JURNAL
JURNAL
Abstract
This article will answer the question why Indonesia is not yet fully
optimized in solving forest fires. The types of literature is qualitative analysis
techniques with collecting secondary data (library research). In result that the
forest fires in Indonesia is because inability of the government to preserve
forest, or other terms are neglected phenomenon. It still repeated every year
with 20 trillion losses in 2015 with total land area about 2.1 million hectares.
This condition is equal to four timesBali island and 32 times the size of
Jakarta. Analysis process that still recurrence of catastrophic forest fires, as
the result by not optimal factors: a) governance management of the disaster,
b) Not optimal in disaster as an instrument of diplomacy, it relates to how
Indonesia influence a number of countries to help tackle the fire, c) the
consequences and legal compliance related to transboundary haze. Smoke
pollution control is not legally ratified by Indonesia, posed no legal
consequences for Indonesia. Contrary to the Geneva Convention, the Rio
declaration and the declaration Stockholm advocated that the country should
maintain its natural and conformity with nature, so it does not interfere with
the activities of other countries.
Keyword: Disaster, Diplomacy, Compliance Theory, Rational Choice
*
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 84
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
komunikasi dan diplomasi sesuatu yang internasional dengan cara-cara damai atau
tidak bisa dipisahkan seperti yang persuasif atau yang sering dikenal dengan
dikatakan olehStearns mengatakan bahwa: soft power154.Sehingga, berkaitan dengan
“Communication is the essence of kedua variabel yakni bencana dan
diplomacy. Therehas never been a good diplomasi bisa dijadikan satu kesatuan
diplomat who was a bad dalam pola interaksi hubungan antar
communicator”151. Tidak jauh berbeda negara. Maksudnya adalah isu bencana
yang dikatakan oleh Hedley Bull juga bisa menjadi bagian bagaimana negara
menyatakan bahwa diplomasi sebagai: menggunakan isu tersebut dalam
“the transmitting of messages between one mempererat komunikasinya dengan negara
independent political community and lain, mencari donatur dalam membantu
another”152. Bahkan diplomasi dan menyelesaikan bencana sehingga
komunikasi adalah dua hal yang identik munculah istilah diplomasi bencana dalam
seperti di katakan oleh Constantinou hubungan internasional.
mengatakan: “In fact, diplomacy is often
defined in terms of communication – as Berkaitan dengan itu, dalam
pada dasarnya diplomasi mengandung arti isu yang sangat krusial bagi peningkatan
internasional dalam mempengaruhi aktor harus didefinisikan secara lebih luas, tidak
lain dengan power yang dimilikinya baik, hanya sebatas isu bencana alam semata
mengikuti kemauan aktor tersebut. Dalam yang memiliki efek global seperti endemik
konteks ini diplomasi sebagai instrumen virus Flu Burung, Flu Babi, ataupun isu
pula oleh Weizhun M,dimana dalam tersebut dengan negara yang dibantunya
penelitiannya tersebut yang dilakukan di misalnya bisa menjadi bagian dari
China, ternyata dalam pengelolaan konsumen kegiatan ekpor dan impor
bencana yang baik bisa menimbulkan rasa negara yang bersangkutan atau dalam
simpati dari sejumlah pihak dan bisa konteks lainya.
mendatangkan peluang kerjasama
Oleh sebab itu, tulisan ini lebih
internasional yang dilakukan oleh
menitik beratkan pada bencana kebakaran
sejumlah aktor hubungan internasional.
