PROPOSAL
Disusun oleh:
Reza Yozani Tjipto 114217520
Michael Irawan 114217525
M. Hardika Adi Saputra 114217542
Wydia Opsitari 114217547
Titah Arya M. 114217611
Linda Weni Melianawati 114217619
Ni Luh Putu Evayanti 114217630
Ilmi Anna 114217644
PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronis saat ini menjadi perhatian masyarakat global dengan
prevalensi yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi.
Meningkatnya prevalensi gagal ginjal kronis beriringan dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes mellitus dan hipertensi. Menurut
rise t ( Hill et, all, 2016) memaparkan prevalensi global gagal ginjal kronis sebesar
13,4%. Di Indonesia sendiri perawatan penyakit ginjal menempati urutan ke dua dari
pembiayaan terbesar dari BPJS setelah penyakit jantung (Kemenkes, 2017).
Sedangkan prevalensi gagal ginjal kronis berdasar diagnosis dokter di
Indonesia rata-rata sebesar 0,2 %. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar
0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%. Sementara
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3% (Riskesdas, 2013).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi dimana bertumbuh dan berkembang
biaknya kuman atau mikroba dalam jumlah bermakna yaitu 105 CFU (Colony
Forming Unit) atau lebih dalam setiap milimiter urin segar (UKK Nefrologi IDAI,
2011).
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan urine dan
berbagai saluran dan reservoar yang dibutuhkan untuk membawa urin ke luar tubuh.
Ginjal yang merupakan organ berbentuk kacang dengan posisi ginjal kanan lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati (Sylvia, 2006)
Gentamisin merupakan golongan aminoglikosida yang efektif untuk
mikroorganisme gram positif dan negatif. (Katzung, 2012, p. 825). Gentamisin
digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif termasuk Pseudomonas,
Proteus, Serratia dan gram positif Staphylococcus, infeksi tulang, infeksi saluran
pernapasan, kulit, jaringan, abdomen, saluran urinary, septicemia; untuk pengobatan
endokarditis (Drug Information Handbook 25th edition, 2016). Golongan
aminoglikosida berikatan dengan subunit ribosom bakteri pada 30S dan sampai batas
50S sehingga menghambat sintetis protein dan menyebabkan kesalahan transkripsi
dari kode genetik bakteri (MD 38th edition, 2014).
1.3 TUJUAN
1) Mengetahui interaksi pada obat furosemid dan gentamisin
2) Mengetahui dosis gentamisin sebelum, pada saat, dan sesudah
melakukan hemodialisis
3) Mengetahui prediksi dosis dan interval pemberian gentamisin pada
pasien Gagal Ginjal Kronis dan Infeksi Saluran Kemih (ISK)?
4) Mengetahui dosis penyesuaian Gentamisin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronis merupakan suatu proses berlanjut secara signifikan, penurunan
nefron yang irreversible dan biasanya pada stage 3-5. Sedangkan penyakit ginjal tahap
akhir (ESRD) menunjukkan tahapan penyakit gagal ginjal kronis ditandai dengan
akumulasi dari toksin-toksin, cairan, dan elektrolit yang secara normal diekskresi ginjal
sehingga menimbulkan uremik sindrom. Sindrom ini sangat fatal karena berujung
kematian kecuali toksin tersebut dibuang melalui renal replacement therapy (RRT)
menggunakan dialisis atau transpantasi ginjal (Ari, 2015)
Pemeriksaaan adanya gangguan kerusakan ginjal dapat melalui pemeriksaan
kratinin serum ataupun klirens kreatinin. Kreatinin dapat dilakukan pemeriksaan untuk
fungsi ginjal dengan nilai nilai normal adalah 0,6-1,3 mg/Dl. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada
penurunan fungsi ginjal. Serum kreatinin berasal dari massa otot, tidak dipengaruhi oleh
diet, atau aktivitas dan diekskresi seluruhnya melalui glomerulus. Tes kreatinin berguna
untuk mendiagnosa fungsi ginjal karena nilainya mendekati glomerular filtration rate
(GFR).
Pemeriksaan fungsi ginjal lain dapat dilakukan melalui kreatinin urin /klirens
kreatinin.
