Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL TESIS

ANALISIS PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN LAMANDAU,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

pemerataan pembangunan melalui pengembangan kebijakan sektoral dan kinerja

dalam masyarakat terutama di kawasan pedesaan. Pembangunan kawasan desa

menjadi subjek utama dalam pembangunan di Indonesia sehingga menjadi

gerakan masyarakat dalam menciptakan pembangunan yang berasaskan

terwujudnya kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai

Pemerintah Daerah dimana setiap daerah diberikan otonomi khusus untuk

mengurus dan menyelenggarakan roda pemerintahannya secara mandiri dan

pemerintah pusat tidak berhak untuk turut campur serta dalam membuat kebijakan

dan peraturan daerah di suatu kota yang tentunya berkaitan dengan meningkatkan

pelayanan dan pemberdayaan masyarakat daerah secara nyata dan bertanggung

jawab. Disebut nyata berarti pemerintah daerah harus menjalankan segala macam

kewajiban dan kewenangannya dari suatu wilayah ; sedangkan bertanggung jawab

berarti dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah harus benar – benar

sejalan dengan maksud dan tujuan dari semangat otonomi daerah dalam rangka

mengembangkan dan memajukan daerah serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa.
Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan salah satu perwujudan otonomi desa

yang bersumber dari hasil bagi pajak daeerah dan anggaran keuangan dari

pemerintah pusat yang diterima oleh perangkat kabupaten dan kota guna

disalurkan ke desa – desa yang dibagikan secara proporsional. Alokasi Dana Desa

(ADD) mengandung makna bahwa setiap desa memiliki kewenangan untuk

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan pemerintah pusat hanya berperan

untuk mengawasi roda pemerintahan desa khususnya dalam memberikan proses

pelayanan dan perencanaan pembangunan daerah khususnya yang melibatkan

kesejahteraan masyarakat desa.

Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk membayar sebagian program

pemerintah desa yang telah direncanakan sebelumnya, khususnya dalam

menjalankan kegiatan pemberdayaan dan kelembagaan desa, memberikan

tunjangan bagi aparatur pemerintahan desa, serta memberikan anggaran dalam

melaksanakan pembangunan infrastruktur di pedesaan. Dalam membiayai

program tersebut, maka perangkat desa memiliki sumber – sumber dana

penerimaan dan salah satunya adalah melalui program dana desa.

Pemberdayaan masyarakat pedesaan merupakan suatu langkah dan proses

dalam rencana mengembangkan, memandirikan, dan memperkuat kesejahteraan

masyarakat terhadap berbagai macam aspek di segala bidang (Eko, 2002). Arah

pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat untuk

mencapai tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintahan

yang memang mempunyai kebijakan pembangunan yang lebih reaktif

memberikan prioritas kebutuhan masyarakat desa dalam alokasi anggaran


sehingga mereka mampu untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki daerah

masing-masing.

Penggunaan Alokasi Dana Desa harus memberikan dampak dan manfaat

yang sebesar – besarnya dalam kegiatan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa sehingga memiliki sifat yang mendesak untuk dilaksanakan dan

mencakup kebutuhan hidup masyarakat desa. Oleh karena itu, berbagai macam

kegiatan yang dibiayai oleh dana desa harus memberikan manfaat, antara lain :

1) Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan

2) Meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan ekonomi keluarga.

3) Meningkatkan penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan

warga miskin di desa

Pemberian dana desa merupakan alokasi dana yang berasal dari pemerintah

kabupaten dan provinsi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan

kemakmuran warga desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan

pemerintah pusat dan daerah yang akan diterima oleh pemerintah kabupaten

(Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengalokasian dan

Pengelolaan Alokasi Dana Desa). Pembagian dana desa berasal dari APBD

Kabupaten yang bermanfaat untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah,

mengembangkan sektor pembangunan desa, membina dan memberdayakan

masyarakat desa (Permendagri No. 113 Tahun 2014).


