Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK

“DISTORSI & MAGNIFIKASI”


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Laporan Praktikum Fisika Radiodiagnostik

Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si., MT

Disusun oleh:

KELOMPOK 3, 2B
1. Alfahri Reza Mahendra (P1337430117048)
2. Rifqi Anisa (P1337430117051)
3. Khansa Intan Larasati (P1337430117052)
4. Destarani Ramadanti (P1337430117054)
5. Hesti Fitriatul Lubnaningtyas (P1337430117057)
6. Ashvini Nurulhidayah S. (P1337430117059)
7. Dyah Ayu Dwi Wardani (P1337430117061)
8. Ivani Betharia D.P.S (P1337430117082)
9. Loevian Robert Purwanto (P1337430117092)
10. Annisa Dewi Arumsari (P1337430117093)
11. Iwan (P1337430117098)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK

DISTORSI & MAGNIFIKASI

1. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh faktor geometrik terhadap bentuk dan ukuran gambar.

2. Landasan Teori
Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat menyajikan
gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat pelayanan di rumah sakit
- rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta yang sudah banyak tersebar di
masyarakat.Gambaran radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek
radiografer sehari-hari.Setiap radiografer pasti menginginkan gambar radiografi atau foto
rontgen dengan kualitas yang semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis.
Ada beberapa pengertian dari kualitas radiograf yaitu kemampuan radiograf
dalam memberikan informasi yang optimal dari obyek yang diperiksa.(Curry, 1984) atau
kesanggupan radiograf untuk membentuk pola bayangan nyata sesuai besarnya transmisi
sinar-X yang mengenai film setelah menembus obyek (Chesney, 1981).
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat
dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar
matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan bentuk
yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk
bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh
beberapa hal, seperti :
a. Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra
(misal : ukuran, jarak)
b. Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
c. Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam
citra

Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari


struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur
kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat
obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang
tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur,
termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh
dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas visual yang lebih
bersifat subyektif.

Faktor yang Mempengaruhi Ketajaman


a. Faktor Citra Radiografi, meliputi :
1) Ketajaman dan kontras
2) obyektif Tingakat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas
masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik
walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika citra radiografi dengan
perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau
dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat,
walaupun detail struktur tidak optimal).

Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto
abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan
densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto
abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan
densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau
bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas
yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh
ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan
merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi
overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat,
tetapi “kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah,
karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap
ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah
tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang
dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras
visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat
subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya
sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi
kurang.

b. Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)

Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif


faktor viewer dapat dilihat dari segi:

1) Yang berhubungan dengan kualitas penerang


Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas,
dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan
beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen,
dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang
overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan
meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure
intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada
umumnya viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya,
sesuai dengan keadaan citra radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang
baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang
keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.
2) Yang berhubungan dengan penglihatan pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengartuhi oleh
tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer.
Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat mengamati
perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer
dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan,
menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah
cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam
diagfragma yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang
berada di luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film
yang densitasnya gelap.

Kontras Radiografi

Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :


1. Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat
dilihat & dinyatakan dengan angka.
2. Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat
diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat
Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta
hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila
garis tentgah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak
lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini
terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih
panjang atau lebih pendek.
Pembesaran tidak sama/tidak rata dari berbagai bagian dari objek yang sama
yang disebut distorsi.

Gambar.20-21 Obyek yang tebal lebih banyak mengalami distorsi daripada obyek yang tipis
Distorsi dapat mengganggu diagnosis. distorsi gambar disebabkan oleh : ketebalan objek,
posisi objek dan objek bentuk

Ketebalan Obyek (Object Thickness)

Pada obyek yg tebal OID untuk setiap bagian tidak sama  magnifikasi setiap
bagian obyek tidak sama  Obyek yang tebal lebih banyak mengalami distorsi
dibanding obyek yg tipis.
1. Faktor Ketebalan
Obyek dengan diameter yang sama tetapi memiliki ketebalan yang berbeda akan
menghasilkan image yang berbeda.  Obyek yang sejajar film, gambaran yang
diperbesar akan berbentuk sama dg obyek pada film (berlaku untuk sinar sentra /
oblik). Ukuran & bentuk bayangan dr bola yang sama besar yang sejajar film
tergantung letak lateralnya.

Gambar .20-22 ketebalan objek mempengaruhi distorsi.Radiograph dari


koin atau bola muncul sebagai lingkaran jika objek berada di sumbu
pusat,Ketika lateralis untuk poros tengah,koin terlihat sebagai lingkaran
dan bola terlihat sebagai elips.

2. Posisi Obyek terhadap Sinar Sentral


Ukuran dan bentuk bayangan dr bola yang sama besar yang sejajar dengan film
tergantung letak lateralnya.

3. Distorsi Karena Bentuk Obyek


Distorsi akan semakin nyata pada obyek-obyek yang memiliki bentuk yang tidak
beraturan.
Gambar 20-23 benda-benda yang tidak teratur seperti struktur
anatomi,Atau barang-barang ini dapat menyebabkan cukup distorsi ketika
radiographed dari poros tengah.

Distorsi Karena Posisi

Gambar 20-24 ketika obyek ukuran yang sama ditempatkan pada jarak

yang berbeda dari IR,distorsi spasial terjadi.

Dua obyek yang sama dan sejajar film, tetapi jarak terhadap film tidak sama 
pembesaran tidak sama

1) Ukuran dan bentuk bayangan dari obyek miring tergantung dr posisi


lateralnya dalam berkas sinar X.
2) Bentuk dan ukuran bayangan tergantung dari sudut inklinasi juga sinar yang
dipakai sentral/oblik.
3) Distorsi berkurang karena :

– FFD 

– OFD 

– Sinarobyek dan film

Gambar. 20-26 lateral cenderung objek diposisikan untuk sinar sumbu pusat Dapat sangat terganggu
oleh elongasi atau foreshortening.

Cara Untuk Mengurangi Distorsi

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurani efek daripada distorsi ini,
antara lain :

1) Meminimalkan jarak film-obyek / FOD berarti mengurangi resiko


ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang dibentuk pada
film.
2) Pastikan methode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada pasien tidak
mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa kurang nyaman
sehinngga pasien cenderung bergerak dan akan mengakibatkan ada
jarak/celah antara film dengan objek sehingga efek magnifikasi
(pembesaran) semakin besar.
3)
3) Sebelum melakukan eksposi, pastikan garis tengah struktur sejajar film
tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).
3. Alat dan Bahan
a. 3 buah koin
b. 3 buah bola ping pong
c. Busur
d. Softbag
e. Meteran/ penggaris
f. Alat pencatat
g. Kaset radiorafi 18x24 dan 24x30
h. Pb/timbal

4. Langkah Percobaan
a. Siapkan kaset ukuran 18x24 diatas meja pemeriksaan. Kemudian kaset dibagi
menjadi 2 daerah. Daerah yang sebagian ditutup Pb. Bagian sebelahnya lagi
diletakkan 3 koin dengan masing-masing koin berjarak sama. Letakkan searah anoda-
katoda. Melakukan eksposi pada CP di koin ke-2, faktor eksposi 40 kVp, 100 mA,
0,02 sec.

b. Melakukan eksposi di daerah yang lain, dengan menutup area yang sudah terekspos
tadi dengan Pb. Letakkan soft bag diatas kaset, lalu tempatkan 3 buah koin diatasnya
dengan masing-masing koin berjarak sama. Letakkan searah anoda-katoda.
Melakukan eksposi pada CP di koin ke-2, faktor eksposi 40 kVp, 100 mA, 0,02 sec.
Lakukan prosesing film.

c. Siapkan kaset ukuran 24x30cm diatas meja pemeriksaan, kaset dibagi menjadi 4
bagian daerah, daerah 2, 3, 4, ditutup Pb. Meletakkan 3 buah koin dengan masing-
masing koin di beri perbedaan posisi, koin ke-1 30°, koin ke-2 45°, koin ke-3 90°,
pada daerah 1. Letakkan searah anoda-katoda. Melakukan eksposi pada CP tegak
lurus di koin ke-2, faktor eksposi 40 kVp, 100 mA, 0,02 sec.
d. Daerah 1, 3, 4, ditutup Pb. Meletakkan 3 buah koin dengan masing-masing koin di
beri perbedaan posisi, koin ke-1 30°, koin ke-2 45°, koin ke-3 90°, pada daerah 2.
Letakkan searah anoda-katoda. Melakukan eksposi pada CP di koin ke-2, CR
menyudut sesuai sudut koin ke-2, faktor eksposi 40 kVp, 100 mA, 0,02 sec.
e. Daerah 1,2,4 ditutup Pb. Lalu meletakkan 3 bola ping pong diatas kaset pada daerah
ke-3. Mengatur CP tegak lurus pada bola ke-3, melakukan eksposi dengan 40 kVp,
100 mA, 0,02 sec.

