen Pembimbing I, Tanggal

Muhammad Sifaul Umam, M. H. I ......................................


NIY.197906202011091064

Dosen Pembimbing II, Tanggal

Nur Wachid,M.Pd. ......................................


NIY.197904022011091015

Mengetahui,
Ketua Program Studi,

Roisatul Wahidah, S. Sy.


NIY.199110212013022020

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi oleh Puput Putri Permata, NIM.2014.02.0.0359, telah


dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 01 Maret 2019

Dewan Penguji

Nama Tanda Tangan Jabatan

…………………… Ketua

Nur Wachid,M.Pd. …………………… Anggota

Arida Retnaningtiyas, SH. …………………… Anggota

Mengesahkan, Mengetahui,

Ketua STISWA Ketua Prodi

Edi Purwanto, M. H. I Roisatul Wahidah, S. Sy.


NIY.197703072010111012 NIY.199110212013022020

iv
Kampus Uniwa Pondok Pesantren Kedunglo Kediri telp.( 0354 ) 771018
fax.0354 (772179)

SURAT PERNYATAAN KEORISINLAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Puput Putri Permata

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 5 Oktober 1996

NIM : 2014.02.0.0359

Program studi : Ahwal Al-Syakhshiyah

Alamat: Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhdhoroh

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi yang diujikan ini benar-benar hasil karya saya sendiri (tidak didasarkan
pada data palsu atau hasil plagiasi/jiplakan atau autoplagiasi)

2. Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya
akan menanggung resiko dan siap diperkarakan sesuai dengan aturan yang
berlaku.

Demikianlah surat pernyataan yang saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kediri ……………………..

Yang menyatakan,

Materai

Rp 6000

Puput Putri Permata\


NIM. 2014.02.0.0359

v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan taufiq hidayah Allah SWT,syafaat tarbiyah Rosululloh

SAW, barokah nadhroh beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Karya ini saya

persembahkan untuk:

1. Untuk kedua orang tua saya yang telah memberi dukungan dan do’a saya

ucapkan banyak terimakasih semoga pengorbanan orang tua bisa

menjadikan penulis menjadi anak yang berbakti dan berguna di

masyarakat nanti.

2. Untuk Adiku I’malul Ikhsan dan Ainia Latifatul Mukaromah yang sedang

mencari ilmu di pondok semoga menjadi kebangaan orang tua dan tercapai

cita-cita, selalu berdo’a dan belajar, semoga perjuanganmu dipondok

membuahkan hasil dan manfaat bagi nusa, bangsa dan agama.

3. Untuk seseorang yang selalu mendukung dan membantu proses pengerjaan

skripsi ini dari awal sampai akhir, terimakasih yang sebesar-besarnya.

4. Untuk teman-teman sekampus Universitas Wahidiyah Kediri Angkatan


2015, teman Fakultas Agama, teman Jurusan Akhwal Al Syakhsiyah, dan
teman Mahasiswa Universitas Wahidiyah Kediri, serta teman-teman yang
mendukung saya dalam menyelesaikan tugas ini.
5. Dan untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Teriring doa “jazaa kumullohu khoiroti wasa’adatid dunya wal


akhiroh. Amin.”

vi
MOTTO

Apa yang kita kerjakan hari ini adalah cerminan hari esok

Hari ini keras, hari esok lebih keras lusa akan indah.

vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahdengan taufiq hidayah Allah SWT,syafaat tarbiyah

Rosululloh SAW, barokah nadhroh beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA,

serta do’a restu Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA Pengasuh

Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-

munadhdhoroh, dengan judul pemenuhan nafkah batin seorang isteri yang

terpidana dan implikasinya bagi keharmonisan keluarga ini dapat

terselesaikan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan serta

bantuan berbagai pihak. Baik itu dukungan secara moril maupun dukungan

secara materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan segala

ketulusan dan keikhlasan hati ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya terkhusus kepada:

1. Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA Pengasuh Perjuangan

Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-munadhdhoroh.

2. Ibu Dr. Fauziah Isnaini,M.Pd.I. selaku Rektor Universitas Wahidiyah

beserta staf dan jajarannya.

3. Bapak Edi Purwanto,S.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Wahidiyah beserta staf dan jajarannya.

4. Ibu Arida Retnaningtiyas,SH. dan Bapak Nur Wachid,M.Pd. selaku

dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan

sarannya dalam penyusunan skripsi ini.

viii
5. Ibu Roisatul. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas

Wahidiyah.

6. Kedua orang tua dan adik tersayang yang selalu memberikan

dorongan, dukungan, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada

penulis.

7. Segenap kawan-kawan satu angkatan yang senantiasa bersedia saling

berbagi masukan, saling memotifasi, serta saling menasehati dalam

menyusun skripsi.

Penulis sadar tidak dapat membalas segala dukungan dan motivasi

yang telah diberikan dengan sewajarnya. Hanya untaian rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya dengan iringan doa “jazaa kumullohu khoiroti

wasa’adatid dunya wal akhiroh. Amin.”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis sadar bahwa masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi

lebih baik lagi.

Mudah-mudahan dengan adanya skripsi ini dapat menjadi sebab

bertambahnya wawasan dan ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi

siapapun yang membacanya, amin.