Pemberian dana desa memiliki keuntungan, antara lain sebagai perangsang

dan stimulus bagi masyarakat desa untuk lebih mandiri dalam membangun

desanya sehingga tidak bergantung kepada pemerintah pusat. Pemberian dana

desa berasal dari dana perimbangan yang akan diterima oleh kabupaten yang

tercatat di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten

setelah dikurangi oleh dana alokasi khusus (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Berdasarkan Peraturan Bupati Lamandau Nomor 25 Tahun 2017 mengenai

tata cara pembagian dan penetapan alokasi dana desa Kabupaten Lamandau

menyatakan bahwa pada tahun anggaran 2017 jumlah anggaran dana desa di

Kabupaten Lamandau adalah sebesar Rp. 52.100.834.700,- (lima puluh dua miliar

seratus juta delapan ratus tiga puluh empat ribu tujuh ratus rupiah) dengan

perincian sebagai berikut :

1) Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) ditetapkan sebesar 60% dari total

anggaran dana desa yang dibagi secara merata bagi seluruh desa di

Kabupaten Lamandau

2) Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) ditetapkan sebesar 40% dari dana

bagian hasil pajak dan retribusi daerah

Berdasarkan Peraturan Bupati Lamandau Nomor 25 Tahun 2017 mengenai

tata cara pembagian dan penetapan alokasi dana desa Kabupaten Lamandau tahun

anggaran 2017, dengan ketentuan sebagai berikut:


1) Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) ditetapkan sebesar 60% dari total

anggaran dana desa dan dibagi secara merata ke seluruh desa

2) Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) ditetapkan sebesar 40% dari dana

bagian hasil pajak dan retribusi daerah yang dibagi secara proporsional

Berdasarkan Peraturan Bupati Lamandau Nomor 25 Tahun 2017 alokasi

dana desa di Kabupaten Lamandau ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 1.1
Alokasi Dana Desa Kabupaten Lamandau Tahun 2017

No Nama Desa Anggaran Dana Desa

1 Sungai Tuat 757.869.216

2 Tanjung Beringin 730.442.310

3 Cuhai 537.931.726

4 Kawa 618.020.816

5 Karang Taba 545.319.514

6 Penopa 609.506.409

7 Suja 586.554.413

8 Sekoban 614.772.050

9 Bekonsu 707.401.904

10 Samu Jaya 623.611.331

11 Riam Panahan 601.613.939

12 Sepoyu 769.564.651

13 Riam Tinggi 523.132.345

Sumber : Peraturan Bupati Lamandau Nomor 25 Tahun 2017


Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti bagaimana pengaruh alokasi

dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Lamandau, Provinsi

Kalimantan Tengah. Peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian ini

dikarenakan program dana desa merupakan suatu program yang apabila

dijalankan dengan baik dan tepat sasaran kepada masyarakat akan memberikan

pengaruh yang sangat besar dampaknya terhadap pemberdayaan masyarakat, baik

dalam segi pembangunan desa, kesehatan, pendidikan, maupun dalam bidang

pemberdayaan lainnya khususnya di Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan

Tengah. Program pemberdayaan masyarakat desa secara utuh ditangain oleh

pemerintah desa beserta masyarakat desa dan penanganan pembangunan desa

dapat dilakukan secara gotong royong.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Kabupaten Lamandau,

alokasi dana desa di Kabupaten Lamandau digunakan untuk memberdayakan dan

membangun infrastruktur desa, seperti pembuatan pagar kantor kepala desa,

rehabilitasi balai pertemuan desa, memberikan pelatihan kerajinan tangan dan

kesenian terhadap masyarakat desa, penggajian kepala desa dan perangkat desa,

dan pembelian perlengkapan kantor desa. Sehingga peneliti berharap dengan

adanya pembangunan desa akan menambah pendapatan bagi masyarakat di

Kabupaten Lamandau. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Analisis Pengaruh Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat

Di Kabupaten Lamandau”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang terkait

dalam penelitian ini adalah apakah alokasi dana desa berpengaruh terhadap

pemberdayaan masyarakat Kabupaten Lamandau ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui alokasi dana desa berpengaruh terhadap pemberdayaan

masyarakat Kabupaten Lamandau

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Adapun yang mendorong penulis memilih judul penelitian analisis pengaruh

alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat pada Kabupaten Lamandau,

memiliki tujuan akademis (teoritis) sebagai berikut :

1) Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengetahui pengaruh alokasi

dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat

2) Untuk mengetahui seberapa besar ketepatan pemberian alokasi dana desa

untuk masyarakat Indonesia.


1.4.2 Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis, penulis memilih judul analisis pengaruh

alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat pada Kabupaten Lamandau

ini dapatlah dikemukakan sebagai berikut :

1) Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam pengambilan

keputusan.

