Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TERARA
Alamat : Jln Raya Terara Kec.Terara Kab.Lombok Timur-NTB Kode Pos 83663

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
KEGIATAN PENGENDALIAN ISPA
PUSKESMAS TERARA
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan
gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih
dari juta balita meninggal karena pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian
balita. Diantara 5 kematian balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan
karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang
terlupakan” atau “the forgotten pandemic”. Namun, tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau
“the forgotten killerof children”(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang
60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas proporsi
kematian Balita karena 2007 pneumonia menempati urutan kedua (13,2%)setelah diare.
Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian balita karena pneumonia menempati urutan
pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan virus.lingkup pengendalian
ISPA pada awalnya fokus pada pengendalian pneumonia balita. Dalam beberapa tahun
terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakatyaitu :
1. Pengendalian Pneumonia Balita.
2. Pengendalian ISPA umur ≥5 tahun.
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah.
4. Faktor risiko ISPA.

II. LATAR BELAKANG


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun
di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan
bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode
(96,7%) terjadi di negara berkembang.Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-
13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit.Episode batuk-pilek pada
Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin
WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di
Puskesmas (40%-60%). Disamping itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai SPM yang telah ditetapkan, salah satunya adalah pneumonia.
Dasar hukum yang melatar belakangi kegiatan ini adalah :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/MENKES/PER/VIII/2004 tentang Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.
8. Dll.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia
B. Tujuan Khusus
1. Pengendalian Pneumonia Balita.
2. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah.
3. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun
4. pengendalian faktor risiko ISPA khususnya Pneumonia.
IV. SASARAN
A. Pengendalian Pneumonia Balita
• Balita (< 5 tahun)
B. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran
pernapasanlain yang berpotensi wabah.
• Pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah.
• Unit-unit esensial, swasta, media massa serta Lembaga Swadaya Masyarakat.
C. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun
• Kelompok umur ≥ 5 tahun di fasilitas pelayanan kesehatan
D. Faktor risiko ISPA
• Lintas program

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
Secara rinci kegiatan-kegiatan pokok pengendalian ISPA dijabarkan sebagai berikut :
A. Advokasbidan sosialisasi yaitu upaya untuk mendapatkan komitmen politis dan
kesadaran dari semua pihak pengambil keputusan dan seluruh masyarakat dalam
upaya pengendalian ISPA dalam hal ini Pneumonia sebagai penyebab utama
kematian bayi dan Balita.
B. Penemuan dan tatalaksana Pneumonia balita yang merupakan kegiatan inti dalam
pengendalian Pneumonia Balita. Penemuan penderita pneumonia ini dilakukan secara
aktif dan pasif mellui proses :
1. Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas
2. Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam (TDDK) dan hitung napas.
3. Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2 bulan -
<5 tahun
4. Melakukan klasifikasi Balita batuk dan atau kesukaran bernapas,Pneumonia
berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia.
C. Dukungan ketersediaan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan
pengendalian ISPA. Penyediaan logistik dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan
daerah. Sesuai dengan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah maka pusat
akan menyediakan prototipe atau contoh logistik yang sesuai standard (spesifikasi)
untuk pelayanan kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajiban memenuhi
kebutuhan logistik sesuai kebutuhan. Logistik yang dibutuhkan antara lain:
1. Obat
• Tablet Kotrimoksazol 480 mg
• Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml
• Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml
• Tablet Parasetamol 500 mg
• Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml
2. Alat
Acute Respiratory Infection Soundtimer (ARI Soundtimer)digunakan untuk
menghitung frekuensi napas dalam 1 menit. Alat ini memiliki masa pakai
maksimal 2 tahun (10.000 kali pemakaian) Jumlah yang diperlukan minimal :
• 3 buah di tiap Puskesmas
• 1 buah di tiap Pustu
• 1 buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes
3. Oksigen konsentrator
Untuk memproduksi oksigen dari udara bebas. Alat ini diperuntukkan
khususnya bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap
dan unit gawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/ generator).
4. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry)
Sebagai alat pengukur saturasi oksigen dalam darah diperuntukan bagi fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki oksigen konsentrator.
5. Buku Pedoman sebagai pedoman dalam melaksanakan pengendalian ISPA.
6. Media KIE baik cetak maupun elektronik.
7. Media Pencatatan dan Pelaporan.
a. Stempel ISPA
b. Register harian Pneumonia
c. Formulir laporan bulanan

VI. JADWAL KEGIATAN


Jadwal kegiatan pelaksanaan disusun setiap bulanya sesuai dengan kebutuhan program.
VII. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dilakukan setiap hari pada buku register ISPA dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan mengetahui Kepala Puskesmas dan dilaporkan satu kali sebulan dengan
menggunakan format pelaporan yang telah ditentukan.

VIII. EVALUASI
Evaluasi kegiatan dilakukan sekali sebulan pada saat acara minilokakarya Puskesmas.

Terara, 01 Agustus 2016.


Kepala Puskesmas Terara,

Dr. H. ANJASMORO
NIP. 198102182010011007

Anda mungkin juga menyukai