12 2 05 01 0027-1 PDF
12 2 05 01 0027-1 PDF
KOTA KEDIRI
Oleh
MUDI ANINGRUM
NPM. 12.2.05.01.0027
2015
KOTA KEDIRI
Oleh :
MUDI ANINGRUM
NPM : 12.2.05.01.0027
Mudiathuw49@gmail.com
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian yang akurat,
lengkap sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah selanjutnya
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respons individu. Pengkajian ini harus
dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun
Pengumpulan data yang dilakukan penulis saat pengambilan kasus pada tanggal 01Juli
2015dengan cara wawancara, observasi langsung serta pemeriksaan fisik pada Tn. “S”
keluhan utama istri pasien mengatakan pasien panas sudah 2 hari, bengkak kedua kaki dan
kedua tangan, perut kembung, terdapat sesak, pasien terlihat tidak sadar hanya berbaring di
tempat tidur. Istri pasien juga mengatakan pasien sesak kalau kecapekan, edema pada kedua
Kemudian di bawa ke UGD tanggal 24 Juni 2015, lalu dirawat inap di ruang Sedap Malam
teratur, suara nafas stridor, terdapat sesak nafas, terpasang oksigen, CRT > 3 detik, akral
panas, GCS : eye = 1, verbal = 1, motorik = 1, pasien hanya tirah baring, nafsu makan
menurun, makan yaitu susu cair dengan menggunakan sonde, jumlah minuman 6 x 150 cc/
hari dengan jenis minuman susu Na phrisol, mulut kotor, berbau, mukosa bibir lembab,perut
tegang dan terdapat nyeri tekan, peristaltik usus 12 x/ menit, terdapat pembesaran hati, BAB
teratur 1 x/ hari, konsistensi lembek, bau khas feses, warna kecoklatan. BAK : 250 cc/ hari,
bau khas urine, warna kuning jernih, kulit kering, warna kulit hiperpigmentasi, turgor jelek,
ada oedema pada kedua kaki dan tangan, ada pitting, terdapat luka di telapak kaki kanan ±
10 cm, kebersihan secara umum kotor dan berbau, mandi diseka 2 x/ hari, tidak pernah sikat
0 0
gigi, tidak pernah keramas, kuku kotor, tidak ganti pakaian, kemampuan otot :
0 0
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). Gagal ginjal kronis
congenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal), penyakit
saluran kemih). Tanda dan gejala yang muncul pada penderita gagal ginjal kronis adalah
terjadi perubahan keluaran urine (keluaran urin sedikit atau bahkan tidak keluar sama sekali,
dapat mengandung darah dan terjadi infeksi), peningkatan kadar BUN dan kadar kreatinin,
(peningkatan konsentrasi fosfat mungkin terjadi: serum kalsium mungkin menurun sebagai
respon terhadap penurunan absorbsi kalsium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi
terhadap kadar serum fosfat), anemia (anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan
kondisi yang kemungkinan terjadi akibat penurunan produksi eritroprotein yang dihasilkan
oleh ginjal) (Kusuma dan Nurafif, 2013).Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum
lemah dan terlihat sakit berat, tingkat kesadaran menurun, RR meningkat, tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat, pasien bernafas dengan bau urine
(fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan
dalam, anemia, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg
syndrome, kram otot, dan nyeri otot.Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas
akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang
timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi, gangguan seksual
laki-laki dan pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai
amenorea.Adanya edema anarsaka dan keseimbangan cairan (balance) positif, nyeri tekan
dan teraba pembesaran pada saat palpasi ginjal, nyeri ketuk saat perkusi ginjal, perubahan
pola BAK, oliguria atau poliuri, dan pada tahap lanjut dapat ditemukan adanya bunyi bruits
sign pada percabangan arteri renalis bila terjadi gangguan vaskularisasi.Adanya mual dan
muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut,
dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan. Terdapat nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
Data pengkajian dan pemeriksaan fisik di atas sesuai dengan referensi yang
menyatakan bahwa komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang
mempunyai fungsi yang sangat besar. Fungsi cairan adalah sebagi berikut transportasi,
pengatur suhu tubuh, pembentuk struktur tubuh, memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh,
Sementara unit dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel inilah yang membentuk struktur
Tidak ada kesenjangan yang terjadi antara hasil pengkajian secara langsung dengan
teori tentang gagal ginjal kronik, hal ini terjadi karena dalam pengkajian pada Tn. “S”
dengan kasus gagal ginjal kronik penulis menemukan data keluhan utama panas sudah 2
hari, bengkak kedua kaki dan kedua tangan, perut kembung, terdapat sesak, pasien terlihat
tidak sadar hanya berbaring di tempat tidur.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
menit, irama nafas tidak teratur, suara nafas stridor, terdapat sesak nafas, terpasang oksigen,
CRT > 3 detik, akral panas, GCS : eye = 1, verbal = 1, motorik = 1, pasien hanya tirah
baring, nafsu makan menurun, makan yaitu susu cair dengan menggunakan sonde, jumlah
minuman 6 x 150 cc/ hari dengan jenis minuman susu Na phrisol, mulut kotor, berbau,
mukosa bibir lembab, perut tegang dan terdapat nyeri tekan, peristaltik usus 12 x/ menit,
terdapat pembesaran hati, BAB teratur 1 x/ hari, konsistensi lembek, bau khas feses, warna
kecoklatan. BAK : 250 cc/ hari, bau khas urine, warna kuning jernih, kulit kering, warna
kulit hiperpigmentasi, turgor jelek, ada oedema pada kedua kaki dan tangan, ada pitting,
terdapat luka di telapak kaki kanan ± 10 cm, kebersihan secara umum kotor dan berbau,
kronis adalah terjadi perubahan keluaran urine (keluaran urin sedikit atau bahkan tidak
keluar sama sekali, dapat mengandung darah dan terjadi infeksi), peningkatan kadar BUN
dan kadar kreatinin, hiperkalemia (pasien yang mengalami penurunan laju Glumerulus
abnormalitas Ca++ dan PO4- (peningkatan konsentrasi fosfat mungkin terjadi: serum kalsium
mungkin menurun sebagai respon terhadap penurunan absorbsi kalsium di usus dan sebagai
mekanisme kompensasi terhadap kadar serum fosfat), anemia (anemia yang menyertai gagal
ginjal akut merupakan kondisi yang kemungkinan terjadi akibat penurunan produksi
eritroprotein yang dihasilkan oleh ginjal) (Kusuma dan Nurafif, 2013). Hasil pemeriksaan
didapatkan keadaan umum lemah dan terlihat sakit berat, tingkat kesadaran menurun, RR
meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat, pasien
bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya pernafasan
kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam, anemia, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia
sel darah merah, dan kehilangan darah, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia. Pasien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning
feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.Hipertensi akibat
penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin-
aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi, gangguan seksual laki-laki dan pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea. Adanya edema anarsaka dan keseimbangan
cairan (balance) positif, nyeri tekan dan teraba pembesaran pada saat palpasi ginjal, nyeri
ketuk saat perkusi ginjal, perubahan pola BAK, oliguria atau poliuri, dan pada tahap lanjut
gangguan vaskularisasi. Adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau
mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di
dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Terdapat nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi,
pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit
fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan
adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
dari hipertensi.Dari hasil pengkajian tersebut terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan
tinjauan kasus, karena ada sebagian pengkajian secara teori terdapat pada kasus dan juga
sebaliknya.Hal ini bisa juga dilihat dari penyakit yang mendasarinya, seperti salah satu
B. Diagnosa Keperawatan
pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau
potensial atau diagnosa sejahtera (Wilkinson, 2011). Respon aktual atau potensial pasien
didapatkan data dasar pengkajian dan catatan medis pasien, yang semuanya dikumpulkan
(edema). Penegakan diagnosa tersebut ditandai dengan istri pasien mengatakan pasien
bengkak pada kedua kaki dan tangannya, 2 hari badannya panas, perut kembung dan sesak,
keadaan umum lemah, kesadaran apatis, RR : 25 x/ menit, kedua tangan dan kaki tampak
bengkak, pasien hanya tirah baring di tempat tidur, pasien tidak merespon jika diajak bicara,
pasien terpasang sonde dan tangan kiri terpasang infus, terdapat luka dijempol kaki ± 5 cm,
tidak efektif berhubungan dengan kadar kreatinin serum dan BUN meningkat yang ditandai
dengan istri pasien mengatakan pasien sesak nafas, keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
irama nafas tidak teratur, suara nafas stridor, TD : 130/70 mmHg, N : 82 x/ menit, S : 39 oC,
proses terjadinya infeksi ditandai dengan istri pasien mengatakan badan pasien panas sejak 2
hari yang lalu, keadaan umum lemah, kesadaran apatis, TD : 130/70 mmHg, N : 82 x/ menit,
S : 39 oC, RR : 25 x/ menit.
Secara teori didapatkan masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan retensi
cairan, natrium dan kalium, edema; gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia; gangguan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering,
semua diagnosa yang ada dalam teori muncul dalam praktek. Diagnosa yang digunakan
(edema). Sedangkan diagnosa yang tidak digunakan adalah gangguan nutrisi kurang dari
dengan kulit kering, pruritis (gatal); gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
produksi HB turun karena tidak ditemukan data yang memungkinkan untuk mengangkat
perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari proses penyakit
yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan
Rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada pasien sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan, sehingga masalah keperawatan pada pasien dengan teratasi.
Tujuan dan kriteria hasil yang dibuat penulis, setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam
diharapkan masalah defisit volume cairan dan perubahan perfusi jaringan dapat teratasi.
observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien,
pertahankan intake dan output yang akurat dengan rasional untuk memantau perubahan
pasien, monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian dengan rasional
untuk mengetahui perkembangan pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
dengan rasional untuk membantu proses penyembuhan pasien. Rencana tindakan pada
diagnosa kedua adalah observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui
keadaan umum pasien; awasi frekuensi/ upaya pernafasan dengan rasional untuk mengetahui
adanya takikardia, dispnea, nafas pendek, dan nafas dangkal; auskultasi paru, perhatikan
penurunan, tak adanya atau bunyi nafas adventisius, misal: mengi/ ronki dengan rasional
penurunan area ventilasi menunjukkan adanya atelektasis, dimana bunyi nafas adventisius
menunjukkan kelebihan cairan, tertahannya sekresi, atau infeksi; tinggikan kepala tempat
tidur dengan rasional memudahkan ekspansi dada/ ventilasi; dan kolaborasi dengan dokter
kebutuhan oksigen tubuh. Sedangkan rencana tindakan diagnosa ketiga adalah pantau suhu
tubuh pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil dengan rasional menunjukkan proses
penyakit infeksius akut dan pola demam dapat membantu dalam diagnosis; pantau suhu
lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai kebutuhan dengan rasional suhu
ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal;
berikan kompres hangat dengan rasional dapat membantu mengurangi demam; kolaborasi
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa rencana tindakan pada diagnosa
pertama tersebut tidak ada kesenjangan, semua intervensi yang ada dalam teori dapat
ketiga ada kesenjangan, karena kedua diagnosa tersebut tidak ada dalam tinjauan teori.Hal
ini terjadi karena intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalah
pasien, sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien.
D. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh perawat
kepada pasien sesuai dengan rencana tindakan, meliputi tindakan keperawatan mandiri dan
yang telah disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan.Adapun implementasi
yang dapat dilakukan oleh penulis pada studi kasus ini, hanya dapat dilakukan selama 3 hari
rawat.Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan pasien semakin memburuk dan
dan output yang akurat bertujuan untuk memantau perubahan pasien, monitor masukan
makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian bertujuan untuk mengetahui perkembangan
pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yaitu infus PZ = 2 flash/ hari 14
bertujuan rasional untuk mengetahui adanya takikardia, dispnea, nafas pendek, dan nafas
dangkal; auskultasi paru, perhatikan penurunan, tak adanya atau bunyi nafas adventisius,
misal: mengi/ ronki bertujuan penurunan area ventilasi menunjukkan adanya atelektasis,
dimana bunyi nafas adventisius menunjukkan kelebihan cairan, tertahannya sekresi, atau
infeksi; tinggikan kepala tempat tidur bertujuan memudahkan ekspansi dada/ ventilasi; dan
kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan atau
ketiga adalah pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) 39oC, perhatikan menggigil
bertujuan untuk menunjukkan proses penyakit infeksius akut dan pola demam dapat
membantu dalam diagnosis; pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan bertujuan suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
membantu mengurangi demam; kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian antipiretik: infus
Hari kedua, implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa pertama adalah
mntbertujuan untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien, pertahankan intake dan output
yang akurat bertujuan untuk memantau perubahan pasien, monitor masukan makanan/ cairan
dan hitung intake kalori harian bertujuan untuk mengetahui perkembangan pasien,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yaitu infus PZ = 2 flash/ hari 14 tpm, PZ
tanda vital: TD : 140/70 mmHg, N : 90 x/ mnt, S : 395 oC, RR : 25 x/ mnt bertujuan untuk
bertujuan rasional untuk mengetahui adanya takikardia, dispnea, nafas pendek, dan nafas
dangkal; auskultasi paru, perhatikan penurunan, tak adanya atau bunyi nafas adventisius,
misal: mengi/ ronki bertujuan penurunan area ventilasi menunjukkan adanya atelektasis,
dimana bunyi nafas adventisius menunjukkan kelebihan cairan, tertahannya sekresi, atau
infeksi; tinggikan kepala tempat tidur bertujuan memudahkan ekspansi dada/ ventilasi; dan
kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan atau
ketiga adalah pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) 395 oC, perhatikan menggigil
bertujuan untuk menunjukkan proses penyakit infeksius akut dan pola demam dapat
membantu dalam diagnosis; pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan bertujuan suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
membantu mengurangi demam; kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian antipiretik: infus
Hari ketiga, implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa pertama adalah
mntbertujuan untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien, pertahankan intake dan output yang
akurat bertujuan untuk memantau perubahan pasien, monitor masukan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian bertujuan untuk mengetahui perkembangan pasien, kolaborasi
untuk mengetahui adanya takikardia, dispnea, nafas pendek, dan nafas dangkal; auskultasi
paru, perhatikan penurunan, tak adanya atau bunyi nafas adventisius, misal: mengi/ ronki
bertujuan penurunan area ventilasi menunjukkan adanya atelektasis, dimana bunyi nafas
kepala tempat tidur bertujuan memudahkan ekspansi dada/ ventilasi; dan kolaborasi dengan
pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) 39oC, perhatikan menggigil bertujuan untuk
menunjukkan proses penyakit infeksius akut dan pola demam dapat membantu dalam
diagnosis; pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
bertujuan suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal; berikan kompres hangat bertujuan dapat membantu mengurangi demam;
kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian antipiretik: infus parasetamol ½ botol = 4 x 1/ hari
bertujuan digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan sebelumnya. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perencanaan. Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, maka penulis
melakukan evaluasi. Evaluasi ini penulis menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif,
Obyektif, Assessment, Planning) dengan hasil semua masalah belum teratasi karena pasien
f. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada Tn. “S”dan uraian dari bab
kebab sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian padaTn. “S”pada tanggal 01 Juli 2012 didapatkan data subjektif istri pasien
mengatakan pasien bengkak pada kedua kaki dantangannya, 2 hari badannya panas, perut
kembung dan sesak. Pada pemeriksaan di dapatkan keadaan umum lemah, kesadaran apatis, TD
: 130/70 mmHg, N : 82 x/ mnt, S : 39oC, RR : 25 x/ mnt, BB : 95 kg,kedua tangan dan kaki tampak
bengkak, pasien hanya tirah baring di tempat tidur, pasien tidak merespon jika diajak bicara,
pasien terpasang sonde dan tangan kiri terpasang infus, terdapat luka dijempol kaki ± 2 cm.
2. Diagnosa prioritas yang muncul pada Tn. “S” adalah Kelebihan volume cairan berhubungan
3. Rencana tindakan keperawatanyang dilakukan pada diagnosa prioritas adalah observasi tanda-
tanda vital, pertahankan intake dan output yang akurat, monitor masukan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
4. Implementasi yang dilakukan penulis selama 3 hari. Implementasi diagnosa pertama yang
mempertahankan intake dan output yang akurat, memonitor masukan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
5. Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan criteria hasil semua masalah keperawatan yang
dialami pasien belum teratasi karena pasien dinyatakan meninggal, sehingga intervensi terpaksa
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008), Konsep Dasar dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2011), Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011
http://www.dinkes.co.id, diunduh tanggal 5 Pebruari 2015 jam 14.45 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusuma, Hardhi dan Nurafif, Amin H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association). Yogyakarta: Media Hardy.
Listyanti, Agita Sukma, (2013), Penderita Gagal Ginjal Makin Didominasi Kaum Muda,
http://www.tempo.co.id, diunduh tanggal 08 Maret 2015 jam 09.19 WIB.
Nursalam, B & . Fransisca, (2006), Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkenihan. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson, (2006), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi Ke-6, Vol. 2,
Jakarta : EGC.
Rendy M.Clevo & Margareth, (2012), Asuhan Keperwatan Medikal Bedah, Yogyakarta: EGC.
Syamsudin, (2011), Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria
Hasil NOC). Jakarta: EGC.