LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan pemulihan
kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah Sakit Umum Surya
Husadha Denpasar yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan
pelayanan kesehatan swasta dengan kualitas layanan premium yang terkemuka di Bali dan
Indonesia bagian timur memiliki fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit umum
Surya Husadha yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigm lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan 1
kesehatan.
1. TUJUAN
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda
D. Landasan Hukum
Landasan hukum pelayanan kefarmasian RSU Surya Husadha adalah berdasarkan;
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
3. PP No.23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan MenKes RI nomor : 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian
6. Peraturan Menteri Kesehatan no 58 tahun 2014
7. PP nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
8. Standar Kompetensi Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
9. Keputusan MenKes RI nomor : 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Tata Cara
Pemberian Izin Apotik.
10. UU no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
11. UU no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
12. Berdasarkan perubahan Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Surya Husadha.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSU Surya
Husadha dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang
efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa
Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
Surya Husadha dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non
elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Surya Husadha 6
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit Surya Husadha dikembangkan berdasarkan
pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium
Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
2. Perencanaan Kebutuhan
Kebutuhan akan barang medis di RSU Surya Husadha direncanakan menggunakan
metode dengan pertimbangan sebagai berikut;
a) Anggaran yang tersedia
b) Penetapan prioritas
c) Sisa persediaan
d) Data pemakaian periode yang lalu
e) Waktu tunggu pemesanan
f) Rencana pengembangan
Pada tahun 2015 pada instalasi farmasi (gudang obat) kami menggunakan metode
konsumsi dengan pareto ABC dan perhitungan stok maksimum dan minimum
(terlampir pada review)
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan
yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok,
penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka di RSU Surya Husadha proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian pembelian berkoordinasi dengan bagian instalasi
farmasi RSU Surya Husadha
RSU Surya Husadha memiliki metode pengadaan barang untuk mencegah terjadinya
kekosongan obat (stock out). Metode yang kami gunakan antara lain;
a) Pembelian
Untuk RSU Surya Husadha pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
i. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang
meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat
ii. Persyaratan pemasok/supplier
iii. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
iv. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
c) Sumbangan/Droping/Hibah
Obat sumbangan/hibah/droping dicatat dalam form khusus dan dimasukkan ke dalam
sistem agar mudah saat melakukan distribusi dan penelusuran penggunaan
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima dari distributor. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus 10
tersimpan dengan baik dan tercatat dalam SIM RS Inventory.
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya
b) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas
medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan perbekalan farmasi di RSU Surya Husadha dilakukan berdasarkan 11
bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO)
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving) yaitu dalam
kategori 6 bulan tidak pernah terjadi transaksi
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu satu tahun
berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala yaitu satu bulan sekali
9. Administrasi
Administrasi di instalasi RSU Surya Husadha dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, triwulan, dan tahunan.
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Pencatatan dilakukan untuk:
a. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM
14
b. Dasar akreditasi Rumah Sakit
c. Dasar audit Rumah Sakit
d. Dokumentasi farmasi.
2. Mengidentifikasi Risiko
Beberapa risiko yang berpotensi terjadi dalam pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a) Ketidaktepatan perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai selama periode tertentu sehingga dapat menyebabkan overstock
ataupun kekurangan stok
b) Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tidak
melalui jalur resmi oleh karena pada distributor resmi terjadi kekosongan bahan
c) Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
belum/tidak teregistrasi
d) Keterlambatan pemenuhan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
15
e) Kesalahan pemesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan) dan kuantitas
3. Menganalisa Risiko
Analisa risiko di Instalasi Farmasi RSU Surya Husadha dilakukan kualitatif, semi
kuantitatif, dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan memberikan deskripsi
dari risiko yang terjadi. Pendekatan kuantitatif memberikan paparan secara statistik
berdasarkan data sesungguhnya.
4. Mengevaluasi Risiko
Membandingkan risiko yang telah dianalisis dengan kebijakan pimpinan Rumah Sakit
(contoh peraturan perundang-undangan, Standar Operasional Prosedur, Surat Keputusan
Direktur) serta menentukan prioritas masalah yang harus segera diatasi. Evaluasi dapat
dilakukan dengan pengukuran berdasarkan target yang telah disepakati.