Kediri,

ix
Penulis

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga sebagai pembentukan karakter pertama. Lingkungan


pertama dalam kehidupan manusia memegang peranan penting dalam
membentuk peradaban bangsa. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat,
keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan diperlukan kepala rumah
tangga sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup
keluarga. Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
merupakan suatu kesatuan yang kuat. Hubungan yang baik ditandai
dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua
pribadi dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga
ini ternyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak
bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota
keluargalainnya.1

Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang


Perkawinan dikatakan bahwa: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.2

Suami yang menjatuhkan thalaq pada istrinya berarti telah


melakukan perkara yang amat dibenci oleh Allah SWT, meskipun hal itu
sebenarnya boleh dilakukan dengan alasan-alasan tertentu yang tentunya
harus syar’i. Sebaliknya, seorang istri yang minta thalaq kepada suaminya
sangat dikecam oleh islam. Rasulullah Saw bersabda “Siapa saja

1
Singgih D Gunarsa, Psikologi Keluarga (Jakarta: PT BPK
GunungMulia, 1995), 7.
2
lihat Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan

1
perempuan yang minta ditalaq oleh suaminya tanpa sebab maka haramlah
perempuan itu mencium wewangian surga”.3

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi 01 februari 2019


bahwa laporan perkara yang diputus pengadiln agama kabuapaten Kediri
tahun 2018 terdapat 2552 perkara cerai gugat yang telah diputus.
Maraknya perkara cerai gugat diperkirakan karena disebabkan oleh faktor
utama yaitu ekonomi. Ekonomi merupakan faktor penentu suatu hubungan
suami istri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kehidupan dalam
rumah tangga tidak selalu berjalan lancar adakalanya naik dan turun
seperti roda berputar.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik mengambil


judul “Maraknya Kasus Perceraian Akibat Cerai Gugat Studi Kasus di
Pengadilan Agama Kabupaten Kediri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “ Apakah yang menjadi

faktor penyebab cerai gugat di Pengadilan Agama kabupaten Kediri pada

tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor penyebab


cerai gugat di Pengadilan Agama kabupaten Kediri pada tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

3
Vivi Kurniawati, kupas habis masa iddah wanita, hal.8

2
Untuk mengembangkan penelitian yang pernah dibahas oleh

peneliti lain khususnya di bidang hukum keluarga dan menerapkan

materi yang didapat dibangku perkuliahan.

2. Secara praktis

a. Menambah pengetahuan, wawasan dan informasi kepada pembaca

khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Wahidiyah

Kota Kediri.

b. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Syari’ah Wahidiyah Kota Kediri.

E. E. DEFINISI OPERASIONAL

1. Perceraian : Perceraian merupakan puncak dari penyelesaian


perkawinan buruk yang terjadi apabila antara suami-istri sudah tidak
mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat
memuaskan kedua belah pihak.

2. Cerai Gugat : Perceraian Suami Istri yang inisiatifnya itu berasal


dari istri.4

F. ASUMSI PENELITIAN

4
A. Sutarmadi dan Mersani, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga,
(Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN JKT, 2006), h. 65

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

NO NAMA JUDUL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


1 Widodo Faktor – faktor Serta Mencari faktor Tempat penelitian
Alasan Yang penyebab cerai dan objek
Menyebabkan gugat penelitian
Tingginya Angka Cerai
Gugat
2
3
4
5

B. B. DEFINISI PERCERAIAN

1. Pengertian perceraian

Nafkah berasal dari bahasa arab anafkaah artinya al infaqo, al


masrofu yaitu biaya, belanja, pengeluaran uang. Sedangkan menurut
istilah nafkah adalah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan istri
dalam menyediakan makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Ditinjau dari
makna lughowinya, nafkah merupakan makna yang sempit yang tidak

4
mencakup semua fungsi dari sebuah pernikahan. Namun dari makna istilah
nafkah merupakan hal yang tidak mudah untuk di laksanakan tanpa adanya
usaha yang maksimal.

Dari pengertian tersebut diatas suatu nafkah hanya merupakan


pemenuhan nafkah kepada istri dalam bidang materi. Namun lebih dari itu
nafkah terbagi menjadi dua yaitu nafkah lahir (materi) dan nafkah batin
atau hubungan biologis, imam malik mengatakan nafkah tidak wajib bagi
suami sampai ia dapat mengajak dukhul (wathl jimak). Oleh sebab itu hal
terpenting yang harus dilakukan seorang suami baggi istrinya sebagai
pemimpin dalam rumah tangganya adalah memberikan nafkah terhadap
keluarga. Suami yang baik selalu memperhatikan masalah ini. Dia tidak
akan menyia-nyiakan amanat yang sekaligus menjadi kewajibanya. Maka
sudah menjadi tanggung jawab suami untuk menafkahi isteri secara lahir
ataupun batin.

2. Dasar Hukum Cerai

a. Al Qur’an

al baqarah 233

at talaq 6 dan 7

Dalil- dalil di atas merupakan dasar kewajiban nafkah secara


lahiriyah (materi) yang harus di berikan oleh suami untuk isteri dan
anaknya dengan cara yang ma’ruf sesuai dengan kadar kemampuan yang
dimilikinya. Kemudian sehubungan dengan nafkah secara bathiniyah dapat
di ambil dari dalil sebagai berikut:

Dalil

lafadz “asyara” dalam bahasa arab adalah sempurna dan optimal. Dan juga
arti ‘asyara yaitu isryah (al asarah) adalah berkumpul atau bercampur.
Maka berkumpul disini adalah apa yang seharusnya ada pada suami isteri
seperti rasa saling terikat. Karena dalam syariat islam antara suami isteri

5
diwajibkan untuk bergaul dangan sebaik-baiknya, tidak diperbolehkan
menunda hak dan kewajiban, dan juga tidak boleh saling membenci
apalagi bersikap saling menyakiti sebagaiman dalam ayat tersebut oleh
sebab itu dalam memaknani lafadz tersebut Al- Qusyairi menyatakan
dalam tafsirnya yaitu pengaruh isteri dengan ilmu-ilmu agama dan tata
cara atau adab serta akhlak yang baik.

6
b. Hadist Nabi SAW

c. Para Ulama

1. Imam malik

Imam malik berpendapat bahwa nafkah baru wajib atas


suami apabila suami telah menggauli atau mengajak bergaul, hal
tersebut menunjukan keduanya telah dewasa.

Imam malik juga berpendapat bahwa besarnya nafkah itu


tidak ditentukan syara akan tetapi berdasarkan kemampuan
masing-masing.

2. Imam hanafi

Imam hanafi berpendapat bahwa nafkah tidak dapat di ukur


oleh syariat. Seorang suami wajib memberikan nafkah seorang
isteri dalam kehidupan sehari-hari berupa makanan, minuman
maupun pakaian

Imam hanfi juga berpendapat bahwa nafkah di tentukan


berdasarkan kemampuan suami dan suami wajib memberikan
nafkah dalam segala kondisi seorang isteri.

3. Imam syafi’i

Imam syafi’i berpendapat bahwa nafkah membedakan


nafkah antara yang kaya, sedang maupun miskin sesuai dengan
kondisi masing-masing.

Imam syafi’i juga mengatakan memenuhi nafkah makanan


dan pakaian dengan cara yang patut untuk melindungi isteri, wajib
hukumnya bagi suami.

4. Imam hambali

7
Imam hambali berpendapat bahwa nafkah di ukur dari
kondisi dan status ekonomi antara keduanya. Keluarga merupakan
gabungan antara suami dan isteri, oleh karena itu keduanya
dijadikan pertimbangan nafkah.

Imam hambali juga mengatakan bahwa yang di jadikan


standar adalah kebutuhan isteri.

d. Menurut KHI

Kebutuhan manusia untuk memperluas dan


mengkondisikan instink dan dorongan nafsu alami merupakan
kebutuhan yang pokok. Dari adanya penjelasan tentang hak dan
kewajiban suami istri , sudah jelas bahwa nafkah batin merupakan
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh dan atas kedua belah
pihak, yang mana hal itu merupakan salah satu sarana untuk
memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam juga telah mengatur adanya nafkah yang tidak berbentuk
materi (harta benda) tapi berbentuk kasih sayang dan perhatian
yang tulus dari pasangan suami istri.

Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Allah


menciptakan pria dan wanita untuk saling mencintai dan
menyayangi. Sebagaimana firmanNya dalam Surat ar-Ruum ayat
21 :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. ar-Ruum(30): 21).

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa kekuasaan-Nya


adalah menyatukan dua mahluk yang berlainan jenis serta
mempertautkan hati kedua-duanya dengan ikatan kasih yang mesra
agar keduanya merasakan ketenangan. Hal ini diibaratkan seperti
pakaian istri adalah pakaian suami dan sebaliknya pula pakaian
suami. Firman Allah dalam Surat al-Baqoroh ayat 187 :

8
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka”. (QS. al-Baqoroh(2): 187).

“Pakaian” adalah sesuatu yang diperlukan setiap masa.


Pakaian juga berperan melindungi manusia daripada bahaya
kepanasan dan kesejukan, serta menutupi keaiban atau sesuatu
yang dipandang elok bila dipandang orang. Maka, dalam hal ini
suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab menyayangi dan
melindungi istrinya dari perkara berbahaya. Oleh sebab itu untuk
mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah sesuai
ayat di atas, maka suami istri harus saling menciptakan pergaulan
yang baik, mendahulukan kepentingannya dan menahan diri dari
sikap yang kurang menyenangkan dari padanya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak”. (QS. an-Nisaa’(4):19).

Menurut Ibnu Kasir, ayat di atas mempunyai maksud suami


istri wajib bercakap dengan tutur kata yang elok dan senantiasa
berkelakuan baik. Selain itu juga ada pendapat yang mengatakan,
bahwa yang dimaksud “pergaulan” pada ayat di atas adalah
hubungan seksual suami istri. Sehingga keduanya sama-sama
mendapatkan ketenangan dari pergaulannya tersebut. Hal ini
karena dalam rumah tangga, seseorang baik pria maupun wanita
bisa menemukan katalisator alamiah bagi hasrat seksualnya,
dengan cara yang mampu melindunginya dari kerusakan tubuh dan
dera penyesalan, sekaligus mampu memberikan porsi kenikmatan
fisik yang cukup rasional bagi orang normal yang berujung pada
kepuasan dan kelegaan. Hal ini membuktikan bahwa Islam paling
mengetahui seluk-beluk manusia dan paling bijak dalam
menanganinya.
Mengenai pergaulan yang baik antara suami istri ini juga
telah diatur dalam Islam dengan perintah agar suami mendatangi
istrinya. Yaitu suami wajib mendatangi (mengumpuli) istrinya
sedikitnya satu kali dalam satu bulan jika ia mampu.

9
3. Cerai Gugat

Tujuan pokok pernikahan adalah menciptakan ketenangan,


keramah- tamahan dalam bergaul serta kepuasan bersama. Kemudian
nafkah merupakan hal yang pokok dalam ikatan perkawinan yang mana
harus dipenuhi oleh seorang suami untuk isterinya. Dengan adanya nafkah
beberapa kebutuhan bisa terpenuhi, maka dengan begitu dapat
memperkecil peluang terjadinya perpecahan diantaranya keduanya.
Sehingga tujuan pernikahan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
sempurna. Agama islam telah mengajarkan bahwa keajiban suami
terhadap isteri dalam hal materi salah satunya dalam memnuhi nafkah
batin suami isteri. Nafkah batin adalah perbuatan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi baik suami maupun isteri yang
tidak atau materi seperti kasih sayang, dan cinta.

