Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

INFANT DEATH

Oleh :
Serinda Okky Silawati J510185057
Addina Noviana J510185083
Herdian Kusuma A W J510185088
Atikah Budi Intan L J510185094
Alexandria Firdaus A F J510185103

Pembimbing :
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
CASE REPORT

INFANT DEATH

Disusun Oleh:
Serinda Okky Silawati J510185057
Addina Noviana J510185083
Herdian Kusuma A W J510185088
Atikah Budi Intan L J510185094
Alexandria Firdaus A F J510185103

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M (...........................................)

Dipresentasikan di hadapan
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M (...........................................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Infantisida merupakan pembunuhan bayi dibawah satu tahun yang


dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah bayi
tersebut dilahirkan, hal ini dikarenakan takut ketahuan bahwa ia melahirkan
anak, yang biasanya anak tersebut adalah anak dari hubungan gelap.
Pembunuhan terhadap anak merupakan suatu kejahatan terhadap nyawa.
Ada berbagai macam cara yang digunakan seorang ibu kandung untuk
membunuh bayinya sendiri, namun cara yang paling sering digunakan yaitu
membuat keadaan asfiksia mekanik, yaitu pembekapan, pencekikan,
penjeratan, dan penyumbatan. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan
tumpul di kepala, kekerasan tajam pada leher atau dada, bahkan dibakar.
Langkah utama yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah harus
ditentukan apakah bayi tersebut dapat lahir hidup atau tidak Sebab hal tersebut
berguna untuk memastikan sebab kematian dari bayi tersebut. Dari penjelasan
di atas, maka pada kasus pembunuhan bayi, terdapat 3 unsur penting, yaitu :
1. Pelaku haruslah ibu kandung korban
2. Alasan pembunuhan ialah karena takut ketahuan telah melahirkan anak
3. Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau beberapa saat
kemudian setelah dilahirkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Menurut Undang-undang, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan


yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.
Pembunuhan anak sendiri tersering terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan,
dengan prevalensi terbanyak pada tahun pertama. Pembunuhan anak sendiri yang
dilakukan dengan sengaja dengan cara maupun metode apapun disebut sebagai
infantisida. Pengertian infantisida berdasarkan beberapa literatur dibagi atas :

1. Neonatisida
Neonatisida adalah pembunuhan anak secara sengaja dalam 24 jam pertama
kehidupannya, yang umumnya dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera
setelah anak dilahirkan. Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari tindakan
neonatisida ialah untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang pernah
melahirkan anak, atau untuk membunuh anak yang tidak diinginkan.
2. Infantisida dan Pembunuhan Anak
Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja yang dilakukan diatas
24 jam pertama kehidupannya. Metode yang digunakan biasanya jauh berbeda
dengan kasus neonatisida, serta biasanya terdapat campur tangan pihak lain
meliputi suami, teman laki-laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya.

Pada prakteknya, kebanyakan neonaticide terjadi langsung setelah ibu


melahirkan bayi, dilakukan oleh karena ibu berusaha menutupi kehamilan dan
kelahirannya. Pelaku biasanya adalah wanita muda, lajang, dengan tingkat
pendidikan yang rendah, dan tidak punya rekaman tindak kejahatan. Mereka
biasanya akan mencoba melakukan aborsi.
Alasan melakukan neonaticide antara lain adalah rasa takut akan kehilangan
pekerjaan, tidak ingin untuk mengurus anak, kemiskinan, dan psikosis. Wanita
muda yang masih lajang biasanya takut untuk mengungkapkan tentang
kehamilannya kepada keluarga oleh karena malu dan rasa takut akan hukuman dan
penolakan yang akan dia terima.

Ada 3 faktor penting yang dapat dilihat, yaitu:

1. Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi
orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum
karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih
berat.
2. Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,
tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”.
Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan
merawat dan bukan membunuh anaknya.
3. Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh
tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

B. LANDASAN HUKUM INFANTISIDA

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan


terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya, yaitu:

 Pasal 341
“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama 7 tahun.”
 Pasal 342
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
9 tahun.”
 Pasal 343
“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang
lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
 Pasal 181
“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
 Pasal 308
“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.”
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut:
 Pasal 305
“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.”
 Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.”
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi
atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh
ibu. Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini
bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan
apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup
bulan, maupun viable atau non-viable.

