Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PENGGUNAAN OBAT SECARA EFEKTIF

DAN AMAN

RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO


2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak
ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan, baik di
negara maju maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit-unit
pelayanan kesehatan misalnya di rumah sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun
di masyarakat luas (Anonim, 2000).
Peresepan obat yang rasional sangat didambakan berbagai pihak, baik oleh
dokter, apoteker, maupun pasien, sehingga diperoleh peresepan obat yang efektif
dan efisien (Mundariningsih, dkk., 2007). Salah satu indikator keberhasilan
peresepan obat rasional di rumah sakit antara lain persentase penggunaan
antibiotik, persentase penggunaan obat generik, dan persentase penggunaan obat
esensial (ketaatan penggunaan formularium) benar-benar diterapkan sesuai aturan
(Anonim, 2006).
Obat yang digunakan di rumah sakit umumnya adalah obat generik, karena
harga obat nama dagang lebih mahal antara 3-5 kali daripada obat generik.
Penulisan resep di rumah sakit pemerintah selain mengacu pada Formularium
Rumah Sakit, juga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 085 /
Menkes/ Per/ I/ 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan
obat generik di sakit umum pemerintah (Supardi, dkk., 2005
Antibiotik merupakan jenis obat yang paling banyak digunakan, hal ini tidak
lepas dari tingginya angka kejadian infeksi dalam populasi dibandingkan penyakit-
penyakit lainnya. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama dalam kasus
kematian pada masyarakat sepanjang abad 20 seiring dengan meningkatnya arus
urbanisasi pada negara-negara berkembang, sedikitnya 100.000 kasus di rumah
sakit di Inggris pertahunnya disebabkan karena infeksi, dengan angka kematian
mencapai 5000 kematian (Andriani, dkk., 2003). Keberhasilan antibiotik
menyembuhkan banyak penyakit infeksi membuat dokter dan masyarakat percaya
akan kemampuannya membunuh segala macam kuman (Zubaidi, J., 1996).
Ketidaktepatan pemakaian antibiotik dalam klinik merupakan hal yang serius
karena kemungkinan dampak negatif yang mungkin terjadi misalnya tidak
tercapainya tujuan terapi (penyembuhan atau pencegahan infeksi), meningkatnya
efek samping obat, dan pemborosan dari segi ekonomi (Andriani, dkk., 2003).

Penggunaan secara berlebihan juga dapat menimbulkan masalah resistensi.


Masalah resistensi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara-negara
maju, oleh karena itu perlu pengamatan yang cermat dan berkesinambungan
tentang perkembangan resistensi agar pengobatan terhadap penyakit infeksi dapat
dilakukan secara rasional dan terhindar dari kegagalan ( Zubaidi, J., 1996).
Berdasarkan hasil penelitian uji kepekaan Escherichia coli yang diisolasi dari tinja
penderita diare di Rumah Sakit Dr.Moewardi terhadap beberapa antibiotik,
menunjukkan bahwa 92,6% sensitif terhadap siprofloksasin, 77,8% sensitif
terhadap kloramfenikol, 48,15% sensitif terhadap tetrasiklin, dan 11,11% sensitif
terhadap amoksisilin (Eriyani, 2004).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tentang
berapakah persentase penggunaan antibiotik, jenis yang banyak diresepkan,
persentase penulisan obat generik, dan kesesuaian dengan formularium Rumah
Sakit, pada pasien rawat jalan di RS Amanah Umat Purworejo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka
dapat dirumuskan masalah berapakah persentase penggunaan antibiotik, jenis yang
banyak diresepkan, persentase penulisan obat generik, dan kesesuaian dengan
formularium rumah sakit pada pasien rawat jalan di RS Amanah Umat Purworejo.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase penggunaan antibiotik,
jenis yang banyak diresepkan, persentase penulisan obat generik, dan kesesuaian
dengan formularium Rumah Sakit pada pasien rawat jalan di RS Amanah Umat
Purworejo.

MATERI PENDIDIKAN STANDAR MINIMAL PADA PASIEN DAN


KEUARGA

1. PENGGUNAAN OBAT YANG AMAN


A. PENGERTIAN
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemuihan dan peningkatan kesehatan untuk manusia. Bila obat
tidak digunakan secara efektif dan aman akan mengakibatkan kegagalan
pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

B. CARA PENGGUNAAN OBAT YANG EFEKTIF DAN AMAN


1. Informasikan kepada dokter mengenai ada atau tidaknya alergi obat

2. Baca aturan pakai obat dengan jelas

3. Minum obat sesuai waktu yag ditentukan

4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu
minumlah obat sesuai dengan aturan pakainya : saat makan atau sebelum
makan dan sesudah makan. Waktu yang tepat untuk minum obat : Pada
saat makan/ segera setelah makan : Sebelum makan (1/2 – 1 jam sebelum
makan), Sesudah makan (1/2 jam sesudah makan)

5. Simpanlah obat di tempat kering, terlindung dari cahaya matahari


langsung, jauhkan dari jangkauan anak anak dan jika perlu di simpan di
lemari pendingin (bukan freezer)