5. Mengatasi Risiko
Mengatasi risiko di Instalasi Farmasi RSU Surya Husadha dengan cara
a) Melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan Rumah Sakit
b) Mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi risiko
c) Menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis)
d) Menganalisa risiko yang mungkin masih ada
e) Mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi menghindari risiko,
mengurangi risiko, memindahkan risiko, menahan risiko, dan mengendalikan
risiko.
16
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait
Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan
pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetika, dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. 17
Kegiatan:
a) Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya
b) Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat
yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari
Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien,
obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat
digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal
harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan digunakan.
Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan
diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang,
berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat
penulisan Resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan Resep.
c) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang
harus dilakukan oleh Apoteker adalah;
d) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang
diberikan.
Proses rekonsiliasi di RSU Surya Husadha dilakukan pada saat pasien datang untuk diperiksa
di RSU Surya Husadha (bisa dilakukan di poliklinik ataupun UGD) dan dilakukan oleh DPJP.
Data rekonsiliasi dibuat rangkap 2 (dua) dengan satu copy yang terisi di bawa ke farmasi
untuk di verifikasi.
5. Konseling
Konseling Obat di RSU Surya Husadha adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau
saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga
terhadap Apoteker.
Tipe dan jenis pasien yang perlu diberikan konseling di RSU Surya Husadha adalah;
1) Kriteria Pasien
a) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui)
b) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan
lain-lain)
c) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tapering down/off)
d) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin)
e) Pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi)
f) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien
secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat 23
yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi
Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Tahapan PTO:
a) Pengumpulan data pasien
b) Identifikasi masalah terkait Obat
c) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat
d) Pemantauan
e) Tindak lanjut.
MESO bertujuan;
a) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang
b) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja
ditemukan
c) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya ESO
d) Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
e) Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan;
a) Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus
b) Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai
c) Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang
ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
PKOD bertujuan;
a) Mengetahui Kadar Obat dalam Darah
b) Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Instalasi Farmasi RSU Surya Husadha belum mampu melakukan kegiatan pemantauan kadar
obat dalam darah oleh karena terbatasnya fasilitas penunjang dan tenaga/sdm yang terlatih
Beberapa risiko yang berpotensi terjadi dalam melaksanakan pelayanan farmasi klinik adalah:
1. Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien Faktor risiko yang terkait
karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat terhadap kemungkinan kesalahan
dalam terapi. Faktor risiko tersebut adalah umur, gender, etnik, ras, status kehamilan,
status nutrisi, status sistem imun, fungsi ginjal, fungsi hati.
2. Faktor risiko yang terkait terkait penyakit pasien
Faktor risiko yang terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu tingkat keparahan,
persepsi pasien terhadap tingkat keparahan, tingkat cidera yang ditimbulkan oleh
keparahan penyakit.
3. Faktor risiko yang terkait farmakoterapi pasien
29
Faktor risiko yang berkaitan dengan farmakoterapi pasien meliputi; toksisitas, profil
reaksi Obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian, persepsi pasien terhadap
toksisitas, rute dan teknik pemberian, dan ketepatan terapi.
1. Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi kuantitatif.
2. Melakukan evaluasi risiko
3. Mengatasi risiko melalui ;
30
2. Persyaratan SDM
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian
harus di bawah supervisi Apoteker.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi seperti
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
31
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan
Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat inap dan rawat jalan, maka
kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan farmasi yang lain seperti di unit
logistik medik/distribusi, unit produksi steril/aseptic dispensing, unit pelayanan informasi
Obat dan lain-lain tergantung pada
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian dirawat inap dan rawat jalan,
diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk kegiatan Pelayanan 32
Kefarmasian di ruang tertentu, yaitu:
1. Unit Gawat Darurat
Apoteker juga dapat berperan dalam Uji Klinik Obat yang dilakukan di Rumah
Sakit dengan mengelola Obat-Obat yang diteliti sampai dipergunakan oleh subyek
penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terjadi
selama penelitian.
