Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

Potensi lahan dan keanekaragaman hayati di Indonesia memungkinkan


untuk dilakukannya pengembangan tanaman biofarma yang beranekaragam. Hal
ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya: kondisi ​trend ​kenaikan harga
obat-obatan, meningkatnya kesadaran individu untuk meningkatkan kualitas
kesehatannya, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk lebih fokus pada prinsip
kesehatan “mencegah lebih baik daripada mengobati”, kesadaran masyarakat akan
bahaya mengkonsumsi obat-obat kimia dalam jangka waktu yang lama dan
permintaan konsumen akan ​natural products​ (Nurul, 2008).
Berdasarkan khasiatnya, ada lima komoditi tanaman obat potensial yang
dapat dikembangkan yaitu temulawak, kunyit, kencur, jahe, dan purwoceng.
Tanaman jahe merupakan tanaman rempah-rempah sekaligus tanaman yang
berfungsi sebagai bahan baku obat-obatan. Masyarakat Indonesia menggunakan
rimpang jahe sebagai bumbu masakan, yang dapat memberikan aroma dan rasa
pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai jenis
minuman. Jahe juga dapat digunakan sebagai bahan baku jamu tradisional,
minyak wangi, serta berbagai produk olahan lainnya. Masyarakat luar negeri juga
menggunakan jahe sebagai bahan baku untuk aneka macam produk, sehingga jahe
juga merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat diandalkan (Andoko,
2005).
Selama ini di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma
rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe
emprit dan jahe merah. Karena kadar minyak atsiri dan oleoresin jahe merah lebih
tinggi dibandingkan kedua tipe jahe lainnya maka tanaman ini sangat cocok
digunakan sebagai bahan baku obat-obatan atau jamu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.​ ​Deskripsi Tanaman Jahe Merah


Jahe merah (​Zingiber officinale ​Linn. Var. rubrum) termasuk salah satu
komoditas obat dan rempah yang juga merupakan prioritas dalam temu-temuan.
Dalam industri farmasi, jahe merah banyak digunakan untuk obat dalam (oral) dan
obat luar (Yuliani, 2009).
Jahe merah tergolong pada tumbuhan semak yang memiliki umbi batang
dan rimpang. Batangnya merupakan batang semu, terdiri dari pelepah-pelepah
daun yang berpadu. Tinggi batang antara 40 sampai 60 cm, bahkan bisa mencapai
1 meter. Umbi batang dan rimpang tumbuh menjalar di dalam tanah secara
mendatar. Umbi batangnya tumbuh memanjang, bercabang-cabang dengan cara
bertunas. Tunas-tunas inilah yang dikenal dengan rimpang, berupa bonggol
beruas-ruas, yang memiliki aroma yang khas dan rasa yang pedas. Warna rimpang
merah, berukuran kecil dan berserat kasar. Di sekitarnya terdapat akar-akar
serabut yang lebih banyak terdapat pada bagian bawah rimpang (Yuliani, 2009).
Jahe merah hendaknya dibudidayakan di tanah subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik (humus) dan berdrainase baik untuk mendapatkan
rimpang jahe yang gemuk dan berdaging. Pengembangan jahe merah umumnya
dilakukan pada tanah-tanah latosol, aluvial, podsolik merah kuning yang cukup
subur dan andosol yang mengandung bahan organik relatif tinggi. Tanaman jahe
merah tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki banyak
genangan air (drainase buruk), tanah rawa, tanah liat berat, dan pada tanah yang
didominasi oleh kandungan pasir kasar atau kerikil (Rusli, 2006).
Klasifikasi tanaman jahe merah adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberacea
Genus : ​Zingiber
Spesies : ​Zingiber officinale Linn. var Rubrum
Sentra produksi jahe merah di Indonesia terdapat di Sumatera, Bengkulu,
dan Lampung. Jahe merah selalu dipanen setelah berumur 8 – 9 bulan. Jahe ini
memiliki kandungan minyak atsiri paling tinggi dibandingkan jahe besar dan jahe
kecil, yakni sebesar 4% sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan. Penanaman
jahe merah oleh petani biasa digunakan untuk obat, minyak atsiri dan oleoresin.
Di Halmahera Barat, masyarakat hanya memanfaatkan jahe merah sebagai obat
tradisional dan bumbu masak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petani untuk mendapatkan
produksi jahe merah yang optimal selain dengan pembibitan yang baik adalah
melalui cara penanaman yang benar dan pemeliharaan yang meliputi penyulaman,
penyiangan, pembumbunan (penggemburan), pemberian serasah (​mulching​), serta
pemupukan. Pengendalian hama dan penyakit yang dapat mengganggu hasil
produksi jahe merah juga dibutuhkan, karena salah satu kendala pengembangan
komoditas jahe merah adalah penyakit layu bakteri (​Pseudomonas
solanacearum) ​yang menyebabkan turunnya produksi dan mutu (Rusli, 2006).