f. Daerah 1,2,3 ditutup Pb. Lalu meletakkan 3 bola ping pong diatas kaset pada daerah
ke-4. Mengatur CP tegak lurus pada bola ke-2, melakukan eksposi dengan 40 kVp,
100 mA, 0,02 sec, lalu prosesing film.
g. Menyiapkan kaset ukuran 18x24cm. Meletakkan 3 koin diatas soft bag setinggi 6cm
diatas kaset, mengatur arah sinar tegak lurus pada koin ke-3 (dekat katoda),
melakukan eksposi dengan 40 kVp, 100 mA, 0,02 sec, lalu prosesing film.

5. Hasil
Ukuran koin = 2,5 cm
Ukuran bola ping pong = 4.0 cm

Radiograf 1 Radiograf 2 Radiograf 4


Tanpa soft Diatas soft CP pada CP di CP ditepi
Koin ke bag CP bag koin koin ke 3 (OFD=6cm)
ditengah (OFD=6cm) ditengah (OFD=0)
(OFD=0) (OFD=0)
1 (anoda) 2.6 cm 2.75 cm 2.6 cm 2.6 cm 2.8
2 2.6 cm 2.7 cm 2.6 cm 2.55 cm 2.8
3(katoda) 2.6 cm 2.7 cm 2.6 cm 2.5 cm 2.8

Pada tiga obyek koin yang berjajar dengan penyudutan sebesar 30°, 45°, 90°. Berdasarkan
pengukuran gambaran radiograf pada koin didapatkan hasil :
Radiograf 3
Koin ke
CR tegak lurus CR penyudutan 45°
1. kemiringan 30° 2.4 cm 4 cm
2. kemiringan 45° 2.9 cm 3.75 cm
3. kemiringan 90° 0.35cm 2.55 cm

Pada tiga obyek bola pongpong yang disusun berjajar menempel kaset. Dilakukan ekspos
dengan CP pada bola ke-2 dan CP pada bola ke-3. Didapatkan hasil pengukuran sebagai
berikut:
Radiograf 3
Bola pingpong ke-
CP pada bola ke-2 CP pada bola ke-3
1. (dekat anoda) 4.1 4.1
2. 4 4
3. (dekat katoda) 4.1 4

6. Pembahasan
a. Radiogaf 1: Koin
Pada radiograf 1 dilakukan eksposi sebanyak dua kali. Untuk eksposi yang
pertama pada tiga obyek koin pipih dan tipis yang ditempatkan berjajar dengan titik
bidik pada koin yang tengah dengan OFD 0 cm. Berdasarkan pengukuran gambaran
radiograf pada koin didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 1
Koin ke Tanpa soft bag CP ditengah
(OFD=0)
1 (anoda) 2.6 cm
2 2.6 cm
3(katoda) 2.6 cm
Pada eksposi pertama:

Pada eksposi pertama obyek koin yang pipih dan tipis dengan OFD 0 cm, arah
sinar vertikal tegak lurus pada pertengahan objek dan CP ditengah (koin 2)

Dari hasil pengukuran yang didapat disimpulkan bahwa ukuran diameter koin
yang sebenarnya adalah 2.5 sementara pada radiograf 2.6, mengalami pembesaran
meskipun sudah diatur agar koin menempel kaset, tapi bagaimanapun antara
permukaan kaset dengan film masih ada jarak. Perubahan ukuran ini disebut dengan
magnifikasi.
𝒊𝒎𝒂𝒈𝒆 𝒔𝒊𝒛𝒆
MF= 𝒐𝒃𝒋𝒆𝒄𝒕 𝒔𝒊𝒛𝒆
2,6
𝑀=
2,5
𝑀 = 1,04

Besar magnifikasinya adalah 1,04 kali

Sedangkan pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama seperti
pada eksposi yang pertama, akan tetapi pada eksposi kedua koin dibuat berada di atas
soft bag degan OFD = 6cm , sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

Koin ke Radiograf 1
Diatas soft bag (OFD=6cm)
1 (anoda) 2.75 cm
2 2.7 cm
3(katoda) 2.7 cm
Pada eksposi kedua:
1) Koin 1. Pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.75 cm. Diameter pada
radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin ini dapat
dikatakan mengalami Magnifikasi dan Elongasi.
2) Koin 2 (CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.7 cm. Diameter
pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin ini
dapat dikatakan mengalami magnifikasi
𝒊𝒎𝒂𝒈𝒆 𝒔𝒊𝒛𝒆 𝑭𝑭𝑫
Besar magnifikasi = 𝒐𝒃𝒋𝒆𝒄𝒕 𝒔𝒊𝒛𝒆 = 𝑭𝑶𝑫
2,7
𝑀=
2,5

𝑀 = 1,08 𝑘𝑎𝑙𝑖
Dengan perbandingan FFD dan jarak fokus ke objek
100
𝑀=
94
𝑀 = 1,06
Perhitungan magnifikasi melalui ukuran objek dengan melalui jarak fokus
menghasilkan nillai yang berbeda, karena pada nilai FFD tidak tepat 100cm
karena pada percobaan FFD diatur jarak dari focus ke kaset, sementara ada
jarak dari permukaan kaset kefilm sehingga pada kenyataanya FFD bisa lebih
dari 100cm.

3) Koin 3, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.7 cm. Diameter pada
radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,5 cm. Karena letaknya yang
tidak tegak lurus terhadap arah sumbu sinar sehingga koin ini dapat dikatakan
mengalami magnifikasi dan elongasi.
Pada eksposi kedua dengan CP ditengah (koin 2) mengalami distorsi berupa
elongasi (pemanjangan) yaitu 2,7 cm, dan koin yang letaknya 7 cm dari CP (koin 1)
mengalami pemanjangan lebih besar dibandingkan koin 2 yaitu sebesar 2.75 cm, dan
dan koin yang letaknya 7 cm dari CP (koin 3) mengalami pemanjangan lebih besar
dibandingkan koin 3 yaitu sebesar 2.75 cm. Elongasi semakin besar disebabkan
karena letak obyek/koin yang semakin jauh dari pertengahan sinar (CP).
b. Radiograf 2

Pada radiograf 2 dilakukan eksposi sebanyak dua kali. Untuk eksposi yang
pertama pada tiga obyek koin pipih dan tipis yang ditempatkan berjajar dengan titik
bidik pada koin yang tengah dengan OFD 0 cm. Berdasarkan pengukuran gambaran
radiograf pada koin didapatkan hasil sebagai berikut

Radiograf 2
Koin ke
CP pada koin ditengah (OFD=0)
1 (anoda) 2.6 cm
2 2.6 cm
3(katoda) 2.6 cm

Pada eksposi pertama:


Koin 1,koin 2 dan koin 3 pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.6 cm.
Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin asli 2,5
cm.Dikarenakan terdapat jarak antara permukann kaset dengan film.
Pada eksposi pertama obyek koin yang pipih dan tipis dengan OFD 0 cm, arah
sinar vertikal tegak lurus pada pertengahan objek dan CP ditengah (koin 2) hasilnya
tidak sesuai dengan teori, seharusnya radiograf menghasilkan pembesaran ukuran
yang sama tiap koinnya namun dari data tersebut pembesaran ukuran tiap koin
berbeda-beda. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dalam menggunakan
alat ukur.

Sedangkan pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama seperti
pada eksposi yang pertama, akan tetapi titik bidik pada eksposi kedua dibuat berada
di koin yang ada ditepi (koin 1), sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 2
Koin ke
CP di koin ke 3 (OFD=0)
1 (anoda) 2.6 cm
2 2.55 cm
3(katoda) 2.5 cm

Pada eksposi kedua:


1) Koin 1. Pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.6 cm. Diameter pada
radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,5cm. Sehingga koin ini dapat
dikatakan mengalami elongasi.
2) Koin 2, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.55 cm. Diameter pada
radiograf ini lebih panjang dari diameter koin 2,5cm. Sehingga koin ini dapat
dikatakan mengalami elongasi.
3) Koin 3 (CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,5cm. Diameter pada
radiograf ini sama dengan diameter koin sesungguhnya 2,5 cm.

Pada eksposi kedua dengan CP dipinggir (koin 3) ukuran koin yang berada
dipertengahan sinar (koin 3) tidak mengalami perubahan ukuran sedangkan koin
yang jaraknya 4 cm dari CP (koin 2) mengalami distorsi berupa elongasi
(pemanjangan) yaitu 2,55 cm, dan koin yang letaknya 8 cm dari CP (koin 1)
mengalami pemanjangan lebih besar dibandingkan koin 2 yaitu sebesar 2.6 cm.
Elongasi semakin besar disebabkan karena letak obyek/koin yang semakin jauh dari
pertengahan sinar (CP).

c. Radiograf 3

Pada radiograf ketiga dilakukan eksposi sebanyak empat kali. Untuk eksposi yang
pertama pada tiga obyek koin yang berjajar dengan penyudutan sebesar 30°, 45°, 90°
dengan CR tega lurus. Berdasarkan pengukuran gambaran radiograf pada koin
didapatkan hasil :

Koin ke Radiograf 3
CR tegak lurus
1. kemiringan 30° 2.4 cm
2. kemiringan 45° 2.9 cm
3. kemiringan 90° 0.35cm
Pada eksposi pertama ( Koin dengan CR Tegak Lurus)
1) Koin membentuk sudut 30°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.4 cm.
Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin ini
dapat dikatakan mengalami foreshortening.
2) Koin membentuk sudut 45°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,9 cm.
Diameter pada radiograf ini lebih dari diameter koin. Sehingga koin ini dapat
dikatakan mengalami elongasi.
3) Koin membentuk sudut 90°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 0,35 cm.
Diameter pada radiograf ini kurang dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin ini
dapat dikatakan mengalami foreshortening.
Ketiga koin mengalami distorsi karena adanya penyudutan (kemiringan) pada koin
terhadap IR, kaitannya dengan pengaruh posisi objek terhadap IR, ketika
kemiringan objek terhadap IR berbeda maka gambaran bayangan yang dihasilkan
juga berbeda. Selain pengaruh posisi objek terhadap IR, posisi objek terhadap arah
sumbu sinar juga mempengaruhi adanya distorsi pada objek.

Pada eksposi kedua, juga dilakukan dengan cara yang sama pada eksposi pertama,
akan tetapi penyudutan eksposi kedua dibuat dengan CR penyudutan 45°, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 3
Koin ke
CR penyudutan 45°
1. kemiringan 30° 4 cm
2. kemiringan 45° 3.75 cm
3. kemiringan 90° 2.55 cm

Pada eksposi kedua (Koin dengan CR Penyudutan 45°)


1) Koin membentuk sudut 30°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4 cm.
Diameter pada radiograf ini lebih dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin ini
dapat dikatakan mengalami elongasi.
2) Koin membentuk sudut 45°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 3,75
cm. Diameter pada radiograf ini lebih dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin
ini dapat dikatakan mengalami elongasi.
3) Koin membentuk sudut 90°, pada radiograf didapat pengukuran diameter 2,55
cm. Diameter pada radiograf ini lebih dari diameter koin 2,5 cm. Sehingga koin
ini dapat dikatakan mengalami elongasi.
Ketiga koin mengalami distorsi karena adanya penyudutan (kemiringan) pada koin
terhadap IR, kaitannya dengan pengaruh posisi objek terhadap IR, ketika kemiringan
objek terhadap IR berbeda maka gambaran bayangan yang dihasilkan juga berbeda.
Selain pengaruh posisi objek terhadap IR, posisi objek terhadap arah sumbu sinar juga
mempengaruhi adanya distorsi pada objek.
Untuk eksposi yang ketiga pada objek bola pingpong yang bulat dan tebal dengan
OFD = 0 cm (objek menempel dan sejajar dengan kaset), arah sinar juga vertikal tegak
lurus a1pada pertengahan objek dan CP pada bola ke- 2. Berdasarkan pengukuran
gambaran radiograf pada bola pingpong didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 3
Bola pingpong ke-
CP pada bola ke-2
1. (dekat anoda) 4.1
2. 4
3. (dekat katoda) 4.1

Pada eksposi ketiga :


1) Bola1, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,1 cm.
2) Bola2 (letak CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter4.0 cm.
3) Bola3, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,1 cm

Dari data hasil pengukuran radiograf diatas ukuran diameter bola 1 dan bola 3 lebih
panjang dari bola 2 yang letaknya dipertengahan sinar. Data tersebut menunjukkan
bahwa terjadi distorsi berupa elongasi. Elongasi tersebut disebabkan karena objek
yang tebal dan posisi objek tersebut (koin bola1 dan bola3) tidak tegak lurus dengan
berkas sinar-x.

Sedangkan pada eksposi keempat, juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
eksposi yang pertama, akan tetapi titik bidik pada eksposi kedua dibuat berada di bola
yang ada ditepi(koin 3), sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 3
Bola pingpong ke-
CP pada bola ke-3
1. (dekat anoda) 4.1
2. 4.01
3. (dekat katoda) 4

Pada eksposi keempat :


1) Bola 1, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,1 cm.
2) Bola 2, pada radiograf didapat pengukuran diameter 4,01 cm
3) Bola 3 (letak CP), pada radiograf didapat pengukuran diameter4,0 cm

Pada eksposi kedua pada obyek bola pingpong yang bulat dan tebal dengan CP
dipinggir (bola 3) dan OFD = 0 cm menghasilkan ukuran radiograf yang
menunjukkan bahwa terjadi distorsi berupa elongasi (pemanjangan). Pengukuran
radiograf menghasilkan ukuran diameter bola1>bola2>bola3. Bola 3 yang
merupakan letak CP dan tegak lurus dengan sumbu sinar memiliki ukuran diameter
terkecil dibandingkan bola 2 yang letaknya 4 cm dari CP dan bola 1 yang letaknya 8
cm dari CP. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa distorsi bentuk
dapat dipicu oleh semakin lateral posisi objek terhadap arah sumbu sinar
d. Radiograf 4
Pada radiograf 4 dilakukan eksposi sebanyak satu kali. Untuk eksposi yang pertama
pada tiga obyek koin pipih dan tipis yang ditempatkan berjajar dengan titik bidik pada
koin yang ke-3 dengan OFD 6 cm. Berdasarkan pengukuran gambaran radiograf pada
koin didapatkan hasil sebagai berikut :

Radiograf 4
Koin ke CP ditepi
(OFD=6cm)
1 (anoda) 2.8
2 2.8
3(katoda) 2.8

Koin 1,koin 2 dan koin 3 pada radiograf didapat pengukuran diameter 2.8 cm.
Diameter pada radiograf ini lebih panjang dari diameter koin asli 2,5
cm.Dikarenakan terdapat jarak antara permukan kaset dengan film. Ada softbag
dengan ketinggian sekitar 6cm, sehingga objek tersebut mengalami magnifikasi.
Besar magnifikasi :
𝒊𝒎𝒂𝒈𝒆 𝒔𝒊𝒛𝒆 𝑭𝑭𝑫
Besar magnifikasi = 𝒐𝒃𝒋𝒆𝒄𝒕 𝒔𝒊𝒛𝒆 = 𝑭𝑶𝑫
2,8
𝑀=
2,5

𝑀 = 1,12 𝑘𝑎𝑙𝑖
Dengan perbandingan FFD dan jarak fokus ke objek
100
𝑀=
94
𝑀 = 1,06
Perhitungan magnifikasi melalui ukuran objek dengan melalui jarak fokus
menghasilkan nillai yang berbeda, karena pada nilai FFD tidak tepat 100cm karena
pada percobaan FFD diatur jarak dari focus ke kaset, sementara ada jarak dari
permukaan kaset kefilm sehingga pada kenyataanya FFD bisa lebih dari 100cm.

Obyek koin yang pipih dan tipis dengan OFD 6 cm, arah sinar vertikal tegak lurus
pada pertengahan objek dan CP ditepi (koin 3) menghasilkan gambaran radiograf
koin dengan diameter 2.8cm pada ketiga koinnya, dimungkinkan terjadi distorsi pada
koin ke-1 dan 2 karena arah sinar tidak tegak lurus terhadap koin ke-1 dan 2, namun
karena bentuk dari koin yang pipih dan tipis, distorsi yang terjadi kecil sehingga
tidak nampak bahkan tidak terukur, atau keterbatasan kami dalam mengukur
sehingga tidak tampak adanya distorsi baik elongasi maupun shortening.

7. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1) Dari hasil percobaan diatas diketahui bahwa jika pada suatu pemeriksaan objek
yang diperiksa tidak sejajar dengan kaset maka akan mengalami distorsi bentuk .
Juga dapat diketahui bahwa semakin besar sudut objek tersebut terhadap film
maka semakin jelas distorsi bentuk yang terlihat.
2) Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui juga bahwa semakin tebal objek yang
diperiksa dan semakin objek tidak berada pada titik bidik kolimasi maka semakin
dimungkinkan terjadinya distorsi bentuk berupa ukuran objek pada radiograf lebih
panjang (elongasi) dan juga jika objek semakin jauh dari titik bidik kolimasi maka
elongasi yang terjadi semakin besar dan lebih tampak.

b. Saran
Untuk menghindari terjadinya distorsi bentuk (foreshortening dan elongasi) :
1) Memastikan bahwa objek yang akan diperiksa berada di pertengahan kolimasi
2) Mengusahakan agar objek dengan kemiringan tertentu dapat sejajar dengan film
dengan tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan pasien
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai