DAN AMAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak
ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan, baik di
negara maju maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit-unit
pelayanan kesehatan misalnya di rumah sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun
di masyarakat luas (Anonim, 2000).
Peresepan obat yang rasional sangat didambakan berbagai pihak, baik oleh
dokter, apoteker, maupun pasien, sehingga diperoleh peresepan obat yang efektif
dan efisien (Mundariningsih, dkk., 2007). Salah satu indikator keberhasilan
peresepan obat rasional di rumah sakit antara lain persentase penggunaan
antibiotik, persentase penggunaan obat generik, dan persentase penggunaan obat
esensial (ketaatan penggunaan formularium) benar-benar diterapkan sesuai aturan
(Anonim, 2006).
Obat yang digunakan di rumah sakit umumnya adalah obat generik, karena
harga obat nama dagang lebih mahal antara 3-5 kali daripada obat generik.
Penulisan resep di rumah sakit pemerintah selain mengacu pada Formularium
Rumah Sakit, juga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 085 /
Menkes/ Per/ I/ 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan
obat generik di sakit umum pemerintah (Supardi, dkk., 2005
Antibiotik merupakan jenis obat yang paling banyak digunakan, hal ini tidak
lepas dari tingginya angka kejadian infeksi dalam populasi dibandingkan penyakit-
penyakit lainnya. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama dalam kasus
kematian pada masyarakat sepanjang abad 20 seiring dengan meningkatnya arus
urbanisasi pada negara-negara berkembang, sedikitnya 100.000 kasus di rumah
sakit di Inggris pertahunnya disebabkan karena infeksi, dengan angka kematian
mencapai 5000 kematian (Andriani, dkk., 2003). Keberhasilan antibiotik
menyembuhkan banyak penyakit infeksi membuat dokter dan masyarakat percaya
akan kemampuannya membunuh segala macam kuman (Zubaidi, J., 1996).
Ketidaktepatan pemakaian antibiotik dalam klinik merupakan hal yang serius
karena kemungkinan dampak negatif yang mungkin terjadi misalnya tidak
tercapainya tujuan terapi (penyembuhan atau pencegahan infeksi), meningkatnya
efek samping obat, dan pemborosan dari segi ekonomi (Andriani, dkk., 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka
dapat dirumuskan masalah berapakah persentase penggunaan antibiotik, jenis yang
banyak diresepkan, persentase penulisan obat generik, dan kesesuaian dengan
formularium rumah sakit pada pasien rawat jalan di RS Amanah Umat Purworejo.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase penggunaan antibiotik,
jenis yang banyak diresepkan, persentase penulisan obat generik, dan kesesuaian
dengan formularium Rumah Sakit pada pasien rawat jalan di RS Amanah Umat
Purworejo.
4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu
minumlah obat sesuai dengan aturan pakainya : saat makan atau sebelum
makan dan sesudah makan. Waktu yang tepat untuk minum obat : Pada
saat makan/ segera setelah makan : Sebelum makan (1/2 – 1 jam sebelum
makan), Sesudah makan (1/2 jam sesudah makan)
6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman
jenis lain
7. Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik)
8. Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi
denga dokter
10. Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat,
segera konsultasikan ke dokter atau apoteker
Maslah pada peredaran darah; detak jantung yang cepat, merasa pusing,
pucat, kehilangan kesadaran
Minum obat juga ada aturannya, aturan itu dibuat supaya kerja obat dalm
tubuh kita bisa maksimal. Sebelum minum obat sebaiknya kita cek, sudah
benar atau belum cara minum obat kita
Cek Label
Baca baik-baik label obatnya, terutama kalau kita membeli obat bebas
yang nggak memerlukan resep dokter. Lihat tanggal kadaluarsa dan
perhatikan isi obat tersebut. Yang paling penting juga, jangan sampai obat
tersebut mengandung zat yang bisa memicu alergi buat kita.
Dosis Pas
Tepat Waktu
Setiap obat diminum dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang satu kali
sehari, ada juga yang tiga kali sehari. Kalau kita harus minum obat tiga
kali sehari, berarti menghitungnya adalah 24 jam dibagi tiga. Itu berarti
kita harus minum obat tersebut setiap 8 jam. Jeda waktu ini dimaksudkan
untuk memberikan waktu yang cukup lama untuk obat itu bekerja di tubuh
sebelum dibuang lagi melalui keringat, urin, atau feces.
Habiskan Antibiotik
Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa sudah
membaik. Soalnya, dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu
tertentu sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Kalau obat nggak
dihabiskan, kita membuka peluang buat si kuman penyakit balik lagi ke
tubuh kita karena nggak ditumpas sampai habis.
Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat dengan
teh bisa menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan kalau
diminum dengan susu, bisa menimbulkan reaksi tertentu yang juga bikin
khasiat obat jadi hilang.