2.2. Produk dan Syarat Mutu Jahe Merah


Tanaman jahe merah dapat dijual dalam bentuk jahe segar maupun dalam
bentuk olahan lainnya seperti bubuk jahe, jahe kering, minyak atsiri, dan
oleoresin. Jahe merah segar lebih banyak dikonsumsi oleh pasar domestik untuk
kepentingan kesehatan. Hal ini terkait dengan kebiasaan orang Indonesia yang
sejak dulu sudah gemar mengkonsumsi tanaman obat termasuk jahe merah.
Selain untuk memenuhi permintaan pasar domestik, jahe merah segar
maupun bentuk olahan lainnya dapat diekspor. Jahe merah dan produk olahan jahe
merah harus memenuhi syarat-syarat mutu yang telah ditetapkan agar lebih bisa
bersaing di pasaran. Secara umum, jahe merah mengandung 3,9% minyak atsiri,
44,99% kadar pati, 7,46% kadar abu, serta 43,65% kadar serat. Berikut ini
merupakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga jahe merah dan
produk olahan jahe merah bisa dipasarkan di dalam maupun di luar
negeri (Yuliani, 2009).
Contoh produk jahe merah:

Produksi : Haifa Herbal

Perizinan : DINKES.P.IRT.NO.209320302021

ISI : 330 gr

Jahe Merah merupakan salah satu dari 3 jenis jahe yang populeh
di indonesia, jahe jenis ini memiliki banyak kandungan minyak
atsiri yang tinggi dan rasanya yang paling pedas, sehingga
sangat cocok sebagai bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran
rimpangnya paling kecil dengan berkulit warna merah, serta
seratnya lebih besar dibanding jahe biasa. Jahe Merah Zein
diracik khusus dari bahan-bahan pilihan, tanpa pengawet, selain
rasanya yang nikmat sangat baik juga untuk menjaga kesehatan
dan memulihkan stamina. Diproduksi secara higienis, sehingga
menjaga kualitas jahe merah.
Komposisi :

Jahe merah

Habbatussauda

Madu

Ginseng

Mahkota Dewa

Gula Aren

Gula Tebu

Secang

Sambiloto

dan Lada Hitam

Jahe Merah ‘Zein” Insya Allah berkhasiat untuk :

Mampu Mengatasi pegal-pegal

Mampu Mengatasi radang tenggorokan (bronchitis)

Mampu Mengatasi sakit demam (fevers)

Mampu Mengatasi sakit encok,

Mampu Mengatasi sakit pinggang

Dapat Membersihkan kotoran dalam tubuh

Mampu Menambah stamina (tonikum)

Mampu Mencegah penggumpalan darah

Mampu Mencegah perut buncit

Mengatasi pencernanan kurang baik

Sebagai obat bengek (asma)

Sebagai obat pencahar (laxative)


Sebagai obat untuk melawan gejala penyakit (alophathia)

Mampu Mengatasi gangguan lambung

Mampu Mengatasi kurang darah

Mampu Mengatasi kurang darah (anemia)

Mampu Mengatasi kurang daya penglihatan

Mampu Mengatasi masuk angin (expectorant)

Mampu Mengobati batuk

Mampu Mengobati sakit kepala

Mampu Menurunkan tekanan tinggi

Menambah stamina dan gairah

Mampu menurunkan kolesterol

Mengobati susah tidur

Anjuran Minum :

Seduh jahe merah “Zein” kedalam satu cangkir, tambahkan air


panas ±150 ml, aduk perlahan sampai larut. ​Untuk manfaat yang
optimal, minumlah jahe merah zein rutin setiap hari

2.3. Standrisasi dan Ekstrak


Persyaratan Simplisia (SNI, 2005) :
a) Kesegaran Jahe segar rimpang (rhizoma) dari tanaman jahe Zingiber officinale
var emprit, yang sudah tua/matang fisiologis, berbentuk utuh dan segar serta
dibersihkan. jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus/tidak
mengkerut, kaku, dan mengkilat.
b) Bentuk Rimpang Rimpang jahe dinyatakan utuh apabila maksimal 2 anak
rimpang patah pada pangkalnya.
c) Rimpang Bertunas Jahe segar dinyatakan rimpang bertunas apabila salah satu
atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas.
d) Kenampakan Irisan Melintang Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu
rimpangnya dinyatakan cerah apabila penampangnya berwarna cerah khas jahe
segar.
e) Serangga Hidup, Hama, dan Penyakit
Semua organisme yang dapat dilihat dengan mata tanpa pembesaran.
f) Rimpang yang Terluka
Rimpang yang luka pada jaringan endodermis
g) Rimpang Busuk
Rimpang dinyatakan busuk bila terdapat bagian yang lebih lunak yang disebabkan
jamur atau bakteri dari rimpang yang masih segar
h) Kadar Ekstrak Larut dalam Air
Persentase ekstrak yang larut dalam air dari bahan yang telah dikeringkan di
udara.
i) Kadar Ekstrak Larut dalam Etanol
Persentase ekstrak yang larut dalam etanol dari bahan yang telah dikeringkan di
udara.
j) Jumlah Telur Nematoda
Jumlah telur nematoda yang ditemukan dalam tiap gram cuplikan kering.
Rimpang jahe adalah rimpang Zingiber officinale Rosc. Kadar minyak
atsiri tidak kurang dari 0,7% v/b (Materia Medika, 1978)

Pemerian Bau aromatik; rasa pedas


Kadar Abu Tidak lebih dari 5%
Kadar Abu yang Tidak Terlarut Dalam
Tidak lebih dari 3,9%
Asam
Kadar Sari Yang Larut Dalam Air Tidak kurang dari 15,6%
Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol Tidak kurang dari 4,3%
Bahan Organik Asing Tidak lebih 2%
Lakukan penetapan kadar menurut cara
Penetapan Kadar yang tertera pada
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Minyak atsiri 2%-3% mengandung
zingiberen, felanderen, kamfen,
Isi Simplisia limonene, sineol, sitral dan zingiberol,
minyak dammar yang mengandung
zingeron
Penggunaan Simplisia Karminatif

Menurut Badan Standarisasi Nasional, 2005 :

● Syarat umum

No Jenis Uji Persyaratan


1. Kesegaran jahe Segar
2. Rimpang bertunas Tidak ada
3. Kenampakan irisan melintang Curah
4. Bentuk rimpang Utuh
5. Serangga hidup dan hama lain Bebas

● Syarat khusus
2.2 Kandungan Kimia Jahe Merah (​Zingiber officinale)​

Jahe merah merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang


semu. Jahe merah termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu
keluarga dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak, temuhitam, kunyit, dan
kencur. Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan
ketinggian 30 cm-100 cm, namun kadang-kadang tingginya dapat mencapai 120
cm. Daunnya sempit, berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir
bunga ungu gelap, rimpangnya berwarna merah, dan akarnya
bercabang-cabang,berwarna kuning dan berserat 1 ​(Widiyanti, 2009: 45-46) ,
seperti pada gambar :
Gambar . Jahe Merah

Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (​volatile oil ),


minyak tak menguap (​non-volatile oil)​ , dan pati. Minyak menguap disebut minyak
atsiri merupakan komponen pemberi aroma khas, sedangkan minyak yang tak
menguap disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.
Komponen yang terdiri dari oleoresin merupakan kandungan jahe merah yang
meliputi fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin (Herlina dkk, 2004
: 1-3).

Berdasarkan beberapa penelitian, dalam minyak atsiri jahe merah terdapat


unsur-unsur n-nonylaldehyde, d-camphene, cineol, geraniol, dan zingiberene.
Bahan-bahan tersebut merupakan sumber bahan baku terpenting dalam industri
farmasi atau obat-obatan. Kandungan minyak atsiri dalam jahe merah kering
sekitar 1-3 %. Komponen utama minyak atsiri jahe merah yang menyebabkan bau
harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe merah banyak
mengandung komponen-komponen non volatil yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada komponen volatil minyak atsiri. Oleoresin tersebut mengandung
komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai komponen utama
serta shagaol dan zingeron dalam jumlah sedikit. Kandungan oleoresin jahe merah
segar berkisar antara 0,4 – 3,1 persen (Herlina dkk, 2004: 1-3).