Sebab kewajiban menafkahi isteri para ulama berbeda pendapat.


menurut ulama Hanafiah, sebab wajibnya suami memberikan nafkah
kepada isteri karena menahan si isteri didalam rumah. Maksudnya suami
menyuruh isteri hanya untnuk mengurus urusan rumah tangga saja, sertra
tidak mengizinkannya untuk bekerja. Sementara menurut ulama sebab
wajibnya suami memberikan nafkah kepada isteri adalah karena
perkawinan, artinya selama menjadi isteri baik bekerja maupun tidak
suami tetap wajib memberikan nafkah.

Ulama mensyaratkan beberapa ketentuan tertentu agar seorang


suami berkewajiban memberikan nafkah kepada isterinya. Persyaratan ini
meliputi persyaratan sebelum isteri disetubuhi dan setelah isteri
disetubuhui.

Adapun syarat-syarat isteri yang berkaitan dengan sebelum


disetubuhi adalah

10
1. Seorang isteri diajak untuk disetubuhi apabila isteri mau untuk di
setubuhi, maka suami wajib memberikan nafkah. Namun, apabila si isteri
menolak dan tidak mau untuk digauli tanpa alasan syar’i yang jelas,
maka suami tidak wajib memberikan nafkah.
2. Istri dapat disetubuhi. Maksudnya, apabila kemaluan isteri sehat, tidak
ada penyakit apapun yang menyebabkan terhalangnya bersetubuh, maka
si suami wajib memberikan nafkah. Namun, apabila si isteri, dalam
kemaluanya, seperti ada tulang besar atau penyakit lainya yang
menyebabkan tidak dapat disetubuhi, maka suami tidak wajib
memberikan nafkah.
3. Pernikahan tersebut adalah pernikahan yang sah, bukan pernikahan yang
batal. Apabila pernikahanya memenuhi segala persyaratan rukun dan
syarat sebagaimana telah di bahas pada makalah sebelumnya, maka si
suami wajib memberikan nafkah. Namun apabila pernikahanya bukan
pernikahan yang sah, misalnya, tidak memakai wali atau tidak di
umumkan, maka si suami tidak berkewajiban memberikan nafkah.
Karena hakikatnya ketika pernikahan itu tidak sah, maka wanita tersebut
bukanlah isterinya dan dipandang tidak terjadi pernikahan. Karena tidak
terjadi pernikahan, maka gugur kewajiban untuk memberikan nafkah.
Sementara syarat-syarat wajibnya nafkah yang berkaitan dengan

setelahah didukhul adalah:

1. Suami mempunyai tanggung jawab memberikan nafkah. Apabila tiba-


tiba suami sakit terkena musibah sehingga ia tidak mampu dan tidak
dapat memberikan nafkah kepada isterinya, maka dalam masa sulit dan
lemah ini, ia tidak berkewajiban memberikan nafkah.
2. Isteri tidadk berbuat nusyuz (si iisteri tidak membangkang suaminya).
Apabila si isteri sudah tidak mentaati suaminya, maka isteri tersebut di
pandang telah berbuat nusyuz. Ketika ia telah berbuat nusyuz, maka
suami tidak waib memberikan nafkah kepadanya.

11
Bentuk-bentuk nafkah batin antara lain pemenuhan pendidikan,
perlindungan, melayani dan menggauli isteri dengan baik.

a. pendidikan

pendidikan agama sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.


Kita perlu senantiasa memperbaiki diri kita yang serba kekurangan ini.
Dengan sebuah keluarga, suami bertanggung jawab memberikan nasihat
dan pengetahuan serta pengajaran hukum islam dalam hal-hal fardu ain
kepada isteri dan anak. Oleh sebab itu, suami perlu melengkapkan dirinya
dengan pendidikan agama supaya suami dapat mengajar dan mengarahkan
kepada isterinya.

Dengan memberikan pengetahuan kepada isteri tentang pendidikan


agama ini, tentu dapat mencegah keruntuhan sebuah keluarga yang
disebabkan oleh kejahilan tentang hukum-hukum agama. Suami hendaklah
memastikan bahwa isteri mempunyai pendidikan agama yang mencukupi
menjalankan ibadah-ibadah sunat atau wajib da sebagainya.

b. perlindungan

suami juga bertanggung jawab memberikan perlindungan,


penjagaan dan kegembiraan kepada isteri. Isteri adalah amanah allah,
maka sudah tentu suami wajib menjaganya serta menggembirakan hatinya.
Suami memastikan bahwa isteri senantiasa merasa senang tanpa rasa susah
hati dan sengsara.

Dalil

Menurut ayat diatas suami bertanggung jawab menyediakan


kediaman (yakni perlindungan) kepada isteri, suami hendaklah
memastikan keselamatan isteri terjamin. Perempuan adalah kaum yang
lemah, oleh sebab itu, suami hendaklah menjaga isteri dari segala bahaya,
unruk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga dengan rasa cinta dan
kasih sayang perlu ada wujud antara suami kepada isteri dengan menjaga
hatinya dan melayaninya dengan baik.

12
Suami memastikan bahwa hati isteri tidak terluka dengan sikap
suami. Jika seorang isteri melakukan suatu perkara yang kurang di senangi
oleh suami, suami hendaklah bersabar dengan isteri asalkan ia tidak
merusak peribadi isteri dan isteri tidak melakukan perkara-perkara yang
dicegah dalam islam.

Suami hendak bersabar dengan isteri, bertimbang rasa, dan


memahami penderitaan yang ditanggung oleh isteri ketika hamil,
melahirkan anak dan mengasuhnya. Pada saat inilah seorang isteri kadang-
kadang bertindak mengikuti perasaan. Oleh sebab itulah pada ketika ini,
suami hendaklah melayani isteri dengan baik dan lemah lembut. Agar
rumah tangga tidak goyah karena suatu perkara kecil mengakibatkan
perpechan antara keluarga.

Jika terdapat kecacatan secara fisik atau sebagainya, suami


hendaklah merahasiakanya dari pengetahuan orang lain. Apa-apa tanda
yang terdapat pada tubuh isteri, menjadi amanah kepada suami
merahasiakan segalanya. Kita perlu perlu mengasihi semua anggota
keluarga kita. Setelah menikah, semua ahli keluarga pihak isteri akan
menjadi keluarga pihak suami. Oleh sebab itu, suami hendaklah
menyayangi keluarga pihak isteri seperti keluarganya sendiri.

c. melayani dan menggauli isteri dengan baik

senda gurau sangat perlu dalam hubungan suami isteri karena dapat
mendekatkan hubungan mereka. Merupakan salah satu cara untuk
merelekskan badan dan pikiran. Suami hendaklah menggembirakan hati
isteri dengan berjenaka secara sederhana. Apabila menggauli isteri, suami
hendaklah melakukanya dengan lemah lembut, sopan santun dan tidak
dzalim.

Suami hendaklah mendekati si isteri dengan cara yang baik dan


sopan, tidak bersikap ganas seperti binatang. Isteri hendaklah dilayani
sebagai seorang yang setaraf yang berbagi kebahagiaan denganya.

13
Sepatutnya isteri itu dilayani dengan penuh kasih sayang dan kelembutan
terutatamanya pada malam pertama pernikahan mereka. Dengan ini, sudah
tentu akan mengukuhkan lagi rasa kasih sayang antara mereka.

Suami akan mendapat ganjaran di akhirat jika menggauli isteri


dengan baik:

Dalil

C. Faktor-faktor cerai gugat

1. Faktor Ekonomi

Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah keluarga baru yang di

dambakan dan akan membawa pasangan suami isteri untuk menempuh

kebahagiaan, cinta dan kasih sayang. Sebuah keluarga adalah komunitas

masyarakat kecil yang diharapkan akan menjadi sumber kebahagiaan,

cinta dan kasih sayang seluruh anggota keluarga.

Semua orang mendambakan keluarga yang harmonis dan bahagia,

yang serasi dan selaras dalam aspek-aspek kehidupan yang di tempuh

bersama. Dalam islam, keluarga yang bahagia itu disebut dengan keluarga

yang sakinah (tentram), mawaddah (penuh cinta), rahmah (kasih sayang).

2. Faktor Meninggalkan Salah Satu Pihak

keluarga sakinah merupakan dambaan sekaligus harapan bahkan


tujuan insan, baik yang belum ataupung yang tengah membangung rumah
tangga. membentuk keluarga sakinah sangat penting dan bahkan
merupakan tujuan yang dicapai bagi setiap orang yang akan membina
rumah tangga, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Ar-Rum ayat
21

dalil

14
islam menginginkan pasangan suami isteri yang telah atau akan
membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut langgeng.
Terjalin keharmonisan diantara suami isteri yang saling mengasihi dan
menyayangi, sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah
tangganya.

Ada tiga kunci dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang menjelaskan


tentang kelurga sakinah yaitu:

1. Min-Anfusikum (dari dirimu sendiri)

Untuk menjadi sakinah, maka seorang suami harus menjadikan


isterinya bagian dari diri suaminya, dan suami tidak lagi merupakan
bagian dari isterinya, maka semakin jauh dari kehidupan keluarga yang
sakinah bisa dilihat, banyaknya kasus perceraian dikarenakan pasangan
sudah tidak lagi menjadi bagian dari dirinya (min-anfusikum). Satu sama
lain saling mengungkap aib melalui media massa, bahkan saling menuduh
layaknya sesama musuh.

2. Mawaddah (cinta)
Mawaddah biasa diartikan sebagai cinta yang disertai birahi,namun

mawaddah juga mempunyai makna kekosongan jiwa dan berbuat jahat


terhadap yang dicintai. Dengan mawaddah ini pasangan suami isteri saling
tertarik dan saling membutuhkan.

3. Rahmah (kasih sayang)

Rahmah adalah karunia Allah yang amat besar bagi pasangan


suami isteri. Meskipun mawaddah berkurang bersamaan berjalanya usia
yang makin tua, namun dengan rahmah ini menjadi perekat pasangan
suami isteri bisa langgeng hingga akhir hayat.

Ketiga kunci tersebut yang perlu diperhatikan dan pemahaman


mendalam antar suami isteri sehingga setiap menghadapi konflik apapun
tetap selalu bersama, bahkan ketiga hal tersebut harus tetap dirawat,
ditumbuh kembangkan sehingga berbuah menjadi keluarga yang sakinah.

15
Disamping itu keluarga sakinah dapat memberi kesempatan
manusia sebagai hamba yang baik, sebagaimana maksud dan tujuan tuhan
menciptakan manusia di bumi. Rumah tangga sudah seharusnya menjadi
tempat yang tenang bagi anggota keluarganya, karena rumah tangga
merupakan tempat kembali kemanapun mereka pergi. Mereka merasa
nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan
keluarga yang lainya dalam masyarakat inilah yang dalm perspektif
sosiologis disebut unit terkecil dari suatu masyarakat untuk memelihara
kenyamanan dalam keluarga yang dibangun bersama-sama.

Dalam keluarga sakinah setiap anggotanya merasakan suasana


tentram, damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir ataupun batin.. sejahtera
lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan penyakit jasmani.
Sedangkan aejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, seta
mampu mengaplikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat.

3. Faktor Perselisihan dan Pertengkaran Terus Menerus

Agar kehidupan suami isteri dapat terbangun secara


harmonis,hangat, mesra serta dapat mencegah terjadinya perselingkuhan
dalam suatu keluarga, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
mereka, antara lain:

a) Menciptakan kondisi rumah tangga yang sejuk, komunikatif dan


hangat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menanamkan sikap qana’ah terhadap keadaan masing-masing.
c) Menanamkan sebuah keyakinan dalam diri pasangan suami isteri,
bahwa mencari jalan keluar untuk menghilangkan kejenuhan
kebuntuan dan keruwetan pikiran dengan jalan bersenang-senang
dengan cara berselingkuh, adalah jalan yang tidak sehat dan tidaak
selamat.

16
d) Berusaha dengan maksimal dalam memecahkan masalah kelainan
seks, dengan mencari jalan yang sehat dan rasional, seperti
berkonsultasi kepada ahlinya.

Uraian tentang konsep keluarga sakinah menurut Al-Qur’an


pastilah kurang memadai karena Al-Qur’an merupakan sumber yang tak
pernah kering, oleh karena itu sesungguhnya perlu kajian yang mendalam,
tidak sesingkat seperti ini, apa lagi jika diplot dalam sistem sosial dalam
kaitanya membangun bangsa. Oleh karena itu, saya ingin membatasi pada
simpul-simpul yang bisa mengantar atau menjadi prasyarat tegaknya
keluarga sakinah. Hal-hal yang menyangkut pembangunan masyarakat
menuntut Al-Qur’an dibahas dalam bab-bab berikutnya. Diantara simpul-
simpul yang dapat mengantar pada keluarga sakinah tersebut adalah:

1. Dalam keluarga ada mawadah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah


adalah jenis cinta asamara membara, yang menggebu-gebu
“nggemesi” sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap
berkoban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja
kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah,
lama kelamaan menumbuhkan mawadddah.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasarsaling membutuhkan
seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum
libasun lahuma Q/2:187). Fungsi pakaian ada 3 yaitu: (a) Menutup
aurat (b) Melindungi diri dari panas ataupun dingin (c) Perhiasan,
Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam
tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak
menceritakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami harus segera mencari obat atau membawa ke dokter,
begitu juga sebaliknya. Isteri harus tampil membanggakan suami,
suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luar
rumah tampil menarik orang banyak, di dalam rumah males-malesan
dan menyebalkan.

17
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial
dianggap patut (ma’ruf), tidak asal benar dan hak, wa’a syirihuna bil
ma’ruf (Qur’an /4:19). Besarnya mahar, nafkah cara bergaul dan
sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma’ruf. Hal ini terutama
harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang
berbeda.
4. Menurut hadis nabi, menciptakan keluarga sakinah itu ada empat (idza
aradallohu bi ahli baitin khoiron dst): (a) memiliki kecenderungan
kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua
menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam
bergaul dan (e) selalu intropeksi.
5. Menurut hadis nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang
mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba’un min sa’adat al mar’i),
yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang
berbakti, (c) lingkungan yang sehat dan (d) dekat rizkinya.

4. Faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga

rumah tangga adalah sesuatu yang berkenaan dengan keluarga.


Sakinah adalah kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan.
Jadi menciptakan rumah tangga yang sakinah, yaitu menciptakan
rumah tangga (sesuatu yang berkenaan dengan keluarga) yang penuh
dengan kedamaian, ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan.
Sesungguhnya membangun rumah tangga itu membutuhkan
perjuangan yang luar biasa beratnya. Di mulai dari pondasi aqidah dan
ahlak diantara keduanya. Sebelum menciptakan rumah tangga yang
sakinah, berhubungan dengan itu, kasmuri selamat mengemukakan
beberapa kepribadian suami shaleh:

1. Berpegang Teguh Kepada Syariat Allah

Laki-laki yang shaleh adalah seorang laki-laki yang senantiasa


berpegang teguh kepada syariat Allah dalam segala urusan
kehidupanya. Menunaikan kewajiban-kewajiban yang Allah telah

18
tentukan keduanya. Jika menjadi suami, suami akan melaksanakan
kewajiban terhadap keluarganya dengan penuh tanggung jawab,
bersemangat, penuh perhatian serta lapang dada.

2. Seimbang antara Hak dan Kewajiban

Dalam kehidupan sehari-hari sikapnya tidak tamak, tidak


menuntut lebih banyak dari yang semestinya, bahkan menerima
dengan rela terhadap kekurangan-kekurangan yang ada. Suami tidak
pernah menyia-nyiakan kewajibanya, kewajiban tersebut diutamakan
sebelum menuntut haknya.