Tabel 2.2 Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klirens
Manifestasi klinis menurut jenis kelaminnya, gejala yang lazim ditemukan yaitu:
1. Pada wanita
a. Sistitis, dengan gejala : merasa ingin buang air kecil, demam ringan, rasanya seperti
terbakar bahkan adanya darah dalam air kemih.
b. Sindrom uretra, dengan gejala : rasa nyeri pada perut bagian bawah dan sering buang
air kecil.
c. Pyelonefritis, dengan gejala : rasa nyeri pada pinggang belakang disertai demam.
Walaupun jarang terjadi, namun penyakit ini perlu diwaspadai karena bisa merusak
ginjal.
2. Pada laki – laki
a. Prostatis, dengan gejala : sering buang air kecil , demam, terasa terbakar saat buang
air kecil, nyeri pinggang, dan prostate bengkak.
b. Sistitis, dengan gejala : demam ringan, sering buang air kecil, dan adanya darah
dalam air kemih. Gejala ini bisa timbul oleh karena bakteri atau obstruksi seperti
pembesaran prostate.
c. Uretritis, dengan gejala : keluarnya cairan pada uretra, terasa terbakar saat buang air
kecil, dan nyeri pada penis atau uretra.
Sedangkan pada lokalisasi terjadinya infeksi saluran kemih, gejala yang lazim
ditemukan yaitu:
1) Infeksi saluran kemih bagian atas
Gejala : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria
makroskopis.
2) Infeksi saluran kemih bagian bawah
Gejala : sering kencing, rasa panas atau terbakar dikandung kemih, dan nyeri
suprapubik (Siregar, 2000).
2.3 GENTAMISIN
Gentamicin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki
mekanisme aksi yaitu dengan menghambat sintesis proteindengan mengikat pada sub unit
ribosom 30S dari bakteri dan merupakan antibiotik yang efektif terhadap infeksi dari
bakteri gram negative. Gentamisin diisolasi dari Micromonospora purpurea.Efektif untuk
mikroorganisme gram positif dan negatif.(Katzung, 2012, p. 825).
I.M, I.V:
Dosis konvensional:
dilakukan sebelum, saat, dan setelah pemberian terapi terutama pada resiko terjadinya
loop
2.4 FUROSEMID
2.5 HEMODIALISIS
Hemodialisis merupakan suatu metode yang sering dilakukan pada pasien dengan
gagal ginjal akut.Darah dipompa ke dializer melalui sebuah pompa roller pada laju 300-
450 ml/menit.Obat dan metabolitnya berdifusi dari darah melewati membran
semipermeabel, sehingga dapat dihilangkan. Pada proses hemodialisis yang melibatkan
pasien yang menerima oba-obatan terapi, laju obat yang diberikan dihilangkan tergantung
pada lajur alir darah ke mesin dialisis (Shargel, et al., 2012).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ilustrasi Kasus
Seorang pria bernama Tn. Bagus (usia 47 tahun, BB= 73kg, dan TB = 161 cm)
mengalami gangguan ginjal dengan klirens kreatinin= 10 mL/ menit dan
albuminuria= 250 mg/ hari. Pasien masuk RS (MRS) dengan keluhan mual, muntah,
dan dari pemeriksaan dokter diketahui tanda edema pada wajah, dan ekstrimitas,
dan paru. Pasien diberi antibiotik gentamisin karena Infeksi Saluran Kemih (ISK)
akibat batu saluran kemih dan pasien harus melakukan cuci darah secara
hemodialisis. Aliran darah masuk ke mesin 300ml/ menit, kadar gentamisin dalam
plasma yang masuk ke mesin 15 mg/L, dan kadar gentamisin dalam plasma saat
keluar dari mesin 5 mg/L. Data pasien Vd= 0,25 L/kg BB, kadar albumin darah 2,7
mg/Dl. Oleh karena itu, dokter memberikan furosemide 2 ampul untuk mengatasi
edema dan gentamisin untuk ISK. Kadar MEC gentamisin pasien pada ISK
diinginkan sekitar 4-6 mikrogram/ml.
Penyelesaian:
Diketahui:
Jenis kelamin : Laki-Laki
Berat Badan : 73 kg
Tinggi Badan : 161cm
Cl pasien : 10 ml/ menit =0,6 L/jam
t ½ normal : 2-3 jam (DIH 24th ed, 2015, p. 960)
2-3 jam (Sweetman, 2009, p. 284)
t ½ ESRF (End Stage Renal Failure) : 20 jam (Renal Drug Handbook 4th ed)
Q : 300 ml/menit
Ca : 15 mg/L
Cv : 5 mg/L
18,5-23 Normal
23-27,5 Overweight
≥27,5 Obesitas
Interaksi obat terjadi secara serius. Salah satu diantaranya meningkatkan toksisitas
lainnya dengan efek sinergis dengan meningkatkan efek ototoksisitas dan nefrotoksisitas.