2) Diharapkan penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan kontribusi

kepada pemerintah Kabupaten Lamandau dalam membantu memberikan

informasi yang diperoleh dari hasil penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena penelitian

ini akan mengetahui seberapa besar pengaruh alokasi dana desa terhadap

pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Lamandau. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, antara lain alokasi dana desa

sebagai variabel independen, dan pemberdayaan masyarakat sebagai variabel

dependen. Sampel yang digunakan dan menjadi responden dalam penelitian ini

adalah masyarakat pada Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Peneliti akan menggunakan alokasi dana desa dengan mengacu kepada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014

mengenai pengelolaan keuangan desa, yang berpendapat bahwa dalam mengelola

keuangan desa harus memperhatikan indikator berikut ini, antara lain:


1) Transparan

2) Akuntabel

3) Partisipatif.

Sedangkan dalam pemberdayaan masyarakat, peneliti akan mengacu kepada

Sedarmayanti (2014) yang menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat harus

mengacu kepada indikator berikut ini, antara lain:

1) Kemampuan

2) Kepercayaan

3) Wewenang

4) Tanggung Jawab
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alokasi Dana Desa

2.1.1 Definisi Desa

Menurut Syachbrani (2012), desa merupakan suatu wilayah tertentu yang

memiliki sebaran warganya sebesar kurang dari 2.500 jiwa dan masih memegang

budaya keakraban yang sangat kental, antara lain masih saling mengenal antara

sesama warga desa, pertalian persaudaraan yang masih sama kental, kegiatan

ekonomi didominasi oleh bercocok tanam dan berdagang yang masih dipengaruhi

oleh keadaan alam, iklim dan cuaca sekitar, serta masih mengandalkan kekayaan

alam yang ada.

Sedangkan menurut Thomas (2013) desa merupakan suatu kesatuan dimana

dalam satu lingkup hukum dalam suatu wilayah masyarakat dan memiliki kuasa

dalam menyelanggarakan pemerintah desa. Atas pengertian inilah maka perlunya

untuk diadakan otonomi desa sehingga masyarakat dapat mengurus dan

memenuhi desanya sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan

masyarakat sekitarnya.

Menurut Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengenai desa, pengertian

dari desa adalah suatu kesatuan masyarakat yang memiliki batas wilayah dan

memiliki wewenang dalam mengurus serta mengatur jalannya roda pemerintahan


desa yang dihormati dan diakui di dalam sistem pemerintaha Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2.1.2 Definisi Dana Desa

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014, dana desa merupakan

dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang difungsikan

untuk desa dan penyebarannya dilakukan melalui transfer anggaran pendapatan

dan belanja daerah kabupaten atau kota dan digunakan dalam membiayai

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Dalam Ayat (1) Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 alokasi anggaran

dana desa di dalam anggaran pendapatan dan belanja desa wajib memperhatikan

persentase anggaran sebagai berikut:

1) Pemakaian anggaran belanja desa yang digunakan dalam membelanjakan

penyelenggaraan pemerintah desa, melaksanakan pembangunan desa,

pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa ditetapkan

sebesar – besarnya minimal 70% dari total anggaran keseluruhan

2) Pemakaian anggaran belanja desa yang digunakan dalam memberikan

tunjangan dan penggajian perangkat desa, operasional pemerintahan desa,

penggerakan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dilakukan

minimal 30% dari total anggaran keseluruhan.


Dalam pembelanjaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengenai

pedoman pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1) Renovasi sarana dan prasarana fasilitas umum yang menunjang sektor

perekonomian desa, seperti pembangunan jalan raya, irigasi atau pengairan,

jembatan, dan lain – lain

2) Pemberian insentif dan modal usaha melalui Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes)

3) Penyediaan ketahanan pangan bagi masyarakat desa

4) Memperbaiki lingkungan desa

Dalam penerapan besarnya Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah

pusat kepada pemerintah desa, berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

1) Pemberian bagi hasil pajak daerah dibutuhkan minimal 10% seperti yang

tertuang di dalam Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 mengenai

perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 mengenai pajak

daerah dan retribusi daerah

2) Penerimaan hasil retribusi bagi kabupaten dan kota sebagian diperuntukkan

dalam pembangunan infrastruktur desa sesuai Undang – Undang Nomor 34

Tahun 2000 mengenai perubahan atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun

1997 mengenai pajak daerah dan retribusi daerah


3) Pemberian bantuan keuangan desa yang merupakan bagian dari alokasi dana

desa sebesar 5 % sampai 10 % dan tidak termasuk didalam dana alokasi

khusus desa

2.1.3 Tujuan Alokasi Dana Desa

Adapun tujuan dari alokasi dana desa menurut Syachbrani (2012), antara

lain sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahannya dengan menitikberatkan kepada pelaksanaan

pembangunan infrastruktur desa yang sesuai dengan wewenang.

2) Meningkatkan pembangunan desa yang partisipatif yang sesuai dengan

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh desa

3) Mendorong masyarakat desa untuk bergotong royong kepada sesama

4) Meningkatkan peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat desa

Selain itu menurut Nurcholis (2011) tujuan dari adanya alokasi dana desa

adalah sebagai berikut:

1) Mengentaskan kemiskinan dalam masyarakat desa

2) Mengembangkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di segala

bidang di tingkat desa

3) Mengembangkan sarana dan prasarana pedesaan


4) Meningkatkan pendapatan desa yang dikelola melalui Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes)

2.1.4 Pengeloalaan Dana Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113

Tahun 2014, dalam kegiatan mengelola anggaran dana desa diharuskan untuk

memenuhi prinsip pengelolaan dana desa, antara lain:

1) Prinsip Transparansi dan Keterbukaan

Definsi transparansi dalam hal ini berarti setiap masyarakat diberikan hak

dan akses yang sama dalam melihat bagaimana proses anggaran dana desa.

Hal ini sangatlah penting karena menyangkut hajat hidup masyarakat desa

dalam meningkatkan kesejahteraannya

2) Prinsip Akuntabilitas

Definisi akuntabilitas mengedapankan prinsip dalam pertanggungjawaban

kepada masyarakat publik mulai dari perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan harus dilaporkan secara berkala dan dipertanggungjawaban

kepada DPRD dan masyarakat luas. Dalam hal ini masyarakat memiliki

wewenang untuk kritis dan menuntut pertanggungjawaban atas rencana

pembangunan dan pengembangan desa.


3) Prinsip Partisipatif

Dalam penganggaran dana desa dibutuhkan tiga prinsip utama, yaitu

ekonomis, efesien, dan efektif. Definsi ekonomis berarti penggunaan

sumber daya dalam intensitas dan kualitas tertentu dengan harga yang

murah. Definisi efesien berarti penggunaan dana desa dapat menghasilkan

sesuatu yang tepat guna dan bermanfaat bagi kelangsungan masyarakat

desa. Definisi efektif berarti pemakaian anggaran harus sesuai dengan target

dan tujuan masyarakat luas.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sedarmayanti (2013) definisi dari kata pemberdayaan merupakan

lebih berdaya dari sebelumnya, baik dalam hal wewenang, tanggung jawab,

maupun kemampuan individual yang dimilikinya sehingga dengan adanya

pemberdayaan dapat mendorong terjadinya inisiatif dan respon, sehingga seluruh

masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan cepat dan fleksibel.

Menurut Suharto (2005), pemberdayaan merupakan suatu kemampuan

untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari

keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau

kemampuan dalam:
1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

(freedom)

2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

yang mereka perlukan

3) Berpartisipasi dan aktif serta dalam proses pembangunan dan keputusan

yang mempengaruhi mereka.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2007, pemberdayaan masyarakat merupakan strategi dalam pembangunan

kesejahteraan masyarakat yang dapat menghasilkan kemandirian dan kemampuan

dalam kehidupan bersama di masyarakat. Sehingga pemberdayaan masyarakat

merupakan cara dalam menghasilkan kemampuan dan kemandirian masyarakat

desa. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses bersama dalam

pembangunan nasional yang berfungsi dalam mengembangkan harkat dan

martabat masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Rusmiyati (2011) pemberdayaan masyarakat merupakan langkah

yang dilakukan dalam masyarakat luas baik lingkup rakyat, organisasi, dan

komunitas dalam memberdayakan masyarakat sehingga memiliki kemampuan

dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang mempengaruhi hidupnya.


2.2.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sedarmayanti (2014), pemberdayaan merupakan pembagian

kekuasaaan yang dilakukan secara adil sehingga dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat dan meningkatkan pengaruh dalam melihat hasil – hasil pembangunan

yang mengacu kepada pengamanan akses sumber daya alam secara berkelanjutan.

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Harry (2010) terdiri dari

beberapa konsep, antara lain kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan

keadilan. Konsep utama yang terkandung di dalam pemberdayaan masyarakat

adalah bagaimana memberikan kesempatan seluas – luasnya bagi masyarakat luas

dalam menentukan sendiri arah kehidupannya. Munculnya konsep pemberdayaan

ini pada awalnya merupakan gagasan yang ingin menempatkan manusia sebagai

subjek dari dunianya sendiri. Oleh karena itu menurut Sedarmayamti (2014)

sangatlah wajar apabila konsep ini menampakan dua kecenderungan, antara lain:

1) Pemberdayaan menitikberatkan kepada suatu proses berdasarkan kekuasaan,

kekuatan, dan kemampuan dalam masyarakat serta organisasi. Oleh karena

itu proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna

pemberdayaan.

