Anda di halaman 1dari 46

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW

DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL


DI SUMATERA BARAT

Disusun Oleh :
Hamid Paminto Nugroho
2207 100 571

Dosen Pembimbing :
1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 1946 12 11 1974 12 1001
2. Ir. Teguh Yuwono 1950 08 06 1976 12 1002

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
SURABAYA
2010
LATAR BELAKANG
Sumatera Barat termasuk ke dalam salah satu Provinsi besar di Pulau
Sumatera, jumlah penduduk 4,7 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk
setiap tahunnya yaitu sebesar 1,1 %. Untuk memenuhi kebutuhan akan energi
listrik di Sumatera Barat, maka dibangunlah beberapa unit pembangkit. Tetapi
dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat, unit-unit pembangkit tersebut tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan akan energi listrik dari konsumen, dan kebanyakan dari unit
pembangkit tersebut tidak mampu lagi beroperasi sebagai mana mestinya, hal
ini disebabkan karena umur serta kebanyakan pembangkit di Provinsi
Sumatera Barat merupakan PLTA yang memanfaatkan aliran air danau,
sehingga sangat tergantung terhadap debit air danau. Pembangunan PLTU
Kambang 2x100 MW dapat dijadikan jawaban untuk mengatasi
kekurangan pasokan energi listrik di Sumatera Barat dan diharapkan dapat
mengurangi pemakaian solar untuk beberapa PLTD di Sumatera Barat.
Sehingga berdampak positif pada pengembangan ekonomi daerah
setempat.
PERMASALAHAN
1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga listrikan di
Sumatera Barat.
2. Kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dan berapa
besar kapasitas daya yang diperlukan pembangkit
untuk mensuplai kebutuhan energi listrik dan
proyeksinya untuk masa mendatang.
3. Seberapa besar peranan pembangunan PLTU
Kambang 2x100 MW dalam mensuplai kebutuhan
listrik sistem kelistrikan Sumatera, khususnya
Sumatera Barat.
4. Dampak dari pembangunan PLTU Kambang 2x100
MW terhadap tarif listrik di Sumatera Barat, ditinjau dari
kemampuan daya beli masyarakat.
BATASAN MASALAH
Karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas,
maka dalam penulisan tugas akhir ini, permasalahan
akan dibatasi pada:

•Peramalan kebutuhan energi listrik di Sumatera


Barat dibatasi hanya dalam kurun waktu antara
2009 sampai 2025.

•Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam


pembangunan PLTU ini dibatasi hanya dalam aspek
teknik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah
mempelajari dan menganalisa pembangunan
PLTU Kambang 2x100 MW di Sumatera
Barat dalam usaha pemenuhan kebutuhan
tenaga listrik di Sumatera Barat dan
pengaruhnya terhadap tarif listrik regional
Sumatera Barat.
• Metodologi yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode pegumpulan data dengan studi literatur dan data lainnya
meliputi analisis data dan sumber internet.
2. Untuk analisis keekonomian pembangkit digunakan metode
analisa Net Present Value (NPV) untuk menentukan suku bunga
yang layak dipakai serta metode Return of Investment (ROI)
untuk tingkat pengembalian modal awal.
3. Untuk peramalan kebutuhan energi listrik hingga sampai tahun
2025 digunakan metode Regresi Linier Berganda dan metode
DKL 3.01
4. Untuk menentukan harga energi tenaga listrik digunakan metode
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.
DAYA TERPASANG DAYA MAMPU PASOK
NO LOKASI
(MW) KONDISI TERAKHIR (MW)
SEKTOR OMBILIN
1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50
2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50
SUBTOTAL 200,00 172,00
SEKTOR BUKIT TINGGI
3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95
4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95
5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95
6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95
7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45
8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45
9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45
10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60
11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60
12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60
13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60
SUBTOTAL 253,50 252,55
TOTAL 453,50 424.55

Pada waktu beban puncak (WBP) Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya
sebesar 97,95 MW. Sedangkan pada saat luar waktu beban puncak (LWBP),
Provinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar 66 MW, hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar berikut.
ALIRAN
ALIRAN DAYA
DAYA WAKTU
LUAR BEBAN
WAKTU BEBANPUNCAK
PUNCAK (WBP)
(LWBP)
SISTEMSUMBAGTENG
SISTEM SUMBAGTENG DAN
DANSUMBAGSEL
SUMBAGSEL

