Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN ASESMEN GIZI

RUMAH SAKIT UMUM (RSU) MUTIA SARI


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan
menambah ilmu pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi
kita semua. Alhamdulillah Pedoman Asesmen Gizi di Rumah Sakit Umum (RSU)
Mutia Sari telah kita miliki.

Pedoman Asesmen Gizi di Rumah Sakit Umum (RSU) Mutia Sari ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit
kepada semua pasien yang ada dengan menentukan risiko nutrisional yang
kemungkinan terjadi serta memberikan diit tepat sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam pembuatan Pedoman Asesmen Gizi ini. Kami percaya bahwa tidak ada
yang sempurna kecuali Allah SWT, saran dan masukan dari kita sangat diharapkan
untuk kesempurnaan pedoman ini untuk masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Duri, Maret 2019


Direktur RSU Mutia Sari

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan ................................................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................................... 6

Bab III Pendokumentasian .................................................................................................... ..11

Bab IV Penutup ..................................................................................................................... ..12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nutrisi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien. Dari
penelitian yang dilakukan, ditemukan jumlah pasien yang mengalami malnutrisi
cukup tinggi, hasil penelitian menunjukkan angka 50% pasien yang akan
dirawat sudah menderita malnutrisi, bahkan 10% diantaranya sudah menderita
malnutrisi berat. Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa
malnutrisi di rumah sakit merupakan masalah yang kompleks dan dinamik.
Mengingat pemenuhan nutrisi terhadap pasien berpengaruh terhadap proses
penyembuhan suatu penyakit dan berdampak pada lamanya hari rawat, serta
kualitas hidup seseorang, maka pengelolaan nutrisi di RSU Mutia Sari menjadi
salah satu hal yang menjadi perhatian serius dan perlu dilakukan tindak lanjut.
Kemajuan IPTEK kedokteran dan gizi menghasilkan kemajuan metode
pemberian nutrisi di. rumah sakit, mulai dari pipa nasogastrik, nasoduodenal,
nasojejunal hingga gotrostomi dan enterostomi, dan dari nutrisi parenteral
perifer hingga sentral. Tersedianya formula enteral dan parenteral
memungkinkan pemberian gizi yang adekuat bagi sebagian besar pasien pada
keadaan malnutrisi. Tingginya prevalensi malnutrisi dan komplikasi pasien
dengan malnutrisi menyebabkan perlunya pelayanan gizi melalui pendekatan
multidisiplin dalam tim gizi.
Terapi gizi meliputi beberapa langkah, yaitu asesmen, diagnosis, intervensi
dan monitoring. Proses asesmen didahului dengan proses skrining untuk
mengidentifikasi pasien malnutrisi dan yang berisiko malnutrisi. Asesmen gizi
dilakukan untuk pasien malnutrisi maupun pasien yang berisiko malnutrisi
sehingga dapat ditentukan masalah gizi yang mendasari dan dapat dilakukan
intervensi yang sesuai dengan masalah gizi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi di Rumah Sakit dengan memperhatikan
berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu
pelayanan gizi di Rumah Sakit.

4
2. Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya pelayanan asuhan gizi di ruang rawat inap.
b. Terlaksananya pelayanan asuhan gizi di ruang rawat jalan.
c. Terlaksananya kegiatan penyuluhan gizi dan promosi kesehatan rumah
sakit.
d. Terlaksananya pengembangan gizi untuk meningkatkan mutu pelayanan.
e. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua kegiatan.
f. Meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan gizi dirumah sakit.

C. PENGERTIAN
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah
pendekatan sistimatik dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui
serangkain aktifitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai
pemberian pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Proses asuhan gizi
terstandar merupakan struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan
untuk memberikan asuhan gizi dan menunjukkan bagaimana asuhan gizi
dilakukan.
Tujuan asuhan gizi ruang rawat inap adalah memberikan pelayanan gizi
kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi
kesehatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta menanamkan dan meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan dan
minum yang sesuai anjuran dietnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit


Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolism
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini akibat
tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah diupayakan
penyelenggraannya oleh petugas tidak bisa optimal (PGRS, 2003).

B. Alur Proses Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap


Alur proses pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap dapat digambarkan pada
gambar dibawah ini :
a. Skrining Gizi :
Tahapan pelayanan asuhan gizi ruang rawat inap diawali dengan
melakukan skrining gizi atau penapisan oleh ahli gizi/dietisien dan penetapan
order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi
atau dalam kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi
dimana pasien mengalami kelainan metabolic, hemodialisis, bayi, anak,
geriatric, kanker dengan kemoterapi, lika bakar, pasien dengan imunitas
menurun, infeksi, sakit kritis, dan lain-lain.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metode srining gizi yang digunakan sebaiknya dilakukan dengan
waktu yang singkat, cepat, dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Metode
skrining gizi yang digunakan adalah modifikasi dari Malnutrition Skrinning
Tools untuk dewasa dan skrining STRONG-Kids untuk anak.
Bila dari hasil skrinning gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi,
maka dilakukan pengkajian/asesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-
langkah proses asuhan gizi terstandar oleh dietisien. Pasien dengan status gizi
baik atau tidak berisiko malnutrisi dianjurkan dilakukan skrining ulang
setelah dirawat 1 minggu. Jika hasil skrining ulang pasien berisiko malnutrisi
maka dilakukan asuhan gizi terstandar. Pasien yang mengalami sakit kritis
atau kasus sulit yang berisiko mengalami gangguan gizi tingkat berat, akan
lebih baik bila ditangani oleh tim kesehatan.