2) Pemberdayaan menitikberatkan dalam proses stimulasi, dorongan, dan

melakukan motivasi dalam mencapai kemampuan untuk menentukan pilihan

hidupnya
2.2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sedarmayanti (2014), proses pemberdayaan masyarakat adalah

sebagai berikut:

1) Menghasilkan suasana yang mendukung kemampuan manusia untuk

berkembang. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan dorongan,

semangat dan motivasi akan kesadaran dan potensi yang dimilikinya

2) Meningkatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat dalam

peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan pengembangan dalam

bidang ekonomi

3) Menghindari adanya ketimpangan sosial antara masyarakat yang kuat

dengan masyarakat yang lemah

2.2.4 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sumaryadi (2005) pemberdayaan masyarakat adalah untuk

membantu masyarakat dalam mengembangkan kelompok masyarakat yang lemah

dan kamu masyarakat kecil dengan melihat keadaan sosio dan ekonomi sehingga

masyarakat tersebut dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan pokok hidupnya

di dalam pengembangan masyarakat.

Menurut Sumaryadi (2005) terdapat beberapa kelompok yang termasuk di

dalam kelompok masyarakat yang lemah, antara lain:

1) Kelompok lemah secara struktural seperti strata masyarakat, gender, dan

etnis
2) Kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus dan penyandang

disabilitas

3) Kelompok masyarakat yang secara personal mengalami masalah dalam

keluarga

Dari kelompok – kelompok tersebut, dapat diketahui bahwa pemberdayaan

masyarakat bertujuan untuk membentuk karakter individu – individu untuk

menjadikan masyarakat yang mandiri, baik secara kemampuan berpikir dan

bertindak. Kemandirian masyarakat sebagai suatu kemampuan yang perlu

dipandang demi memenuhi permasalahan – permasalahan yang akan dihadapi

dengan menggunakan kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dan efektif

yang secara alamiah dimiliki oleh manusia sejak lahir.

2.2.5 Tahap Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sumodiningrat (2002) berpendapat bahwa pemberdayaan

masyarakat membutuhkan suatu proses penyesuaian atau adaptasi utnuk menjadi

manusia yang mandiri. Dalam rangka mencapai manusia yang mandiri dibutuhkan

adanya pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus

dan berkelanjutan supaya tidak mencapai tahap kemunduran. Tahap – tahap yang

harus dilalui oleh manusia tersebut, antara lain (Sumodiningrat, 2002) :

1) Tahap penyandaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan.


3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Faizatul Karimah, Choriul Saleh, dan Ike

Wanusmawatie (2018) dengan judul penelitian “Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pada Desa Deket Kulon

Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui penerapan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat, khususnya terhadap masyarakat Desa Deket Kulon Kecamatan Deket

Kabupaten Lamongan. Hasil dari penelitian ini adalah secara secara normatif dan

administratif pengelolaan alokasi dana desa dilakukan dengan baik, namun secara

substansi masih belum menyentuh makna pemberdayaan yang sesungguhnya.

Selain itu, beberapa stakeholders juga belum melaksanakan perannya secara

maksimal hanya kepala desa selaku tim pelaksana yang mendominasi pengelolaan

alokasi dana desa tersebut. Persamaan penelitian ini terhadap penelitian yang akan

diteliti oleh penulis adalah membahas mengenai alokasi dana desa dan

pemberdayaan masyarakat. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah

objek penelitian yang akan digunakan dan metode penelitiannya, dimana peneliti

akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.


Penelitian yang dilakukan oleh Juliska Baura, Jantje Mandey, dan Femmy

Tulusan (2018) dengan judul penelitian “Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi Kasus Pada Desa Bukumatiti

Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat)”. Tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui penerapan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat, khususnya terhadap masyarakat Desa Bukumatiti Kecamatan Jailolo

Kabupaten Halmahera Barat. Hasil dari penelitian ini adalah pemberdayaan

masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bukumatiti

belum sesuai dengan asas pengelolaan keuangan desa salah satunya asas

transpransi. Dimana dalam pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (ADD) pemerintah desa tidak secara terbuka kepada

masyarakat mengenai dengan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk

pemberdayaan masyarakat. Persamaan penelitian ini terhadap penelitian yang

akan diteliti oleh penulis adalah membahas mengenai alokasi dana desa dan

pemberdayaan masyarakat. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah

objek penelitian yang akan digunakan dan metode penelitiannya, dimana peneliti

akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Kusuma Putra, Nur Pratiwi, dan

Suwondo (2018) dengan judul penelitian “Pengeloalan Alokasi Dana Desa Dalam

Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo, Kecamatan

Singosari Kabupaten Malang).” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui penerapan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat,

khususnya terhadap masyarakat Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten


Malang. Hasil dari penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat dalam

pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bukumatiti belum sesuai dengan

asas pengelolaan keuangan desa salah satunya asas transpransi. Dimana dalam

pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD)

pemerintah desa tidak secara terbuka kepada masyarakat mengenai dengan

penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemberdayaan masyarakat.

Persamaan penelitian ini terhadap penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah

membahas mengenai alokasi dana desa dan pemberdayaan masyarakat.

Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah objek penelitian yang akan

digunakan dan metode penelitiannya, dimana peneliti akan menggunakan metode

penelitian kuantitatif.

2.4 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Alokasi Dana Desa

Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Pada Kabupaten Lamandau”, peneliti

menggunakan dua variabel, antara lain variabel alokasi dana desa sebagai variabel

independen dan variabel pemberdayaan masyarakat sebagai variabel dependen.

Variabel alokasi dana desa mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

dalam anggaran keuangan desa diwajibka memenuhi beberapa persyaratan, antara

lain:
1) Transparan, meliputi:

a) Tersedianya sarana informasi yang detail mengenai perencanaan,

prosedur pelaksanaan dan pertanggungjawaban

b) Selalu diadakan musyawarah dan rembug warga

c) Transparansi dalam pengelolaan sumber daya

d) Keterbukaan bersama dalam alokasi dana desa

2) Akuntabilitas, meliputi:

a) Tercapainya pengeloaan alokasi dana desa

b) Supervisi oleh tim pengawas

c) Laporan pertanggungjawaban alokasi dana desa

d) Keterlibatan pemerintah dalam alokasi dana desa

3) Partisipatif, meliputi:

a) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan alokasi dana desa

b) Keterlibatan masyarakat dalam mendayagunakan hasil dana desa

Menurut Sedarmayanti (2014) pengukuran pemberdayaan masyarakat

menggunakan empat dimensi indikator, antara lain: kemampuan, kepercayaan,

wewencang, dan tanggung jawab


Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Variabel X Variabel Y

Alokasi Dana Desa Pemberdayaan


Masyarakat

Kemampuan
Transparansi
Kepercayaan
Akuntabilitas
Wewenang
Partisipatif
Tanggung jawab

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan diatas,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Alokasi Dana Desa memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat pada Kabupaten

Lamandau.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013) mengatakan bahwa metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan mempunyai

tujuan dan kegunaan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

adalah proses untuk mendapatkan data yang memiliki tujuan dan kegunaan

sehingga mendapat solusi dari suatu permasalahan.


Menurut Kountur (2010) metode ilmiah (scientific method) merupakan

suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab

pertanyaan yang dilakukan secara ilmiah Suatu pendekatan untuk mencari tahu

sesuatu dikatakan ilmiah jika suatu pendekatan tersebut mengikuti bebagai

langkah metode ilmiah. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan

metode penelitian kuantitatif.


Menurut Kountur (2010), definisi penelitian kuantitatif adalah penelitian

yang informasi atau datanya dianalisis menggunakan teknik statistik. Dengan

menggunakan metode kuantitatif dapat memudahkan penulis dalam mendapatkan

data-data untuk mengetahui adanya pengaruh alokasi dana desa terhadap

pemberdayaan masyarakat

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian sebab-akibat (cause effect

research). Penelitian ini menjelaskan tentang adanya hubungan sebab akibat dari
variabel-variabel penelitian sebagai upaya melihat pengaruh alokasi dana desa

terhadap pemberdayaan masyarakat

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran maka definisi operasional untuk penelitian

adalah sebagai berikut

3.3.1 Variabel Independen (Variabel X)


Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi dan menjadi

sebab dari timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2013). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah alokasi dana desa.

Mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 113 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa dalam anggaran keuangan desa

diwajibkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

Tabel 3.1
Dimensi Alokasi Dana Desa
Dimensi Indikator
Transparansi Tersedianya sarana informasi yang detail mengenai
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

Selalu diadakan musyawarah dan rembug warga

Transparansi dalam pengelolaan sumber daya


Keterbukaan bersama dalam alokasi dana desa
Akuntabilitas Tercapainya pengeloaan alokasi dana desa

Supervisi oleh tim pengawas

Laporan pertanggungjawaban alokasi dana desa

Keterlibatan pemerintah dalam alokasi dana desa


Partisipatif Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan alokasi
dana desa

Keterlibatan masyarakat dalam mendayagunakan hasil


dana desa
Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014

3.3.2 Variabel Dependen (Variabel Y)

Variabel dependen atau sering juga disebut dengan variabel output, kriteria,

dan konsekuen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Adapun variabel dependen

dalam penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat yang dibedakan kedalam

empat indikator antara lain:

Tabel 3.2
Dimensi Pemberdayaan Masyarakat
Dimensi Indikator
Kemampuan Peningkatan kemampuan dan pengetahuan
masyarakat
Pelatihan langsung kepada masyarakat
Kepercayaan Respons dari masyarakat mengenai informasi

Mendapatkan kepercayan dari masyarakat


Wewenang Wewenang kepada masyarakat

Kemudahan masyarakat dalam pengambilan


keputusan
Tanggung Jawab Mendapatkan tanggung jawab dalam
pengelolaan dana desa

Pengelolaan dana desa sebagai dasar


pengambilan keputusan
Sumber : Sedarmayanti (2014)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala Likert sebagai skala

pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013), skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, Dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala

Likert mempunyai gradasi dan sangat positif sampai sangat negatif.


Dengan menggunakan skala Likert, penulis memberikan 5 kategori dalam

pilihan jawaban, yaitu:


1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Sugiyono (2013) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian,

atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah populasi terbatas. Populasi terbatas adalah populasi yang

memiliki sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian kecil dari jumlah pouplasi

yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik sampel dimana pemilihan

sampel berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya.

1. Sampling dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Lamandau


2. Merupakan masyarakat yang tinggal di suatu desa yang mendapatkan

bantuan anggaran dana desa

Menurut Setiawan (2007) salah satu metode yang digunakan untuk

menghitung sampel adalah menggunakan rumus Slovin, dimana:

n = N

1 + N.e2
Dimana :

N : Jumlah populasi

n : Jumlah sampel

e : Batas toleransi kesalahan ( error tolerance ) sebesar 5 %

Adapun populasi masyarakat Lamandau berdasarkan Laporan Badan Pusat

Statistika pada tahun 2014 sebanyak 67.672, maka sampel dalam penelitian ini

menurut metode slovin adalah sebagai berikut :


n= 67.672

1 + (67.672) (5%)2

= 67.672

16.919

= 4 sampel.

Namun, menurut Arikunto (2010) syarat penelitian akan disebutkan valid

apabila memiliki sampel sekurang – kurangnya sebanyak 100 responden. Oleh

karena itu peneliti akan menggunakan 100 sampel responden masyarakat

Kabupaten Lamandau

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan kuesioner yang digunakan sebagai data primer. Data primer

adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama

(Suliyanto, 2010). Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan

harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.


Sedangkan yang dimaksud dengan responden adalah orang yang telah

memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan yang ada di dalam kuesioner

(Umar, 2012).
3.6. Uji Validitas Dan Realibitas

3.6.1 Uji Validitas Kelayakan Populasi

Nugroho dan Cahyani (2015) mengatakan bahwa validitas digunakan untuk

mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu variabel.Instrumen validitas digunakan untuk mengukur

valid atau tidaknya suatu kuesioner.


Kuesioner dapat dikatakan valid apabila pertanyaan yang ada pada

kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Kuesioner dalam penelitian ini terdapat dua variabel dimana variabel alokasi dana

desa sebagai X dan variabel pemberdayaan masyarakat sebagai Y. Untuk

memudahkan dalam perhitungan statistik makan menggunakan program SPSS 21

(Statistical Product and Service Solutions) untuk mendapatkan hasil yang

diperlukan secara cepat serta akurat.


Menurut Sekaran (2010), validitas menguji seberapa baik suatu instrument

yang dibuat mengukur konsep tertentu yang ingin diukur. Uji validitas ini dapat

dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing - masing pernyataan dengan

skor total memakai rumus korelasi Pearson. Kriteria yang digunakan untuk

menyatakan valid atau tidak valid adalah bila koefisien korelasi r hitung > r tabel

dengan tingkat signifikansi 5% berarti butir pertanyaan tersebut valid. Rumusnya

adalah sebagai berikut:

Dimana :
r hitung = Koefisien korelasi
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden

3.6.2 Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah suatu instrumen penelitian tetap konsisten dalam

memberikan penelitian atas apa yang diukur. Suatu kuesioner akan dikatakan

reabilitas jika hasil penelitian yang diberikan oleh instrument itu adalah konsisten.