Jangan Dicampur
Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain. Soalnya, kita nggak
tahu efek yang mungkin ditimbulkan dari kedua obat tersebut. Untuk
menghindari kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter atau apoteker.
Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah ;
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah
terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat
yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak
mudah dijangkau anak-anak.
2. Simpa sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada
suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap
cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik
yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari
pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
3. Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada
etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan
obat yang penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui keterang`n
obat dengan lengkap
4. Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut
jenisnya, untuk memudahkan ketika kita mencarinya.
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.
F. ATURAN PENYIMPANAN
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab
dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh
anak2, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya
kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis. insulin.
2. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di
leafleat atau yang diresep dokter.
3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi,
pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
A. PENGERTIAN
TINJAUAN LITERATUR
Peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk
mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain
yang bukan obat, biologis, atau makanan.
Peralatan medis seringkali mengakibatkan efek-efek yang tidak
diinginkan pada klien. Peristiwa yang merugikan adalah kejadian di mana
peralatan medis telah, atau mungkin memiliki, menyebabkan atau
berkontribusi pada kematian atau luka berat (FDA Kode Peraturan, Federal 21
2010). Masalah yang sering peralatan aktual atau potensial dan dapat terjadi
karena beberapa alasan. Dua alasan sering dilaporkan kepada FDA melibatkan
masalah peralatan (a) manufaktur dan (b) interaksi manusia (faktor manusia).
Faktor manusia disebut sebagai 'ergonomi dan faktor manusia rekayasa' fokus
pada interaksi manusia-mesin (Bogner, 1994).
ALAT KESEHATAN
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Peralatan medis berkisar dari item yang sederhana seperti stik sampai
peralatan yang lebih kompleks, seperti ventilator. Mereka mewakili beberapa
teknologi yang paling inovatif yang dikembangkan dalam beberapa tahun
terakhir. Sebuah peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan
untuk mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi
lain yang bukan obat, biologis, atau makanan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
116/SK/79, Alat kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2. Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
3. Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol
infus
5. Peralatan obstetri dan hgynekologi
6. Pelalatan anestesi
7. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8. Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9. Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata
2. Hati-hati Alat yang ada rodanya (Tiang infus, Over Bed Table,
dll) ”RESIKO JATUH”
1. Alarm bunyi
Saat Di Rumah
Saat menggunakan alat medis di rumah, perhatikan beberapa hal berikut;
a. Satuan Alat ukur: Pastikan satuan hasil ukurnya sudah sesuai dengan
standart yang anda inginkan, sehingga saat hasilnya tertera dialat tidak
salah mengartikan dan tidak salah merespon hasil.
b. Alat observasi/pemantauan: Pastikan petugas telah menjelaskan
instruksi kerja/petunjuk tehnis penggunaan alat yang akan digunakan
dirumah. Termasuk hal-hal penting yang bisa mempengaruhi hasil
pemantauan.
d. Kenali faktor-faktor yang bisa membuat alat medis tersebut rusak atau
tidak berfungsi, konsultasikan jika terjadi perubahan fungsi/rusak.
D. PERSYARATAN PERALATAN
Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan
zat lain dapat menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan,
atau sebaliknya bisa terjadi peningkatan efek samping dari obat itu sendiri.
Interaksi antara obat dengan makanan dapat terjadi jika makanan yang kita
makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan sehingga
mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh
berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat
tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME)
obat.
B. BERDASARKAN JENIS ATAU BENTUKNYA INTERAKSI OBAT
DIKLASIFIKASIKAN ATAS:
Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia
suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang
inkompatibel akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering
terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat.
Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat
lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.
A. PENGERTIAN
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Bila diet dilakukan di rumah
sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan/atau
membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang digunakan adalah
Diet Rumah Sakit ( Hospital Diet ).
Nutrisi diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup
untuk memenfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh
kembang dan pemeliharaan tubuh.
B. TERAPI NUTRISI
E. JENIS MAKANAN
1. Diet energy tinggi protein tinggi
Diet energi tinggi protein ( ETPT ) adalah diet yang mengandung
energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet ini diberikan bila
pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan menerima makanan
lengkap.
Tujuan diet :
Memenuhi kebutuhan energi dan
protein yang meningkat untukn mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh
Menambah berat badan hingga
mencapai berat badan normal
Indikasi
a. Kurang energi protein ( KEP )
b. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, multi trauma sera selama
radioterapi dan kemoterapi
c. Luka bakar dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi
d. Hipertiroid, hamil, dan post partum dimana kebutuhan energi dan
protein meningkat
2. Diet energi rendah
Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya dibawah
kebutuhan normal, cukup Vitamin dan mineral, serta banyak
mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat
badan.
Tujuan diet
Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur ,
gender dan kebutuhan fisik.
a. Mencapai IMI normal yaitu 18,5 – 25 kg/m2
b. Mengurangi asupan energi, sehingga teerapai penurunan berat
badan sebanyak setengah – 1 kg/ minggu. Pastikan yang
berkurang adalah sel lemak dengan mengukur lemak lipatan
kulit dan lingkar pinggang.