- 97,95 MW
- 66 MW
KURVA BEBAN
POTENSI BATUBARA SUMATERA BARAT

Potensi batubara di Propinsi Sumatera Barat sebesar 200 juta ton, dengan
daerah penghasil adalah Kota Sawahlunto (104,8 juta ton), Kabupaten
Sawahlunto (91,2 juta to) dan Kabupaten Pesisir Selatan (4 juta ton).
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

SEA WATER
LAY OUT PLTU
Tata letak komponen PLTU Kambang 2 x 100 MW :
Lokasi PLTU Kambang
2 x 100 MW

Pembangunan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara


ini akan dimulai akhir tahun 2010, diperkirakan menelan biaya mencapai 200 juta
dolar. Rencanaya PLTU ini dibangun di tepi Teluk Mentawai.
KEPENDUDUKAN
Secara administratif
propinsi Sumatera Barat
terdiri dari 19 daerah tingkat
II, diantaranya 12 kabupaten
dan 7 kotamadya dengan
jumlah penduduk 4.746.396
jiwa, luas wilayah 42.297,30
km2 pada tahun 2008. Laju
pertumbuhan penduduk
Sumatera Barat selama
periode 10 tahun (1999-
2008) tercatat rata-rata
sebesar 1% pertahun.
KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan Penduduk Sumatera Barat Tahun 2009
1999 Sampai 2025
2008
1,03% pertahun
ANALISA PERAMALAN
BEBAN

DKL 3.01
Metode DKL 3.01 merupakan metode menghitung peramalan
kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio
elektrifikasi tiap pelanggan.
&Model regresi adalah suatu model matematik yang memanfaatkan
data masa lalu untuk menganalisa bentuk formulasi suatu variabel
Regresi
terhadap variabel Linieryang lain, yang dapat digunakan dalam
memprediksi pola kejadian di masa yang akan datang.
PROYEKSI JUMLAH PELANGGAN LISTRIK TOTAL PER
KELOMPOK PELANGGAN PROPINSI SUMATERA BARAT
MODEL DKL 3.01
Tahun (t) Jumlah Pelanggan Total
R.Tangga Komersil Publik Industri (Pelanggan)
2009 823873 52040 51714 369 927996
2010 832402 52579 52250 410 937641
2011 841020 53123 52790 455 947388
2012 849727 53673 53337 506 957243
2013 858525 54229 53889 562 967205
2014 867413 54790 54447 624 977274
2015 876393 55357 55011 693 987454
2016 885467 55930 55580 770 997747
2017 894634 56509 56156 856 1008155
2018 903896 57094 56737 951 1018678
2019 913254 57686 57324 105 1028369
2020 922709 58283 57918 1173 1040083
2021 932262 58887 58518 1304 1050971
2022 941913 59496 59123 1448 1061980
2023 951665 60112 59736 1609 1073122
2024 961518 60734 60354 1787 1084393
2025 971472 61363 60979 1985 1095799
PROYEKSI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PER KELOMPOK
PELANGGAN (GWH) PROPINSI SUMATERA BARAT MODEL
DKL 3.01
Tahun (t) Konsumsi Energi Pelanggan (GWh)
Total (GWh)
R.Tangga Komersil Publik Industri
2009 942,87 270,18 827,48 190,24 2230,77
2010 968,22 319,24 846,25 211,34 2345,05
2011 994,11 377,21 865,45 234,78 2471,55
2012 1020,56 445,71 885,08 260,82 2612,17
2013 1047,56 526,64 905,16 289,75 2769,11
2014 1075,14 622,27 925,69 321,88 2944,98
2015 1103,3 735,27 946,69 357,58 3142,84
2016 1132,06 868,78 968,17 397,24 3366,25
2017 1161,42 1026,54 990,14 441,30 3619,40
2018 1191,41 1212,94 1012,59 490,25 3907,19
2019 1222,02 1433,2 1035,57 544,62 4235,41
2020 1253,28 1693,44 1059,06 605,02 4610,80
2021 1285,19 2000,95 1083,08 672,13 5041,35
2022 1317,77 2364,29 1107,66 746,67 5536,39
2023 1351,03 2793,61 1132,78 829,49 6106,91
2024 1384,99 3300,89 1158,48 921,49 6765,85
2025 1419,65 3900,29 1184,76 1023,69 7528,39
PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
REGRESI
Peramalan Kebutuhan Energi
Parameter Listrik
Analisa Tahun
Regresi 2009 Sampai Dengan 2025
Berganda
Dengan
Parameter-parameter Metode
yang Regresiacuan
dijadikan Linier perhitungan :

• Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga (X1).