Disamping itu ciri-ciri dari laki-laki shaleh yang


membahagiakan kehidupan rumah tangga yakni.

a. Mendirikan rumah tangga semata-mata karena Allah swt,


b. Melayani dan menasehati isteri dengan sebaik-baiknya.
c. Menjaga hati dan perasaan isteri.
d. Senantiasa tenggang rasa dan tidak menuntut sesuatu di luar
kemampuan isteri.
e. Bersabar dan menghindari memukul isteri dengan pukulan yang
memudararatkan.
f. Tidaak mencari isteri di hadapan orang lain dan tidak memuji
wanita lain di hadapana.
g. Bersabar dan menerima kelemahan isteri dengan hati yang terbuka,
serta meyakini bahwa segala sesuatu yang dijadikan Allah pasti
terdapat hikmah yang tersembunyii di baliknya.
h. Suami pelaku pemimpin rumah tangga, jangan terlalu mengikuti
kemauan isteri, karena dapat melunturkan nama baik dan prestasi
suami selaku pemimpin dalam rumah tangga.
i. Memberi nafkah kepada isteri dan anak-anak menurut kadar
kemapuan.
j. Menyediakan keperluan dan tempat tinggal yang layak untuk
mereka..

19
k. Bertanggung jawab mendidik akhlak isteri dan anak-anak sesuai
dengan kehendak islam.
l. Senantiasa menjaga kesalamatan mereka.
m. Membeeri kasih dan rela bekorban apa saja demi kepentingan dan
kebahagiaan bersama.

Semua orang islam berharap dengan penuh perjuangan


danpengorbanan,agar rumah tangga yang dibangun dengan landasan cinta
dan kasih sayang menjadi teladan bagi keluarga maupun generasi yang
dilahirkan. Agar dapat menciptakan rumah tangga yang sakinah karena
tidak mudah membina suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
warahmah.

Begitu banyak diantara kita yang merindukan berumah tangga


menjadi suatu yang teramat indah, bahagia, penuh penuh dengan pesona
cinta dan kasih sayang. Akan tetapi, kenyataan yang ada, kita saksikan
deretan antrian orang-orang yang gagal dalam menciptakan rumah tangga
yang bahagia. Hari demi harinya hanya di isi dengan kecemasan,
ketakutan, kekerasan, kegelisahan dan penderitaan. Bahkan di akhiri
dengan perceraian sehingga melahirkan penderitaan yang berkepanjangan,
terutama bagi anak-anak yang dilahirkan.

3. jadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu

Rumah tangga yang ditingkatkan derajatnya oleh Allah swt.


Bukanlah rumah tangga yang memiliki status sosial keduniawian. Tidak
pula rumah tangga yang para penghuninya penuh dengan deretan titel dan
gelar. Bahkan justru hal seperti itu seringkali memisahkan kita dengan
kebahagiaan batin dan ketentraman jiwa. Tidak jarang pula rumah tangga
yang berlimpah dengan kekayaan justru membuat penghuninya
dimiskinkan. Oleh keinginan-keinginan, diperbudak dan di nistakan oleh
apa yang di milikinya. Sesudah memantapkan niat kepada Allah untuk
berumah tangga, maka kekayaan yang harus dimiliki dalam keluarga

20
adalah ilmu merawat dan mendidik anak merupakan tugas bersama suami
isteri.

4. Jadikan rumah tangga sebagai pusat nasehat

Suami isteri hendaknya mengetahui bahwa semakin hari semakin


banyak yang harus dilakukan. untuk itulah kita membutuhkan orang lain
agar bisa melengkapi kekurangan kita guna memperbaiki kesalahan kita.
Rumah tangga bahagia adalah rumah tangga yang dengan sadar
menjadikan sikap saling menasehati., saling memperbaiki, serta saling
mengoreksi dalam kebenaran dan kesabaran sebagai kekayaan yang
berharga dalam rumah tangga. karena keduanya tidak boleh merasa lebih
baik dan berjasa dalam membangun rumah tangga. apabila sebuah rumah
tangga mulai saling menasehati, maka rumah tangga tersebut bagaikan
cermin, yang tentu cermin akan mampu membuat sebuah penampilan
penghuninya menjadi lebih baik. Tidak ada koreksi yang paling aman
selain koreksi dari keluarga sendiri.

5. jadikan rumah tangga sebagai pusat kemuliaan

Suami isteri mampu menjadikan rumah tangga seperti cahaya


matahari. Menerangi kegelapan, menumbuhkan anak-anaknya berkembang
dengan baik sehingga mampu baur dalam lingkungan dan masyarakat.
Keluarga yang mulia adalah keluarga yang bisa menjadi contoh kebaikan
bagi keluarga yang lainya. Sehingga tidak ada yang diucapkan selain
kebaikan tentang keluarga yang telah dibangun.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Peneletian ini mengambil seubuah lokasi tepatnya diLAPAS


(lembaga pemasyarakatan) wanita kelas II A Kediri, Telp. Alasan peneliti

21
memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian karena di tempat ini wanita
yang berstatus isteri namun dalam kondisi terpidana atau tertahan dalam
LAPAS. Kondisi ini mengakibatkan sebuah hubungan keluarga khususnya
pemenuhan nafkah batin.

B. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitianya dibandingkan dengan standar ukuran

yang telah ditentukan. Chalid narbuko memberikan pengertian metode

penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran

untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari, mencatat, merumuskan

dan menganalisis sampai menyusun laporan. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan metode penelitian yang dijelaskan dibawah ini.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis penelitian

Dari penejelasan latar belakang objek dan instrumen yang

mendukung penelitian ini, maka peneletian yang sedang di teliti penulis di

kelompokan kedalam jenis peneletian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris adalah mengkaji hukum yang

dikonsepkan sebagai perilaku nyata gejala sosial yang sifatnya tidak

tertulis, karena setiap orang dalam lingkungan hidup bermasyarakat

peneletian ini bertolak dari data di lapangan sebagai data primer,

sedangkan data pustaka normatif atau aturan tertulis di jadikan sebagai

data sekunder.