6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman
jenis lain

7. Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik)

8. Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi
denga dokter

9. Jangan menghentikan pengobatan sebelum berkonsultasi

10. Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat,
segera konsultasikan ke dokter atau apoteker

C. WASPADAI KEMUNGKINAN ALERGI TERHADAP OBAT TERTENTU


Beberapa orang mungkin sangat sensitive terhadap kandungan aktif dari
beberapa obat. Hal ini dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi, seperti
batuk, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah, gatal-gatal pada kulit, atau
bintik merah dan bengkak. Apabila anda ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai alergi obat atau reaksi alergi pada kandungan obat pereda nyeri
yang dijual bebas, konsultasikan dengan dokter atau apoteker anda sebelum
menggunakannya. Gejala-gejala alergi yang harus diwaspadai dan diobati,
meliputi:4
 Masalah pada jaringan: pembengkakan pada tenggorokan dan lidah, suara
serak, suara tarikan napas yang terdengar keras.
 Masalah pernapasan: sesak napas.

 Maslah pada peredaran darah; detak jantung yang cepat, merasa pusing,
pucat, kehilangan kesadaran

D. TEPAT MINUM OBAT

Minum obat juga ada aturannya, aturan itu dibuat supaya kerja obat dalm
tubuh kita bisa maksimal. Sebelum minum obat sebaiknya kita cek, sudah
benar atau belum cara minum obat kita

 Cek Label
Baca baik-baik label obatnya, terutama kalau kita membeli obat bebas
yang nggak memerlukan resep dokter. Lihat tanggal kadaluarsa dan
perhatikan isi obat tersebut. Yang paling penting juga, jangan sampai obat
tersebut mengandung zat yang bisa memicu alergi buat kita.

 Dosis Pas

Minum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Soalnya, menurut Patrick J.


McDonnel, dosen di Temple University of Pharmacy di Philadelphia,
sebagian besar obat memiliki efek samping yang nggak bagus kalau
diminum berlebihan. Jadi, kalau dosisnya satu tablet, jangan ditambah
jadi dua atau tiga, ya.

 Tepat Waktu
Setiap obat diminum dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang satu kali
sehari, ada juga yang tiga kali sehari. Kalau kita harus minum obat tiga
kali sehari, berarti menghitungnya adalah 24 jam dibagi tiga. Itu berarti
kita harus minum obat tersebut setiap 8 jam. Jeda waktu ini dimaksudkan
untuk memberikan waktu yang cukup lama untuk obat itu bekerja di tubuh
sebelum dibuang lagi melalui keringat, urin, atau feces.

 Sesudah atau Sebelum Makan?

Sebagian besar obat memang paling baik diminum sesudah makan.


Soalnya, pada saat itu lambung kita sudah selesai menyerap makanan
sehingga proses penyerapan obat pun nggak terganggu. Tapi, ada beberapa
obat yang memang lebih baik dikonsumsi sebelum makan. Jadi, sebaiknya
kita mengikuti saja petunjuk dari dokter.

 Habiskan Antibiotik
Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa sudah
membaik. Soalnya, dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu
tertentu sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Kalau obat nggak
dihabiskan, kita membuka peluang buat si kuman penyakit balik lagi ke
tubuh kita karena nggak ditumpas sampai habis.

 Air Putih Saja

Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat dengan
teh bisa menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan kalau
diminum dengan susu, bisa menimbulkan reaksi tertentu yang juga bikin
khasiat obat jadi hilang.

 Jangan Dicampur

Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain. Soalnya, kita nggak
tahu efek yang mungkin ditimbulkan dari kedua obat tersebut. Untuk
menghindari kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter atau apoteker.

E. CARA PENYIMPANAN OBAT


Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga
berpotensi mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan
tentang obat dan penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan terhindar
dari bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih
banyak memetik manfaatnya, seperti halnya anda memetik manfaat dengan
melakukan sarapan pagi. Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas
kesehatan, pemakaian obat juga terjadi peningkatan. Orang cenderung
mempunyai persediaan obat dirumah untuk keadaan-keadaan darurat tertentu
atau bagi orang-orang yang memang harus mengkonsumsi obat dalam jangka
waktu tertentu. Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan
tergantung dari karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak
kehilangan efeknya.
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara
dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat
kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh
dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur.
Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya
sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun.
berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium.
Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan
diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap
terlalu banyak dan obat harus dibuang.

Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah ;
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah
terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat
yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak
mudah dijangkau anak-anak.
2. Simpa sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada
suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap
cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik
yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari
pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
3. Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada
etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan
obat yang penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui keterang`n
obat dengan lengkap
4. Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
 Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut
jenisnya, untuk memudahkan ketika kita mencarinya.

 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

 Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.

 Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.

 Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

 Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.

 Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

 Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.

F. ATURAN PENYIMPANAN
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab
dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh
anak2, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya
kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis. insulin.

G. LAMA PENYIMPANAN OBAT


Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya,
karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu
terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang
mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada
obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi
pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka
zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara
keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata,
atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes
mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan
dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali
dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di
negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum bagaimana cara
menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian
hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh.
Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa
tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari
jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah
dibuka. Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila
obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai

Jangka Waktu Penyimpanan


tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan
salep/pasta (tube) 3 tahun salep/pasta 6 bulan
serbuk/tabor 1 tahun pot cairan untuk kulit 6 bulan
pil 1 tahun tet .telinga 6 bulan
krim/gel (tube) 6 bulan tet/sempr.hidung 3 bulan
larutan tetesan 6 bulan krem (pot) 3 bulan
suspensi 6 bulan tet/bilasan mata 1 bulan

H. EFEK SAMPING OBAT


Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan
berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat,
seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis
atau kadar obat pada organ sasaran.
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal
ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam
memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek
tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya
penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang
banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan
makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan
alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat
berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort
(Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang.
Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperaan
dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga
pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan
kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk
pencegahan (gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti
inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam
serta morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau
leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut
status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan
antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.

I. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EFEK SAMPING OBAT


1. Faktor Pasien
Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita.
Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism belum
sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih
besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya
sudah menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan
hati dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat
menyebabkan efek samping yang serius.
2. Faktor Obat
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan
adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan
tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek
samping yang berbeda

J. CARA MENCEGAH TIMBULNYA EFEK SAMPING OBAT


1. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera
di leafleat atau yang diresepkan dokter.

2. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di
leafleat atau yang diresep dokter.

3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi,
pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.

4. Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat

5. Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat


tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang
meminum obat lain atau suplemen herbal

6. Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus

7. Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang

2. PENGGUNAN ALAT MEDIS YANG AMAN

A. PENGERTIAN
TINJAUAN LITERATUR
Peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk
mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain
yang bukan obat, biologis, atau makanan.
Peralatan medis seringkali mengakibatkan efek-efek yang tidak
diinginkan pada klien. Peristiwa yang merugikan adalah kejadian di mana
peralatan medis telah, atau mungkin memiliki, menyebabkan atau
berkontribusi pada kematian atau luka berat (FDA Kode Peraturan, Federal 21
2010). Masalah yang sering peralatan aktual atau potensial dan dapat terjadi
karena beberapa alasan. Dua alasan sering dilaporkan kepada FDA melibatkan
masalah peralatan (a) manufaktur dan (b) interaksi manusia (faktor manusia).
Faktor manusia disebut sebagai 'ergonomi dan faktor manusia rekayasa' fokus
pada interaksi manusia-mesin (Bogner, 1994).
ALAT KESEHATAN
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Peralatan medis berkisar dari item yang sederhana seperti stik sampai
peralatan yang lebih kompleks, seperti ventilator. Mereka mewakili beberapa
teknologi yang paling inovatif yang dikembangkan dalam beberapa tahun
terakhir. Sebuah peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan
untuk mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi
lain yang bukan obat, biologis, atau makanan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
116/SK/79, Alat kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2. Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
3. Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol
infus
5. Peralatan obstetri dan hgynekologi
6. Pelalatan anestesi
7. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8. Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9. Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata

B. JENIS DAN MACAM PERALATAN MEDIS


1. Alat ukur/alat diagnosis
a. Alat Ukur gula darah sewaktu/GDS
b. Alat ukur tekanan darah

c. Alat ukur denyut nadi & tekanan darah.


2. Alat bantu pemberian obat
a. Infus pump
b. Syringe pump

c. Alat suntik insulin,missal;

d. Alat bantu dengar


e. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisys)

f. Alat Bantu Rehabilitasi Medik.


3. Alat bantu pemantauan/observasi
a. Holter
b. ABP(Ambulatory Blood Presure)

c. Observasi gambaran jantung

C. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI / DIPERHATIKAN


 Saat Di Rumah Sakit
a. Semua peralatan medis yang berada dan digunakan selama perawatan
di dalam rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas pemberi
pelayanan
b. Awasi anak-anak atau geriatric/manula/usia lanjut jika ada di
(khususnya) ruang perawatan terhadap alat medis yang digunakan
seperti;

1. Tombol di Tempat Tidur Elektrik

2. Hati-hati Alat yang ada rodanya (Tiang infus, Over Bed Table,
dll) ”RESIKO JATUH”

c. Segera Beri tahu Petugas jika menemukan hal berikut;

1. Alarm bunyi

2. Mesin peralatan medis mati/OFF

3. Aliran obat tidak mengalir.

4. Peralatan medis Lepas dari pemasangan.

 Saat Di Rumah
Saat menggunakan alat medis di rumah, perhatikan beberapa hal berikut;
a. Satuan Alat ukur: Pastikan satuan hasil ukurnya sudah sesuai dengan
standart yang anda inginkan, sehingga saat hasilnya tertera dialat tidak
salah mengartikan dan tidak salah merespon hasil.
b. Alat observasi/pemantauan: Pastikan petugas telah menjelaskan
instruksi kerja/petunjuk tehnis penggunaan alat yang akan digunakan
dirumah. Termasuk hal-hal penting yang bisa mempengaruhi hasil
pemantauan.

c. Alat suntik: Pastikan petugas menjelaskan cara menggunakan alat


tersebut dan khususnya cara pengaturan dosis obatnya.

d. Kenali faktor-faktor yang bisa membuat alat medis tersebut rusak atau
tidak berfungsi, konsultasikan jika terjadi perubahan fungsi/rusak.

D. MAKSUD DAN TUJUAN PENGGUNAAN ALAT MEDIS


1. Untuk mencapai target waktu
2. Untuk mencapai target dosis

3. Untuk diagnosis /alat ukur

4. Untuk sarana observasi/pemantauan

5. Alat bantu dengar

6. Alat bantu jalan

7. Sarana kemanan dan keselamatan

D. PERSYARATAN PERALATAN

1. Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi


standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan baik pakai;
2. Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai
Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan
yang berwenang;

3. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan


harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;

4. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan


sesuai dengan indikasi medis pasien;

5. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh


petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya;

6. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala


dan berkesinambungan;
7. Ketentuan mengenai pengujian dan/ atau kalibrasi peralatan medis, standar
yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN DAN MAKANAN


 INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT
A. PENGERTIAN
DEFENISI DAN TERMINOLOGI
 Kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat.
Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya.
 Modifikasi efek suatu obat lain yang diberikan bersamaan.
Bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan
suatu obat berubah.
 Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa
kimia lain.
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas,
atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Potensi obat
dapat dirasakan setelah terjadi reaksi kimia di dalam tubuh. Reaksi kimia
dapat terjadi antar obat atau obat dengan bahan lain di luar obat yang
dikonsumsi dalam waktu bersamaan.

Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan
zat lain dapat menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan,
atau sebaliknya bisa terjadi peningkatan efek samping dari obat itu sendiri.
Interaksi antara obat dengan makanan dapat terjadi jika makanan yang kita
makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan sehingga
mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh
berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat
tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME)
obat.
B. BERDASARKAN JENIS ATAU BENTUKNYA INTERAKSI OBAT
DIKLASIFIKASIKAN ATAS:

1. Interaksi secara kimia atau farmasetis

Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia
suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang
inkompatibel akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering
terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam obat.

2. Interaksi secara farmakokinetik

Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi


absorpsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi obat
lain.

3. Interaksi secara fisiologi

Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat
lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.

4. Interaksi secara farmakodinamik

Secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi aktivitas


obat lain pada atau dekat sisi reseptornya.

C. AKIBAT INTERAKSI OBAT


a. Sumasi (adiktif).
b. Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk mensintesa
dihidrofolat, sedangkan trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat
menjadi tetrahidrofolat. Kedua obat ini bila diberikan bersama-sama akan
memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai obat anti bakteri.
c. Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker) mengurangi
efektifitas obat-obat bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan
agonis beta reseptor.
d. Potensiasi, contoh :
 banyak diuretika yang menurunkan kadar kalium plasma, dan yang
akan memperkuat efek glikosid jantung yang mempermudah
timbulnya toksisitas glikosid.
 Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah
noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena itu
memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan tiramin yang
bekerja dengan cara melepaskan noradrenalin.
D. KLASIFIKASI INTERAKSI OBAT
1. Minor drug interaction, umumnya tidak terlalu berpengaruh pada efek
klinik dan tidak membutuhkan perubahan regiment terapi. (contoh :
Furocemid adn hydralazine).
2. Moderate drugs interaction, jika terjadi interaksi membutuhkan
penyesuaian dosis dan monitoring ketat. (contoh : Rifampin and
isoniazid)
3. Severe drugs interaction, interaksi ini harus dihindari sedapat mungkin,
karena berpotensi menimbulkan toksisitas yang berbahaya. (contoh : Keto
conazole).

E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN INTERAKSI OBAT


1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan scr klinik
2. Interaksi tidak selamanya merugikan.
3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk
mengobati
penyakit yang sama.
5.Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.

F. MANFAAT INTERAKSI OBAT


1. Meningkatkan Kerja Obat
Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein
2. Mengurangi Efek Samping
Contoh : anestetika dan adrenalin
3. Memperluas Spektrum
Contoh : kombinasi antiinfeksi
4. Memperpanjang Kerja Obat
Probenesid dan penisilin.

G. PASIEN YANG RENTAN TERHADAP INTERAKSI OBAT


 Pasien lanjut usia
 Pasien yang mengkonsumsi lebih dari satu macam obat
 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
 Pasien dengan penyakit akut
 Pasien dengan penyakit yang tidak tidak stabil (kadang kambuh)
 Pasien dengan karakteristik genetik tertentu
 Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.
H. INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
A. PENGERTIAN
Setiap saat, ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu
obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan.
Interaksi seperti itu bisa terjadi, tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh
makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan tertentu.
Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat yang diresepkan oleh
dokter, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet.
Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada
kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya
tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan anda.

B. PROSES MAKANAN DAN OBAT BERINTERAKSI


Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-
perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda,
atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling
umum terjadi, dimana makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan
mengubah cara obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh anda.
Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada
sebagian besar obat, metabolisme adalah proses yang terjadi di dalam
tubuh terhadap obat dimana obat yang semula aktif/ berkhasiat, diubah
menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari tubuh. Sebagian
obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif setelah
dimetabolisme, dan setelah bekerja memberikan efek terapinya,
dimetabolisme lagi menjadi bentuk lain yang tidak aktif untuk selanjutnya
dikeluarkan dari tubuh. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim
ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau
memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan
mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan
dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat
akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek
samping yang tidak dikehendaki.

C. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN YANG UMUM TERJADI


Makanan yang mengandung zat Tyramine ( seperti bir, anggur,
alpukat, beberapa jenis keju, dan berbagai daging olahan ) memperlambat
kerja enzim yang memetabolisme obat penghambat MAO ( kelompok
obat antidepresi ) dan dapat menyebabkan efek yang berbahaya, termasuk
tekanan darah tinggi yang serius. Beberapa jenis makanan dapat
mencegah obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan
yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya,
jika anda meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik
tetrasiklin, calcium yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin,
membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke
dalam darah. Sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak
akan terjadi. Di sisi lain, meminum segelas jus citrus bersamaan dengan
suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena
vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi.
Akhirnya, beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang
diinginkan dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat
pengencer darah warfarin seharusnya tidak mengkonsumsi secara
bersamaan dengan makanan yang banyak mengandung vitamin K seperto
brokoli, atau bayam. Vitamin K membantu pembekuan darah, sehingga
melawan efek dari obat warfarin. Efek yang sebaliknya, terjadi dengan
vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini
menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin.

D. CONTOH INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN


Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-
obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu pada waktu
memakannya. Berikut adalah beberapa contohnya:
Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin
kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat
tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi
tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada
saat yang sama dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan
aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara
bersamaan dengan obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan
asam di perut
8. Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan
produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
9. Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada)
harus dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi
antikoagulan (misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran
itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko
trombosis (pembekuan darah).
10. Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin,
ciprofloxacin, norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi,
tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah menghindari
minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.

Situs obat-obat dan interaksi obat-makanan seperti ini :

E. AKIBAT INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN


1. Dapat menghambat kerja obat
2. Muncul efek samping obat yang merugikan atau
menguntungkan
3. Muncul efek samping baru

F. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENGHINDARI


TERJADINYA INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN:
1. Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat aslinya sehingga
memudahkan
untuk mendapatkan informasi mengenai obat pada label obat.
2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memehami dapat
ditanyakan kepada apoteker atau dokter.
3. Bacalah aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum dalam lebel dan wadah obat.
4. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
5. Tanyakan kepada apoteker atau dokter mengenai informasi tentang
makanan, minuman dan suplemen serta yang harus dihindari ketika
minum obat.

4. DIET DAN NUTRISI

A. PENGERTIAN
 Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Bila diet dilakukan di rumah
sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan/atau
membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang digunakan adalah
Diet Rumah Sakit ( Hospital Diet ).
 Nutrisi diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup
untuk memenfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh
kembang dan pemeliharaan tubuh.

B. TERAPI NUTRISI

Terapi nutrisi adalah penggunaan layanan nutrisi khusus untuk mengobati


penyakit, luka, atau kondisi lainnya dan mencakup dua hal utama yaitu
penilaian status gizi penderita dan penatalaksanaan yang mencakup terapi
nutrisi, penyuluhan dan penggunaan supplement nutrisi. Terapi nutrisi
membantu tubuh menyingkirkan sel yang rusak dan menggantinya dengan sel
baru yang lebih sehat dan lebih kuat sehingga kesehatan meningkat. Dasar
dari terapi nutrisi adalah untuk penderita dengan penyakit kritis baik yang
disebabkan oleh trauma, luka bakar, pembedahan, khemoterapi, sepsis dan
kausa lainnya.
Jenis terapi nutrisi itu sendiri yaitu terapi nutrisi oral, enteral, panteral dan
terapi nutrisi kombinasi.
 Jenis terapi nutrisi itu sendiri yaitu terapi nutrisi oral, enteral,
panteral dan terapi nutrisi kombinasi. Tetapi nutrisi oral dan enteral
diberikan pada pasien dengan fungsi saluran pencernaan baik
sedangkan terapi nutrisi parenteral dan terapi nutrisi parenteral dan
terapi nutrisi kombinasi diberikan pada pasien dengan fungsi
saluran pencernaan tidak baik.
 Terapi Nutrisi Parenteral (TNPE) diberikan pada pasien dengan
indikasi tidak mau makan, tidak cukup makan, tidak bias makan
dan tidak boleh makan. Rule pemberian TNPE bias melalui vena
sentral dan vena perifer. Perbedaan penggunaan vena sentral dan
perifer dilihat dari lamanya terapi, batas osmolaritas, stress
metabolic dan derajat malnutrisi.

