Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

REHABILITASI MEDIK TERHADAP HERNIA NUCLEUS


PULPOSUS

Oleh :
Fairuz Majid, S.Ked J510185115
Kapindro Bagus Prabowo, S.Ked J500140088
Nur Aida Oktasari, S.Ked J510185111

Pembimbing :
dr. Liem Kiem San, Sp.KFR

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN


REHABILITASI
RUMAH SAKIT DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
REFERAT
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

Disusun Oleh:
Fairuz Majid, S.Ked J510185115
Kapindro Bagus Prabowo, S.Ked J500140088
Nur Aida Oktasari, S.Ked J510185111

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
dr. Liem Kiem San, Sp.KFR (...........................................)

Dipresentasikan di hadapan
dr. Liem Kiem San, Sp.KFR (...........................................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN


REHABILITASI
RUMAH SAKIT DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pinggang ialah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
thoraks ke atas dan perut. Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-
1 sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya. Daerah pinggang mempunyai
fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi penting tersebut antara lain,
membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting.
Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang
kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fsiologik. Bagian depan yang
terdiri dari korpus vertebrae dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban
yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan-tekanan menurut
porosnya, dan yang menahan tekanan tersebut adalah nukleus pulposus.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back
Pain” akibat proses degeneratif Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan
obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot
biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang
yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat,
mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang
berat dan sering membungkuk.
Hernia Nucleus Pulposus mempunyai banyak sinonim antara lain : hernia disk
intervertebralis, rupture diskus, slipped disk, dan sebagainya. HNP merupakan salah
satu penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar
antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus
intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik
dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada
keadaan tertentu.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia yang
dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang
lumbal, 5 tulang bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang
ekor (coccyx).

Gambar 1. Anatomi tulang vertebre anterior, posterior, dan lateral.

Gambar 2. Lumbar vertebre


Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, diskus intervertebralis (sebagai

4
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. dan
bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua
“kaki” atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus
yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus
tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang
atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut
foramen intervertebrale.
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis
dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Gambar 3. Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebre


Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus

5
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.

Gambar 4. Nucleus Pulposus


Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri
adalah:
 Lig. Longitudinale anterior  Articulatio zygoapophyseal
 Lig. Longitudinale posterior  Lig. Supraspinosum
 Corpus vertebra dan periosteumnya  Fasia dan otot.

2.2. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan
gangguan.

2.3 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang bawah
(NPB) oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.

6
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior
pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung
terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.
2.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
 Degenerasi diskus intervertebralis
 Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
 Trauma berat atau terjatuh
 Mengangkat atau menarik benda berat
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat
trauma sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga
tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat
badan berlebih, batuk lama dan berulang.
2.5 Patogenesis
HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai
Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering
nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang. Penonjolan, ruptur, pergeseran
adalah istilah yang digunakan pada nucleus yang terdorong keluar diskus. Apabila
nucleus mendapat tekanan, sedangkan nucleus berada diantara dua end plate dari
korpus vertebra yang berahadapan dan dikelilingi oleh annulus fibrosus maka tekanan
tersebut menyebabkan nucleus terdesak keluar, yang disebut Hernia Nucleus Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi pada satu
sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi.
Penyebabnya sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama trauma berulang dapat

7
mengenai ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus yang telah
mengalami proses degenarasi. Sciatica, yang ditandai dengan nyeri yang menjalar ke
arah kaki sesuai dengan distribusi dermatof saraf yang terkena, adalah gejala yang pada
umumnya terjadi dan ditemukan pada 40% dari pasien dengan HNP.
2.6 Gejala Klinis
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
b. Sifat nyeri berubah dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari punggung
dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat
batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan
nyeri berkurang saat beristirehat atau berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.
f. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota
badan bawah/tungkai
g. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi
dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen.
h. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
a. Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan

8
fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul
bertahap.
b. Lama dan frekuensi serangan
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus
dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4
minggu.
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di
daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai
bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga
dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak
mempunyai pola penyebaran yang tetap.
d. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas.
Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin
atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri
lebih berat atau menetap jika berbaring.
e. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB
dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-
masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai
yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB
lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu

9
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala
NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
- Fleksi kedepan secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas
suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang
tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
- Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri.Fleksi ke depan, ke
suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang
ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

10
- Nyeri NPB padaekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.
b. Palpasi
- Adanya nyeri/tenderness pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya.
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat
respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak- rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis.
- Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau
adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan
adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan UMN. Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.
- Pemeriksaan motoris harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang
seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersarafinya.

11
- Pemeriksaan sensorik pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif
karena membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi
tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi
lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih
bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

- Tanda-tanda perangsangan meningeal :

o Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal


khususnya L5 atau S1.Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan
fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu
dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di
betis dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut
dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi
tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan
suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi

12
diskus. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk
menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks
sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik
untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang
secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar
dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus
diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak
begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan
yang muda (<30 tahun).
o Tanda Laseque kontralateral(contralateral Laseque sign) dilakukan
dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat
akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
o Tes Bragard modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya
sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
o Tes Sicard sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu
jari kaki.
o Tes valsava pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif
bila timbul nyeri.
2.7.3 Pemeriksaan Radiologi
1. Foto polos vertebre
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan
diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil.
Pada kasus disk bulging, radiografi polos memperlihatkan gambaran
tidak langsung dari degenerasi diskus seperti kehilangan ketinggian diskus
intervertebralis, vacuum phenomen* dalam bentuk gas di disk, dan osteofit
endplate

13
Gambar 5. *Gambaran vacuum phenomena

Dalam kebanyakan kasus hernia nucleus pulposus (HNP), foto polos


tulang belakang lumbosakral atau tulang belakang leher tidak diperlukan. Foto
polos tidak dapat memperlihatkan herniasi, tetapi digunakan untuk
menyingkirkan kondisi lainnya misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi.

14
Gambar 6. Gambaran Rontgen Polos Lumbal

2. CT scan
adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

3. Mielografi
berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang
sebelumnyadilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal

Gambar 7. Myelografi pada rontgen


4. CT mielografi

15
dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih
jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien
yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan
tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal ve rtebralis.

Gambar 8. Potongan sagital myelogram CT menunjukkan, besar


kalsifikasi, ekstrusi diskus posterior menyebabkan kompresi spinal yang
parah di tingkat T5-6

5 . M R I (akurasi 73-80%)
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran
secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal. Biasanya sangat
sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun
para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tet ap memerlukan suatu
EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat
berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas ,kecurigaan
kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak suntuk
menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan
karena infeksi atau neoplasma. Pada MRI, HNP muncul sebagai fokus,

16
tonjolan asimetris bahan diskus melampaui batas-batas dari anulus. HNP
sendiri biasanya hipointense. Selain itu, fragmen bebas dari diskus dengan
mudah terdeteksi pada MRI.

Gambar 9. Potongan aksial T1 menunjukkan tonjolan dari diskus paracentral


kiri dengan kompresi neuron S1 kiri.

Gambar 10. Radikulopati L5. Potongan Sagital T1-T2 menunjukkan


ekstrusi diskus diekstrusi bermigrasi cranially, penekanan akar saraf L5.

17
Gambar 11. Potongan sagital T1 dan T2 dan aksial dan T1-T2 rata
menunjukkan perubahan degeneratif pada tingkat L1-2 dan L2-3, hipertrofi
segi pada tingkat L4-5, dan herniasi diskus menyebabkan ekstrusi dan
mengompresi saraf kiri L5.

Mengenai keterbatasan MRI, pada beberapa individu dengan perangkat


implan (misalnya, alat pacu jantung) atau dengan logam dalam tubuh, mungkin
tidak mampu menjalani MRI karena disfungsi alat pacu jantung atau elektroda
memanas yang mungkin timbul dari MRI. Dokter dapat mengintruksikan
pemeriksaan yang lain.
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi
terbagi atas:
 P ro truded intervertebral disc, dimana nukleus terlihat menonjol
ke suatu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
 P ro lap sed intervertebral disc, dimana nukleus berpindah tetapi
masih tetap dalam lingkaran anulus fibrosus.

18
 Ekstruded intervertebral disc, dimana nukleus keluar dari anulus
fibrosus dan berada di bawah ligamen longitudinalis posterior.
 Sequestrated intervertebral disc, dimana nukleus telah
menembus ligamen longitudinalis posterior.

Gambar 12. Gradasi HNP

6. Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostic yang


sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah
saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.

7. Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus


prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%

19
8. Diskography
Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis dengan
bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan ke dalam
nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang
rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi
dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa. Dengan
adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi
karena invasive.

Gambar 13. Diskografi

20
Gambar 14. MR diskography

2.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
- Tidur selama 1 – 2 jam diatas kasur yang keras
- Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
- Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi
drug dan analgetik.
- Terapi panas dingin.
- Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral
brace atau korset.
- Terapi diet untuk mengurangi BB
- Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
- Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
b. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh
analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)

21
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek
terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi
denganNSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping
mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa
yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa
menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
d. Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada
kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.
Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
f. Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran
anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot
pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih
kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain,
deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
c. Pembedahan
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif
diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami
pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien,
meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya

22
rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi
dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu
lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa
bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi
yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan
tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology
utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.

23
d. Rehabilitasi Medik
1. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
– Mempercepat resolusi inflamasi kronik
– Mengurangi nyeri
– Mengurangi spasme
– Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
2. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh. Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
– Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi

24
– Peregangan terhadap diskus intervertebralis
– Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus
artikularis.
– Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
3. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan
sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap
tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas
motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh. Tujuan terapi ini:
– Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh
– Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
– Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan
pernafasan.
– Mengurangi nyeri.
 Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise


 Pelvic tilt exercise

25

 Curl-up exercise

 Lower trunk rotation stretch Curl-up exercise



 Alternate arm-leg extension exercise

26

 Alternate leg extension

 Trunk flexion stretch Alternate arm-leg extension exercise

 Prone Lumbar Extension Alternate leg extension


 Hamstring stretch while standing

27

2.9 Prognosis
a. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif
b. Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
c. Pada pasien yang dioperasi 90% akan membaik terutama nyeri
tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%

28
BAB III
KESIMPULAN

. Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan
gangguan.
Gangguan ini berupa nyei pinggang yang sering dikeluhkan oleh orang awam.
Walaupun etiologi nyeri pinggang bawah terdapat berbagai sebab, tetapi HNP
merupakan penyakit yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai disk intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Untuk mendiagnosis HNP butuh pemeriksaan radiologi. MRI merupakan
pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki spesitifitas dan
sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya dapat
melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat
mencurigai kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut
seperti myelografi, MRI, ataupun diskografi

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat.


Jakarta. 2009
2. Sidharta, Priguna. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta.1999
3. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. PT
Dian Rakyat. Jakarta 2002
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius. Jakarta. 2004
5. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Gaya Baru.Jakarta. 2006
6. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
7. http://emedicine.medscape.com/article/340014-imaging diakses tanggal 23
Desember 2018
8. http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview diakses tanggal 23
Desember 2018
9. http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview diakses tanggal 23
Desember 2018
10. http://ppni-klaten.com.HNP diakses tanggal 23 Desember 2018

30

Anda mungkin juga menyukai