Tabel kandungan jahe merah (%) (Sazalina, 2005: 42) :

Kandungan Persentase
(%)

Tepung 40-60
Protein 10
Lemak 10
Oleoresin 4-7,5
Volatile Oil 1-3
Bahan lain 9.5

2.3 Penggunaan Empiris dan Efek Farmakologis

Selama ini, jahe menjadi tumbuhan obat utama di China, Ayuverda, dan
TibbUnani untuk pengobatan katarak, reumatik, gingivitis, sakit gigi, asma,
stroke, konstipasi, dan diabetes (Ali et al., 2007). Grzanna et al. (2005)
menemukan bahwa jahe juga dapat memiliki aktivitas sebagai agen
anti-inflammasi. Ekstrak metanolik dari jahe ini memiliki aktivitas sebagai
antihiperlipidemia, antihiperglikemia, dan antihiperinsulin. Pemberian ekstrak
metanolik jahe pada tikus yang diinduksi pemacu obesitas selama 8 minggu
menunjukkan adanya penurunan level glukosa dan insulin (Goyal dan Kadnur,
2006). Pada dosis 500mg/kg ekstrak jahe ini efektif secara signifikan dalam
menurunkan level glukosa, kolesterol, dan triasilgliserida yang berpotensi untuk
dikembangkan pada terapi penyakit diabetes

Salah satu kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada jahe adalah
gingerdion. Senyawa ini terbukti memiliki aksi sebagai inhibitor siklooksigenase,
suatu enzim yang berperan dalam proses inflammasi atau peradangan (Ridley,
 1924)

Selain itu, aktivitas farmakologi dari ekstrak jahe sebagai antimual dan
muntah juga telah banyak diteliti. Ekstrak aseton dan ekstrak etanolik 50% jahe
dengan pemberian pada dosis 100, 200, dan 500 mg/kg secara signifikan
memengaruhi kecepatan pengosongan lambung. Aksi dari senyawa yang
terkandung dalam ekstrak aseton jahe ini menyerupai aksi Ondansentron, obat
yang beraksi pada reseptor 5HT-3 yang berperan dalam respon mual muntah.
Sehingga, penggunaan ekstrak jahe ini dapat diberikan pada pasien paska operasi
 untuk mengurangi resiko mual-muntah (Purseglove, 1974)
2.4 Pengujian

Hasil penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa antioksidan


alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal
bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat
sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi.
Beberapa senyawa fenol, termasuk gingerol, shogaol dan zingeron memberikan
aktivitas farmakologi dan fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflammasi,
analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik.

Penelitian Al Amin et al. mempelajari potensi hipoglikemik jahe pada


tikus yang telah diinduksi diabetes, dengan memberikan jahe segar sebanyak 500
mg/kg setiap hari selama 7 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis
tersebut signifikan efektif menurunkan level serum glukosa, kolesterol dan
triasilgliserol.10 Singh et al. pernah meneliti tentang pengaruh pemberian jahe
sebagai antiglikemik, menurunkan lemak darah dan sebagai agen antioksidan
untuk diabetes tipe

Penelitian Abdulrazaq et al. Juga telah membuktikan efektifitas dari


ekstrak jahe merah sebagai penurun kadar glukosa darah karena sifat
hipoglikemik yang dimilikinya. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
memberikan ekstrak jahe merah dalam berbagai dosis yang bervariasi pada tiga
kelompok yang diberi perlakuan. Dosis yang diujikan adalah dosis ekstrak jahe
merah sebesar 100mg/kg BB, 300mg/Kg BB, 500mg/kg BB.13Aloksan
(2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa hidrofilik dan
tidak stabil. Waktu paruh pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5 menit dan bisa
lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat
digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang
digunakan biasanya 65 mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah
2-3 kalinya.
2.5 Produk yang Dihasilkan

Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populersebagai rempah-rempah


dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas
tengah.Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Selain
zingeron, juga ada senyawa oleoresin (gingerol,shogaol), senyawa paradol yang
turut menyumbang rasa pedasini. Zingeron
(4-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-butanon) Zingeron memiliki berat molekul
194,22 g/mol, titik leleh 40-410C dan titik didih 187-1880C pada 14 mmHg.
Beratmolekulnya yang besar dan gugus karbonil yang polar padarantainya
membuat molekul zingeron saling tarik menariksecara kuat. Hasilnya, zingeron
tidak mudah menguap. Bauzingeron pada jahe tidak kuat namun ekor
hidrokarbonnyamemberikan rasa pada jahe ketika ini kontak
denganreseptornya.Zingeron digunakan sebagai perasa buatan Zingeron ​ialah
suatu pemblok β​-​adrenoseptor sehingga dapatmenghambat oksidasi lipid.
Ini menyebabkan zingeron memiliki efek kardioprotektif sehingga dapat
digunakan sebagai obat berbagai penyakit kardiovaskular. Zingeron juga memiliki
aktivitas sebagai antioksidan yang berguna bagi kehidupan
manusia. Jahe merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiahZingiber
Officinale Roscoe.Tanaman jahe berasal dari asia pasifik dan tersebar dari India
sampai Cina. Di dunia perdagangan, penanaman jahe berdasarkan daerah asalnya,
misalkan jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu,
di Cina Jahe sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia,
Filipina,danIndonesia jahe banyak digunakan​s​sebagai obat tradisional. Sedangkan
di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan sebagai aromapada bir. Jahe
sering kita temui sehari-hari. Banyak manfaat yang kita dapat dari penggunaan
jahe. Diantaranya sebagai bumbu masak, pemberi aroma, dan rasa pada roti, kue,
biscuit,kembang gula, serta berbagai minuman (bandrek, sekoteng,dan sirup). Jahe
juga dapat digunakan pada obat tradisional sebagai obat sakit kepala, obat batuk,
masuk angin,untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia,
diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat antimual danmabuk perjalanan,
karminatif (mengeluarkan gas dari perut), kolera, diare, sakit tenggorokan,
difteria, neuropati, sebagai penawar racun ular dan sebagai obat luar untuk
mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak serta memar.
Jahe yang berasal dari Asia Tenggara, biasa ditanamdi daerah beriklim
tropis dan terkenal dengan umbi akarnya yang memiliki rasa pedas dan
beraroma tajam. Tanaman ini menghasilkan gerombolan kuncup bunga yang
bewarna putih dan merah yang akan merekah pada musim dingin.Karena
keindahan dan kemampuannya beradaptasi denganiklim panas, tanaman ini sering
digunakan untuk pertamanan. Batangnya yang berada di bawah permukaan tanah,
membentuk gerombolan, tebal, dan bewarna seperti tanah. Sedangkan yang di atas
tanah, tumbuh sekitar 12 inci dipermukaan, daunnya hijau dan bertulang tipis,
bunganya bewarna putih atau hijau kekuningan. Jahe merangsang keluarnya
ludah. Minyak volatile dan campuranaroma phenol (seperti pada gingerols
danshogaols) merupakan komponen penting yang ada pada
akar jahe. Penelitian di bidang pengobatan menunjukkan bahwa akar jahe efektif
untuk mual-mual selama dalam perjalanan. Karena mengandung banyak
antioksidan, maka akarnya dikeringkan dan dibuat menjadi pil. Gingerale dan bir
jahe telah lama digunakan sebagai pereda sakit perut. Air jahe digunakan pada
banyak negara sebagai pencegah kejangkarena cuaca yang sangat panas. Bubuk
jahe yang masih segar biasanya digunakan untuk pilek, gejala flu, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala.Menurut beberapa peneliti, jahe dapat menurunkan
kolesterol dan mencegah pembekuan darah, sehingga dapat terhindar dari struk
dan serangan jantung. Karena
itulah jahe harus menjadi makanan sehari-hari. Bicara mengenai kegunaannya
pada masakan, jahe merupakan bahan penting setiap masakan. Jahe dapat
digunakan sebagai penambah rasa dan pemanis daging sehingga mudah untuk
dicerna. Jahe dapat dipakai dalam keadaan segar atau kering, diparut atau
dicampur gula, dan sebagai sirup atau cuka. Di samping sebagai penguat rasa pada
kari dan hidangan vegetarian, jahe seringkali digunakan sebagai campuran teh
oleh orang-orang Asia. Di negara-negara seperti China dan Jepang, jahe
digunakan untuk bumbu sup atau saus. Sangat mengejutkan karena penggunaan
jahe pada hidangan-hidangan Eropa menurun sejak abad ke 18. Namun untuk
minuman, sajian mentah dengan tahu atau mie, roti, kue,dan biskuit, jahe masih
tetap digunakan

