Anda di halaman 1dari 7

TEORI DASAR

Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme


patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap
vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan
antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan
mikroorganisme dengan cara kimiawi (Lay, 2009). Desinfektan dapat membunuh
mikroorganisme pathogen pada benda mati. Desinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, desinfektan
tingkat tinggi yangdapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.tubercolosis. ubtuk
mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga. Desinfektan seperti
iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit (Fardiaz, 1992).

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan.Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi (Lay, 2009).

Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik dan cara
kimia. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus
-X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner,
golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Pankey, 2014).
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai
antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-
30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%.
Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan
untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan
sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding
atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.Adapun keunggulan golongan fenol
adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif (Pankey, 2014).

Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan menentukan daya


bunuh desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien
fenol. Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya
telah diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol
dengan kadar 0,2 persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan
bakteri, sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau bakterisid. Koefisien
fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai
pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu
kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan
untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakan waktu tertentu
dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5
menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah
tidak lebih besar dari 5% (Collier, 1998).

Desinfektan dan antiseptik berbeda terhadap anti mikroba yang aktif secara
sistematik dalam hal toksisitas selanjutnya, yang mana mereka mempunyai
toksisitas tidak hanya pada mikrobia pathogen tapi juga pada sel inang. Oleh karena
itu, mereka hanya dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada
lingkungan mati atau pada permukaan kulit. Mereka dapat tidak diberikan secara
sistematik. Cara kerja desinfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan suhu
serta cara evolusinya bisa kompleks (Irianto 2007).

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam
jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya
(Lutfi, 2004).

Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan menjadi (Jawetz et al., 2005):

1. Penghambatan pertumbuhan oleh analog


2. Penghambatan sintesis dinding sel
3. Penghambatan fungsi membran sel
4. Penghambatan sintesis protein
Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas
disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
 Konsentrasi
 Waktu terpapar
 Jenis mikroba
 Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Pengujian Antiseptik atau Desinfektan”
dimana praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan antara antiseptik,
desinfektan dan antibiotik, menjelaskan perbedaan prinsip pengujian antiseptik
serta menjelaskan perbedaan prinsip dan kegunaan pengujian metode kontak
(koefisien fenol) dengan metode difusi agar. Metode kontak merupakan modifikasi
dari koefisien fenol yaitu untuk melihat potensi antiseptik dari sediaan uji dengan
menilai waktu yang dibutuhkan untuk suatu bahan uji dapat menghambat
pertumbuhan mikroba dibandingkan terhadap bahan standar. Uji koefisien fenol
sendiri merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas
antimikrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang
standar. Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan
dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril (Rahayu,
2010). Metode kontak ini dipilih dan dilakukan untuk melihat waktu tercepat antara
suatu antiseptik atau desinfektan untuk membunuh atau menghambat bakteri. Pada
pengujian ini bakteri yang digunakan adalah E. coli. Pada awalnya disiapkan 6
cawan petri dimana masing-masing diisi dengan media berupa Natrium Agar (NA)
dimana berfungsi sebagai tempat tumbuhnya dan sumber nutrisi bakteri. Disiapkan
6 buah cawan petri karna akan dilihat waktu tercepat untuk bakteri dibunuh atau
dihambat oleh suatu antiseptik ataupun desinfektan. Enam buah cawan petri ini
masing-masing ditandai dengan t15, t30, t45, t60, t75 dan t90 dimana hal tersebut untuk
menandai waktu ketika suspensi bakteri diteteskan ke dalam tabung reaksi yang
berisi larutan standar. Larutan standar yang digunakan adalah berupa alkohol.
Setelah media memadat, kemudian suspensi bakteri mulai diteteskan ke dalam
tabung reaksi yang berisi larutan standar dan dikocok yang bertujuan agar semua
bakteri dan larutan standar tercampur merata. Lalu dicatat waktu ketika mulai
meneteskan bakteru dengan teknik steril pada interval waktu yang telah disebutkan
sebelumnya dengan memasukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi lalu dioleskan
ke permukaan media NA dalam cawan petri dan kemudian diinkubasi.

Hasilnya pada kelompok 7, didapatkan data hasil pengamatan setelah 18-24 jam
diinkubasi yaitu pada t15 detik tidak ada pertumbuhan bakteri, pada t30 ada
pertumbuhan bakteri, pada t45 dan t60 tidak ada pertumbuhan bakteri serta pada t75
dan t90 ada pertumbuhan bakteri pada media. Hal ini menunjukkan bahwa pada
larutan standar yang seharusnya menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada
keenam media yang ada dalam cawan petri tersebut, tetapi ternyata pada t30, t75 dan
t90 ternyata terdapat pertumbuhan bakteri karena alkohol termasuk ke dalam
desinfektan karena alkohol merupakan kelompok utama desinfektan yang mana
merupakan zat kimia yang mematikan sel vegetatif suatu mikroorganisme (Adnan,
2009). Menurut (Waluyo, 2004) alkohol mendenaturasi protein dengan jalan
dehidrasi dan juga sebagai pelarut lemakyang dapat mendegradasi bagian lemak
pada membrane sel sehingga mengalami kerusakan dan enzim akan dimatikan oleh
alkohol. Desinfektan sendiri juga merupakan suatu bahan yang dapat mematikan
semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Sehingga
desinfektan bersifat bakterisid primer yang langsung membunuh mikroorganisme
ketika sesaat bersentuhan dengan bakteri (Lay, 1990: 246). Hal ini menunjukkan
bahwa larutan standar yang digunakan telah terkontaminasi. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dapat berasal dari alkohol itu sendiri
atau pada media di dalam cawan petri pada saat menggores suspensi bakteri dan
larutan standar sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme dari lingkungan karena
waktu penggoresan yang lama dan cawan petri dibuka terlalu lama. Hal ini terbukti
pada t15 menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri kemudian pada t30 ternyata
terdapat pertumbuhan bakteri.