Jika pembunuhan bayi tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai


Kinderdoodslag ataupun Kindermoord seperti yang disebutkan di atas, maka
pembunuhan tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang
bersifat umum sebagaimana diuraikan dalam pasal 338 dan 340 KUHP dengan
hukuman yang jauh lebih berat.

Bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut
dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang
lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (KUHP Pasal 338: tanpa rencana) atau 20 tahun,
seumur hidup/hukuman mati (KUHP Pasal 340). Adapun bunyi pasalnya, yaitu:
 KUHP Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.6
 KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

C. PERBERDAAN INFANTICIDE DENGAN PEMBUNUHAN BIASA

Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak di atas usia satu hari
yang dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak biasa adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan tidak memenuhi syarat
pembunuhan infanticide. Resnick mengklasifikasikan pembunuhan terhadap anak
berdasarkan motif dari pembunuhan, yang terdiri dari altruism, acute psychosis,
unwanted child, accidental, dan sposal revenge.
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya
tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah
korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339,
340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan
sampai mati (pasal 308).

Klasifikasi pembunuhan anak berdasarkan Resnick yaitu:

1. Altruism
Adalah pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa tidak
tahan melihat atau membayangkan anaknya menderita. Jenis pembunuhan
ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan penderitaan dari anaknya,
biasanya pembunuhan dengan motif ini akan disertai dengan bunuh diri dari
pelaku. Misal anak yang dibunuh oleh ibunya karena mempunyai penyakit
yang tidak dapat sembuh atau anak yang dibunuh oleh ibunya karena selalu
disiksa oleh keadaan atau seseorang.
2. Acute Psychosis
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan berdasarkan motif orang
tua yang mengalami gangguan kejiwaan.
3. Unwanted children
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang tua tidak
mengharapkan anak tersebut. Pembunuhan anak berdasarkan motif ini
biasanya sering terjadi pada pernikahan yang tidak dinginkan atau pada
kasus pemerkosaan.
4. Accidental
Adalah pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja. Pembunuhan jenis
ini sering berkaitan dengan penyiksaan terhadap anak yang berujung ke
kematian anak tersebut. Biasa pembunuhan dengan motif ini akan tampak
tanda-tanda battered child syndrome, cedera yang dihasilkan dari
penyiksaan secara fisik bisa berupa bengkak, luka bakar, patah tulang dan
lain-lain.
5. Spousal Revange
Adalah pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan untuk balas
dendam terhadap pasangannya atau untuk memberi hukuman terhadap
pasangannya.

Dalam KUHP, belum terdapat pasal yang mengatur secara langsung


pembunuhan anak biasa (non infanticida). Oleh karena itu, pembunuhan anak biasa
dapat dimasukkan dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang. Selain itu, pada
Undang-Undang juga terdapat pasal yang mengatur mengenai perlindungan anak.
Berikut merupakan isi-isi pasal tersebut.
 Pasal 338
“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
 Pasal 339
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan
pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun
peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk
memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.”
 Pasal 340
 Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.”

 Pasal 344
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”

Undang-Undang Perlindungan Anak (Pasal 13)


(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun
yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan:7
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.7

D. BUKTI MEDIK INFANTISIDA

Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus
memeriksa beberapa hal yaitu:

1. Bayi tersebut viabel atau tidak


Viabel adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar
kandungan lepas dari ibunya tanpa bantuan alat yang canggih. Bayi
dikatakan viabel dengan melihat tanda-tanda yang dapat diukur dan tanda-
tanda yang tidak dapat diukur. Tanda dapat diukur antara lain.
a. Umur kehamilan >28 minggu,
b. Panjang badan kepala-tumit >35 cm,
c. Panjang badan kepala-bokong 30-33 cm,
d. Berat badan sekitar 2500-3000 gr,
e. Lingkar kepala sudah mencapai 33 cm.

Sedangkan tanda yang tidak dapat dikur antara lain :

a. Jenis kelamin sudah dapat dikenali


b. Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh
c. Kuku sudah melewati ujung jari ( dapat diketahui dengan menggesek
ujung kuku pada kulit pemeriksa)
d. Inti penulangan sudah terbentuk minimal pada tulang kalkaneus atau
kalus (menandakan usia kehamilan kurang lebih 7 bulan)
e. Pertumbuhan gigi sudah sampai tahap kalsifikasi.
2. Bayi lahir hidup atau mati
Dengan melihat ada atau tidaknya tanda-tanda bayi lahir hidup dan
mati. Tanda-tanda bayi lahir hidup dengan menilai sistem pernafasannya.
Pada bayi yang sistem pernafasannya perna bernafas, ditemukan:
a. Dada sudah mengembang
b. Tulang iga terlihat lebih mendatar
c. Sela iga melebar
d. Paru-paru telah memenuhi rongga dada
e. Tepi paru tumpul
f. Warna paru berubah dari livid menjadi bercak-bercak pink seperti
mozaik (mottled pink) karena terisinya alveolus dengan udara maka
membuat darah mengalir pada pembuluh darah
g. Uji apung paru (Docimasia Hidrostatica Pulmonum) hasilnya positif
jika parunya mengapung. Akan tetapi, pada bayi lahir mati yang sudah
pembusukan, akan memberikan hasil positif palsu. Maka untuk
membedakan keduanya dilakukan pengeluaran udara pembusukan
yaitu dengan memberikan tekanan yang besar pada potongan paru
tersebut sehingga udara hasil pembusukan akan keluar sedangkan udara
pernafasan akan tetap berada pada alveolus.
pemeriksaan lain, yaitu:

 Ditemukan makanan atau bakteri di dalam usus


 Uji apung lambung-usus (Uji Breslau) yang pelaksanaannya mirip dengan
uji apung paru. Pada keadaan bayi lahir hidup, akan terdapat udara dalam
usus bayi karena pada saat dia menangis atau hidup ada beberapa udara yang
tertelan sehingga akan memberikan hasil yang positif pada uji Breslau.
Pemeriksaan ini juga tidak dapat dilakukan pada saat sudah terjadi
pembusukan
 Uji telinga tengah (Uji Wredent Wendt) yaitu dengan membuka telinga
tengah bayi di dalam bejana berisi air, hingga terlihat gelembung udara pada
bayi yang saat bernafas telinga tengahnya terisi udara.

3. Lama hidup diluar kandungan


Setelah diketahui bayi lahir hidup, maka selanjutnya perlu diamati
berapa usia bayi dan berapa lama bayi hidup diluar kandungan. Usia bayi
dapat dihitung menggunakan rumus de Hass yaitu untuk 5 bulan pertama
panjang kepala sampai tumit (cm) adalah kuadrat dari umur (bulan). Untuk
mengetaui lama bayi hidup diluar kandungan dapat dinilai juga dari:
a. Kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat
b. Mekonium yang akan keluar dari usus maksimal dalam 2 hari
c. Tingkat proses pelepasan tali pusat
d. Ikterus yang akan tampak pada hari ke 4-10
e. Terdapat udara pada usus kecil (1 jam setelah lahir), duodenum (6-12
jam pasca lahir) dan usus besar (12-24 jam pasca lahir).

4. Sebab kematian
Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan,
luka atau pun tanda kekerasan lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering
dilakukan adalah dengan pembekapan dan penjeratan.

5. Apakah sudah ada tanda-tanda perawatan


Jika sudah tampak tanda perawatan maka pembunuhan yang
dilakukan oleh ibu tidak dapat dikatakan sebagai infanticide, tetapi
pembunuhan biasa. Tanda perawatan tersebut antara lain:
a. Pemotongan tali pusat dengan alat : dapat dilihat pada ujung
pemotongan tali pusat terlihat rata, apabila tidak dapat dinilai karena
sudah mengelisut penilaian dilakukan dengan memasukan ujung tali
pusat di dalam air. Sehingga dapat terlihat apakah ujung pemotongan
tersebut rata atau terkoyak.
b. Verniks kaseosa pada leher, lipat ketiak dan lipat paha sudah
dibersihkan
c. Adanya makanan atau susu dalam labung
d. Adanya pakaian yang dikenakan oleh bayi.

2.1. LAHIR HIDUP ATAU LAHIR MATI

Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil
konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi
tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka), tanpa mempersoalkan usia gestasi,
sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar
atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum
ataupun sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian
ditandai oleh janin yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan
lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan:
 Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
 Menangis.
 Pergerakan otot.
 Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.
 Isi usus.
 Keadaan tali pusat.

1. Pernafasan
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan
sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada
paru. Pernafasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan
sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6.
Sedangkan pada yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4. Paru-paru bayi
yang sudah bernafas berwarna merah muda tidak homogen namun berbercak-
bercak. Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan.
Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua
seperti warna merah hati bayi dan homogen, dengan konsistensi kenyal seperti
hati atau limpa.
b. Uji apung paru
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologi jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga
tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat
sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus
bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama
dengan trakea diikat dibawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, meconium, atau
benda asing lain tidak mengalir keluar melalui trakea, bukan untuk mencegah
masuknya udara kedalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau
pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian
esophagus diikat diatas diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini
dimaksudkan agar udara tidak masuk kedalam lambung dan uji apung lambung-
usus tidak memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali
kedalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus
dipisahkan dan dimasukkan kedalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke
dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh
karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung,
letakkan diantara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus
jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada
jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati
apakah masih mengapung atau tenggelam.
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan
keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi
yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan
memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan
atau alamiah yaitu bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam
uterus atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih
berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini,
pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir
mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru
kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.

c. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi
dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah
difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya
digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan
Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum
bernafas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26
minggu. Tanda khas untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan
yang berbentuk seperti bantal yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti ganda. Pada permukaan ujung bebas
tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum
bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori atau ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti
rambut yang keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler sejajar
dengan permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi
cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat
tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernafasan janin
prematur.
Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit,
berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat
dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat
asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang
juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin
terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-
sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis
mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan
terjadinya kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang
hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine,
kelainan kongenital yang fatal seperti anensefalus.

Gambar 2.1. Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born)

Gambar 2.2 Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup ( Live Born)

Tabel 1. Penentuan lahir hidup atau mati


Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi -Baru terlihat setelah 8-
10 hari kematian inutero.
-Bila kematian baru
terjadi 3 atau 4 hari:
Perubahan berupa
vesikel atau bula yang
berisi cairan kemerahan,
epidermis bewarna putih
dan berkeriput, bau
tengik, dan tubuh
mengalami perlunakan.
-Organ-organ tampak
basah tetapi tidak berbau
busuk
Pengembangan dada -Dada sudah -Iga masih mendatar dan
mengembang diafragma masih
-Diafragma sudah turun setinggi iga 3-4.
sampai sela iga 4-5
Pemeriksaan -Paru sudah mengisi -Paru-paru masih
makroskopik paru rongga dada dan tersembunyi dibelakang
menutupi sebahagian kandung jantung atau
kandung jantung. telah mengisi rongga
-Paru berwarna merah dada.
muda tidak merata -Paru-paru bewarna
dengan pleura tegang. kelabu ungu merata
-Menunjukkan gambaran seperti hati, konsistensi
mosaic kerana alveoli padat, tidak teraba derik
telah berisi udara. udara dan pleura yang
-Gambaran marmer longgar
akibat pembuluh darah
interstitial berisi darah
-Konsistensi seperti
spons dan teraba derik
udara.
-Pengirisan paru dalam
air : terlihat jelas
keluarnya gelembung
udara dan darah.
-Berat paru bertambah 2
kali kerana berfungsinya
sirkulasi darah jantung
paru.
Uji apung paru -Hasil positip -Hasil negatip
Pemeriksaan -Alveoli paru -Tanda khas untuk paru
mikroskopik paru mengembang sempurna bayi yang belum
dengan atau tanpa bernafas adalah adanya
emfisema obstruktif tonjolan yang berbentuk
-Tidak terlihat seperti bantal yang akan
projection. bertambah tinggi dan
-Perwarnaan Gomori dasar menipis sehingga
atau Ladewig: serabut tampak seperti dada
retikulin tampak tegang. (club –like)
-Pada paru bayi yang
belum bernafas dan
sudah membusuk
dengan pewarnaan
Gomori atau Ladewig:
Tampak serabut retikulin
pada permukaan dinding
alveoli berkelok-kelok
seperti rambut yang
kerinting

2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi
tanpa bernafas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir
hidup karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau vagina. Yang
merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara ke dalam uterus
dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2 dalam darah
meningkat.

3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak
dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup
kemudian mati, maupun yang lahir mati.

4. Peredaran darah, denyut jantung, dan perubahan pada hemoglobin


Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus
ada saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta
perubahan dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus
(cabang vena umbilikalis yang langsung masuk vena cava inferior). Bila ada
yang menyaksikan denyut nadi tali pusat atau detak jantung pada bayi yang
sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup.
Foramen ovale tertutup bila telah terjadi pernafasan dan sirkulasi (satu hari
sampai beberapa minggu). Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan
ikat (paling cepat dalam 24 jam). Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari
sampai beberapa minggu.
Gambar 2.4 Foramen ovale dan duktus arteriosus

5. Isi usus dan lambung


Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat
masuk akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir
hidup). Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernafasan wajar,
pernafasan buatan atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat
dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama
lambung yang diikat pada jejunum pada lekuk pertama, kemudian dimasukkan
kedalam air. Makin jauh udara usus masuk kedalam usus, makin kuat dugaan
adanya pernafasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua
seluruhnya dari usus besar.

6. Keadaan tali pusat


Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya
denyut tali pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi
mata. Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat
itu diputus (secara tajam atau tumpul).

7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya
kehidupan setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat
memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maserasi yang dapat
terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal ini
harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak
terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi
waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari
ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
 Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu
melahirkan.
 Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
- Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
- Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
- Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
- Tidak ada gas, baunya khas.

2.2. VIABILITAS
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar
kandungan ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya.
Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu :
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD,
VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan aluran pencernaan (stenosis
esophagus, gastroskizis).

2.3.PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan
penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka
ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal
death). Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
1. Kematian wajar
a. Kematian secara alami
1) Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu
hidup di luar kandungan sehingga mati setelah beberapa saat
sesudah lahir.
2) Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang
mengandung seperti sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki
cacat bawaan yang menyebabkan kelainan pada organ internal
seperti paru-paru, jantung dan otak.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ
genital.
c. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang
tidak lengkap seperti anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka
bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
d. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari
dinding uterus akan dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu,
dan dapat diketahui jika sang ibu meninggal dan dilakukan
pemeriksaan dalam.
e. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring
atau akibat pembesaran kelenjar timus.
f. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif
mengandung anak dengan rhesus positif, sehingga darah ibu akan
membentuk antibodi yang menyerang sel darah merah anak dan
menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga menyebabkan
kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.
2. Kematian akibat kecelakaan

a. Akibat persalinan yang lama


Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi
dari darah ke selaput otak atau hingga mencapai jaringan otak akibat
kompresi kepala dengan pelvis, walaupun tanpa disertai dengan fraktur
tulang kepala.
b. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses
kelahiran. Hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati
karena sufokasi.
c. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan
senjata tumpul, terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab
kematian bayi intrauterin. Untuk kasus seperti ini harus diperiksa tanda-
tanda trauma pada ibu.
3. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum
melahirkan, maka anak tidak akan bertahan lama di dalam kandungan
sehingga harus dilahirkan sesegera mungkin. Jika kematian disebabkan oleh
penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka kesempatan untuk
menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian
disebabkan karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu
sebelumnya sehat, maka kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa bayi
lebih besar.
4. Kematian karena tindakan pembunuhan
a. Pembekapan (sufokasi)
Penekanan yang ringan pada mulut dan hidung bayi yang baru
saja dilahirkan dengan menggunakan bantal atau telapak tangan
sebenarnya sudah cukup untuk mematikannya tanpa meninggalkan
jejas. Namun, umumnya si ibu menjadi panik pada saat mendengar
tangisan bayi sehingga ia cepat-cepat membekap hidung dan mulut
bayi.
Tindakan yang tergesa-gesa dengan tenaga yang berlebihan itu
dapat meninggalkan jejas pada muka bayi. Pada pembekapan dengan
tangan dapat ditemukan luka-luka memar dan lecet yang masing-
masing disebabkan oleh tekanan bagian lunak ujung jari dan oleh
tekanan kuku. Pembekapan dengan menggunakan selimut atau bantal
mungkin tidak menimbulkan luka namun serabut-serabut benang atau
kapuk dapat tertinggal pada muka bayi.
b. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang
cukup sering ditemui. Sering ditemukan tanda-tanda kekerasan yang
sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk membuat bayi mati.
Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher disertai
dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan
dengan menggunakan tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati
secara alami.
c. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan
berisi air, sungai dan bahkan toilet.
d. Pencekikan
Pada pemeriksaan mayat baru lahir, daerah leher dan tengkuk
harus diperiksa dengan teliti karena pencekikan merupakan cara yang
sering dilakukan dalam pembunuhan anak sendiri. Pada pencekikan
dengan kedua tangan dan dari depan dapat ditemukan luka-luka lecet di
daerah tengkuk dan luka memar di daerah leher. Luka lecet bekas
tekanan kuku dapat berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Untuk
meredam tangisan bayi, si ibu mungkin akan membekap mulut bayinya
sehingga luka-luka memar dan lecet dapat ditemukan disekitar mulut.
e. Kekerasan tumpul pada kepala
Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi
kekerasan terhadap bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi
hingga terjadi patah tulang.
f. Kekerasan tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi
dengan senjata tajam seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka
yang fatal hingga menembus organ dalam seperti hati, jantung dan otak.

2.4. CUKUP BULAN DALAM KANDUNGAN


Pengertian cukup bulan biasanya diasosiasikan dengan usia kehamilan
aterm atau diatas 36 minggu. Anak tersebut cukup bulan jika:
 Berat badan lebih dari 2500 gram, panjang badan lebih dari 48 cm, lingkar
kepala lebih dari 34 cm, diameter puting susu 7 mm.
 Terdapat pusat penulangan episisis didistal femur dan proksimal tibia
(merah ukuran 5x5 mm). Cara pemeriksaannya dengan uji radiologik atau
dengan memeriksa langsung pada tulang tersebut. Bila pada proksimal tibia,
maka kulit daerah lutut diinsisi melintang , patella dilepaskan, dan ujung
distal femur diiris melintang sejajar tipis-tipis. Pusat penulangan tampak
sebagai merah tua pada dasarnya putih ( rawan ). Bedakan dengan warna
merah yang ditemukan pada diafisis tulang. Pusat penulangan epifisis ini
juga sudah ditemukan disternum, kuboid, tibia dan lain-lain.
 Lanugo tinggal sedikit, kuku-kuku sudah melewati ujung jari dan telah
cukup kaku, kemudian juga daun telinga tidak cukup kaku, daktilografi
telah jelas, kedua testis telah turun bila tidak ada kelainan atau labia mayor
telah menutupi labia minor.
Disebut belum cukup bulan jika belum memenuhi ciri-ciri diatas. Bila
belum cukup bulan, selanjutnya ditentukan berapakah usia kehamilannya
dengan menggunakan rumus Haase:
 Usia kehamilan 1-5 bulan : panjang tubuh = bulan kuadrat cm
 Usia kehamilan > 5 bulan : panjang tubuh = bulan x 5 cm
Bulan pada rumus ini = 4 minggu, dan usia kehamilan yang didapat harus
ditulis dalam satuan minggu. Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi
yang lahir setelah dikandung selama 37 minggu atau lebih tetapi kurang dari 42
minggu penuh. Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari:
1. Ciri-ciri eksternal
- Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan
tulang rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang
keras pada bagian dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan
semula.
- Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol
diatas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih.
- Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya
tegas dan relatif keras sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan
pelaku autopsi. Kuku jari kaki masih relatif pendek. Pada bayi yang
prematur kuku jari tangan belum melampaui ujung jari dan relatif lebih
lunak sehingga ujungnya mudah dilipat.

- Garis telapak kaki


Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari
depan hingga tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam.
Dalam hal kulit telapak kaki itu basah maka dapat juga tampak garis-garis
yang halus dan superfisial.
- Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada
dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi
perempuan yang matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia
mayor.
- Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain
dan tampak mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang
prematur rambut kepala halus seperti bulu wol atau kapas, masing-masing
helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas rambut pada dahi tidak jelas.
- Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga
pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau
tampak samar-samar. Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh tersebut
tampak jelas.
- Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal,
sedangkan pada yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang
dengan korpus manubrium sterni.
- Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya
sudah terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.
- Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai
arti yang cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan
menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu.
Demikian juga pada cuboideum dan cuneiform. Sedangkan, talus dan
calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.
2. Penaksiran umur gestasi
- Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit
dalam sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan
terakhir, panjang badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan
angka 5.
- Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3
- Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)

Tabel 2. Umur bayi dan panjang badan menurut rumus De Haas.


Umur Panjang badan (kepala-tumit)
1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)
2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)
3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)
4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)
5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)
6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)
7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)
8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)
9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat

2.5. PENENTUAN USIA JANIN DILUAR KANDUNGAN


Usia pasca lahir dapat ditentukan dari:
a. Udara dalam saluran pencernaan : terdapat udara dilambung berarti baru
saja lahir, namun belum tentu lahir hidup atau lahir mati. Terdapat udara di
duodenum berarti lebih dari 2 jam. Terdapat udara di usus halus berarti 6-
12 jam. Terdapat udara diusus besar berarti 12-24 jam
b. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berarti telah 24 jam atau lebih
c. Perubahan tali pusat. Bila kemerahan dipangkalnya berarti telah 36 jam.
Bila kering berarti 2-3 hari. Bila puput artinya telah 6-8 hari, atau kadang
sampai 20 hari. Bila sembuh berarti telah 15 hari. Bila arteri atau vena
umbilikalis tertutup berarti 2 hari.
d. Duktus arteriosus menutup berarti 3-4 minggu
e. Duktus venosus menutup berarti lebih dari 4 minggu
f. Sel darah merah berinti hilang berarti 24 jam (masih ada jika diambil di
sinusoid hati).

2.6. PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU INFANTISIDA


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi
bersangkutan bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan.
Tanda telah melahirkan anak.
- Robekan baru pada alat kelamin.
- Osteum uteri dapat dilewati ujung jari
- Keluar darah dari Rahim.
- Ukuran Rahim; saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi
tulang kemaluan.
- Payudara mengeluarkan air susu.
- Hiperpigmentasi aerola mamae.
- Striae gravidarum dari warna merah menjadi putih.
Berapa lama telah melahirkan
- Ukuran Rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu.
- Getah nifas : 1-3 hari post patum berwarna merah, 4-9 hari post partum berwarna
putih, 10-14 hari post partum getah nifas habis.
- Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari.
Tanda-tanda partus presipitatus.
- Robekan pada alat kelamin.
- Inversion uteri yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-lebih bila tali
pusat pendek.
- Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat
tali pusat. Robekan ini harus tumpul, dibuktikan dengan pemeriksaan
histopatologis.
- Luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,
perdarahan di dalam tengkorak.

Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan
yaitu:
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae
gravidarum, dinding perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan
perineum, lochia, kolostrum). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca
lahir ditambah lama kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi
sekarang pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang
digunakan. Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat
bersama-sama pada satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai
sama sekali. Contohnya adalah bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O
atau sebaliknya. Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih
memungkinkan mencapai tujuan.

Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal
dari ibu, sedangkan yang lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah
tak ditemukan makan interpretasi hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA
mitokondria yang memiliki cara yang persis sama anatara ibu dan anak juga kurang
memiliki kemampuan determinasi.

Anda mungkin juga menyukai