hutan yang terjadi di Indonesia. Dalam
Selain itu pula, Weinzhun
konteks kebakaran hutan tersebut terlihat
mengungkapkan: The practice of disaster
jelas bahwa Indonesia belum sepenuhnya
diplomacy has a great influence and
optimal menanggulangi bencana
actual values on improving national and
kebakaran hutan yang menimbulkan polusi
international interests.Disaster diplomacy
asap. Sehingga, dengan fenomena tersebut
is flexible and multiform yet uncertain and
lahir rumusan masalah sebagai berikut:
there are some restrictions in the process
“Mengapa Indonesia belum sepenuhnya
of diplomatic practice. Disaster diplomacy
optimal dalam menyelesaikan masalah
can also promote the Chinese role "as a
kebakaran hutan?” Kebaharuan dari
responsible and powerful
penulisan ini bahwa banyak tulisan-tulisan
country"156.Dalam penelitian ini
yang mengenai tema yang sama dengan
menunjukan bahwa diplomasi bencana
penulis akan tetapi tidak berangkat dari
merupakan media bagi negara untuk peduli
proses analisis ontologi, epistemologi dan
terhadap penderitaan negara lain. Kondisi
aksiologi dalam kasus ini. Selain itu,
ini bisa dijadikan instrumen politik negara
penulisan ini menggunakan sistem analisis
dalam mencari kawan atau juga
PLOR yaang dikombinasikan dengan
menunjukan kepedulian terhadap negara
compliance theory dengan pendekatan
tersebut yang terkena bencana. Artinya
rational choice.
media bencana sebagai bagian dari
kepentingan negara memperlihatkan
B. METODE PENULISAN
dirinya sebagai negara yang demokratis, Tipe penelitian ini adalah tipe
terbuka, humanitarian serta negara yang penelitian ekplanasi. Dalam tipe penelitian
peduli. Dalam konteks ini tentunya akan ini, harus diketahui terlebih dahulu unit
berpengaruh pula nasib hubungan negara analisis berarti seorang peneliti harus
menentukan dua poin utama yakni unit
156
Ratih dan Surwandono, Ibid, 5.
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 87
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
analisis yakni tingkatan fenomena yang Bagaimana tidak, suhu kemarau Indonesia
hendak dijelaskan, dan unit eksplanasinya menurut Deputi Bidang Klimatologi
yakni berkaitan dengan penentuan variabel Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
independen dan perilaku yang hendak di Geofisika Widada Sulistya dalam metro
amati. Sehingga, dalam sebuah ekplanasi tempo mengatakan bahwa suhu Indonesia
harus merupakan pendekatan ilmiah akan bermain pada kisaran 32-35 derajat
tunggal dimana tentunya setiap peneliti Celcius. Hal ini disebabkan salah satunya
harus benar-benar paham secara akibat suhu panas yang melanda India
metodologis (ontologi, epistemologi dan yang mencapai 40 derajat Celcius lebih.
aksiologi ) sebelum melakukan penelitian Selain itu pula munculnya BMKG juga
agar apa yang ditelitinya berupa objek merilis bahwa pengaruh panas bumi di
analisis dan unit ekplanasinya tidak samar- Indonesia akibat pengaruh atmosfer lautan
samar dalam meletakan posisi keilmuan yang berdasarkan aktivitas fenomena alam,
secara metodologis. Dalam penulisan ini meliputi : El Nino/La Nina, Dipole Mode,
menekankan pada unit analisis level Sirkulasi Monsun Asia-Australia, ITCZ,
negara (middle range theory). Dalam dan Suhu Permukaan laut Indonesia.Oleh
tingkat analisis menurut Mas‘oed terbagi sebab itu panas bumi bisa membakar
atas 5 tingkat analisis yakni prilaku sejumlah hutan gambut yang kering
individu, prilaku kelompok, tingkat negara walaupun secara tidak langsung berkontak
bangsa dan sistem internasional. dengan oknum “nakal”.Bencana kebakaran
Sedangkan unit ekplanasinya adalah menjadikan degradasi hutan ini harus bisa
bencana asap sebagai variabel independen dikendalikan dengan baik sebab apabila
dan dalam konteks sudut pandang terjadi secara terus–menerus akan
hubungan internasional sebagai variabel merugikan Indonesia pula terutama banyak
dependen. Tulisan ini menggunakan teknik negara yang menghasilkan kertas, pasta
analisis kualitatif dengan teknik gigi, coklat. Kebakaran hutan ini jelas
pengumpulan data menggunakan telaah harus menjadi bencana nasional sebab
literatur atau data sekunder. fenomena ini terjadi secara berulang setiap
tahunnya. Artinya Indonesia tidak punya
C. HASIL DAN ANALISIS
menajeman tata kelola tanggap bencana
1. HASIL walaupun sudah ada sejumlah badan atau
Panasnya suhu Indonesia pada
kementerian yang telah dibentuk dan
musim kemarau tahun 2015 menimbulkan
konsen terhadap bencana kebakaran hutan.
salah satu bencana yakni kebakaran hutan.
Pada tahun 2015 menurut catatan hutan Indonesia mencapai 22 juta meter
WWF Indonesia, terdeteksi 267 titik api kubik pertahunya.
pembakaran hutan diwilayah Sumatra dan
Degradasi hutan tersebut lebih
114 titik api yang terlihat di Riau. Menurut
banyak disebabkan oleh bencana
Hilman Nugroho, Dirjen Bina Pengelolaan
kebakaran hutan.Data di atas menunjukan
DAS dan Perhutanan Sosial KLHK bahwa
betapa buruknya tata kelola dan kesiap
lahan hutan di Indonesia memasuki status
siagaan pemerintah baik pusat atau pun
kritis dengan jumlah sekitar 24 juta hektar.
daerah dalam menjaga bencana kebakaran.
Belum lagi Kementerian Kehutanan
Seharusnya pemerintah daerah yang
merilis bahwa kawasan hutan Indonesia
memiliki wewenang sesuai undang-undang
adalah sekitar 130.680.000 ha,
dan peraturan menteri lebih aktif preventif
diklasifikasikan menjadi:Hutan konservasi
dalam menyikapi perpindahan musim yang
(26,8 juta Ha), Perlindungan Hutan (28,86
terjadi di Indonesia sehingga, pemerintah
juta Ha), Hutan produksi (32,60 juta
bisa menata kembali lingkup hutan yang
Ha Hutan produksi terbatas (24,46 juta
rentan untuk terbakar. Bencana kebakaran
Ha), Hutan produksi yang dapat dikonversi
ini harus menjadi prioritas pemerintah
(17,94 juta Ha). Pada tahun 2003-2005
bukan hanya pemerintah daerah yang
saja Departemen Kehutanan kala itu
terjadi dalam lingkup wilayahnya akan
merilis data bahwa deforestasi hutan di
tetapi kesadaran dari semua pihak untuk
Indonesia mencapai 1,17 juta hektar
menjaga alam agar tetap lestari.Data yang
pertahunnya, bahkan lebih parah adalah
dirilis oleh Walhi bahwa daftar berbagai
data yang dirilis oleh State of the World’s
grup besar terlibat membakar hutan dan
Forests 2007 yang dikeluarkan The UN
lahan, di Kalteng Sinar Mas tiga anak
Food & Agriculture Organization (FAO),
perusahaan, Wilmar 14. Di Riau, anak
angka deforestasi (degradasi) hutan
usaha Asia Pulp and Paper (APP) enam,
Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta
Sinar Mas (6), APRIL (6), Simederby (1),
hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di
First Resources (1) dan Provident (1).Di
Indonesia ini membuat Guinness Book of
Sumsel (8) Sinar Mas dan 11 Wilmar, (4)
The Record memberikan ‘gelar
Sampoerna, (3) PTPN, (1) Simederby, (1)
kehormatan’ bagi Indonesia sebagai
Cargil dan (3) Marubeni. Kalbar Sinar Mas
negara dengan daya rusak hutan tercepat di
(6), RGM/ APRIL (6).Di Jambi Sinar Mas
dunia. Bahkan World Bank juga merilis
(2) dan Wilmar (2). Catatan Walhi, 2013
data bahwa Indonesia mengalamidegradasi
ada 117 perusahaan dilaporkan tetapi
hanya satu yang dipidana. Sekarang ada kerugian materi mencapai US$ 10 miliar
kekhawatiran akan terulang. Dari hampir yang membuat kestabilan ekosistem
300 perusahaan, belum jelas proses lingkungan global terganggu. Keadaan
hukumnya.Walhi sendiri sudah Hutan Indonesia: Akan tetapi sangat miris
melaporkan aktivitas tersebut kepada PBB pada tahun 1997-1998 pemerintah
akan tetapi seharusnya representasi negara Indonesia hanyamemperkirakan jumlah
harus dominan untuk menghukum para kebakaran hutan sekitar 750.000 hektar,
pembakar hutan sebab menimbulkan sedangkan hitungan dari Walhi
kerugian terhadap masyarakat bukan mengestimasi jumlahnya mencapai 13 juta
hanya Indonesia tetapi juga negara hektar. Tidak jauh berbeda dengan kajian
tetangga. yang dilakukan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional bersama Bank
2. ANALISIS
Pembangunan Asia (ADB), dengan
a. Manajemen Bencana oleh
kerusakan hutan mencapai 9,75 juta hektar
Pemerintah
sertakerugian ekonomi mencapai US$5
Sejarah kebakaran hutan di di miliar hingga US$6 miliar, atau dalam
Indonesia merupakan masalah yang sangat catatan studi Bappenas dan ADB kerugian
pelik.Ketidaksiapan pemerintah untuk ekonomi mencapai US$4,861 atau setara
menjadikan sejarah masalah lalu terhadap dengan Rp.711 triliun.
kebakaran hutan sebagai tolak ukur untuk
Namun bencana kebakaran hutan
memperbaiki tata kelola perlindungan
yang terjadi pada tahun 2015 menurut
habitat hutan sehingga peristiwa ini
Robert Field seorang peneliti Universitas
menjadi agenda tahunan pemerintah
Columbia yang melakukan kajian di
Indonesia untuk menyelesaikannya.Pada
Goddard Institute for Space Studies milik
tahun 1997-1998 merupakan sejarah kelam
Badan Antariksa Amerika Serikat bahwa
bagi Indonesia terkait dengan kebakaran
bencana kebakaran hutan akan cenderung
hutan. Pada tahun itu menurut Forest
akan menyamai peritiwa tahun 1997 akibat
Watch Indonesia dan Washington D.C.
kemarau yang berkepanjangan serta El
Global Forest Watchmemang sejarah
Nino yang sejalan dengan pernyataan dari
kelam dalam konteks isu lingkungan
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
global dimana bumi kehilangan sekitar 25
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
juta hektar hutan akibat El Nino di
(BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam
Belanda. Di Indonesia sendiri kehilangan
berita BBC Indonesia, bahwa kebakaran
9,7 juta hektar hutan yang menimbulkan
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 90
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
tersebut tidak baik.Kekeringan yang terlalu lahan tersebut dengan kondisi lahan yang
panjang yang diakibatkan oleh panasnya sudah sangat mengering cenderung akan
sinar matahari cenderung bisa memicu terjadinya kebakaran.
menimbulkan kebakaran kecil akibat
Trigger selanjutnya lebih
keringnya daun-daun dari tumbuhan dalam
komprehensif dan modern. Seperti data
lahan gambut.Artinya secara ontologis,
Walhi di atas bahwa sejumlah perusahaan
cenderung alam sebagai unsur buatan
besar cenderung juga turut andil dalam
penyebab kebakaran.Pernyataan penulis
pembakaran hutan.Sehingga, kondisi yang
didukung oleh peristiwa El Nino yang
diterapkan pun cenderung secara struktural
melanda sejumlah wilayah di dunia yang
dan terkendali serta terorganisir dengan
menimbulkan panas bumi meningkat.
cara-cara modern. PT.
Dalam konteks epistemologis Sinarmas,&Sampoerna disinyalir sejumlah
masalah menurut analisis penulis baru oknum pelaku yang dirilis dari Walhi.
dilihat dari aktivitas manusia. Aktivitas ini Sebagai salah satu cara yang dipakai untuk
berarti sesuai definisi yakni pembakaran membakar hutan adalah dengan
hutan.Kondisi ini manusia sebagai yang menggunakan plastik yang digantung di
menjadi trigger dalam kebakaran atas sebuah pohon yang kemudian plastik
hutan.Trigger tersebut bisa diidentifikasi tersebut dibakar yang kemudian lelehan
dari tukang kebun tradisional yang plastik tersebut menjalar dan menyebar
cenderung menggunakan cara ini sebagai keseluruh bagian lahan. Sedangkan pelaku
jalan pintas untuk membuat lahan baru. dari aktivitas tersebut pun melarikan diri
Alasannya sederhana dengan melakukan menunggu sampai lahan tersebut terbakar.
pembakaran hutan cenderung lebih mudah
Kemudian penulis mengidentifikasi
dalam mengeluarkan biaya untuk
dari yang mengakselerasi kebakaran hutan.
membuka lahan baru apalagi pola pikir
Untuk yang mengakselerasi dari terjadinya
tukang kebun tradisional yang cenderung
kebakaran hutan cenderung disebabkan
masih menggunakan cara-cara masalalu
oleh angin. Dalam konteks ini angin
dalam berkebun. Realitas lainnya adalah
menimbulkan sebagai bagian dari aktivitas
bisa disebabkan oleh aktivitas manusia
kebakaran hutan yang membawa api
yang cenderung bukan pemilik lahan atau
menjalar dan menyebar dan membakar
tidak ada hubungan dengan perkebunan
lahan gambut tersebut. Akibatnya proses
tetapi hanya sepintas lalu melewati area
menyebarnya api ditambah dengan kondisi
lahan dan membuang puntung rokok di
panas matahari, serta El Nino dan juga
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 92
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
bagian dari hasil puntung rokok bisa hutan. Artinya, sejumlah daerah tersebut
tentunya membakar lahan yang besar bisa diberi garis merahsebagai daerah
seperti data di atas. Secara aksiologis rawan bencana kebakaran. Identifikasi
tentunya aktivitas ini cenderung mudah objektivitasnya tentunya sudah jelas
sehingga, bisa menunrunkan biaya aktivitas tersebut secara objektif
pembebasan lahan, disi lainya juga merugikan bukan baik secara ekonomi
menghemat waktu serta tidak maupun manusianya.Dampak kesehatan,
membutuhkan pegawai yang harus di kerugian pendapatan yang mencapai
bayar untuk membersihkan lahan gambut miliyaran membuktikan secara objektif
bahwa fenomena tersebut harus menjadi
Dari identifikasi tersebut sebenarnya
agenda khusus pemerintah pusat dan
bisa dilakukan aktivitas-aktivitas untuk
daerah serta masayarakat dalam mencegah
menceegah terulangnya peristiwa yang
terjadinya pembakaran hutan secara
sama. Dalam model analisissistem audit
berulang. Sehingga, pemerintah harus
yang dikenal dengan istilah PLOR, yaitu
lebih tanggap bencana dengan menjadikan
problem, location, objectives and
peristiwa tahun 1967 dimana Kalimantan
reference, tentunya bisa dilakukan cross
diselimuti kabut asap yang melumpuhkan
check terhadap variabel PLOR itu. Seperti
aktivitas serta peristiwa tahun 1997-1998
yang telah dipaparkan di atas bahwa
sebagai referensi untuk lebih baik dalam
masalah dari terjadinya kebakaran hutan
menanggulangi bencana kedepannya,
adalah masalah alam dan aktivitas manusia
apalagi berkaca pada referensi pada tahun
baik secara individu atau
2015.
perusahaan.Identifikasi selanjutnya adalah
lokasi kejadian. Seperti data yang Seharusnya menajemen bencana
ditampilkan di atas bahwa peristiwa yang dilakukan adalah menggunakan
kebakaran hutan yang menimbulkan asap model penanggulangan bencana seperti
di Indonesia di dominasi oleh wilayah yang dikatakan oleh Syamsul Maarif yakni
Kalimantan dan Sumatra, Jambi, Riau, (a) Disaster management continuum
pernah pula terjadi di Papua. Dengan model. Model ini mungkin merupakan
teridentifikasinya sejumlah wilayah yang model yang paling popular terdiri dari
rawan akan peritiwa pembakaran hutan tahap-tahap yang jelas sehingga lebih
pemerintah dan aktor lainya harus selalu mudah diimplementasikan. Tahap-tahap
siap siaga baik dari segi regulasi dan manajemen bencana dalam model ini
aktivasi dalam menindak pelaku pembakar meliputi emergency, relief, rehabilitation,
landasan hukum yang tepat untuk diproses terjadi kolaborasi antara agen hukum
secara konstitusional. dalam menyebarluaskan prinsip-prinsip
Yang perlu digarisbawahi adalah hukum. Peran lembaga hukum baik
tidak ada satu negara pun yang ingin nasional maupun internasional sangat
menyusahkan negara lainya.Apalagi dalam penting untuk menginternasionalisasi
konteks ASEAN terhadap asap lintas norma hukum. Pendekatan ini lebih
batas, sebenarnya bukan alasan utama condong pada efek yang ditimbulkan
untuk menghukum Indonesia sebagai dari aktivitas pelanggaran hukum harus
wilayah yang menyuplai asap. Karena disesuaikan dan dikooordinasikan.
pada dasarnya Indonesia juga tidak ingin Sifatnya sangat multilateral dengantidak
bencana tersebut terjadi namun akibat berdiri sendiri.
prilaku oknum dan alamlah yang
Menghubungkan logika ini dengan
menjadikan kondisi ini terjadi. Dampaknya
kasus asap tentunya sangat penting pula
bukan hanya sejumlah negara yang
yakni yang dicantumkan dalam Pasal 4
menuntut kepada Indonesia sebagai korban
(1) yang menanggap bahwa,
akan tetapi rakyat Indonesia juga pun
Transboundary haze pollution dianggap
menjadi penderita akibat asap. Sehinga,
sebagai masalah bersama oleh para
sebenarnya semua negara tidak salah yang
anggota ASEAN. Sehingga, masalah
perlu diperbaiki adalah tata kelola
pembakaran hutan yang menimbulkan
sehingga penting bagi Indonesia untuk
kebakaran adalah masasalah bersama
meratifikasi konvensi tentang asap sebagai
yang harus diselesaikan secara bersama-
acuan untuk menghukum pelaku kriminal
sama. Seperti yang sudah dijelaskan
pembakar hutan.
bahwa kondisi ini Indonesia bukan
Selain dari itu, tawaran lain dari
menjadi trigger dari pembakaran hutan
Logic of appropriatenessdalam logika
akan tetapi sejumlah korporasi besar
ini berasumsi bahwa kepatuhan terhadap
yang memiliki kepentingan membuat
hukum adalah sebuah tindakan dari
lahan sawit sehingga, keteledoran
kewajiban aktor.Fokusnya adalah bukan
menimbulkan kebakaran dan berefek
untuk mebuat aktor taat terhadap hukum
pada penyebaran polusi asap. Sehingga,
maka harus dilakukan tindakan
kerjasama di antar negara-negara
persuasif, kekuatan ide, teknologi
ASEAN sangat penting untuk masalah
informasi.Pendekatan ini sangat normatif
asap. Apalagi ASEAN telah memiliki
dengan tidak terlalu mementingkan
sejumlah lembaga komite seperti AHA
sanksi hukum, yang diuatamakan adalah
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 103
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
Center yang bisa dijadikan instrumen faktor yang membantu membentuk the
untuk menjalin kerjasama lebih Shadow of the Future, yakni: a) Long
intens.Dalam pendekatan ini terjadi Time Horizon, hubungan kerjasama terus
harmonisasi antara kesesuaian kebijakan berlanjut dalam kurun waktu yang tidak
setiap negara untuk masalah yang sama. terhingga, b) Regularity of Stakes,
The shadow of the future (bayangan d) Quick feedback about changes in the
akan dipilih sejumlah aktor untuk dipungkuri dalam kerjasama pula banyak
tertuju pada tujuan yang sama. Pada dasarnya tujuan yang akan
fenomena asap yang mendapat kerugian artinya semua aktor harus fokus pada
termasuk Indonesia, oleh sebab itu dari Sehingga komponen efektivitas kerjsama
pada saling menghujat satu sama lainya dalam menanggulangi asap bisa dilihat
cenderung lebih baik untuk saling dari keluaran atau kesepakatan dalam
akan berefek pada perubahan perilaku ini untuk dijadikan masukan sebagai
aktor dan tata kelola institusi. Oleh sebab telaah dalam menyelesaikan masalah
itu yang perlu diperhatikan adalah Level asap kedepannya.
of Collaboration atau tingkat kolaborasi
D. KESIMPULAN
actor dalam melihat masalah, yang
Dari hasil analisis di atas,sebagai
biasanya menyangkut koordinasi,
bagian kesimpulan bahwa aktivitas
komunikasi,dan saling memahami,
pembakaran hutan yang menimbulkan
sebab dengan ketiga hal tersebut akan
terjadinya kebakaran hutan, sehingga
cenderung mudah dalam
efeknya terjadi polisi asap yang
mengidentifikasi tingkat kesulitan
menimpah wilayah Indonesia dan
masalah serta kapasitas penyelesaian
sejumlah negara-negara ASEAN.
masalah sebagai solusi. Problem
Aktivitas pembakaran hutan tersebut
Malignancy, kondisi ini harus dilihat
dilakukan oleh sejumlah oknum yang
pada tingkat kesulitan masalahnya oleh
untuk meminimalisir biaya pembebasan
sebab itu yang harus dilakukan adalah
lahan terutama sawit.Polusi udara yang
menghitung seberapa serius aktor untuk
ditimbulkanya merupakan hasil aktivitas
menyelesaikan masalah yang ada,
pembakaran lahan lahan gambut yang
sehingga perpecahan dan diskoordinasi
diikuti oleh keadaan alam yang
tidak terjadi. Problem Solving Capacity
memasuki musim kemarai disertai El
atau memahami tingkat kapastias
Nino.
masalah. Dalam membuat kapasitas
penyelesaian itu haruslah kerjasama Kebakaran yang terjadi selama
dibuat dalam interval negosiasi yakni berbulan-bulan akibat lambannya
membuat rancangan minimum dan kebijakan struktural menimbulkan
maksimum dari setiap capaian aktivitas penderitaan yang luar biasa bagi rakyat
dalam koordinasi menyelesaikan Indonesia disertai kerugian ekonomi dan
masalah. Yang perlu diperhatikan juga bidang lainya begitu pula dengan negara-
adalah bagaimana membagi kekuatan negara ASEAN terutama Singapura dan
dan kekuasan dalam menyelesaikan Malaysia. Proses penyelesaian bencana
masalah dan kepercayaan terhadap yang dilakukan Indonesia adalah salah
skill(kemampuan/SDM) satunya meminta bantuan sejumlah
danenergy(keseriusan) tema kerjasama negara seperti Jepang, Rusia, Australia,
atau distribusi kekuasaan. Oleh sebab itu Singapura, Malaysia, akan tetapi
penting bagi Indonesia melihat poin-poin Malaysia dan Singapura lebih aktif
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 105
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional
memiliki payung khusus secara hukum bagian dari bencana ASEAN yang harus
dilakukan kerjasama secara komprehensi
untuk menjerat pelaku pembakaran
multilateral agar terjadi kedekatan lebih
hutan.Dalam logika lainnya bahwa
intens antar sesama negara ASEAN.
penegakan hukum internasional dengan
memberi hukuman sebenarnya tidak Selain itu pula, Indonesia sambil
memperbaiki tata kelola penegakan
akan efektif untuk mencegah kepatuhan
hukum serta metode-metode
terhadap hukum, yang diperlukan adalah
penanggulangan bencana yang cepat dan
kerjasama untuk menginternasionalisasi
prinsip dan norma hukum sebagai acuan tepat sebab polusi asap yang disuplai
dari Indonesia adalah bencana tahunan.
Andalas Journal of International Studies| Vol 5 No 1 Mei Tahun 2016 106
Loade Muhammad Fathun |Bencana Hutan Dalam Hubungan Internasional