C. STANDAR MAKANAN RUMAH SAKIT


Standar makanan rumah sakit merupakan pedoman pemberian makanan bagi pasien
di rumah sakit. Ada 2 golongan yaitu :
1. Makanan Umum
 Merupakan dasar untuk modifikasi makanan khusus
 Dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien
 Susunan makanan sama dengan makanan orang sehat di rumah
2. Makanan Khusus (Therapeotic Diet)
 Perubahan konsistensi : Makanan lunak, makanan saring, makanan
cair
 Penambahan / pengurangan energy : Diet kalori rendah, diet kalori
tinggi
 Penambahan / pengurangan jenis makanan : Diet garam rendah, diet
laktosa rendah, diet albumin tinggi

D. STANDAR BENTUK MAKANAN DI RUMAH SAKIT


1. Makanan Biasa
Pengertian : sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka
ragam, bervareasi dengan entuk, tekstur dan
aroma yang normal.
Tujuan diet : memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh
Indikasi pemberian: diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan
diet khusus berhubungan dengan penyakitnya.
Contoh makanan nasi, lauk sayur
2. Makanan Lunak
Pengertian: makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah,
ditelan dan dicerna dibanding makanan biasa
Tujuan diet ; memberikan makanan dalam bentuk lunak mudah
ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan
keadaan penyakit
Indikasi Pemberian:
 Pasien sesudah operasi tertentu
 Pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan

suhu tubuh tidak terlalu tinggi


 Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan
 Perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa
3. Makanan Saring
Pengertian ; makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih
halus dari pada makan lunak, sehingga lebih
mudah ditelan dan dicerna.
Tujuan diet : memberikan makanan dalam bentuk semi padat
untuk jangka waktu pendek sehingga proses
adaptasi terhadap brntuk makanan yang lebih
padat
Indikasi Pemberian;
 Pasien pasca operasi tertentu
 Infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna
 Pasien kesulitan mengunyah makanan
 Perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak
Ket ; makanan jenis ini kurang ssehat dan Vit C maka sebaiknya
diberikan untuk jangka waktu pendek yaitu selama 1-3 hari saja.
4. Makanan cair
Pengertian : makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental
Jenis makana cair
 Makanan cair jernih
 Makanan cair penuh
 Makanan cair kental
a. Makanan Cair jernih
Pengertian makanan yang disajikan dalam bentuk cairan
jernih pada suhu ruang dengan kandungan sasa
( resdu ) minimal dan tembus pandang bila
diletakan dalam wadah bening.
Tujuan diet
 memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan
sedikit meninggalkan sisa
 mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus
Indikasi pemberian
 diberikan pada pasien pra dan pasca oprasi tertentu
 keadaan mual dan muntah
 sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan saluran
cerna
Ket : makanan ini nilai gizi sangat rendah karena hanya terdiri
dari kandungan karbohierat
b. Makanan Cair Penuh
Pengertian makan yang berbentuk ccair atau semi cair pada
suhu ruang dengan kandungan serat minimal dan
tidak tembus pandang bila diletakkan pada wadah
bening
Tujuan diet - memberikan makanan dengan bentuk cair dan
setengah cair yang memenuhi kebutuhan gizi
 meringankan kerja saluran cerna
Indikasi Pemberian : pasien mempunyai masalah untuk
mengunyah, menelan atau mencerna
mkanan padat. Misalnya pada operasi
mulut dan tenggorokan atau pada
kesadaran menurun

Cara Pemberian : oral, pipa, atau enternal ( NGT ), secara


bolus atau drip ( tetes ) .
c. Makanan Cair Kental
Pengertian makanan yang mempunyai konsentrasi kental/
semi padat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses
mengunyah dan mudah ditelan
Tujuan diet memberikan makanan yang tidak membutuhkan
proses mengunyah, mudah ditelan dan mencegah terjadinya
aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi serta mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.
Indikasi Pemberian
 Pasien yang tidak mampu mengunyah dan menelan
 Untuk menegah aspirasi ( cairan masuk dalam salluran nafas )
seperti, penyakit yang disertai peradangan ulkus npeptikum
atau gangguan struktural atau motorik pada rongga mulut.