• Pertumbuhan jumlah pelanggan komersil (X2).
• Pertumbuhan jumlah pelanggan publik (X3).
• Pertumbuhan jumlah pelanggan industri (X4).
• Pertumbuhan jumlah penduduk (X5).
• Peningkatan PDRB suatu wilayah (X6).
PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI TAHUN 2009
SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 MENGGUNAKAN
METODE DKL 3.01 DAN REGRESI
NERACA DAYA SUMATERA BARAT TAHUN 2009
SAMPAI DENGAN TAHUN 2025
Tahun Beban Puncak Daya Mampu Cadangan
(t) (MW) (MW) Sistem (MW)
2009 528,89 586,2 57,31
2010 554,17 586,2 32,03
2011 582,06 586,2 4,14
2012 612,98 586,2 -26,78
2013 647,39 586,2 -61,20
2014 685,89 586,2 -99,69
2015 729,12 586,2 -142,91
2016 777,86 586,2 -191,66
2017 833,04 586,2 -246,84
2018 895,72 586,2 -309,52
2019 967,18 586,2 -380,98
2020 1048,89 586,2 -462,69
2021 1142,61 586,2 -556,41
2022 1250,39 586,2 -664,19
2023 1374,66 586,2 -788,46
2024 1518,26 586,2 -932,06
2025 1684,53 586,2 -1098,33

Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa mulai tahun 2012 sudah diperlukan adanya
penambahan daya untuk memenuhi kebutuhan beban listrik di Sumatera Barat, artinya di Sumatera
Barat kemungkinan akan mengalami krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 sebesar
26,78 MW.
NERACA DAYA SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2025
DENGAN PENAMBAHAN PLTU KAMBANG 2X100 MW
Tahun Beban Puncak Daya Mampu Cadangan Sistem
(t) (MW) (MW) (MW)
2009 528,89 586,2 57,31
2010 554,17 786,2 232,03
2011 582,06 786,2 204,14
2012 612,98 786,2 173,22
2013 647,39 786,2 138,80
2014 685,89 786,2 100,31
2015 729,12 786,2 57,08
2016 777,86 786,2 8,34
2017 833,04 786,2 -46,83
2018 895,72 786,2 -109,51
2019 967,18 786,2 -180,97
2020 1048,89 786,2 -262,68
2021 1142,61 786,2 -356,41
2022 1250,39 786,2 -464,19
2023 1374,66 786,2 -588,46
2024 1518,26 786,2 -732,05
2025 1684,53 786,2 -898,33

Dengan beroperasinya PLTU Kambang 2x100 MW pada tahun 2012, maka kekurangan daya yang terjadi
pada tahun 2012 dapat teratasi. PLTU ini dapat menopang kekurangan daya listrik Sumatera Barat
sampai tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 diperlukan pembangunan pembangkit yang baru agar
permintaan akan daya listrik Sumatera Barat dapat terpenuhi.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BATUBARA
KB• =dan
P xkebutuhan
Nilai CF xbatubara
kalor SFCbatubara
x 8760
lignit 4200 kkal/kg, CF = 85%
tiap kWh sebesar 0.514
kg/kWh, maka nilai estimasi banyaknya batubara
dimana ; dibutuhkan adalah sebagai berikut :
yang
KB KB= Kebutuhan
= 200 Batubara per tahun
x 0.85 x 0.514 (kg / tahun)
x 8760
P = Daya =Pembangkit
765.448,8 (kWh)
ton per tahun
CF• Kebutuhan
= Capacity Factor
batu bara( selama
%) beroperasi :
SFC KB= Kebutuhan batubara
= 765.448,8 x 25tiap kWh (kg/kWh)
= 19.136.220 ton
• Dengan banyaknya batubara yang dibutuhkan
yaitu sebesar 19.136.220 ton selama beroperasi,
dengan asumsi semua cadangan batubara lignit
di Sumatera Barat yaitu sebesar 200 juta ton,
maka kebutuhan batubara untuk PLTU ini sebesar
9,568 % cadangan batubara Sumatera Barat.
ESTIMASI BIAYA INVESTASI MODAL
(CAPITAL COST)

CRF merupakan faktor pengembalian modal, yang berarti nilai investasi


yang ditanam untuk saat ini, yang dihitung sampai dengan masa tahun
pemanfaatan barang yang dibeli. Besarnya CRF tergantung kepada masa
pemanfaatan barang serta besarnya suku bunga yang berlaku.

Perhitungan CRF, dengan masa pengoperasian pembangkit (n) = 25 tahun


ESTIMASI BIAYA INVESTASI
MODAL
(CAPITAL COST)
m = faktor manfaat yaitu sebesar 85% (65% hingga 85%)
To = jumlah jam per tahun (24 jam x 365 hari = 8760 jam)
Ps = biaya pembangkitan (US$/kWh)

Maka :
BIAYA BAHAN BAKAR (FUEL COST)
Untuk perhitungan biaya bahan bakar (fuel cost), sangat dipengaruhi oleh harga
bahan bakar yang digunakan yakni batubara. Untuk harga batubara dengan 4200 kcal
yaitu sebesar 48.83 US$/ton atau 0,04883 US$/kg = Rp 537,13/kg dengan asumsi
1US$ = Rp 10.000.

860.Ui
• Biaya bahan bakar (Fc) = / kWh
η
Harga batu bara = 48.83 US$ /ton
Nilai kalori bahan bakar = 4200 kkal/kg
Didapat Ui = 1,16 x 10-5 US$
η = Effisiensi Pembangkit = 37.5%
BIAYA OPERASI DAN PERAWATAN
(O&M)
Untuk biaya O&M tetap ialah :
BO&P = 10.6 x 200.000
= 2.120.000 US$/Tahun.
Untuk biaya tidak tetap ;
BO&P = 0.6 x 765.448,8 x 4200 x 4883
= 9,42. 1012 US$/Joule
= 2.616.380,5 US$/kWh
BO&P = 2.120.000 US$/tahun + 2.616.380,5 US$/kWh
= 4.736380,5 US$/tahun
Maka besarnya operasi dan perawatan :
ANALISA BIAYA PEMBANGKITAN
TOTAL
Biaya pembangkitan total merupakan penjumlahan Sukudari biaya modal
Bunga
Perhitungan
(capital cost), biaya bahan bakar (fuel cost), biaya12%
operasi dan6%
perawatan
(O&M), sesuai dengan persamaan berikut :
Biaya
TC = CC + FC + GsPembangkitan (US$/kWh) 1000 1000
Umur Operasi (tahun) 25 25
Untuk sukuKapasitas
bunga 6 %(kW) 200.000 200.000
TC = 0,010515US$/kWh+0,02666 US$/kWh +0,00318
Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) 0,02666 US$/kWh
0,02666
= 0,0403 US$/kWh
Biaya O&M (US$/kWh)
= Rp 403 /kWh
0,00318 0,00318
Biaya Modal (US$/kWh) 0,011986 0,00736
Untuk sukuBiaya
bungaTotal
12 %(US$/kWh) 0,0469 0,0403
TC TCInvestasi (million US$) 200 + 0,00318
= 0,017123US$/kWh+0,02666US$/kWh 200
US$/kWh
= 0,046963 US$/kWh
= Rp 469 /kWh
Daya Beli Masyarakat
Pemakaian listrik sendiri adalah 4 – 10% dari pengeluaran riil/kapita,
dengan asumsi satu keluarga beranggotakan 4 orang dan diambil
pemakaian listrik terbesar, sehingga :

Diasumsikan dengan daya yang terpasang rata-rata di Sumatera Barat


sebesar 900 VA, dengan biaya beban Rp. / KVA / bulan sebesar
Rp.11.000 untuk daya 900 VA, maka besar daya aktif yang diserap
adalah :

Pemakaian Listrik dalam 1 bulan adalah :


Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp.
587,60/kWh maka:

Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang


digunakan untuk keperluan listrik :

Jadi daya beli masyarakat adalah Rp. 499/KWh


NET PRESENT VALUE (NPV)
Net Present Value Dengan Suku Bunga 12% Net Present Value Dengan Suku Bunga 6%
Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga.

n
CIF
NPV = −COF + ∑
t =1 (1 + k ) t

Dimana : COF = Cash Out Flow


CIF = Cash In Flow
k = suku bunga
t = tahun ke-
RETURN ON INVESTMENT (ROI)

Return On Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan


dana investasi dalam menghasilan tingkat keuntungan yang digunakan untuk
menutup investasi yang dikeluarkan

∑ Bennefit t − Investment Cost


ROI = t
Investment Cost

dimana ;
n

∑ Bennefit=
t
t Jumlah Keuntungan sampai tahun ke − t

Investment Cost = Biaya Investasi


CIFt = pemasukan tahun ke − t
COFt = pengeluaran tahun ke − t
BENNEFIT COST RATIO (BCR)

Bennefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun,


yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut (Bennefitt)
berbanding Investment Cost
PAYBACK PERIODE (PP)
Payback Periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang
diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Investasi awal PLTU yaitu sebesar
200.000.000 US$, karena nilai investasi terlalu mahal, maka di subsidi oleh pemerintah
sebesar 80%. Sehingga investasi pembangunan PLTU menjadi 40.000.000 US$.
BPP Setelah Pembangunan PLTU
Kambang 2x100 MW
• BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTU
Kambang 2x100 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp.
592,14,-

• BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTU


Kambang 2x100 MW dan tanpa subsidi dari pemerintah
Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 dengan harga jual yang
baru adalah sebesar Rp. 372,83,-
Indek Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata


suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang
diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan
rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan
standar hidupyang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan
menjadi paritas daya beli.
ANALISA LINGKUNGAN
Prakiraan analisa dampak lingkungan dalam
pembangunan PLTU Kambang akan ditinjau dalam 4
(empat) tahapan:

1. Tahap Pra Konstruksi


Dampak keresahan sosial dan juga persepsi positif dan
negatif pada masyarakat setempat akibat dari pembangunan
PLTU.
2. Tahap Konstruksi
Dampak pembangunan bangunan dan pengolahan limbah oli
serta dampak dari sisa material pembangunan.
3. Tahap Operasional
Dampak kebisingan dari operasional peralatan pembangkit,
kualitas udara, serta kuantitas air tanah
4. Tahap Pasca Operasi
Dampak bekas lokasi PLTU.
CLEAN DEVELOPMENT INDEKS (CDM)

Apabila nilai persamaan terhadap bahan bakar fosil (base line faktor) yaitu 0,79
maka :
CO2 Emission Reduction = Produksi Energi x 0,79
= 1.489.200.000 x 0,79
= 1.176.468.000 CO2/tahun

Dengan harga rata-rata jual emisi CO2 yaitu sebesar US$ 12/ton, maka pengeluaran
yang dihasilkan akibat dari CO2 ;

Pengeluaran dari CO2 = O2 Emission Reduction x US$ 12/ton


= 1.176.468.000 x 12
= 1,6 cents US$/kWh
KESIMPULAN
1. Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan
penduduk yang semakin meningkat yaitu sebesar 1,03%,
sejumlah unit pembangkit di Sumatera Barat tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan akan energi listrik dari
konsumen. Kekurangan akan energi listrik tersebut dapat
kita perhatikan pada aliran daya pada Waktu Beban
Puncak (WBP) sistem Sumbagteng dan Sumbagsel, yang
mana Propinsi Sumatera Barat kekurangan daya sebesar
97,95 MW dan pada Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
kekurangan daya sebesar 66 MW.

2. Pemakaian total batu bara untuk PLTU berkisar 9,568 %


dari cadangan batubara Propinsi Sumatera Barat, maka
dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Kambang
2x100 MW tidak akan mengalami kesulitan dalam hal
penyediaan batu bara selama 25 tahun operasinya. Biaya
total pembangkitan PLTU Kambang 2x100 MW tanpa
subsidi berkisar Rp 372,83 /kWh.
KESIMPULAN
3. Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami
krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun
2012 sebesar 26,78 MW. Dengan adanya
pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW ini,
maka kekurangan daya tersebut dapat teratasi.
PLTU ini dapat menopang kekurangan daya
listrik Sumatera Barat sampai tahun 2016 dan
pada tahun 2017, kemudian untuk tahun
berikutnya diperlukan pembangunan pembangkit
baru agar permintaan akan daya listrik Sumatera
Barat dapat terpenuhi.

4. Pembangunan PLTU Kambang diharapkan


mampu mendongkrak perekonomian wilayah
Sumatera Barat, sehingga setelah pembangunan
PLTU diharapkan IPM propinsi Sumatera Barat
akan semakin meningkat.
SARAN
1.Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW
perlu segera dilakukan sebagai penyangga
beban dasar di Sumatera Barat, sehingga
kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat
untuk tahun-tahun mendatang dapat
terpenuhi dengan baik.
2. Analisa perkiraan kebutuhan energi listrik
Sumatera Barat 2009 – 2025 ini dapat
dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan
realitasnya di lapangan.
TERIMAKASIH
PERTANYAAN SEMINAR
1. Pembangkit apa yang di gunakan di Sumatera Barat ?

Daftar Pembangkit di Sumatera Barat

DAYA MAMPU PASOK KONDISI


NO LOKASI DAYA TERPASANG (MW)
TERAKHIR (MW)
SEKTOR OMBILIN
1 PLTU OMBILIN 1 100,00 86,50
2 PLTU OMBILIN 2 100,00 86,50
SUBTOTAL 200,00 172,00
SEKTOR BUKIT TINGGI
3 PLTA MANINJAU 1 17,00 16,95
4 PLTA MANINJAU 2 17,00 16,95
5 PLTA MANINJAU 3 17,00 16,95
6 PLTA MANINJAU 4 17,00 16,95
7 PLTA BATANG AGAM 1 3,50 3,45
8 PLTA BATANG AGAM 2 3,50 3,45
9 PLTA BATANG AGAM 3 3,50 3,45
10 PLTA SINGKARAK 1 43,75 43,60
11 PLTA SINGKARAK 2 43,75 43,60
12 PLTA SINGKARAK 3 43,75 43,60
13 PLTA SINGKARAK 4 43,75 43,60
SUBTOTAL 253,50 252,55
TOTAL 453,50 424.55
Sumber : PT. PLN (Persero) P3B Sumatera

Jika ditambah dengan captive power, maka daya mampu di Sumatera


Barat menjadi :
424,55 MW + 161.729 MW = 586,279 MW
2. Bila sebuah PLTU dibangun dengan kapasitas yang sama tetapi berbeda
tempat, apakah biaya investasinya sama ?

• Faktor pokok yang membedakan biaya investasi disetiap tempat adalah


harga lahan/tanah yang akan dipakai untuk proyek PLTU dan biaya tambahan
seperti : biaya pengangkutan peralatan, biaya pembangunan sarana
pelabuhan untuk bongkar muat batubara, pembangunan jaringan transmisi,
pembangunan jalan akses, dsb. Biaya tambahan pada tiap daerah akan
berbeda, karena kondisi lokasi pembangunan PLTU pada tiap-tiap daerah juga
berbeda. Sedangkan biaya peralatan, seperti : boiler, turbin, generator,dll. jika
dilain tempat dibangun PLTU dengan kapasitas yang sama, maka besarnya
biaya investasi akan sama, karena dengan kapasitas yang sama harga
peralatannya relatif sama (harga pabrik).
3. Kenapa direncanakan hanya dapat mencukupi pasokan energi listrik sampai
tahun 2016 saja dan hanya 2x100 MW, padahal batubara yang terpakai
baru 10% dari potensi yang ada?

• Pembangunan suatu pembangkit harus memperhatikan pertumbuhan


beban dan kapasitas jaringan yang ada, karena pembangunan suatu
pembangkit selain untuk memenuhi kebutuhan daya listrik juga harus
memperhatikan biaya produksinya. Sehingga bila PLTU Kambang langsung
dibangun dengan kapasitas yang besar sedangkan jaringan listrik yang ada
tidak mampu menyalurkan energi listrik yang diproduksi pembangkit, maka
akan mengakibatkan kerugian pada pembangkit tersebut. Sehingga
pembangunan pembangkit tersebut dilakukan secara bertahap dan pada
jangka waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai