INFANT DEATH
Oleh :
Serinda Okky Silawati J510185057
Addina Noviana J510185083
Herdian Kusuma A W J510185088
Atikah Budi Intan L J510185094
Alexandria Firdaus A F J510185103
Pembimbing :
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M
INFANT DEATH
Disusun Oleh:
Serinda Okky Silawati J510185057
Addina Noviana J510185083
Herdian Kusuma A W J510185088
Atikah Budi Intan L J510185094
Alexandria Firdaus A F J510185103
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M (...........................................)
Dipresentasikan di hadapan
dr. Adji Suwandono,S.H.,Sp.F.M (...........................................)
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Neonatisida
Neonatisida adalah pembunuhan anak secara sengaja dalam 24 jam pertama
kehidupannya, yang umumnya dilakukan oleh sang ibu, dan dilakukan segera
setelah anak dilahirkan. Umumnya neonatisida merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh satu individu tanpa saksi yang melihat. Tujuan dari tindakan
neonatisida ialah untuk menyembunyikan fakta bahwa seseorang pernah
melahirkan anak, atau untuk membunuh anak yang tidak diinginkan.
2. Infantisida dan Pembunuhan Anak
Didefinisikan sebagai pembunuhan anak secara sengaja yang dilakukan diatas
24 jam pertama kehidupannya. Metode yang digunakan biasanya jauh berbeda
dengan kasus neonatisida, serta biasanya terdapat campur tangan pihak lain
meliputi suami, teman laki-laki, ataupun babysitter dalam pembunuhannya.
1. Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi
orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum
karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih
berat.
2. Waktu. Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,
tetapi hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”.
Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan
merawat dan bukan membunuh anaknya.
3. Psikis. Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh
tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.
Pasal 341
“Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama 7 tahun.”
Pasal 342
“Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
9 tahun.”
Pasal 343
“Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang
lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
Pasal 181
“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
Pasal 308
“Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya,
tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau
meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.”
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 305
“Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.”
Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.”
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi
atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh
ibu. Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini
bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan
apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum cukup
bulan, maupun viable atau non-viable.
Bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut
dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang
lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (KUHP Pasal 338: tanpa rencana) atau 20 tahun,
seumur hidup/hukuman mati (KUHP Pasal 340). Adapun bunyi pasalnya, yaitu:
KUHP Pasal 338
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.6
KUHP Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak di atas usia satu hari
yang dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak biasa adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri dan tidak memenuhi syarat
pembunuhan infanticide. Resnick mengklasifikasikan pembunuhan terhadap anak
berdasarkan motif dari pembunuhan, yang terdiri dari altruism, acute psychosis,
unwanted child, accidental, dan sposal revenge.
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya
tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah
korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339,
340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan
sampai mati (pasal 308).
1. Altruism
Adalah pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa tidak
tahan melihat atau membayangkan anaknya menderita. Jenis pembunuhan
ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan penderitaan dari anaknya,
biasanya pembunuhan dengan motif ini akan disertai dengan bunuh diri dari
pelaku. Misal anak yang dibunuh oleh ibunya karena mempunyai penyakit
yang tidak dapat sembuh atau anak yang dibunuh oleh ibunya karena selalu
disiksa oleh keadaan atau seseorang.
2. Acute Psychosis
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan berdasarkan motif orang
tua yang mengalami gangguan kejiwaan.
3. Unwanted children
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang tua tidak
mengharapkan anak tersebut. Pembunuhan anak berdasarkan motif ini
biasanya sering terjadi pada pernikahan yang tidak dinginkan atau pada
kasus pemerkosaan.
4. Accidental
Adalah pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja. Pembunuhan jenis
ini sering berkaitan dengan penyiksaan terhadap anak yang berujung ke
kematian anak tersebut. Biasa pembunuhan dengan motif ini akan tampak
tanda-tanda battered child syndrome, cedera yang dihasilkan dari
penyiksaan secara fisik bisa berupa bengkak, luka bakar, patah tulang dan
lain-lain.
5. Spousal Revange
Adalah pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan untuk balas
dendam terhadap pasangannya atau untuk memberi hukuman terhadap
pasangannya.
Pasal 344
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”
Pada saat pemeriksaan jenazah bayi pada kasus curiga infanticide , dokter harus
memeriksa beberapa hal yaitu:
4. Sebab kematian
Penentuan sebab kematian dapat dilihat dari tanda-tanda jeratan,
luka atau pun tanda kekerasan lain pada tubuh bayi. Cara yang paling sering
dilakukan adalah dengan pembekapan dan penjeratan.
Lahir hidup atau Live Birth adalah keluar atau dikeluarkannya hasil
konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan tersebut, bernafas atau
menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut atau detak jantung, denyut nadi
tali pusat, gerakan otot volunter (otot rangka), tanpa mempersoalkan usia gestasi,
sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan.
Lahir mati atau Still Birth adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar
atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum
ataupun sesudah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian
ditandai oleh janin yang tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan
lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat, atau gerakan otot rangka.
Berikut adalah tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan:
Pernafasan (paru mengembang dan terdapat udara dalam lambung atau usus).
Menangis.
Pergerakan otot.
Sirkulasi darah, dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin.
Isi usus.
Keadaan tali pusat.
1. Pernafasan
Pernafasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan
sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada
paru. Pernafasan setelah bayi lahir mengakibatkan perubahan letak diafragma dan
sifat paru-paru.
a. Letak diafragma
Pada bayi yang sudah bernafas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6.
Sedangkan pada yang belum bernafas setinggi iga ke-3 atau ke-4. Paru-paru bayi
yang sudah bernafas berwarna merah muda tidak homogen namun berbercak-
bercak. Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan.
Sedangkan, pada paru-paru bayi yang belum bernafas berwarna merah ungu tua
seperti warna merah hati bayi dan homogen, dengan konsistensi kenyal seperti
hati atau limpa.
b. Uji apung paru
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh, paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologi jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Lidah keluarkan seperti biasa dibawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga
tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat
sepanjang perbatasannya dengan palatum durum. Faring, laring, esophagus
bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esophagus bersama
dengan trakea diikat dibawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, meconium, atau
benda asing lain tidak mengalir keluar melalui trakea, bukan untuk mencegah
masuknya udara kedalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau
pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian
esophagus diikat diatas diafragma dan dipotong diatas ikatan. Pengikatan ini
dimaksudkan agar udara tidak masuk kedalam lambung dan uji apung lambung-
usus tidak memberikan hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu
dimasukkan kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali
kedalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus
dipisahkan dan dimasukkan kedalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke
dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh
karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung,
letakkan diantara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus
jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada
jaringan interstitial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati
apakah masih mengapung atau tenggelam.
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan
keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi
yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan
memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernafasan sebagian yang dapat bersifat buatan
atau alamiah yaitu bayi yang sudah bernafas walaupun kepala masih dalam
uterus atau dalam vagina.
Hasil negatif belum tentu pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti nafas meskipun jantung masih
berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini,
pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir
mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru
kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.
c. Mikroskopik paru-paru10
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi
dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif melekat dengan baik ke dalam paru. Setelah
difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya
digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan
Gomori atau Ladewig.
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum
bernafas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26
minggu. Tanda khas untuk paru janin belum bernafas adalah adanya tonjolan
yang berbentuk seperti bantal yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti ganda. Pada permukaan ujung bebas
tonjolan tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum
bernafas yang sudah membusuk dengan pewarnaan gomori atau ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti
rambut yang keriting, sedangkan pada tonjolan berjalan dibawah kapiler sejajar
dengan permukaan tonjolan dan membentuk gelung-gelung terbuka.
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi
cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat
tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernafasan janin
prematur.
Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit,
berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat
dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat
asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang
juga tidak jelas.
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin
terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-
sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis
mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan
terjadinya kehidupan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang
hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine,
kelainan kongenital yang fatal seperti anensefalus.
2. Menangis
Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi
tanpa bernafas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir
hidup karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau vagina. Yang
merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara ke dalam uterus
dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2 dalam darah
meningkat.
3. Pergerakan otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak
dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup
kemudian mati, maupun yang lahir mati.
7. Keadaan kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya
kehidupan setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat
memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maserasi yang dapat
terjadi bila bayi sudah mati didalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal ini
harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak
terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi
waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah terpisah sama sekali dari
ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
Antepartum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu
melahirkan.
Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri :
- Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
- Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
- Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
- Tidak ada gas, baunya khas.
2.2. VIABILITAS
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup diluar
kandungan ibunya atau sudah mampu untuk hidup terpisah dari ibunya.
Viabilitas mempunyai beberapa syarat, yaitu :
1. Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan.
2. Panjang badan ≥ 35 cm.
3. Berat badan ≥ 2500 gram.
4. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
5. Lingkaran fronto-oksipital ≥ 32 cm.
Selain itu juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup bayi, seperti kelainan jantung (ASD,
VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan aluran pencernaan (stenosis
esophagus, gastroskizis).
2.3.PENYEBAB KEMATIAN
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan
penyebab kematiannya. Bila terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka
ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal atau sebab mati janin (fetal
death). Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
1. Kematian wajar
a. Kematian secara alami
1) Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu
hidup di luar kandungan sehingga mati setelah beberapa saat
sesudah lahir.
2) Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang
mengandung seperti sifilis, tifus, campak sehingga anak memiliki
cacat bawaan yang menyebabkan kelainan pada organ internal
seperti paru-paru, jantung dan otak.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ
genital.
c. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang
tidak lengkap seperti anensefali. Jika kelainan tersebut fatal, maka
bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
d. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari
dinding uterus akan dapat menyebabkan kematian dari bayi dan ibu,
dan dapat diketahui jika sang ibu meninggal dan dilakukan
pemeriksaan dalam.
e. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring
atau akibat pembesaran kelenjar timus.
f. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif
mengandung anak dengan rhesus positif, sehingga darah ibu akan
membentuk antibodi yang menyerang sel darah merah anak dan
menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga menyebabkan
kematian anak baik sebelum maupun setelah kelahiran.
2. Kematian akibat kecelakaan
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan
(ossification centers) sebagai berikut:
Pusat penulangan pada: Umur (bulan)
Klavikula 1,5
Tulang panjang (diafisis) 2
Iskium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5-6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7
Sternum bawah Akhir 8
Distal femur Akhir 9/ setelah lahir
Proksimal tibia Akhir 9/ setelah lahir
Kuboid Akhir 9/ setelah lahir
Bayi perempuan lebih
cepat
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan
yaitu:
a. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak.
Ibu diperiksa apakah memang baru melahirkan (tinggi uteri, striae
gravidarum, dinding perut kendor, payudara besar dan kencang, robekan
perineum, lochia, kolostrum). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca
lahir ditambah lama kematian.
b. Memeriksa golongan darah ibu dan anak.
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah, akan tetapi
sekarang pemeriksaan golongan darah ini merupakan prosedur standard yang
digunakan. Eksklusi hanya dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat
bersama-sama pada satu individu sedangkan individu lain tidak mempunyai
sama sekali. Contohnya adalah bila ibu golongan darah AB sedangkan anak O
atau sebaliknya. Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih
memungkinkan mencapai tujuan.
Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal
dari ibu, sedangkan yang lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas ayah
tak ditemukan makan interpretasi hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan DNA
mitokondria yang memiliki cara yang persis sama anatara ibu dan anak juga kurang
memiliki kemampuan determinasi.