E. JENIS MAKANAN
1. Diet energy tinggi protein tinggi
Diet energi tinggi protein ( ETPT ) adalah diet yang mengandung
energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet ini diberikan bila
pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan menerima makanan
lengkap.
Tujuan diet :
 Memenuhi kebutuhan energi dan
protein yang meningkat untukn mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh
 Menambah berat badan hingga
mencapai berat badan normal
Indikasi
a. Kurang energi protein ( KEP )
b. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, multi trauma sera selama
radioterapi dan kemoterapi
c. Luka bakar dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi
d. Hipertiroid, hamil, dan post partum dimana kebutuhan energi dan
protein meningkat
2. Diet energi rendah
Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya dibawah
kebutuhan normal, cukup Vitamin dan mineral, serta banyak
mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat
badan.
Tujuan diet
Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur ,
gender dan kebutuhan fisik.
a. Mencapai IMI normal yaitu 18,5 – 25 kg/m2
b. Mengurangi asupan energi, sehingga teerapai penurunan berat
badan sebanyak setengah – 1 kg/ minggu. Pastikan yang
berkurang adalah sel lemak dengan mengukur lemak lipatan
kulit dan lingkar pinggang.
Indikasi
Diet ini diberikan pada pasien yang berdasarkan perhitungan
mempunyai IMI lebih dari 25 kg/m2. Sesuai dengan kemampuan
pasien, diet energi rendah dapat diberikan secara perorangan. Diet
diberikan sapai tercapai berat badan normal.
3. Diet Garam Rendah
Diet garam rendah adalah program natrium seperti yang
terdapat di dalam garam dapur ( NACL ) , soda kue ( NaHCO3 ),
baking powder, natrium benzoat dan vetsin ( mono sodium glutanat )
Tujuan diet :
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan
retensi garam air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi
Indikasi :
Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan atau hipertensi besar pada pengolahan makananya tidak
ditambahkan ggaam dapur. Hindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
4. Diet Serat tinggi
Pada umumnya serat tinggi mengandung energi rendah dengan
demikian dapat memmbantlu menurunkan berat badan. Menimbulkan
rasa kenyang sehingg menunda rasa lapar. Serat tidak dapat dicerna
oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat erdiri
dari 2 golongan : serat larut air dan tidak larut air.
Tujuan diet :
Untuk memberi makans sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat
sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan
normal.
Indikasi :
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan
penyakit divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan
pemberian penyakit.
5. Diet Serat Rendah
Adalah makan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat
dan hanya sedikit meninggalkan sisa.
Tujuan diet ;
Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang
sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume
feses dan tidak merangsang saluran cerna.
Indikasi :
Diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan sluran
cerna akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian
saluran cerna, hemorod berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran
cerna.

F. TUJUAN PELAYANAN GIZI


Tujuan khusus pelayanan gizi menurut PGRS (2003) adalah :
1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamneses, antropometri, gejala klinis dan biokimia
tubuh.
2. Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
3. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
5. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan
sesuai perubahan klinis, status gizi dan status laboratoriium.
6. Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan pasien.
7. Penyelenggaraan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetik
8. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan
penyakit.
9. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya
diet pada pasien dan keluarganya.
5. Manajemen Nyeri

A. PENGERTIAN
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara orang yang satu
dengan orang lain berbeda perasaan nyerinya, dan hanya orang itu yang dapat
menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya.
Pengertian nyeri menurut para ahli adalah:
a. Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg

keberadaanya diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya.


b. Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental
atau perasaan yg menimbulkan ketegangan.

c. Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul


ketika jaringan sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut bereaksi utk
menghilangkan nyeri.

d. Kozies dan Erb (1983) : sensasi ketidaknyamanan yang dialami sebagai


penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan
fantasi luka. Adapun definisi dari kozier dan Erb, nyeri diperkenalkan sebagai
suatu pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada
pengelolaan fisik semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi
psikologis untuk mengatasi nyeri.
e. Asosiasi Internasional (1979) : Suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan
jaringan baik secara aktual maupun potensial.

B. JENIS-JENIS NYERI
1. Nyeri akut → Nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri Kronis → Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya
berlangsung dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3. Nyeri Somatis → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit
pada otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada bagian tubuh
lainnya.
4. Nyeri Viseral → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit
pada otot dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar pada bagian tubuh lainnya.
5. Nyeri Menjalar → Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya
terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
6. Nyeri Psikogenik → Nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul
akibat psikologis.
7. Nyeri Phantom → Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas
diamputasi.
8. Nyeri Neurologis → Merupakan nyeri yang tajam karena adanya spasme
disepanjang atau beberapa jalur saraf.

C. TAHAPAN FISIOLOGI NYERI


Fisiologis nyeri dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Trasduksi
 Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri untuk melepaskan mediator
kimia (prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yang
mensensitisasi nosiseptor.
 Mediator kimia akan berkonversi menjadi impuls-impuls nyeri elektrik.
2. Tahap Transmisi
Terdiri atas 3 bagian:
a. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C)
ke medula spinalis.
b. Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui
jaras spinotalamikus (STT)  mengenal sifat dan lokasi nyeri.

c. Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat nyeri di


persepsikan.
3. Tahap Persepsi
 Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri.
 Memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi
kompenen sensorik dan afektif nyeri.
4. Tahap Modulasi
 Disebut juga tahap desenden.
 Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal kembali ke medula
spinalis.
 Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan
norepinefrin) yang akan menghambat impuls asenden yang
membahayakan di bagian dorsal medula spinalis.

D. PENANGANAN NYERI
1. Farmakologis
a. SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
Dua jenis utama SAID murni:
1) Agonis murni
2) Kombinasi agonis-integonis
b. NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)
2. Non Farmakologis
Penanganan fisik meliputi:
 Message kulit
 Stimulasi Kontralateral
 Tens
 Pijat refleksi
 Plasebo
 Stimulisasi elektrik
 Akupuntur
 Distraksi
 Relaksasi
 Komunikasi terapeutik
 Hipnosis
 Biofeedback
3. Penanganan Kognitif
4. Regional Analgesia
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada
batang saraf. Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana
saraf terlindungi tulang.
Terdiri atas 2 analgesia yaitu:
 Analgesia Lokal
 Analgesia Infiltrasi

E. MACAM SKALA NYERI


1. Skala Numeris
2. Skala Deskriptif
3. Skala Analog Visual
4. Skala Wajah
5. Skala Oucher

SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF

SKALA ANALOG VISUAL

SKALA WAJAH

SKALA OUCHER
F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI:
1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan
area nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh
yang mengalami nyeri.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya
untuk menetukan intensitas nyeri pasien.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat
perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan
nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi
nyeri.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5. Faktor presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh,
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor
lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik
dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.

G. METODE PENGKAJIAN NYERI


Metode Pengkajian Nyeri Menggunakan PQRST
P (provokes) : Apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas, spontan, stress, setelah
makan dll)?
Q (Quality) : Apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll? Apakah
pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?
R (radiation atau Relief) : Apakah menyebar (rahang, punggung, tangan dll)?
Apa yang membuat lebih baik (posisi)? Apa yang mempertambah buruk
(inspirasi, pergerakan)?
S (Severity atau tanda dan gejala) : Jelaskan skala nyeri dan frekuensi. Apakah
disertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas
pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?
T (time; mulai dan lama) : Kapan mulai nyeri? Apakah konstan atau kadang–
kadang? Bagaimana lama? Tiba–tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda
makan? Frekuensi?
6. Teknik teknik rehabilitasi

A. PENGERTIAN

Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah


pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit,
atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal
di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial,
kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka
tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah
penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan.
Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi
medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan
fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya
bisa kembali normal.

Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang
memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan
adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat
penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita seoptimal
mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.

Rehabilitasi Medik merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat :

1. Medis
2. Sosial

3. Edukasional

4. Vokasional

Ada tiga jenis kecacatan/gangguan/kerusakan yang bisa terjadi pada penderita


yang memerlukan rehabilitasi:
1. Impaimint : kerusakan yang bisa kembali seperti semula
2. Disabilitas : kerusakan yang bisa reversible ataupun irreversible

3. Handicap : kerusakan irreversible, terkait efek lingkungan

B. TUJUAN REHABILITASI MEDIK

Tujuan REHABILITASI MEDIK adalah meningkatkan dan mempertahankan


kemampuan fungsi tubuh dan kemandirian yang optimal, dengan cara :

1. Mencegah terjadinya kelainan tubuh


2. Mencegah dan mengatasi ketidakmampuan tubuh

3. Mencegah dan mengatasi ketunaan tubuh

Berbagai macam penyakit yang perlu tindakan Rehabilitasi Medik, antara


lain :

 Low back pain


 Ischialgia

 Bell's Palsy

 Post Stroke

 Cerebral Palsy

 Tennis Elbow

 Osteo arthritis

 Gout Artritis

 Scoliosis

 Rehabilitation of the Amputee

 Cervical root syndrom

 Pyriformis Syndrom
 Hernia nucleus Pulposus

 Carpal Tunnel Syndrom

 Paraplegia - Tetraplegia

 Frozen Shoulder

 Rheumatoid Arthritis

 Lesi Plexus Brachialis

 Monoparese extremitas

 Sport Injuries

C. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK

Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang


diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui
panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai
kemampuan fungsi yang optimal.
Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi:

1. Pelayananan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan.
2. Pelayanan Okupasi Terapi
Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang
melalui remediasi dan fasilitasi.

3. Pelayanan Terapi Wicara


Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan
kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui
pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapiutis dan
mekanis)
4. Pelayanan Ortotis-Prostetis:
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada
individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna
pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.

5. Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental
emosianal serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi
sakit, penyakit dan cedera.

6. Pelayanan Sosial Medik


Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah sosial akibat dari suatu
keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera untuk bisa kembali ke masyarakat.

Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik :

1. Penyakit Anak :
- Bronkhitis dengan Bentuk Lama
- Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir
- Kaki bengkok (CTEV)
- Keterlambatan Perkembangan Anak
- Penyakit Otot pada Anak
2. Penyakit Syaraf
- Nyeri Pinggang
- Leher Cengeng
- Kelumpuhan
- Stroke

3. Bedah :
- Pasca Operasi Patah Tulang
- Luka Bakar
- Pasca Amputasi
- Nyeri Pasca Operasi

4. Penyakit dalam
- Rematik
- Osteoporosis
- Akibat Penyakit Kencing Manis

5. Penyakit Kandungan
- Senam Hamil
- Senam Nifas
- Radang Saluran Indung Telur

Anda mungkin juga menyukai