Hindari atau gunakan obat lainnya. Apabila digunakan,dapat dimonitoring adanya
penurunan potassium serum (https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker).
Sedangkan pada ( Stockley, 2008) interaksi terjadi hanya 20% pada penggunaan
furosemid dan gentamicin.
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Cpav =
𝑉𝑑 𝑥 𝑘 𝑥 𝜏
1,0 𝑥 15
Cpav = 0,0433
15,955 𝐿 𝑥 𝑥 6𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Cpav =
𝑉𝑑 𝑥 𝑘 𝑥 𝜏
1,0 𝑥 19
Cpav = 0,0433
15,955 𝐿 𝑥 𝑥 8𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Cpav =
𝑉𝑑 𝑥 𝑘 𝑥 𝜏
1,0 𝑥 14
Cpav = 0,0433
15,955 𝐿 𝑥 𝑥 8𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Cpav =
𝑉𝑑 𝑥 𝑘 𝑥 𝜏
1,0 𝑥 20
Cpav = 0,0433
15,955 𝐿 𝑥 𝑥 12𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
Dari perhitungan dosis dan interval pemberian infus intermitten gentamisin, maka
dipilih interval 8 jam dengan mempertimbangkan kenyamanan pasien sehari cukup 3 kali
infus.
Konversi dosis gentamisin menjadi gentamisin sulfat
𝑀𝑟 𝐺𝑒𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡
Dosis gentamisin sulfat = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑔𝑒𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑠𝑖𝑛
𝑀𝑟 𝐺𝑒𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑠𝑖𝑛
643,6207
Dosis gentamisin sulfat = 547,6207 𝑥 19 𝑚𝑔
Kandungan gentamisin sulfat pada sediaan yang tersedia di pasaran adalah 40 mg/ml
dalam 2 ml vial.
80 mg = 2 ml
22 mg = x ml
X ml = 22 mg/80 mg x 2 ml
X =0,55 ml jadi diambil 0,55 ml dari vial ~ 0,6 ml
𝐹 𝑥 𝐷𝑜 1
Cpss max = 𝑥 ( −𝑘 𝑥 𝜏)
𝑉𝑑 1−𝑒
1,0𝑥 20,4203 𝑚𝑔 1
Cpss max = 𝑥 ( −0,0433 𝑥 8)
15,955 𝐿 1−𝑒
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Cpav =
𝑉𝑑 𝑥 𝑘 𝑥 𝜏
1,0 𝑥 20,4203 𝑚𝑔
Cpav = 0,0443
15,955 𝐿 𝑥 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚
Dari perhitungan Tss 90% dimana Tss 90% merupakan waktu steady state yang paling
cepat untuk dicapai pada pasien, menunjukkan waktu yang sangat lama (>24 jam) untuk
mencapai steady state, maka dari itu diputuskan untuk memberikan pasien loading
dose.Loading dose direncanakan diberikan sekaligus dengan infus intermittent pertama,
maka dilakukan pengecekan kadar gentamisin dalam plasma dengan perhitungan sebagai
berikut :
643,6207
Gentamisin sulfat = 547,6207 𝑥 55 𝑚𝑔
= 64,6417 mg ~ 64 mg
Sediaan gentamisin sulfat yang tersedia di pasaran dengan kadar 40 mg/ml dalam 2
ml ampul, maka dispuit sebanyak
80 mg = 2 ml
40 mg = 1 ml
64 mg = x ml
64 mg/80 mg x 2 ml = 1.6 ml
1.6 ml / 2 ml x 80 mg = 64 mg (gentamisin sulfat)
547,6207
Dosis gentamisin yang dispuit = 643,6207 𝑥 64 𝑚𝑔
= 54,4540 mg (gentamisin)
Kemudian dilakukan pengecekan ulang
DL (gentamisin) = Cpss x Vd
54,4540 mg = Cpss x 15,955 L
Cpss = 3,4130 mg/L
Jadi larutan gentamisin yang diberikan terdiri atas loading dose sebanyak 1,6 ml
kemudian intermitten infusion dose sebanyak 0,6 ml.