22
b. pendekatan penelitian

dengan melihat tujuan peneletian ini yang mencoba mendapatkan

pengetahuan tentang pemenuhan nafkah batin isteri yyang terpidana di

LAPAS wanita kelas II A Kediri. Maka peneletian ini menggunakan

pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus adalah peneliti mengkaji

kasus hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata. Kasus hukum

tersebut adalah bentuk-bentuk pemenuhan nafkah batin isteri yang

terpidana di LAPAS (lembaga pemasyarakatan) wanita Kediri.

2. Data Penelitian

a. Wujud data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh selama penelitian. Adapun data yang diperlukan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Data tentang isteri yang terpidana di LAPAS Wanita Kelas II A

Kediri.

2. Data tentang pelaksanaan pemenuhan nafkkah batin batin bagi

isteri yang terpidana di LAPAS Wanita Kelas II A Kediri.

b. Sumber data

Data yang di ambil oleh peneliti dalam penelitian di antara lain.

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Informasi yang

di dapat dari isteri yang terpidana LAPAS Wanita Kelas II A Kediri.

23
2. Data sekunder

Selain dari sumber primer, yakni sumber informasi yang secara

tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap

informasi yang ada padanya, berupa dokumen atau data dari polisi atau

sipil LAPAS Wanita Kelas II A Kediri dengan jumlah isteri yang terpidana

di LAPAS Wanita Kelas II A Kediri.

3. Data tesier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan

bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus

hukum jurnal dan lain lain.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa metode metode atau teknik dalam pengumpulan

data sebagai berikut.

a. Wawancara

Wawancara digunakan unruk mendapatkan data secara langsung

dari beberapa isteri yang terpidana di LAPAS Wanita Kelas II A Kediri.

b. Observasi

Pengamatan objek penelitian secara langsung adapun sesuatu yang

diamati meliputi ruang atau tempat pelaku, kegiatan, objek atau benda-

benda yang terdapat di tempat, perbuatan, peristiwa, waktu atau urutan

kegiatan, tujuan dan perasaan.

24
c. Dokumen

Data dokumen diambil dari polisi atau sipir yang menangani

LAPAS Wanita Kelas II A Kediri dan telah mendapatkan persetujuan dari

kepala LAPAS Wanita Kelas II A Kediri.

d. Quesioner

Penghuni lapas yang berjumlah 255 tidak semua sudah menikah.

Oleh karena itu peneliti mengambil sample dari bebrapa penghuni LAPAS

yang sudah menikah. Dan peneliti mengambil 100 napi yang sudah

menikah untuk menjadi koresponden. Dari 100 koresponden kemudian

diambil prosentase atau pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti.

D. Teknik Analisis Data

1. Editing

Editing merupakan proses penelitian kembali terhadap catatan,


berkas-berkas, informasi dikumpulkan oleh pencari data. Dalam hal ini
peneliti menganalisis kembali hasil penelitian yang didapatkan seperti
wawancara, observasi, quesioner ataupun dokumentasi. Proses editing di
harapkan mampu meningkatkan kualitas data yang hendak di olah dan
dianalisis, karena bila data yang dihasilkan berkualitas, maka informasi
yang dibawapun juga ikut berkualitas.

2. Klasifikasi (pengelompokan)

Klasifikasi adalah mereduksi data yang ada dengan cara menyusun


dan mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam pola tertentu atau
permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasanya. Pada
penelitian ini, setelah proses pemeriksaan atas data-data yang diambil dari
LAPAS (lembaga pemasyarakatan) Wanita Kelas II A Kediri, kemudian

25
data-data tersebut dikelompokan berdasarkan kategori-kategori kebuthan
akan data-data penelitian yang dimaksud. Dengan tujuan agar lebih
mudah dalam melakukan pembacaan dan penelaahan. Disini peneliti
menelaah kembali data yang dihasilkan.

3. pemeriksaan (verifying)

Selain diklasifikasikan langkah yang kemudian dilakukan adalah


verifikasi (pemeriksaan) data yaitu mengecek kembali dari data-data yang
sudah terkumpul untuk mengetahui keabsahan datanya apakah datanya
sudah benar-benar sudah valid dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
peneliti. Dalam tahap verifikasi, peneliti dapat meneliti kembali mengenai
keabsahan datanya di mulai dari responden, apakah responden tersebut
termasuk yang diharapkan peneliti atau tidak.

4. Analisis data

Langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data yang sudah


terkumpul kemudian mengkaitkan antara data-data dari proses
pengumpulan data yaitu melalui wawancara dan observasi dengan sumber
datanya seperti undang-undang, buku-buku, kitab-kitab, jurnal, dan lain-
lain. Sebagainya untuk memperoleh hasil yang lebih efisien dan sempurna
sesuai dengan yang peneliti harapkan.

Metode analisis yang dipakai penulis adalah deskriptif, kualitatif,


yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan
kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.

5. Kesimpulan

Setelah proses analisa data selesai maka dilakukan kesimpulan dari


analisis data untuk menyempurnakan penelitian tersebut dengan tujuan
untuk mendapatkan suatu jawaban suatu jawaban dari hasil penelitia yang
dilakukan.

26

Anda mungkin juga menyukai