Pada larutan 1, hasil yang didapatkan yaitu pada t15, terdapat pertumbuhan bakteri,
dan pada t30 hingga t90 menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri, hal ini
menunjukkan bahwa larutan 1 membunuh bakteri sangat cepat pada t30 detik, sudah
tidak terdapat pertumbuhan bakteri atau dengan kata lain waktu yang dibutuhkan
larutan 1 untuk membunuh bakteri adalah 30 detik. Pada larutan 2, dari t15 hingga
t90 menunjukkan hasil positif yang artinya ada pertumbuhan bakteri. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan 2 tidak berpotensi sebagai desinfektan karena
desinfektan bersifat bakterisid primer (Lay, 1990: 246). Pada larutan 3, hasil yang
didapatkan yaitu pada t15 detik, ada pertumbuhan bakteri lalu pada t30 dan t45
hasilnya negatif atau tidak ada pertumbuhan bakteri tetapi pada t60 sampai t90
hasilnya positif yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya kesalahan pada saat praktikum, mulai dari larutan yang
telah terkontaminasi atau bisa saja dari media yang terkontaminasi karena
seharusnya pada saat t30 dan t45 tidak ada pertumbuhan bakteri maka sampai t90
diharapkan tidak terdapat pertumbuhan bakteri. Kemudian pada larutan 4, hasil
yang diperoleh yaitu dari mulai t15 hingga t90 hasilnya ada pertumbuhan bakteri. Hal
ini menunjukkan bahwa pada larutan 4 tidak berpotensi desinfektan atau butuh
waktu yang lebih lama dari 90 detik untuk membunuh bakteri. Pada larutan 5, hasil
yang diperoleh yaitu oada t15 hingga t45 hasilnya ada pertumbuhan bakteri dan pada
t60 hingga t90 tidak adanya pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa pada
larutan 5, dibutuhkan waktu sekitar 60 detik untuk membunuh bakteri. Pada larutan
6, dari t15 hingga t90 hasilnya positif yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri.
Hal ini menunjukkan bahwa larutan 6 membutuhkan waktu yang lebih lama dari 90
detik untuk membunuh bakteri dan bisa dikatakan tidak berpotensi desinfektan.

Berdasarkan data hasil pengamatan dari kelompok 1 sampai 7 dimana kelompok 7


menggunakan larutan standar berupa alkohol dan dibandingkan dengan larutan 1
sampai 6 dengan dilihat dari waktu tercepat yang dibutuhkan larutan untuk
membunuh bakteri, dapat dikatakan larutan 1 merupakan desinfektan karena hanya
membutuhkan waktu 30 detik untuk membunuh bakteri (bakterisid primer).
Begitupun dengan larutan 3 merupakan desinfektan karena pada t30 sudah tidak ada
pertumbuhan bakteri tetapi pada t60 sampai t90 terdapat pertumbuhan bakteri yang
bisa disebabkan karena adanya kontaminasi baik pada media maupun pada
larutannya. Sedangkan pada larutan 2, 4, 5 dan 6 merupakan antiseptik. Karena pada
larutan 2, 4 dan 6 pada semua waktu terjadi pertumbuhan bakteri dan pada tabung
5 membutuhkan waktu selama 60detik untuk dapat membunuh bakteri, karena
antiseptik merupakan proses yang mencakup inaktivasi mikroorganisme dan dapat
bersifat bakteriostatik (Lay, 1990: 246).

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan hasil pengamatan yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan dari antiseptik, desinfektan dan antibiotik terletak pada


kegunaannya. Antiseptik merupakan suatu zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang terdapat pada
permukaan tubuh luar yaitu permukaan kulit dan membran mukosa.
Desinfektan pada benda mati dan antibiotik dihasilkan oleh mikroorganisme
atau sintesis yang dalam jumlah kecil dapat menghambat dan membunuh
bakteri pada tubuh luar maupun dalam.
2. Prinsip pengujian antiseptik dilihat dari koefisien fenol dan waktu kontak
dengan melihat waktu yang dibutuhkan suatu antiseptik untuk membunuh
bakteri dan yang merupakan antiseptik pada praktikum ini adalah larutan 2,
4, 5 dan 6. Dan larutan 1 dan 3 merupakan desinfektan.
3. Prinsip pengujian metode kontak (koefisien fenol) yaitu dengan melihat
potensi antiseptik dari sediaan ujia dengan menilai waktu yang dibutuhkan
untuk suatu bahan uji dapat menghambat pertumbuhan mikroba
dibandingkan terhadap bahan standar yaitu alkohol.

DAFTAR PUSTAKA
Collier, L. (1998). Microbiology and Microbial Infections. New York: Oxford
University Press Inc.
Fardiaz, S. (1992). Analisa Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB.

Irianto, K. (2007). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya.


Bandung.
Jawetz, M. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika: Jakarta.

Lay, B.W. & Hastomo. (1990). Mikrobiologi. Rajawali Press: Jakarta.

Lutfi Ahmad. (2004). Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional:


Jakarta.
Pankey, G.A. (2014). Clinical Relevance of Bacteriostatic Versus Bactericidal
Mechanisms of Action in the Treatment of Gram-Positive Bacterial
Infections. Oxford Journals Clinical Infectious Diseases. Vol.38, No.6:864-
870

Rahayu, I. D. (2010). The sensitivity of Staphylococcus aureus as Mastitis Pathogen


Bacteria Into Teat Dipping Antiseptic in Dairy Cows. Jurnal Protein. Vol.
4, No. 1: 31-36
Waluyo, L,. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang.

Anda mungkin juga menyukai