Dalam hal ini, penulis menggunakan Scale Alpha Cronbach dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑σb2 = Jumlah varian butir

σ 12 = Varian total

Scale Alpha Cronbach dalam mengukur reabilitas kuesioner tersebut dengan

berpedoman kepada nilai Alpha Cronbach > 0,6.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan harus melalui proses analisis data. Di

dalam analisis data dapat diketahui apakah data tersebut dapat dimengerti. Hasil

dari data yang diperoleh dari lapangan bergantung pada analisis data yang

dilakukan. Jika terjadi kesalahan dalam menganalisis maka akan memberikan

dampak pada hasil akhir dari penelitian. Dengan kata lain, analisis data adalah
proses penyederhanaan dalam mengolah data yang diperoleh di lapangan sehingga

dapat dapat memberikan jawaban yang dapat dimengerti dan dianalisis sehingga

dapat memudahkan dalam menentukan hasil akhir dari penelitian.

3.7.1 Uji Korelasi


Uji korelasi adalah keadaan dimana hubungan antara variabel terikat dengan

variabel bebas bersifat linier (garis lurus) dalam range variabel bebas tertentu.

Menurut Sugiyono (2013), untuk memberikan gambaran hubungan dua variabel,

sebelum mengetahui apakah berhubungan linier atau tidak sebaiknya dilakukan

plotting (tebaran titik) terhadap pasangan nilai-nilai X dan Y. Hasil plot ini disebut

dengan diagram pencar (scatter diagram)”. Uji linieritas dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS V.20.0 for windows. Dan

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linier bisa dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut:


1. Dilihat melalui arah titik-titik pada gariss lurus. Jika terdapat gejala bahwa

letak titik-titik data itu menyebar disekitar garis lurus maka antara kedua

variabel terdapat hubungan linier, maka uji regresi dapat dilanjutkan.

Sebaliknya jika titik-titik data itu tidak berada disekitar garis lurus, maka

antara kedua variabel tersebut tidak terdapat hubungan linier, maka uji

regresi tidak dapat dilanjutkan.


2. Dilihat melalui hasil perhitungan menggunakan software SPSS 21.0 for

windows dengan ketentuan hasil perhitungan linieritas kurang dari 0,05.

Pada hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel ANOVA, yaitu pada kolom

signifikansi > 0,05


REFERENSI

Baura, J., Mandey, J., & Tulusan, F.(2018). Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi Kasus Pada Desa
Bukumatiti Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat). Jurnal
Administarsi Publik.

Eko, S. (2004). Pemberdayaan Masyarakat Desa. Samarinda : Materi Diklat


Pemberdayaan Masyarakat Desa

Harry, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora


Utama Press

Karimah, F., Saleh, C., & Wanusmawatie, I (2018). Pengelolaan Alokasi Dana
Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pada Desa Deket
Kulon Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan). Jurnal Administrasi
Publik. Vol. 2(4). pp. 597 – 602

Kountur, R. (2010). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
PPM
Nugroho, A. & Cahyani, A. (2015). Multikulturalisme dalam Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana

Nurcholis, H. (2011). Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.


Jakarta : Erlangga

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007


Tentang Pemberdayaan Masyarakat

Peraturan Bupati Lamandau Nomor 25 Tahun 2017, Tentang Tata Cara Pembagian
dan Penetapan Alokasi Dana Desa Kabupaten Lamandau

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 113 Tahun 2014, Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2015, Tentang Pedoman Pengalokasian dan


Pengelolaan Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015.

Putra, C. K., Pratiwi, N., & Suwondo (2018). Pengeloalan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo,
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik
(JAP). Vol. 1(6). pp. 1203 – 1212

Rusmiyati, C. (2011). Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah. Yogyakarta :


BP2P3KS Press

Sedarmayanti. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi


dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama.

Sedarmayanti. (2014). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi. Bandung:


Refika Aditama.
Sekaran, U. (2010). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Dan Kualitatif, R&D. Bandung:


Alfabeta

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :


Rafika Aditama
Suliyanto. (2010). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Sumaryadi. (2005). Perencanaan Pembangunan Otonomi Daerah dan


Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : CV. Citra Utama

Sumodiningrat. (2002). Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Syachbrani, W. (2012). Akuntansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa. Yogyakarta


: FE-UGM

Thomas. (2013). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan


Pembangunan Di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana
Tidung”. EJurnal Pemerintahan Integratif.Vo. 1(1). pp. 51-64.

Umar, H. (2012). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah.

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Anda mungkin juga menyukai