Indikasi
Diet ini diberikan pada pasien yang berdasarkan perhitungan
mempunyai IMI lebih dari 25 kg/m2. Sesuai dengan kemampuan
pasien, diet energi rendah dapat diberikan secara perorangan. Diet
diberikan sapai tercapai berat badan normal.
3. Diet Garam Rendah
Diet garam rendah adalah program natrium seperti yang
terdapat di dalam garam dapur ( NACL ) , soda kue ( NaHCO3 ),
baking powder, natrium benzoat dan vetsin ( mono sodium glutanat )
Tujuan diet :
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan
retensi garam air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi
Indikasi :
Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan atau hipertensi besar pada pengolahan makananya tidak
ditambahkan ggaam dapur. Hindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
4. Diet Serat tinggi
Pada umumnya serat tinggi mengandung energi rendah dengan
demikian dapat memmbantlu menurunkan berat badan. Menimbulkan
rasa kenyang sehingg menunda rasa lapar. Serat tidak dapat dicerna
oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat erdiri
dari 2 golongan : serat larut air dan tidak larut air.
Tujuan diet :
Untuk memberi makans sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat
sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan
normal.
Indikasi :
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan
penyakit divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan
pemberian penyakit.
5. Diet Serat Rendah
Adalah makan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat
dan hanya sedikit meninggalkan sisa.
Tujuan diet ;
Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang
sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume
feses dan tidak merangsang saluran cerna.
Indikasi :
Diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan sluran
cerna akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian
saluran cerna, hemorod berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran
cerna.
A. PENGERTIAN
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara orang yang satu
dengan orang lain berbeda perasaan nyerinya, dan hanya orang itu yang dapat
menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya.
Pengertian nyeri menurut para ahli adalah:
a. Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg
B. JENIS-JENIS NYERI
1. Nyeri akut → Nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri Kronis → Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya
berlangsung dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3. Nyeri Somatis → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit
pada otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada bagian tubuh
lainnya.
4. Nyeri Viseral → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit
pada otot dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar pada bagian tubuh lainnya.
5. Nyeri Menjalar → Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya
terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
6. Nyeri Psikogenik → Nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul
akibat psikologis.
7. Nyeri Phantom → Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas
diamputasi.
8. Nyeri Neurologis → Merupakan nyeri yang tajam karena adanya spasme
disepanjang atau beberapa jalur saraf.
D. PENANGANAN NYERI
1. Farmakologis
a. SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
Dua jenis utama SAID murni:
1) Agonis murni
2) Kombinasi agonis-integonis
b. NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)
2. Non Farmakologis
Penanganan fisik meliputi:
Message kulit
Stimulasi Kontralateral
Tens
Pijat refleksi
Plasebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Distraksi
Relaksasi
Komunikasi terapeutik
Hipnosis
Biofeedback
3. Penanganan Kognitif
4. Regional Analgesia
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada
batang saraf. Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana
saraf terlindungi tulang.
Terdiri atas 2 analgesia yaitu:
Analgesia Lokal
Analgesia Infiltrasi
SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA WAJAH
SKALA OUCHER
F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI:
1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan
area nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh
yang mengalami nyeri.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya
untuk menetukan intensitas nyeri pasien.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat
perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan
nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi
nyeri.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5. Faktor presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh,
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor
lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik
dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
A. PENGERTIAN
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang
memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan
adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat
penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita seoptimal
mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.
1. Medis
2. Sosial
3. Edukasional
4. Vokasional
Bell's Palsy
Post Stroke
Cerebral Palsy
Tennis Elbow
Osteo arthritis
Gout Artritis
Scoliosis
Pyriformis Syndrom
Hernia nucleus Pulposus
Paraplegia - Tetraplegia
Frozen Shoulder
Rheumatoid Arthritis
Monoparese extremitas
Sport Injuries
1. Pelayananan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan.
2. Pelayanan Okupasi Terapi
Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang
melalui remediasi dan fasilitasi.
5. Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental
emosianal serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
sakit, penyakit dan cedera.
1. Penyakit Anak :
- Bronkhitis dengan Bentuk Lama
- Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir
- Kaki bengkok (CTEV)
- Keterlambatan Perkembangan Anak
- Penyakit Otot pada Anak
2. Penyakit Syaraf
- Nyeri Pinggang
- Leher Cengeng
- Kelumpuhan
- Stroke
3. Bedah :
- Pasca Operasi Patah Tulang
- Luka Bakar
- Pasca Amputasi
- Nyeri Pasca Operasi
4. Penyakit dalam
- Rematik
- Osteoporosis
- Akibat Penyakit Kencing Manis
5. Penyakit Kandungan
- Senam Hamil
- Senam Nifas
- Radang Saluran Indung Telur