PENDAHULUAN
Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada
era modern ini, pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan yang
atmosfer bumi. Unsur-unsur berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa
berupa karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), Chloro Fluoro Carbon (CFC),
sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon (HC), benda partikulat, timah (Pb), dan karbon dioksida
(CO2). Unsur-unsur tersebut bisa disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan
terjadinya pencemaran udara. Pada Musim kemarau pencemaran udara paling sering
Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh
dua faktor. Pertama, karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan
manusia yang membuka lahan dan perkebunan dengan cara membakar. Kebakaran
hutan terjadi karena faktor kelalaian manusia dan faktor kesengajaan membakar hutan.
Gambut, Banjarbaru dan Martapura dimana pembukaan lahan dengan cara membakar
dilakukan pada saat pembukaan lahan baru atau untuk peremajaan tanaman industri
pada wilayah hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar dilakukan karena
biayanya murah, tapi jelas cara ini tidak bertanggung jawab dan menimbulkan dampak
yang sangat luas. Kerugian yang ditimbulkannya juga sangat besar. Kebakaran hutan dan
lahan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, kabut asap dapat menyebabkan
TINJAUAN PUSTAKA
Penyulut awal api (trigger) yang selama ini telah diketahui di hutan hutan rawa
Pembukaan lahan tidur sering terjadi di kiri dan kanan jalan raya Palangkaraya
hingga Kota Sampit. Pemilik lahan tidur membakar lahannya pada saat musim kering agar
lahannya tidak menjadi hutan dan untuk menunjukkan kepemilikan saat ada pembeli.
kering (tanah mineral). Selain kebakaran vegetasi di permukaan, lapisan gambut juga
terbakar dan bertahan lama, sehingga menghasilkan asap tebal akibat terjadi
gambut terbakar rata-rata 22.03 cm (variasi antara 0 – 42.3 cm) namun pada titik tertentu
lapisan dapat terbakar mencapai 100 cm. Oleh karena itu pemadaman kebakaran pada
lahan gambut sangat sulit dan memerlukan banyak air. Pengalaman TSA sejak 1997,
Limin et al. (2003) melaporkan bahwa untuk memadam total seluas 1m2 lahan gambut
diperlukan air sebanyak 200 – 400 liter sebagai pengaruh dari kerapatan limbak gambut.
Proses kebakaran adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan api, bahan
bakar, faktor iklim termasuk ketinggian dan meteorologi. Pembakaran bahan organik
adalah proses oksidasi yang menghasilkan uap air dan karbondioksida (CO2) sehingga
terbentuk senyawa yang tidak teroksidasi sempurna (misalnya karbon monoksida) atau
terbentuk senyawa tereduksi (misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemukan
alam asap yang terdiri dari partikel terhirup iritan dan gas serta dalam beberapa kasus
mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan komponen yang
bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air, bahan bakar aditif seperti pestisida yang
Lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat ulah
manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian dalam
menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi tertentu yang membuat rawan
terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino, kondisi fisik gambut yang terdegradasi dan
rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penyebab kebakaran oleh manusia dapat
saat kegiatan, misalnya dalam pembukaan areal HTI dan perkebunan serta
serta pembuatan api untuk memasak oleh para penebang liar dan pencari
menimbulkan kebakaran.
Beberapa faktor yang berperan seperti cuaca, fase kebakaran dan struktur tanah
dapat mempengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran. Secara umum cuaca berangin
membuat konsentrasi asap lebih rendah karena asap akan bercampur dengan udara.
Sistem cuaca regional akan membuat api kebakaran menyebar lebih cepat dan membawa
dampak yang lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan
membawa asap ke udara dan menetap, kemudian turun jika suhu menurun. Asap
kebakaran pertama biasanya langsung dibawa angin sehingga menjadi prediksi area
Partikel
Karbon monoksida
Aldehid
Asam organik
Radikal bebas
Ozon
Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang terdifusi
di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral.
Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Komposisi asap
tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan pembakar, kelembaban, temperatur api,
kondisi angin dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama.
Jenis kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa, lignin, tanin, polifenol, minyak,
lemak, resin, lilin dan tepung, akan membentuk campuran yang berbeda saat terbakar.
Perubahan kualitas fisik gambut (penurunan porositas total, penurunan kadar air
kualitas kimia gambut (peningkatan pH, kandungan N-total, kandungan fosfor dan
kandungan basa total yaitu Kalsium, Magnesium, Kalium, dan Natrium, tetapi terjadi
populasi dan komposisi vegetasi hutan juga akan terganggu (benih-benih vegetasi di
hayati.
meningkatkan jumlah air yang mengalir di permukaan (surface run off). Kondisi demikian
menyebabkan gambut menjadi kering dan mudah terbakar, terjadinya sedimentasi dan
perubahan kualitas air serta turunnya populasi dan keanekaragaman ikan di perairan.
Selain itu kerusakan hidrologi di lahan gambut akan menyebabkan jangkauan intrusi air
laut semakin jauh ke darat. Gambut menyimpan cadangan karbon, apabila terjadi
kebakaran maka akan terjadi emisi gas karbondioksida dalam jumlah besar.
2.5 Pengaruh Kebakaran Hutan Dan Lahan Terhadap Indeks Pencemaran Udara
pollutant standard index (PSI) yang dikeluarkan oleh United States Evironmental
Indonesia menggunakan istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) atau PSI
1. PSI 0 – 50 Sehat
mempengaruhi paru dan saluran napas. Komponennya juga diedarkan ke seluruh tubuh;
menerima akibat buruk polusi ini dan secara tidak langsung dapat mengkonsumsi zat
makanan atau air yang terkontaminasi. Polusi udara lain yang berdampak buruk pada
kesehatan adalah Ozon (O3), radiasi pengion. Penilaian polusi udara perlu
Variasi geografis
Variasi cuaca
Faktor meteorologi.
komponen yang dapat merugikan kesehatan baik dalam bentuk gas maupun
partikel. Komponen gas dalam biomassa besar yang mengganggu kesehatan adalah
karbon monoksida (CO), sulfurdioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan aldehid.
Beberapa senyawa lain seperti ozon (O3), karbon dioksida (CO2) dan hidrokarbon juga
lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi
toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal
tubuh, termasuk hidung dan mulut. Luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena
adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas. Kematian karena
menghirup asap tanpa luka bakar jarang terjadi (sekitar < 10 %). Sedangkan kematian
karena menghirup asap dengan luka bakar lebih sering yaitu sekitar (30-50%).
Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang lebih berat,
fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini. Selain itu
Upaya terbaik tentu mencegah kebakaran hutan, ini perlu jadi prioritas utama.
Karena keterbatasan sarana kesehatan dalam mencegah bahaya kebakaran hutan maka
kebakaran itu sendiri. Perlu dibina kerjasama lintas sektoral kesehatan, lingkungan hidup
dan pihak meteorologi yang baik untuk memantau polusi akibat kebakaran hutan. Kalau
asapnya telah menyebar, perlu dilakukan berbagai tindakan untuk melindungi masyarakat
luas dari pajanan asap. Masyarakat sedapat mungkin melindungi dirinya sendiri dari
pajanan asap dan pemerintah setempat memberikan penyuluhan tentang bahaya dan
Pencegahan kebakaran hutan dapat dimulai dari para pengguna api lahan. Para
pengguna api baik masyarakat maupun perusahaan dapat diperankan sebagai pencegah
api liar (wild fire) awal sebelum api menyebar ke lokasi-lokasi lain yang tidak diinginkan.
Apabila api liar telah menyebar secara luas ke seluruh arah, ia akan menjadi bencana
kebakaran yang sangat sulit untuk dipadamkan sekalipun menggunakan alat teknologi
tinggi. Beberapa kali peristiwa kebakaran besar di rawa gambut telah menjadi pelajaran
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Upaya pencegahan kebakaran hutan yang menjadi prioritas utama yaitu dengan
kesehatan, lingkungan hidup dan pihak meteorologi yang baik untuk memantau polusi
akibat kebakaran hutan, penyuluhan oleh pemerintah daerah setempat tentang bahaya
dan cara pencegahan kebakaran hutan kepada masyarakat. Salah satu cara pencegahan
penyakit yang ditimbulkan dari asap kebakaran yang banyak digunakan adalah pemakaian
masker karena relatif murah. Masker yang baik yaitu mampu menyaring lebih dari 95%
partikel > 0,3µ dan biasanya diberi kode R95, N95, atau P95 dengan pemasangan yang
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara akibat kebakaran hutan, yaitu :