D. Distribusi Ketenagaan
a. Pelayanan 3 shift (24 jam)
b. Pelayanan 2 shift 35
c. Pelayanan 1 shift untuk apoteker dan disesuaikan dengan sistem pendistribusian
perbekalan farmasi di rumah sakit.
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana dan
peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku.
Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan antara fasilitas
untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada pasien, peracikan, produksi
dan laboratorium mutu yang dilengkapi penanganan limbah.
1. Sarana
a. Denah Ruang
TERLAMPIR
b. Standar Fasilitas
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan unit farmasi RSU Surya Husadha disesuaikan
dengan perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku;
a. Depo Pelayanan Rawat Inap
Terletak dilantai III gedung utama RSU Surya Husadha dan melayani seluruh
kebutuhan rawat inap dari lantai I hingga lantai IV.
b. Depo Pelayanan Rawat Jalan
Terletak di lantai II dekat dengan poliklinik rawat jalan, dan melayani seluruh pasien
rawat jalan RSU Surya Husadha.
c. Untuk proses dispensing obat puyer, kapsul, dank rim dilakukan di lantai II pada depo
rawat jalan dengan ruangan khusus (semi steril) yang dilengkapi dengan exhaust.
d. Untuk teknik aseptik dilakukan pada ruangan aseptis/ruang penyimpanan obat pasien
yang ada di lantai III dan IV gedung RSU Surya Husadha.
e. Sedangkan untuk logistik/gudang obat terletak di lantai I gedung perkantoran RSU
Surya Husadha.
36
2. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
d. Ruang Konsultasi
i. Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada pasien
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien 37
ii. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik) terletak dilantai II gedung
RSU Surya Husadha dekat dengan Apotek.
f. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam.
Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan,
peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang tersedia di unit farmasi RSU Surya Husadha;
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril maupun
aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat yang
sebagian besar tersimpan dalam bentuk softcopy/e-book.
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik
g. Alarm
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantor
a. Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filing kabinet dan lain-lain)
b. Komputer/laptop
c. Alat tulis kantor
d. Telpon dan Faximile
2. Peralatan Produksi
a. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik nonsteril
maupun steril/aseptik 38
b. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan obat yang
baik
A. Instalasi Farmasi
Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan
farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan
dengan tetap menjaga mutu.
Ketua KFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh
dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter.
43
B. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar
obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Komite Farmasi dan
Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
C. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain;
a. Konsumsi
b. Epidemiologi
c. Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang 44
tersedia
d. Berdasarka history pemakaian sebelumnya
D. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui;
a. Pembelian Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi;
Produksi Steril
Produksi Non Steril
Sumbangan/droping/hibah
E. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit;
Kriteria obat yang diproduksi;
Sediaan farmasi dengan formula khusus
Sediaan farmasi dengan harga murah
Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
F. Penerimaan 45
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan
aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, atau sumbangan.
G. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan dan
untuk penyimpanan di unit pelayanan depo farmasi rawat jalan dan rawat inap dibedakan
dalam beberapa kategori;
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
Dibedakan berdasarkan kategori high alert, LASA, dan Norum. Obat high alert
diletakkan di rak simpan dengan diberi label “high alert”.. (daftar obat high alert)
1. Agonis Adrenergik
- Epinephrine
- Norepinephrine (Vascon, Raivas, Arespin)
2. Antagonis Adrenergik
- Propanolol (Farmadral)
3. Obat Anestesi general, inhalasi, dan IV
- Propofol ( Trivam) - Isoflurane.
- Ketamine (Ketalar) - Forane.
- Halotane. - Precedex
- Hipnoz
4. Antiaritmia
- Lidocain (Xylocaine)
- Amiodarone (Cordarone, Azoran)
5. Obat Antitrombotik
- Anti koagulan (Warfarin (Simarc), Heparin (Inviclot)), enoxaparine (lovenox), Aspirin, Aspilet
- Factor Xa inhibitors (fondaparinux (Arixtra))
- Direct Thrombin inhibitor (dabigatran (Pradaxa))
- Pletaal 50 mg tablet, Pletaal 100 mgtablet .( Cilostazol )
- Cartilet tab, Ticuring tab ( Ticlodipine)
- Plavix tab dan CPG tab (Clopidogrel )
- Streptase inj ( Streptokinase )
- Ascardia 80 mg dan 160 mg tab ,Cardio aspirin tablet. ,Thrombo aspilet tab, Aspiletchew tab. (Asetosal)
6. Larutan hemodialisa
7. Epidural dan obat intratekal
Bupivacaine (Marcain), Levobupivacaine (Chirocaine)
8. Oral Anti Diabetes
- Obat Hipoglikemik
9. Obat Inotropik
- Digoxin (Fargoxin) 46
10. Insulin, sc dan iv
11. Obat sedasi sedang, iv
- Midazolam (Hipnoz, Miloz)
12. Obat sedasi sedang, oral, untuk anak-anak
- chloral hydrate
Obat emergensi disimpan tersendiri dalam trolley emergensi yang diinspeksi oleh
petugas farmasi setiap bulannya. Trolley emergensi dikunci dengan kunci khusus dan
brookseal merah
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
Mudah tidaknya meledak/terbakar
Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
H. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan;
Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
Metode sentralisasi atau desentralisasi
Sistem yang digunakan untuk rawat inap adalah one day dose yang tersimpan dalam
ruang khusus (ruang aspetik)
Untuk rawat jalan menggunakan sistem resep manual maupun otomatis melalui
sistem.
50
a. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
K. Penulisan Resep
Menetapkan bahwa penulis resep adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter
gigi spesialis dan yang berhak menerima dan mengelola resep adalah apoteker, yang bila
berhalangan hadir tugasnya dapat digantikan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten
Apoteker dibawah pengawasan Apoteker Pengelola. Apabila resep tidak jelas terbaca maka
asisten/apoteker menghubungi dokter penulis resep untuk konfirmasi kesesuaian dengan
resep. Apabila obat yang dimaksud dalam kategori LASA/NORUM maka harus melakukan
prosedur Read Back/CABAK dengan menggunakan sistem alphabet internasional.
L. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi;
Asal resep (ruang rawat inap maupun rawat jalan)
Tanggal resep 52
Nama dokter penulis resep
Nama obat.
M. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan/meracik obat,
memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai
disertai sistem dokumentasi dengan tujuan;
Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
Pasien memperoleh obat yang sesuai dan steril
1. Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya :
Dispensing sediaan farmasi khusus
a. Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjaminkompatibilitas,
dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan;
Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus
Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai
Mengemas menjadi sediaan siap pakai
Faktor yang perlu diperhatikan : 53
Ruangan khusus
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet Modifikasi
P. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang
berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
yang bertujuan untuk;
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas,
cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan;
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode open-ended question
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
Bagaimana cara pemakaian
Efek yang diharapkan dari obat tersebut. 55
Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
S. Penelaahan Resep
Penelaahan resep merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker/Asisten Apoteker
yang telah diberi pelatihan KIE untuk melakukan pengawasan terhadap setiap resep yang
masuk ke depo farmasi rawat inap/rawat jalan. Hal-hal pada resep yang perlu di telaah
adalah;
1. Kejelasan tulisan penulis resep (dokter)
2. Tepat obat
3. Tepat dosis
4. Tepat rute
5. Tepat waktu
6. Duplikasi obat
7. Alergi obat
8. Interaksi obat
Untuk bagian kontrol interaksi obat, hanya dilakukan apabila pasien mendapat ≥ 5 jenis
obat dan berdasarkan panduan obat-obat yang sering berinteraksi (buku panduan
kefarmasian). Interaksi obat dapat di kontrol melalui buku pustaka atau dengan cara on-line
(Medscape, MIMS, dan Medicalletter)
58
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai acuan bagi apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan
komunitas dalam melaksanakan program keselamatan pasien
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya program keselamatan pasien bagi apoteker di rumah sakit dan
komunitas secara sistematis dan terarah.
b. Terlaksananya pencatatan kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaaan obat
(adverse drug event) di rumah sakit dan komunitas.
c. Sebagai acuan bagi Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan terhadap apoteker di instalasi farmasi 59
rumah sakit dan apoteker di sarana komunitas.
D. Prosedur Pelaporan
Apabila terjadi kesalahan pemberian obat maka petugas harus melapor ke atasan unit
kerjanya dan dibuatkan investigasi sederhana untuk dilaporkan maksimal 1x24 jam ke
tim KKPRS RSU Surya Husadha dengan menggunakan formulir pelaporan kejadian
keselamatan pasien. Tim KKPRS selanjutnya melakukan analisa dengan
menggunakan fish bone analyze dan solusi serta tindak lanjut agar kejadian yang sama
tidak terulang kembali.
60
Dalam hal keselamatan kerja unit farmasi RSU Surya Husadha menerapkan prinsip
pengamanan diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, yaitu;
a. Penggunaan alat pelindung diri yaitu masker dan sarung tangan saat melakukan
pencampuran obat di ruang peracikan, untuk mencegah debu hasil racikan terhirup
dan terpapar pada telapak tangan.
b. Sebelum dan sesudah meracik obat melakukan 6 langkah cuci tangan sesuai standar
WHO.
c. Pemisahan obat/perbekalan farmasi yang tergolong dalam B3 disimpan dalam lemari
tersendiri.
61
B. Evaluasi
Jenis Evaluasi
Evaluasi pelayanan unit farmasi di RSU Surya Husadha dilakukan berdasarkan kinerja yang
dilakukan oleh tiap unit kerja, yaitu;
1. Unit Kerja Logistik
a. Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan logistik medis untuk melayani
kebutuhan RSU Surya Husadha
b. Validasi hasil stock opname oleh penanggung jawab unit
c. TOR dari perbekalan farmasi dan alat kesehatan, serta barang umum.
d. Jumlah persediaan yang tidak berjalan/slow dan dead stock.
e. Jumlah perbekalan farmasi yang dimusnahkan setiap triwulan.
2. Unit Pelayanan Rawat Inap dan Rawat Jalan
a. Tingkat kepatuhan dokter terhadap formularium
b. Persentase laporan obat ED yang dilaporkan sebelum 6 bulan
c. Evaluasi pelayanan resep obat
d. Penyimpanan obat sesuai dengan ketentuan
e. Keluhan pelanggan terhadap pelayanan farmasi 62
f. Kasus patient safety yang terjadi di unit farmasi
g. Kalibrasi alat non alkes
C. Metoda Evaluasi
1. Pendampingan/pengawasan
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar oleh bagian
SPI/QA pada tiap-tiap unit kerja.
2. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi, dilakukan dengan angket yang
dilakukan setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh bagian marketing.
3. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian obat yang dilakukan oleh unit pelayanan farmasi rawat
jalan.
D. Pengendalian Mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan farmasi
untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan mencegah ditarik dari
peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3
RS) yang meliputi;
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit .
63
Untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di unit farmasi RSU Surya
Husadha maka dilakukan monitoring dan evaluasi agar pelayanan kefarmasian yang
dilakukan sesuai dengan kaidah keselamatan pasien dan mencegah terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan dan berulang dimasa yang akan datang. Monitoring dan evaluasi dilakukan
terhadap :
1. Sumber daya manusia (SDM)
2. Pengelolaan perbekalan farmasi (seleksi, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi/penggunaan)
3. Pelayanan farmasi klinik (pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi
obat, konseling obat)
4. Laporan yang didokumentasikan.
Dari hasil monitoring dan evaluasi dilakukan intervensi berupa rekomendasi dan tindak lanjut
terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki seperti perbaikan kebijakan, prosedur, peningkatan
kinerja SDM, sarana dan prasarana ataupun organisasi. Hasil dari rekomendasi dan tindak
lanjut ini harus diumpan balikkan ke semua pihak yang terkait dengan program keselamatan
pasien rumah sakit. Untuk mengukur keberhasilan program kegiatan yang telah ditetapkan
diperlukan indikator, suatu alat/tolok ukur yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan.
Denpasar,
64