Makrodrip
100,6 ml/jam
: 60 menit
1,676 ml/menit
x 20 tetes/ml
= 39,6398 mg gentamisin
Mr gentamisin gulfat
Dosis gentamisin sulfat = x dosis gentamisin
Mr gentamisin
643,6207
= 547,6027 x 39,6398 mg
= 46,5903 mg
= 47 mg
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7
Pukul 1. Pasien diberikan Diberikan Diberikan Diberikan Diberikan Diberikan Diberikan
06.00 Loading dose maintenance dose maintenance dose maintenance dose maintenance dose maintenance dose maintenance dose
gentamisin sulfat 64 mg gentamisin sulfat gentamisin sulfat gentamisin sulfat gentamisin sulfat gentamisin sulfat gentamisin sulfat
(1,6 ml) melalui rute 22 mg (0,6 ml) 22 mg (0,6 ml) 22 mg (0,6 ml) 22 mg (0,6 ml) 22 mg (0,6 ml) 22 mg (0,6 ml)
dalam 100 ml dalam 100 ml dalam 100 ml dalam 100 ml dalam 100 ml dalam 100 ml
intravena bolus selama
NaCl 0,9% melalui NaCl 0,9% melalui NaCl 0,9% melalui NaCl 0,9% melalui NaCl 0,9% melalui NaCl 0,9% melalui
3-5 menit. infus intermittent infus intermittent infus intermittent infus intermittent infus intermittent infus intermittent
selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam.
2. Diberikan maintenance
dose gentamisin sulfat
22 mg (0,6 ml) dalam
100 ml NaCl 0,9%
melalui infus
intermittent selama 1
jam.
3. Diberikan furosemide 2
ampul
Pukul Infus dihentikan dan dilakukan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan
07.00 Monitoring kadar gentamicin dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan
dalam plasma Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar
gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam
plasma plasma plasma plasma plasma plasma
Pukul Hemodialisa Hemodialisa
10.00
Pukul 1. Monitoring kadar 1. Hemodialisa 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Hemodialisa 1. Monitoring 1. Monitoring
14.00 gentamisin dihentikan kadar kadar dihentikan kadar kadar
2. Diberikan maintenance 2. Diberikan gentamisin gentamisin 2. Diberikan gentamisin gentamisin.
dose gentamisin sulfat maintenance
maintenance 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan
22 mg (0,6 ml) dalam dose
100 ml NaCl 0,9% dose gentamisin maintenance maintenance gentamisin maintenance maintenance
melalui infus intermittent sulfat 47 mg dose dose sulfat 47 mg dose dose
selama 1 jam. (1,175 ml) gentamisin gentamisin (1,175 ml) gentamisin gentamisin
dalam 100 ml sulfat 22 mg sulfat 22 mg dalam 100 ml sulfat 22 mg sulfat 22 mg
NaCl 0,9% (0,6 ml) dalam (0,6 ml) dalam NaCl 0,9% (0,6 ml) dalam (0,6 ml) dalam
melalui infus 100 ml NaCl 100 ml NaCl melalui infus 100 ml NaCl 100 ml NaCl
intermittent
intermittent 0,9% melalui 0,9% melalui 0,9% melalui 0,9% melalui
selama 1 jam.
selama 1 jam. infus infus infus infus
intermittent intermittent intermittent intermittent
selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam.
Pukul Infus dihentikan dan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan
15.00 dilakukan Monitoring kadar dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan
gentamicin dalam plasma Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar
gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam
plasma plasma plasma plasma plasma plasma
Pukul 1. Monitoring kadar 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Monitoring
22.00 gentamisin kadar kadar kadar kadar kadar kadar
2. Diberikan maintenance gentamisin. gentamisin. gentamisin gentamisin gentamisin gentamisin
dose gentamisin sulfat 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan 2. Diberikan
22 mg (0,6 ml) dalam maintenance maintenance maintenance maintenance maintenance maintenance
100 ml NaCl 0,9% dose gentamisin dose dose dose dose dose
melalui infus sulfat 22 mg gentamisin gentamisin gentamisin gentamisin gentamisin
intermittent selama 1 (0,6 ml) dalam sulfat 22 mg sulfat 22 mg sulfat 22 mg sulfat 22 mg sulfat 22 mg
jam. 100 ml NaCl (0,6 ml) dalam (0,6 ml) (0,6 ml) dalam (0,6 ml) dalam (0,6 ml)
0,9% melalui 100 ml NaCl dalam 100 ml 100 ml NaCl 100 ml NaCl dalam 100 ml
infus 0,9% melalui NaCl 0,9% 0,9% melalui 0,9% melalui NaCl 0,9%
intermittent infus melalui infus infus infus melalui infus
selama 1 jam intermittent intermittent intermittent intermittent intermittent
selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam. selama 1 jam selama 1 jam
Pukul Infus dihentikan dan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan Infus dihentikan
23.00 dilakukan Monitoring kadar dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan dan dilakukan
gentamicin dalam plasma Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar Monitoring kadar
gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam gentamicin dalam
plasma plasma plasma plasma plasma plasma
Pengecekkan Cp total dengan menggunakan rumus
𝐷𝑜
( )
Cp infus = 𝑉𝑑.𝑘 (1 − 𝑒 −𝑘.𝑡 )
𝑡
F.Do
Cp DL = (𝑒 −𝑘.𝑡 )
Vd
Cp total = Cp infus + Cp DL
T (jam) Infus 1 Infus 2 Infus 3 Infus 4 Infus 5 Infus 6 Infus 7 Infus 8 Infus 9 Cp total Loading dose maintenance dose
0 0 3,413 3,413 0
1 1,2526 4,5209 3,2684 1,2526
2 1,1995 4,3293 3,1299 1,1995
3 1,1486 4,1459 2,9972 1,1486
4 1,1000 3,9702 2,8702 1,1000
5 1,0534 3,8020 2,7486 1,0534
6 1,0087 3,6408 2,6321 1,0087
7 0,9660 3,4866 2,5206 0,9660
8 0,9250 3,3388 2,4138 0,9250
9 0,8858 1,2526 4,4499 2,3115 2,1384
10 0,8483 1,1995 4,2613 2,2135 2,0478
11 0,8124 1,1486 4,0807 2,1197 1,9610
12 0,7779 1,1000 3,9078 2,0299 1,8779
13 0,7450 1,0534 3,7422 1,9439 1,7983
14 0,7134 1,0087 3,5836 1,8615 1,7221
15 0,6832 0,9660 3,4318 1,7826 1,6491
16 0,6542 0,9250 3,2864 1,7071 1,5793
17 0,6265 0,8858 1,2526 4,3996 1,6348 2,7649
18 0,5999 0,8483 1,1995 4,2132 1,5655 2,6477
19 0,5745 0,8124 1,1486 4,0347 1,4991 2,5355
20 0,5502 0,7779 1,1000 3,8637 1,4356 2,4281
21 0,5269 0,7450 1,0534 3,7000 1,3748 2,3252
22 0,5045 0,7134 1,0087 3,5432 1,3165 2,2267
23 0,4832 0,6832 0,9660 3,3930 1,2607 2,1323
24 0,4627 0,6542 0,9250 3,2492 1,2073 2,0419
25 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,3641 1,1561 3,2080
26 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1792 1,1072 3,0720
27 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 4,0021 1,0602 2,9418
28 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,8325 1,0153 2,8172
29 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6701 0,9723 2,6978
30 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,5146 0,9311 2,5835
31 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3656 0,8916 2,4740
32 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,2230 0,8538 2,3692
33 0,3134 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,3390 0,8177 3,5213
34 0,3001 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1551 0,7830 3,3721
35 0,2874 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 3,9790 0,7498 3,2292
36 0,2752 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,8104 0,7181 3,0924
37 0,2635 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6490 0,6876 2,9613
38 0,2524 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,4943 0,6585 2,8358
39 0,2417 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3463 0,6306 2,7157
40 0,2314 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,2045 0,6039 2,6006
41 0,2216 0,3134 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,3212 0,5783 3,7429
42 0,2122 0,3001 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1381 0,5538 3,5843
43 0,2032 0,2874 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 3,9627 0,5303 3,4324
44 0,1946 0,2752 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,7948 0,5078 3,2870
45 0,1864 0,2635 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6340 0,4863 3,1477
46 0,1785 0,2524 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,4800 0,4657 3,0143
47 0,1709 0,2417 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3325 0,4460 2,8866
48 0,1637 0,2314 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,1913 0,4271 2,7643
49 0,1567 0,2216 0,3134 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,3086 0,4090 3,8997
50 0,1501 0,2122 0,3001 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1261 0,3916 3,7344
51 0,1437 0,2032 0,2874 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 3,9512 0,3750 3,5762
52 0,1376 0,1946 0,2752 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,7838 0,3592 3,4246
53 0,1318 0,1864 0,2635 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6234 0,3439 3,2795
54 0,1262 0,1785 0,2524 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,4699 0,3294 3,1405
55 0,1209 0,1709 0,2417 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3229 0,3154 3,0075
56 0,1158 0,1637 0,2314 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,1820 0,3020 2,8800
57 0,1108 0,1567 0,2216 0,3134 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,2998 0,2892 4,0105
58 0,1061 0,1501 0,2122 0,3001 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1175 0,2770 3,8406
59 0,1017 0,1437 0,2032 0,2874 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 3,9431 0,2652 3,6778
60 0,0973 0,1376 0,1946 0,2752 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,7760 0,2540 3,5220
61 0,0932 0,1318 0,1864 0,2635 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6160 0,2432 3,3727
62 0,0893 0,1262 0,1785 0,2524 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,4627 0,2329 3,2298
63 0,0855 0,1209 0,1709 0,2417 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3160 0,2231 3,0929
64 0,0819 0,1158 0,1637 0,2314 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,1755 0,2136 2,9619
65 0,0784 0,1108 0,1567 0,2216 0,3134 0,4431 0,6265 0,8858 1,2526 4,2935 0,2046 4,0889
66 0,0751 0,1061 0,1501 0,2122 0,3001 0,4243 0,5999 0,8483 1,1995 4,1115 0,1959 3,9156
67 0,0719 0,1017 0,1437 0,2032 0,2874 0,4063 0,5745 0,8124 1,1486 3,9373 0,1876 3,7497
68 0,0688 0,0973 0,1376 0,1946 0,2752 0,3891 0,5502 0,7779 1,1000 3,7705 0,1796 3,5908
69 0,0659 0,0932 0,1318 0,1864 0,2635 0,3726 0,5269 0,7450 1,0534 3,6107 0,1720 3,4387
70 0,0631 0,0893 0,1262 0,1785 0,2524 0,3568 0,5045 0,7134 1,0087 3,4577 0,1647 3,2929
71 0,0605 0,0855 0,1209 0,1709 0,2417 0,3417 0,4832 0,6832 0,9660 3,3111 0,1578 3,1534
72 0,0579 0,0819 0,1158 0,1637 0,2314 0,3272 0,4627 0,6542 0,9250 3,1708 0,1511 3,0198
3
2.5 Total Dose
2 loading dose
1.5
Maintenance Dose
1
0.5
0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73
T (JAM)
KESIMPULAN
Selama infusi IV, peningkatan konsentrasi obat dalam plasma diiringi dengan
peningkatan laju eliminasi obat, hal itu disebabkan laju eliminasi obat dipengaruhi
oleh konsentrasi obat dalam plasma (eliminasi obat = k.Cp). Konsentrasi plasma akan
terus meningkat hingga mencapai kadar tunak (steady state) di mana laju infus = laju
eliminasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa steady state berkaitan dengan laju infus
dan berbanding terbalik dengan klirens tubuh (Shargel, hal: 109).
R - k.t )
V d (1 - e
Cp = .k
Sesudah terjadi ss
R
Cpss =
Vd
.k
5. Kadar plasma steady state (Cpss) seharusnya ditetapkan pada kadar MEC berapa?
Jawab : kadar plasma steady state seharusnya ditetapkan pada kadar MEC 10-20
mg/ml (Martindale, 1227)
6. Bagaimana profil kadar obat dalam plasma, missal: 2 jam setelah infus distop?
Bagaimana rumusnya?
Jawab :
_𝑘𝑡
Cp = Cberhenti × 𝑒
Jawab: Loading dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk menurunkan waktu
mula kerja obat untuk mencapai MEC. Tujuan utama dari Loading dose adalah
untuk mencapai konsentrasi plasma yang diinginkan secepat mungkin. Rumus DL
= CSS x VD , Css (konsentrasi tunak obat), Vd (volume distribusi obat). (Shargel hal
117, 205)
8. Apakah factor yang menyebabkan perubahan kadar obat dalam plasma pada
pemberian infuse?
Jawab: Selama pemberian infus, konsentrasi obat dalam plasma dan laju eliminasi
obat meningkat, karena laju eliminasi bergantung pada konsentrasi (yakni, laju
eliminasi obat = kCp). Cp tetap meningkat sampai keadaan tunak
tercapai.Konsentrasi obat plasma tunak (Css) berkaitan dengan laju infus dan
berbanding terbalik dengan klirens obat (Shargel, Ed. V, hal109).
9. Bagaimanakah konsekuensinya terhadap kadar obat dalam plasma (Cp) dan waktu
mencapai steady state jika,
a. LD terlalu tinggi?
b. LD sesuai?
c. LD terlalu rendah?
Jawab:
a. Jika LD terlalu tinggi maka waktu yang diperlukan untuk meurunkan konsentrasi
obat dalam plasma ke kadar tunak obat yang diinginkan lebih panjang.
b. Jika LD sesuai, maka keadaan tunak dan Css akan dicapai dengan segera setelah
dosis muatan diberikan.
c. Jika LD terlalu rendah, maka konsentrasi obat dalam plasma akan naik secara
lambat ke kadar tunak obat, tetapi lebih cepat daripada tanpa dosis muatan
(shargel, 117).
10. Apakah tss dipengaruhi oleh laju infus atau dosis obat? Jelaskan!
waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak tidak bergantung pada laju
infus tetapi hanya bergantung pada waktu paruh eliminasi.
(Shargel p.112)
t½‚ adalah waktu paruh obat yang menggambarkan lamanya jumlah obat (kadar obat)
dalam badan turun menjadi separuhnya. Karena jika infus diberikan dengan kecepatan
yang sudah diperhitungkan, kadar obat dalam keadaan tunak (steady state) baru akan
tercapai 4xt‚, maka untuk beberapa kasus perlu diberikan suatu dosis pengisi (loading)
agar tercapai Css dalam waktu cepat.
(http://perpustakaan.stik-avicenna.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Farmakokinetika-
klinik.pdf)
11. Apakah pengertian intermitten infusion? Kapan digunakan ?
Intermitten infusion merupakan suatu metode infusi obat secara berurutan dimana
obat diberikan dengan infus untuk suatu jangka waktu yang pendek diikuti oleh
suatuperiode eliminasi obat, kemudian diikuti oleh infusi pendek yang lain.
12. Jika suatu obat memiliki post antibiotic effect (PAE), kapan pemberian dosis infus
berselang (intermitten infusion) berikutnya? Jelaskan!
TABEL 8.5 Konsentrasi obat setelah dua infusi intravenaa
KONSENTRASI KONSENTRASI
TOTAL
OBAT DALAM OBAT DALAM
WAKTU KONSENTRASI
PLASMA PLASMA
(JAM) OBAT DALAM
SETELAH SETELAH
PLASMA
INFUS 1 INFUS 2
Infusi 1
mulai
0 0 0
Infusi 1 1 1,81 1,81
stop 2 3,30 3,30
3 2,70 2,70
4 2,21 2,21
5 1,81 1,81
6 1,48 1,48
7 1,21 1,21
8 0,99 0,99
9 0,81 0,81
Infusi 2 10 0,67 0 0,67
mulai 11 0,55 1,81 2,36
12 0,45 3,30 3,74
Infusi 2 13 0,37 2,70 3,07
stop 14 0,30 2,21 2,51
15 0,25 1,81 2,06
a
obat diberikan dengan infusi 2 jam dengan jarak pemberian 10 jam semua
konsentrasi obat dalam μg/mL. Penurunan konsentrasi obat setelah dosis infus
pertama dan konsentrasi obat setelah dosis infus kedua menghasilkan konsentrasi
obat total dalam plasma
13. Jelaskan nama dan prinsip berbagai metode perhitungan klirens kreatinin!
DEWASA
1. “Cockcroft and Gault”
Metode ini digunakan untuk memperkirakan Cl Cr dari C Cr, metode ini juga
mempertimbangkan usia dan berat badan pasien. yaitu dengan rumus:
2. “Siersback-Nielsen”
33
Metode ini berupa nomogram, untuk memperkirakan ClCr berdasarkan usia, berat
badan dan SCr.
ANAK – ANAK
1. Rumus Schwartz et al
Penggunaan rumus untuk penentuan ClCr pada anak berdasarkan tinggi badan dan
SCr
satuan Cl Cr = ml/min/1,73 m2
2. Nomogram
Pada metoda ini juga bedasarkan tinggi badan dan SCr
34
14. Bagaimanakah cara menghitung klirens kreatinin? Diketahui kadar serum kreatinin
= 4,5 mg/dl, laju ekskresi urin = 180 ml / 24 jam
Jawab:
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑒𝑘𝑠𝑘𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡 𝑢𝑟𝑖𝑛
ClCr = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚
180 𝑚𝑙/24 𝑗𝑎𝑚
ClCr = 4,5 𝑚𝑔/𝑑𝑙
= 40 ml/24 jam
15. Bagaimanakah prinsip penyesuaian dosis pada gangguan ginjal?
Jawab:
Penyakit akut atau trauma pada ginjal dapat menyebabkan uremia, filtrasi
glomerolus terganggu atau menurun, ataupun menyebabkan akumulasi berlebih
dari cairan dan produk nitrogen darah dalam tubuh. Umumnya, uremia akan
mengurangi filtrasi glomerolus dan atau sekresi aktif, yang menyebabkan
penurunan ekskresi obat lewat ginjal, sehingga waktu paruh eliminasi obat menjadi
lebih panjang. Selain itu, penurunan fungsi ginjal menyebabkan gangguan dalam
kesetimbangan elektrolit dan cairan, yang akan mengakibatkan perubahan
fisiologis dan metabolik sehingga merubah farmakokinetika dan farmakodinamika
suatu obat.
Berikut ini adalah pendekatan farmakokinetika umum yang digunakan
untuk penyesuaian dosis pada penyakit ginjal:
o Penyesuaian dosis atas dasar klirens obat
35
Pada pasien uremia atau dengan gangguan ginjal, klirens tubuh total pasien
𝑢
akan berubah menjadi suatu harga yang baru yaitu Cl𝑇 .
𝑁 𝑢
∞ 𝐷 𝐷
0 0
C𝑎𝑣 = 𝑁 = 𝑢
𝐶𝑙 𝜏𝑁 𝐶𝑙 𝜏𝑢
𝑇 𝑇
(normal) (uremik)
o Penyesuaian dosis berdasarkan Perubahan Tetapan Laju Eliminasi
Tetapan laju eliminasi untuk beberapa obat menurun pada pasien
uremia.Penyesuaian dosis pada pasien uremia dilakukan dengan
mengurangi dosis obat normal, dan menjaga frekuensi pendosisan
(memperpanjang interval dosis), dan menjaga dosis tetap.Dosis obat
dengan rentang terapeutik sempit harus dikurangi, untuk menghindari
terjadinya akumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
Jawab :
Pada dasarnya dalam penentuan dosis pasien pada gangguan hati yang perlu
dipertimbangkan antara lain
(Shargel, 710)
Jawab :
36
Banyak obat dimetabolisme di hati, terutama oleh enzim sitokrom P450
monooksigenase. Induksi enzim oleh suatu obat dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme obat lain dan mengakibatkan pengurangan efek. Induksi enzim
melibatkan sintesis protein, jadi efek maksimum terjadi setelah dua atau tiga minggu.
Sebaliknya inhibisi enzim dapat mengakibatkan akumulasi dan peningkatan toksisitas
obat lain. Waktu terjadinya reaksi akibat inhibisi enzim merupakan efek langsung,
biasanya lebih cepat daripada induksi enzim.
19. Bagaimanakah dampak klinis interaksi obat pada pasien dengan eliminasi
terganggu? Apakah parameter eliminasi obat yang berubah akibat interaksi obat
pada pasien dengan eliminasi terganggu?
Jawab:
Eliminasi terganggu menyebabkan waktu paruh obat lebih lama, yang
mengakibatkan obat lebih lama berada dalam sistemik.Hal ini perlu diperhatikan
untuk mengetahui frekuensi pemberian obat, sehingga obat bisa tetap memiliki
efek.
Parameter eliminasi yang berubah ialah waktu paruh. Karena obat akan lebih
lama
berada di sistemik karena sistem eliminasi yang terganggu.
Jawab:
37
Km = Tetapan metabolism
21. Bagaimana mengaplikasikan ilmu farmakokinetik untuk penatalaksanaan interaksi
obat pada pasien dengan eliminasi terganggu?
Jawab:
39
DAFTAR PUSTAKA
40