6
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) :
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayan asuhan gizi yang berkualitas melalui serangkaian
kegiatan mulai dari asesmen/pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi,
monitoring dan evaluasi gizi. Proses asuhan gizi terstandar dilakukan pada
pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi atau kondisi
khusus dengan penyakit tertentu. Langkah PAGT terdiri dari :
1. Pengkajian Gizi :
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang dicatat
dan berhubungan dengan gizi). Pengkajian dikelompokkan dalam 5
kategori yaitu :
1) Pengukuran antropometri.
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
 Pengukuran tinggi badan (TB).
 Berat badan (BB).
 Panjang badan (PB).
 Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur.
 Lingkar lengan atas (LILA).
 Tebal lipatan kulit (Skinfold).
 Lingkar kepala.
 Lingkar dada.
 Lingkar pinggang.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa
ukuran tersebut di atas, misalnya Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu
rasio BB menurut TB. Parameter antropometri yang penting untuk
melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak, dan remaja adalah
pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat diukur melalui pengukuran
antropometri yaitu berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan
lainnya yang kemudian dibandingkan dengan standar.
2) Data biokimia.
Data biokomia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolic dan
gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah
gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium yang terkait

7
dengan masalah gizi harus selaras dengan data asesmen gizi lainnya,
seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen,
pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit,
tindakan pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat
mempengaruhi perubahan kimiawi, sehingga hal tersebut perlu
dipertimbangkan.
3) Pemeriksaan fisik klinis.
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik terkait
dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan
antropometri yang dikumpulkan dari catatan medic pasien.
4) Anamnesis riwayat gizi.
Merupakan data meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola
makan, diet, dan data lain yang terkait. Anamnesis riwayat gizi
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif digunakan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan pasien. Sedangkan cara
kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi
melalui food recall selama 24 jam. Kemudian dilakukan analisis gizi
yang merujuk pada DKBM.
5) Riwayat personal.
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit pasien
dan data umum pasien.

2. Diagnosis Gizi :
Merupakan langkah mencari pola dan hubungan antara data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih masalah
gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminology sesuai dengan standar rumah sakit. Pernyataan
diagnosis gizi menggunakan PES (Problem Etiologi Sign
Symptom).diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI
(Domain Intake), NC (Domain Klinis), dan NB (Domain
prilaku/lingkungan).

8
3. Intervensi Gizi :
Intervensi gizi yang dilakukan meliputi :
a. Perencanaan intervensi :
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Nebetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah
gizinya, penyebab, gejala dan tanda, kemudian tentukan pula jadwal
frekuensi asuhan. Perencanaan intervensi meliputi, penetapan tujuan
intervensi dan preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat
menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energy dan zat
gizi, jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur
makanan atau pemberian makan.
b. Implementasi intervensi :
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas apa, dimana, kapan, dan bagaimana
intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan
data kembali, agar dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau
tidaknya modifikasi intervensi gizi.

4. Monitoring Evaluasi :
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga
langkah monitoring dan evaluasi gizi :
Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi pasien yang
bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah sesuai dengan yang
diharapkan.
Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus di ukur adalah berdasarkan tanda dan gejala
dari diagnosis gizi.
Evaluasi hasil, berdasarkan tahapan di atas, didapatkan 4 jenis hasil :
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber.
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi

9
yaitu, pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia,
dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak pada pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.

10
BAB III
PENDOKUMENTASIAN

Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan


penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana
praktek kedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak
melakukannya”. Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk pertemuan
di masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan
kesehatan lainnya. Asesmen dilakukan dengan mencatat di lembar CPPT, sedangkan
untuk gizi dapat dicatat dengan menggunakan metode ADIME. Temuan pada asesmen
digunakan sepanjang proses pelayanan untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan
untuk memahami kebutuhan untuk asesmen ulang. Oleh karena itu sangat perlu
bahwa asesmen medis, keperawatan dan asesmen professional pemberi asuhan
(PPA) lain yang berarti, dicatat dan didokumentasikan dengan baik dan dapat
dengan cepat dan mudah ditemukan kembali dalam rekam medis atau dari lokasi
lain yang ditentukan standar dan digunakan oleh staf yang melayani pasien.

11
BAB IV
PENUTUP

Asesmen gizi merupakan tahap penting dalam proses terapi gizi. Asesmen
awal/ skrining gizi dilakukan oleh perawat sementara asesmen gizi / asesmen lanjut
dilakukan oleh dietisien dan dokter SpGK bersama-sama dengan pembagian tugas
dan wewenang yang sudah ditentukan. Tindak lanjut dari asesmen adalah penentuan
diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi kemudian dilanjutkan
asesmen ulang untuk melihat dampak intervensi gizi terhadap pasien. Oleh karena
tingginya prevalensi malnutrisi di RS, maka skrining gizi dilakukan pada semua
pasien baru dan asesmen gizi / lanjut dilakukan pada pasien baru yang malnutrisi
atau berisiko malnutrisi. Asesmen ulang dilakukan setelah dilakukan intervensi.
Tersedianya panduan bagi pelaksana pelayanan gizi untuk menjalankan prosedur
dalam pemberian gizi yaitu asesmen gizi.

12

Anda mungkin juga menyukai