III. Penutup

Famili jahe-jahean (Zingiberaceae) merupakan salah satu kelompok


tumbuhan yang kita tahu telah banyak dimanfaatkan. Kegunaannya tidak hanya
sebagai tanaman obat, juga merupakan sumber panghasil minyak
esensial,tanaman industri dan bahan bumbu. Tiga jenis diantaranya sudah umum
diperdagangkan dan dibudidayakan yakni Zingiber officinale (jahe), Curcuma
domestica (kunyit) dan Elatteria cardamomum (gardamunggu atau
kapulaga). Jahe-jahean pada umumnya berupa tumbuhan terrestrial yang
tumbuh di hutan tropis, terdapat pada dataran rendah dihutan-hutan pebukitan,
tercatat pada ketinggian 200-500 mdpl. Habitat yang disenangi jahe-jahean
umumnya tempat-tempat lembab. Beberapa jenis juga ditemukan pada hutan
sekunder, hutan yang terbuka, pinggir sungai, rawa-rawa dan kadang dapat
tumbuh pada daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh. Beberapa jenis dari
Etlingera tumbuh padahutan sekunder atau lokasi hutan yang baru terbuka yang
mana bisa tumbuh dengan cepat seperti gulma. Bahkan beberapa diantaranya
dapat dijadikan indikator kerusakan habitat (Larsen et al, 1999; Sirirugsa, 1998)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrazaq NB, Cho MM, Win NN, Zaman R, Rahman MT. Beneficial effects of
ginger (zingiber officinale) on carbohydrate metabolism in
streptozotocin-induced diabetic rats. British Journal of Nutrition.​2011​; 108:
1194-201​.
Andoko, A. dan Harmono, (2005), ​Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe​,
Agromedia Pustaka: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, (2005), ​Standar Nasional Indonesia : Jahe Untuk
Bahan Baku Obat​, Badan Standarisasi Nasional

Hernani, Winarti C. Kandungan bahan aktif jahe dan pemanfaatannya dalam


bidang kesehatan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian; ​2011. 125-42​.

Herlina R., Murhananto, Endah J., Listyarini S.P., Pribadi S.T., (2004), ​Khasiat
dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib​, Agromedia Pustaka, Jakarta

 Larsen, M., J.M. Lock, H. Maas and P.J.M. Maas, 1998. Zingiberaceae. In: The
Families and Genera of Vascular Plants, Kubitzki, K. (Ed.). Vol. 4. Springer,
Berlin.

Nurul, (2008), ​Strategi pengembangan bisnis jahe (zingiber officinale rosc.) di


​ rogram Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis
Indonesia. Skripsi, P
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Purseglove, J.W., 1974. ​Tropical Crops Monocotyledons.​ Longman Group Ltd.,
London.
Rusli, dan Sofyan, dkk., (2006), ​Profil Sentra Produksi Tanaman Jahe (Zingiber
officinalle)​, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian.: Jakarta.
Ridley, H.N., 1924. ​The Flora of the Malay Peninsula​: Monocotyledones. Vol. 4,
Reeve Press, London.
Sazalina, (2005), ​Optimisation Of Operating Parameters For The Removal
Of Ethanol From Zingiber Officinale Roscoe (Ginger) Oleoresin Using
Short-Path Distillation,​ Master Thesis, Faculty of Chemical and Natural
Resources Engineering, Universiti Teknologi Malaysia.
Singh AB, Akanksha, Singh N, Maurya R, Srivastava AK. Anti-hyperglycaemic,
lipid lowering and anti-oxidant properties of [6]-gingerol in db/db mice.
International Journal of Medicine and Medical Sciences. ​2009​; 1(12): ​536-44​.

Widiyanti, Ratna., (2009), ​Analisis Kandungan Jahe​, UI Press, Jakarta

Yuliani, (2009), ​Pengembangan Produk Jahe Kering Dalam Berbagai Jenis


Industri,​ Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian vol. 5.

Anda mungkin juga menyukai